Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

M DENGAN
DIAGNOSA MEDIS P1A0 POST SC A/I PEB DI RSUD DORIS SYLVANUS

Disusun Oleh :
Roky Yohanes
NIM : 2019.C.11a.1060

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Roky Yohanes
NIM : 2019.C.11a.1060
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. M Dengan Diagnosa
P5AO POST SC A/I PEB Di RSUD Doris Sylvanus.
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik Praklink
Keperawatan II (PPK 2) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

KristinawatiS.Kep., Ners Lidya Amiani,S.Kep., Ns

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Juga Asuhan Keperawatan
dengan judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. M Dengan Diagnosa
P1A0 POST SC A/I PEB RSUD Doris Sylvanus”. Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
disusun dalam rangka untuk memenuhi ataupun melengkapi tugas mata kuliah Praktik Praklinik
Keperawatan II.
Laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik Praklinik
Keperawatan I.
4. Ika Cristephanie, S.Kep., Ners Selaku dosen pembimbing Akademik
5. Ibu Desy Mariasanthy, S.Kep., Ners selaku pembimbing klinik yan telah memberikan izin,
informasi dan membantu dalam melaksanakan praktik menajemen keperawatan di Ruang
Mawar RSUD Doris Sylvanus.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini masih terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini dapat
mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapar bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, Oktober 2021


DAFTAR ISI .......................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar Penyakit..............................................................................
1.1 Pengertian............................................................................................
1.2 Etiologi................................................................................................
1.3 Tanda Dan Gejala................................................................................
1.4 Patofisiologi.........................................................................................
1.5 Pathway...............................................................................................
1.6 Komplikasi...........................................................................................
1.7 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................
1.8 Penatalaksanaan...................................................................................
1.9 Menajemen Konsep Dasar Keperawatan.............................................
1.9.1 Pengkajian.................................................................................
1.9.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................
1.9.3 Perencanaan...............................................................................
1.9.4 Implementasi.............................................................................
1.9.5 Evaluasi.....................................................................................
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.................................................................................................
2. Analisis Data.............................................................................................
3. Rumusan Masalah.....................................................................................
4. Perencanaan Keperawatan.........................................................................
5. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan....................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
PEB

1. Konsep Pre eklamsi Berat


1.1 Definisi
Pre eklampsi adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
Pre eklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006).

1.2 Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti, tapi pada
penderita yang meninggal karena preeklamsi terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat. Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi
Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
preeklamsi.
1.2.1. Sebab pre eklamasi belum diketahui,Vasospasmus menyebabkan :
a. Hypertensi
b. Pada otak (sakit kepala, kejang)
c. Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
d. Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
e. Pada hati (icterus)
f. Pada retina (amourose)
1.2.2. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa
b. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
d. Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
1.2.3. Factor Perdisposisi Preeklamsi
a. Molahidatidosa
b. Diabetes melitus
c. Kehamilan ganda
d. Hidrocepalus
e. Obesitas
f. Umur yang lebih dari 35 tahun

1.3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik)


a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa
kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
1) TD > 140/90 mmHg atau
2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
3) Diastolik>15 mmHg
4) Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai
preeklamsi
d. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kuwalitatif
+1 /+2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine
porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

1.4 Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan
kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation.
1.5 Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia
uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low
Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal,
perdarahan otak, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian. Komplikasi pada janin
berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan
janin terhambat dan prematuritas.
1.6 Penatalaksanaan Keperawatan
1.8.1 Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin
setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih
berat jika persalinan ditunda lebih lama.
1.8.2 Penanganan konservatif
Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang
tentang dan berkaitan dengan:
a. Diet makanan
Makanan tinggi protein tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak.
Kurangi garan apabila berat badan bertanbah atau edema. Makanan berorientasi
pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah portein dengan
tambahan sau butir telur stiap hari.
b. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja dan disesuaikan
dengan kmampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin
sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan antenatal ( hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke
tempat pemeriksaan.
d. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar
semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.
e. Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengobatinya
segera apabila ditemukan.
f. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas
apabila setelah dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat dihilangkan.
1.8.3 Penatalaksanaan preeklamsi ringan
a. Kehamilan kurang dari 37 minggu. (Saifuddin et al. 2002)
Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
1. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi janin.
2. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya
preeklampsia dan eklampsia.
3. Lebih banyak istirahat, tidur miring agar menghilangkan tekanan pada vena
cava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan menambah
curah jantung.
4. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).
5. Tidak perlu diberi obat-obatan.
6. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
7. Diet biasa
8. Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk proteinuria) sekali sehari.
9. Tidak perlu diberi obat-obatan.
10. Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis, atau gagal ginjal akut.
11. Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan :
12. Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat.
13. Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin, keadaan
janin, serta gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat;
14. Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali. Jika tidak ada tanda-tanda
perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan penanganan dan observasi kesehatan
janin.
15. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan. Jika tidak rawat sampai aterm.
16. Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai PE berat.
b. Kehamilan lebih dari 37 minggu
1. Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostaglandin.
2. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter Foley atau lakukan seksio sesarea.
1.8.4 Penatalaksanaan Preeklampsia Berat
Tujuannya : mencegah kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan,
pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang
tepat untuk persalinan. (Angsar MD, 2009; Saifuddin et al. 2002):
1. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
2. Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
3. Pemberian obat antikejang.
4. Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru,
payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
5. Pemberian antihipertensi
Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off) tekanan darah,
untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan cut off yang
dipakai adalah ≥ 160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg. Di RSU Soetomo
Surabaya batas tekanan darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan
sistolik ≥ 180 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
6. Pemberian glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu.
Diberikan pada kehamilan 32 – 34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga
diberikan pada sindrom HELLP.
2. Konsep Dasar Secsio Cesaria
2.1 Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menujukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012) Preeklamsia berat adalah suatu
komlikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di
sertai proteinuria dan oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih Bayi baru lahir merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin
(Dewi, 2011).
2.2 Etiologi
Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin
besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk
rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil
aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain
itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit
untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengah Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %. c)
Presentasi dahi Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya
akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis
letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi
bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi Sectio Caesarea :

1. Segmen bawah : Insisi melintang

Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman sekalipun
dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun dikerjakan kemudian pada saat
persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmenn bawah
uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan obstetric.
2. Segmen bawah : Insisi membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti insisi melintang, insisi
membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
menghindari cedera pada bayi.
3. Sectio Caesarea klasik

Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam dinding anterior uterus
dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting yang berujung tumpul. Diperlukan
luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin serta
plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada masa modern ini
hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk mengerjakan Sectio Caesarea klasik.
Satu-satunya indikasi untuk prosedur segmen atas adalah kesulitan teknis dalam
menyingkapkan segmenn bawah.
4. Sectio Caesarea Extraperitoneal

pembedahan Extraperitoneal dikerjakan untuk mennghindari perlunya histerektomi pada


kasus-kasus yang menngalami infeksi luas dengan mencegahh peritonitis generalisata
yang sering bersifat fatal. Ada beberapa metode Sectio Caesarea Extraperitoneal, seperti
metode Waters, Latzko, dan Norton, T. tekhnik pada prosedur ini relative lebih sulit,
sering tanpa sengaja masuk kedalam vacuum peritoneal dan isidensi cedera vesica
urinaria meningkat. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap disimpan sebagai
cadangan kasus-kasus tertentu.
5. Histerektomi Caesarea

Pembedahan ini merupakan Sectio Caesarea yang dilanjutkan denngan pengeluaran


uterus. Jika mmuungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan
tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mmudah dan dapatt dikerjakan lebih cepat,
maka pemmbedahan subtoral menjadi prosedur pilihan jika terdapat perdarahan hebat dan
pasien terjadi syok, atau jika pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada
kasus-kasus semacam ini lanjutan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat
mungkin.
2.4 Patofisilogi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat
akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris
bagi kuman.
Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawa tan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum
dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun
anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga
kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah.
Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap
nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas
silia yang menutup.
2.5 Manifestasi Klinis
Ada beberapa hal tanda dan gejala post Sectio Caesarea (SC) :
1. Pusing
2. Mual muntah
3. Nyeri sekitar luka operasi
4. Peristaltic usus menurun
Manifestasi Klinis PEB menurut (Nanda, 2013) :
a. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang di ikuti dengan peningkatan
tekanan darah yang abnormal.
b. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan
lainnya.
c. Nyeri perut pada bagian ulu hati yang terkadang disertai dengan muntah.
d. Gangguan pernafasan sampai sianosis.
e. Terjadi gangguan kesadaran.
2.6 Komplikasi
a. Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
 Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
 Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.
 Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
 Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu
tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
b. Komplilasi Preeklamsi Berat
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri
(uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet
Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal,
oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian. Komplikasi pada janin berhubungan dengan
akut kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan
prematuritas
Pathway Preeklamsia

PREEKLAMSIA
Spasme Pembuluh Darah

Post Sectio Caesaria Post Partum Bayi Baru lahir


Penurunan suplai darah ke
Plasenta

Normal
Penurunan Perfusi Uteroplasenter Perubahan Perubahan
Insisi
Fisiologis Psikologis

Malapdasi Hipoksia Terputusnya Adaptasi Jaringan Lemak


Uterus Plasenta Kontinuitas Proses Involusi Kelahiran Fisiologis
Jaringan Bayi

Iskhemi Gangguan Pernafisan


Luka Post Estrogen & Penambahan Sistem imun Suhu Luar
Pertumbuhan
Operasi Progesteron anggota baru
Plasenta
Turun
Pelepasan
Tropoblastik Invasi Bakteri
Perubahan Daya Tahan Penyesuaian
Intrauterine Tubuh
Peningkatan Pola Peran Suhu Tubuh
Growth Rendah
Endotheliosis Retardasi Kadar Ocytocin
pada Resiko Infeksi & Prolaktin
Glomerolus D.0142 Gangguan
Proses Resiko Infeksi Resiko
Lahir keluarga D.0142 Hipotermia
Prematur Trauma jaringan Meransng ASI D.0120 D.0140
Peningkatan
Permeabilitas Paru-Paru Proses Kemampuan
kapiler merawat Premature
Janin Belum Nyeri Akut menyusui tidak
terhadap Terbentuk efektif bayi & diri
D.0077
protein Sempurna sendiri
meningkat
Sistem Sistem
Proteinuria Mastitis Pembendungan persyarafan pernafasan
ASI Khawatir belum belum
Vaskuler Paru
menjalankan sempurna sempurna
Imatur
Produksi peran sebagai
Urine Menyusui Tidak Ibu
Resiko Gangguan
menurun Efektif Gangguan
Perlekatan Vaskular
Peningkatan D.0029 Thermoregula
D.0127 Imatur
Keria Nafas si
Organ
Gangguan
pencernaan
eliminasi
Perpindahan belum Hipotermia
urine Pola Nafas Resiko
Cairan Edema sempurna D.0131
D.0040 Tidak Aspirasi
Efektif ontravaskuler ke
D.0006
D.0005 intersisial
Edema Di paru-paru Peristaltik Reflek
belum menelan &
Penurunan Penurunan Gangguan Resiko defisit
sempurna menghisap
kadar Tekanan Pertukaran Gas nutrisi D.0032
akbumin Onkotik D.0003 Sesak nafas belum
darah Plasma sempurna
1.7 Penatalaksanaan Keperawatan
1.8.5 Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin
setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu
akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
1.8.6 Penanganan konservatif
Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat
tentang tentang dan berkaitan dengan:
g. Diet makanan
Makanan tinggi protein tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah
lemak. Kurangi garan apabila berat badan bertanbah atau edema.
Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk
meningkatkan jumlah portein dengan tambahan sau butir telur stiap
hari.
h. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja dan
disesuaikan dengan kmampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke
arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak
mengalami gangguan.
i. Pengawasan antenatal ( hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera
datang ke tempat pemeriksaan.
j. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan
agar
semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.
k. Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan
mengobatinya segera apabila ditemukan.
l. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas
apabila setelah dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat
dihilangkan.
1.8.7 Penatalaksanaan preeklamsi ringan
c. Kehamilan kurang dari 37 minggu. (Saifuddin et
al. 2002) Lakukan penilaian 2 kali seminggu
secara rawat jalan :
1. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi
janin.
2. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya
preeklampsia dan eklampsia.
3. Lebih banyak istirahat, tidur miring agar menghilangkan tekanan pada
vena
cava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan
menambah curah jnatung.
4. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).
5. Tidak perlu diberi obat-obatan.
6. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
7. Diet biasa
8. Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk proteinuria) sekali
sehari.
9. Tidak perlu diberi obat-obatan.
10. Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi kordis, atau gagal ginjal akut.
11. Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan :
12. Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia
berat.
13. Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin,
keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda preeklampsia
berat;
14. Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali. Jika tidak ada tanda-
tanda
perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan penanganan dan observasi
kesehatan janin.
15. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan. Jika tidak rawat sampai aterm.
16. Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai PE berat.
d. Kehamilan lebih dari 37 minggu
1. Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi
persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
2. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter Foley atau lakukan seksio sesarea.
1.8.8 Penatalaksanaan Preeklampsia Berat
Tujuannya : mencegah kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan
cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat
dan saat yang tepat untuk persalinan. (Angsar MD, 2009;
Saifuddin et al. 2002):
7. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
8. Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
9. Pemberian obat antikejang.
10. Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema
paru-paru, payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah
furosemid.
11. Pemberian antihipertensi
Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off) tekanan
darah, untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort
mengusulkan cut off yang dipakai adalah ≥ 160/110 mmHg dan
MAP ≥ 126 mmHg. Di RSU Soetomo Surabaya batas tekanan
darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik ≥ 180
mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
12. Pemberian glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak
merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32 – 34 minggu, 2 x 24
jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP.
1.9 MENAJEMEN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1.9.1 Data Biografi
1.9.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : biasanya klien dengan preeklamsia mengeluh
demam, sakit kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
c. Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril
untuk menghadapi resikonya
g. Riwayat Kehamilan
1. Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
h. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut
KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan
pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan
kontrasepsi.

1.9.3 Pola aktivitas sehari-hari


a. Aktivitas
1. Gejala :
Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau
penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
2. Tanda:
Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b. Sirkulasi
1. Gejala :
Biasanya terjadi penurunan oksegen.
2. Abdomen Gejala :
Inspeksi :
Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya
sikatrik bekas operasi atau tidak ( - )
Palpasi :
Leopold I :
Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba
massa besar, lunak, noduler
Leopold II :
Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di
sebelah kanan.
Leopold III :
Biasanya teraba masa keras, terfiksir Leopold IV :
Biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
Auskultasi :Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
c. Eliminasi
1. Gejala : Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
d. Makanan / cairan
1. Gejala : Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan ,
muntah-muntah Tanda : Biasanya nyeri epigastrium,
e. Integritas ego
1. Gejala : Perasaan takut.
2. Tanda : Cemas.
f. Neurosensori
1. Gejala : Biasanya terjadi hipertensi
2. Tanda : Biasanya terjadi kejang atau koma
g. Nyeri / kenyamanan
1. Gejala : Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus,
gangguan penglihatan.
2. Tanda : Biasanya klien gelisah,
h. Pernafasan
1. Gejala :Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
2. Tanda : Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
i. Keamanan
1. Gejala : Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
j. Seksualitas
1. Gejala :Status Obstetrikus
1.9.4 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
b. Kesadaran :
c. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
d. Sistem pernafasan
e. Sistem cardiovaskuler
1. Inspeksi : Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
2. Palpasi : Tekanan darah :
Nadi :
Leher :
Apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena
Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu
mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam
kurun waktu 24 jam Suhu dingin
3. Auskultasi :
Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya
fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin
melemah.
f. System reproduksi
1. Dada Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada
payudara.
2. Genetalia Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur
darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
3. Abdomen Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi
edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
g. Sistem integument perkemihan
1. Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas
akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan
natrium, (Fungsi ginjal menurun).
2. Oliguria
3. Proteinuria
h. Sistem persarafan
1. Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
i. Sistem Pencernaan
1. Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri
atas), anoreksia, mual dan muntah.
1.9.5 Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap
b. Serum elektrolit
c. Sumber lain mengatakan Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau
tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam. Laboratorium : protein uri dengan
kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga
+2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,
serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml ( Suyono,
2002).
d. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
USG; untuk mengetahui keadaan janin
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin ( Surjadi, 1999).

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Definisi: Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan
adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau
pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
 Laporan secara verbal atau non verbal
 Fakta dari observasi
 Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
 Gerakan melindungi
 Tingkah laku berhati-hati
 Muka topeng
 Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
 Terfokus pada diri sendiri
 Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
 Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
 Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
 Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah
ke
kaku)
 Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan
karena faktor biologi.
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi metabolik
Batasan Karakteristik :
 Berat badan 20% atau lebih dibawah reantang berat badan ideal
 Bising usus hperaktif
 Diare
 Gangguan sensasi rasa
 Kehilangan rambut berlebihan
 Cepat kenyang setelah makan
 Kelemahan otot penguyah
Faktor yang Berhubungan :
 Faktor biologis
 Faktor ekenomi
 Gangguan psikologis
 Ketidakmampuan makan
 Kurang asupan makanan
 Ketidakmampuan mencerna makanan
Diagnosa 3: Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
otonom.
Batasan Karakteristik :
 Agitas
 Gelisah
 Insomnia
 Distres
 Gelisah
 Gugup
 Gemetar
 Tremor
 Suara bergetar
Faktor yang berhubungan :
 Ancaman kematian
 Hereditas
 Hubungan intrapersonal
 Konflik nilai
 Krisis sosial
 Krisis situasi
 Perubahan status kesehatan
Intervensi/Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan dan Kriteria hasil :
Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi nyeri atau ibu dapat
mengantisipas nyerinya
Kriteria Hasil :
Ibu mengerti penyebab nyerinya
Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien 1. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan
demikian akan dapat menentukan tindakan
perawatan yang sesuai dengan respon pasien
terhadap nyerinya.
2. Jelaskan penyebab nyerinya
2. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya
sehingga bisa kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan
3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi
nafas dalam bila HIS timbul , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi
paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada
jaringan terpenuhi
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada4. Untuk mengalihkan perhatian pasien
bagian yang nyeri

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan
karena faktor biologi.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan perawatan nafsu makan meningkat
atu normal Kriteria hasil :
BB meningkat atau normal
Tidak ada tanda-tanda
mal nutrisi Kekuatan
menggenggam

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui apakah pasien ada alergi
makanan

2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intak2e. Intake fe dapat meningkatkan kekuatan tulang
Fe 3. substansi gula dapat meningkatkan energi
pasien
3. Berikan substansi gula
4. Untuk memenuhi status gizi pasien
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. Catatan harian makanan dapat mengetahui
5. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan asupan nutrisi pasien
makanan harian

Diagnosa 3: Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang
atau hilang Kriteria Hasil :
Ibu tampak tenang
Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi Rasional
1. Tingkat kecemasan ibu 1. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi
dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat
diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan2. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan

dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptive.


3.
3. Gali dan tingkatkan mekanisme Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping

koping ibu yang efektif yang dimiliki ibu efektif


4. Beri support system pada ibu
4. Ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi
keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga
dapat membawa ketenangan hati
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jl. Beliang no. 110 Telp. (0536) 3227707

FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM

Nama Mahasiswa :Roky Yohanes


Nim :2019.C.11a.1060
Tempat Ujian : RSUD.Doris Sylvanus Palangkaraya
A. Pengumpulan data
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : ny.RR
Tempat/Tgl lahir : 27-11-1987
Agama : Islam
Suku/Bangsa : dayak /indonesia
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Gol. Darah : -
Alamat : jln.murjani
Diagnosa Medis : P5A0 post sc atas indikasi peb
Penghasilan perbulan : -
Tanggal masuk RS : 20 Oktober 2021
Tanggal Pengkajian : 20 Oktober 2021
Nomor Medrek : 36.41.08
b. IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn.Yohanes Benyra
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : dayak /indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : swasta
Gol. Darah : -
Alamat : jln.murjani
b. Status Kesehatan
a. Keluhan utama : ibu ingin sc anak ke lima dan rencana stekil
sekarang : (PQRST)
P : Operasi pasca SC
Q : Seperti diremas
R : Pada uluh hatis
- Riwayat Kesehatan yang lalu:
- pasien datang ingin sc anak ke 5
- mual mual
- nyeri ,kencang hilang timbul
- sc 3x ( terahkir 2,5 tahun yang lalu)
b. Riwayat Kesehatan keluarga:-
Genogram 3 generasi :
Gambar. 2.1 Genogram keluarga
c. Riwayat obstetric dan ginekologi
1. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Menstruasi :
- Menarche: 12 Tahun Lamanya haid : Normal
- Siklus : 28 Hari Banyaknya : -
- Sifat darah (warna, bau/gumpalan, dysmenorhoe) : bau/amis
- HPHT :
- Taksiran persalinan
b. Riwayat Perkawinan : (suami dan isteri)
- Lamanya pernikahan : -
- Pernikahan yang ke : -
c. Riwayat Keluarga Berencana :
- Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil:-
- Waktu dan lamanya penggunaan : -
- Apakah ada masalah dengan cara tersebut :
- Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang :-
- Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : -
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
G :5
P :4
A :0

Tgl Umur Jenis Tempat/ Jenis Masalah Keadaan


No BB
partus hamil partus Penolong kelamin Hamil Lahir Nifas Bayi Anak
1 29-12- Bulan SC RS/Bidan Laki-laki +30 Hidup
2021 00

b. Riwayat Kehamilan sekarang :


- Keluhan waktu hamil : tidak ada
- Imunisasi :-
- Penambahan BB selama hamil :
- Pemerikasaan Kehamilan :Teratur/Tidak
- Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan :RSDU Doris Sylvanus
c. Riwayat Persalinan sekarang : -
- P -A-
- Tanggal melahirkan :.27 November 2021
- Jam : 09.50.WIB
- Jenis Persalinan : Spontan
- Lamanya persalinan : 1 Jam
- Penyulit Persalinan : Pendarahan
- Jenis kelamin bayi : laki laki
- ,BB :51 KG
- APGAR Score :134-136
b. Riwayat Kehamilan sekarang :
- Keluhan waktu hamil : Tidak ada
- Imunisasi : Tidak ada
- Penambahan BB selama hamil : -
- Pemerikasaan Kehamilan :Teratur/Tidak
- Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan : -
3. Pemerikasaan Fisik
3.1. Ibu

i. Keadaan umum - Suhu :360C

- Nadi : 84x/menit
- Pernapasan :20x/menit
- Tekanan Darah 170/120xMenit
- BB : 51 Kg
- Tinggi badan : 168 Cm
- Kesadaran : Composmentis
- Turgor Kulit : tidak ada
ii. Kepala - Warna rambut : Hitam

- Keadaan : Normal
c. Muka - Oedema : -
- Cloasma gravidarum : Tidak
d. Mulut - Mukosa mulut & bibir : mukosa mulut
lembab dan bibir berwarna merah
- Keadaan gigi : Bersih
- Fungsi pengecapan : Baik, tidak ada
gangguan
- Keadaan mulut : Bersih
- Fungsi menelan : dapat menelan secara
normal
e. Mata - Konjunctiva: anemis
- Sklera : Normal berwarna putih
- Fungsi Pengelihatan: Baik
f. Hidung - Pendarahan/Peradangan : Tidak ada
- Keadaan/kebersihan
g. Telinga - Keadaan : Bersih
- Fungsi pendengaran : Baik
h. leher - Pembesaran kel. Tyroid : Tidak ada
pembesaran thyroid
- Distensi Vena Jugularis: Vena jugularis
dapat teraba
- Pemebesaran KGB : Tidak terdapat
pembesaran kelenjar Getah bening
i. Daerah dada - Suara napas : normal
- Jantung dan paru-paru - Bunyi jantung : Bunti jantung normal
- Retraksi dada : tidak ada pemebesaran
kelenjar

- Payudara - Perubahan : putting berwarna hitam


- Bentuk buah dada : Simetras
- Hyperigmentasi areola : Hitam kecoklatan
- Keadaan puting susu : Menonjol dan
berwarna hitam
- Cairan yang keluar : Asi
- Keadaan/Kebersihan : Bersih
- Nyeri/Tegang : tidak ada
- Skala nyeri : tidak ada
j. Abdomen - Tinggi FU : 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi Uterus : Keras
- Konsistensi Uterus : kurang
- Posisi Uterus : di tengah
- Diastasis RA :
- Bising usus : x/menit
k. Genetalia Eksterna

Keluhan : . - Oedema : Ekstremitas bawah

- Varises : Tidak ada

- Pembesaran Kel Bartolin :Tidak ada


- Pengeluaran/lochea : ada
Warna : Merah
Jumlah : 60 cc
Bau : Amis
- Blas :
l. Anus - Haemorrhoid :

m. Ekstermitas Atas & Bawah

- Refleks patela : Baik


- Varises : tidak ada
- Oedema : Kiri & kana
- Simetris : dalam keadaan simetris
- Kram : Tidak ada
3.2.Bayi

1. Keadaan umum : Normal


2. Tanda-tanda vital : Baik
3. Kepala : Ubun-ubun masih belum menutup
4. Dada : Normal
5. Abdomen : Tidak tampak gangguan
6. Genetalia : Testis belum turun ke skrotum
7. Anus : _
8. Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah dalam keadaan normal
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi

- Frekuensi makan : Pagi Siang Sore


- Jenis makanan : Nasi Ikan sayur
- Makanan yang disukai : Ikan Sayur
- Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
- Makanan pantang / alergi : Tidak ada
- Nafsu makan : Baik
- Porsi makan : 3x sehari
- Minum (jumlah dan jenis) : +3 liter /hari
b. Pola Eliminasi

1. Buang Air Besar (BAB)


- Frekuensi : Pagi
- Warna : Kuning
- Bau : : Khas
- Konsistensi : Lembek
- Masalah / Keluhan : Tidak ada
2. Buang Air Kecil (BAK)
- Frekuensi : Pagi siang sore
- Warna : Kuning
- Bau : : Amonia
- Masalah / Keluhan : Tidak ada
c. Pola tidur dan istirahat

- Waktu tidur : Tidak menentu


- Lama tidur/hari : 8 jam/hari
- Kebiasaan pengantar tidur : Mendengar music pop
- Kebiasaan saat tidur : Mengigau
- Kesulitan dalam tidur : Tidak ada
d. Pola aktivitas dan latihan

- Kegiatan dalam pekerjaan : Tidak


- Olah raga : Pagi dan sore
- Mobilisasi dini : Beraktivias normal
- Kegiatan di waktu luang : Menonton TV, olahraga
- Menyusui (posisi, cara, frekuensi) :

e. Personel Hygiene

- Kulit : Bersih
- Rambut : Hitam & bersih
- Mulut dan Gigi : Bersih
- Pakaian : Bersih & Rapi
- Kuku : Bersih
f. Ketergatungan fisik

- Merokok : Tidak
- Minuman keras : Tidak
- Obat-obatan : Tidak
- Lain-lain : Tidak ada
5. Aspek Psikososial dan Spiritual
a. Pola pikir dan persepsi

- Apakah ibu telah mengetahu cara memberi ASI dan memberi makanan tambahan
pada bayi :Ibu paham dalam cara pemberia ASI

- Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : Ibu merencakan


pemberian ASI pada bayi setelah melahirkan

- Jenis kelamin yang diharapkan : Orang Tua menerima apapun jenis kelamin
anaknya

- Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : Suami serta orang tuanya

- Apakah ibu telah mengetahui nutrisiibu menteteki :Ibu kurang dalam pemahaman
nutrisi

- Apakah hamil ini diharapkan : Ibu mengharapkan kehamilannya

- Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya :Ibu berencana


mengimunisasikan bayi

- Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan merawat tali pusat :.....
Ibu masih kurang dalam teknik cara memandikan bayi

b. Persepsi diri

- Hal yang amat dipikirkan saat ini : Kesehatan dirinya serta bayinya

- Harapan setelah menjalani perawatan : Ibu berharap keadaanya segera pulih

- Perubahan yang dirasa setelah hamil : Badan terasa lebih gemuk

c. Konsep diri

- Body image : Tidak ada

- Peran : Sebagai seorang Istri dan sebagai Ibu (orang tua)

- Ideal diri : Ingin menjadi Ibu yg baik yg dapat mengajarkan anakanya serta
berperan baik sebagai Istri

- Identitas diri : Seorang wanita

- Harga diri : Memiliki tanggung jawab sebagai Isri dan Ibu

d. Hubungan/Komunikasi

- Bicara : jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti orang lain : Ya

- Bahasa utama : Bahasa Indonesia Bahasa daerah : Bahasa banjar dan Dayak

- Yang tinggal serumah : Suami serta orang tua

- Adat istiadat yang dianut : Dayak


- Yang memegang peranan penting dalam keluarga : Suami/kepala keluarga

- Motivasi dari suami : Suami berharap Istrinya segera pulih agar dapat berkumpul
bersama kembali.

- Apakah suami perokok : Tidak

- Kesulitan dalam keluarga : Tidak

e. Kebiasaan Seksual

- Gangguan hubungan seksual : Tidak ada

- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : Kurang

f. Sistem nilai - kepercayaan

- Siapa dan apa sumber kekuatan : Tuhan Yang Maha

- Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda : Sangat penting

- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi) sebutkan :


Sholat 5 Waktu

- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah Sakit,


sebutkan : Berdoa & sholat

6. Data Penunjang
1.swab antigen : Negatif
2.Anti HIV : Non Reaktif
Data penunjang ( radiologis. Laboratorium, penunjang lain)
No. Pemeriksaan Hasil Nilai normal
1 WBC / Leukosit (10^3/uL) 8.44 4.50 – 11.00
2 HGB (g/dl) 11.3 10.5 – 18.0
3 HCT (%) 33.0 37.0 – 48.0
4 PLT (10^3/uL) 244 150 - 400
Pemeriksaan tangal : 20- 10- 2021

I. PENGOBATAN

Terapi Dosis Indikasi


Inf. RL 20 tpm 3x 75 mg Infus adalah pemasukan suatu
cairan atau obat ke dalam tubuh
melalui rute intravena dengan
laju konstan selama periode
waktu tertentu.
Ketorolac 3x30 mg Ketorolac adalah obat
antiinflamasi nonsteroid yang
digunakan untuk mengobati rasa
sakit. Secara khusus dianjurkan
untuk nyeri sedang sampai berat.
Durasi pengobatan yang
disarankan adalah kurang dari
enam hari.
Inj. Cetriaxone IV Untuk mengatasi infeksi bakteri
2x1 gram negatif maupun gram
positif
Nifedipine Oral Untuk mengobati hipertensi
3x10 mg ( tekanan darah tinggi )

Palangka Raya, 29 Oktober 2021


Mahasiswa

Roky Yohanes

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
OBYEKTIF
Nyeri akkut
DS: Agen pencendera fisik SDKI ( D.007 )
klien mengatakan masih merasa
nyeri di dibagian luka post SC
( dengan skala nyeri 5 ) nyeri
datang timbul. Luka bekas SC
berwarna kemerahan

DO :
- Kalien tampak gelisah
- Klien tampak gelisah
- TD : 170/120mmHg
- S : 36 .6℃
- N : 84 x/menit
- R: 20 x/menit

DS :
Pasien mengatakan tidak bisa
tidur nyenyak pada malam hari. Gangguan rasa nyaman Gangguan pola tidur
SDKI ( D.0055)
DO :
- Pasien susah tidur
- Pasien tampak
khawatir
- Kalien tampak lemah
TD : 170/120mmHg
S : 36,6℃
N : 84x/menit
RR: 20 x/menit

DS:
Klien mengatakan masih merasa Ketidakadekuat pertahan Resiko infeksi
nyeri dibagian luka post SC sekunder SDKI ( D.142 )

DO :
Hasil yang didapatkan kemerahan
dibagian luka post SC
- Klien tampak kesakitan
- Klien tampak gelisah
- Rubor luka bekas SC
berwarna kemerahan
- TD : 170/120 x/menit
- S : 36,6 ℃
- N : 84 x/menit
- R: 20 x/menit

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik SDKI ( D.007 )


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan rasan nyaman SDKI ( D.0055)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuat pertahan sekunder SDKI ( D.142 )
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : ny.Ria Restiana

Ruang Rawat :

Nama Pasien :Ny.RR

Ruang Rawat : R.Cempaka

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x24 jam di Manajemen Nyeri SDKI ( D.007)
dapatkan hasil :
KRITERIA HASIL : 1. Identifikasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1) Keluhan nyeri membaik 2. identifikasi skala nyeri
2) Pasien tidak mengeluh nyeri
3. identifikasi skala nyeri non verbal
4. identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan
pola tidur membaik ,dengan kriteria hasil : Manajemen SDKI ( D.0055 )
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1.Keluhan sukit tidur menurun
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
2.Keluhan sering terjaga menurun psikologis)
3.Keluhan tidak puas tidur menurun 3. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan,
4.Keluhan istirahat menurun suhu, matras, dan tempat tidur)
4. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama hamil
5. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

Setelah diberikan asuhan selama 2x24 jam terjadi


Resiko infeksi SDKI ( D.0142)
peningkatan toleransi terhadap aktivitas dengan
kemungkinan penyebab ketidak adekuatan
kriteria hasil :
pertahanan tubuh ditandai dengan tali
pusat belum terlepas. 1. Intergritas kulit baik Manajemen resiko infeksi SDKI ( D0142)
- Kaji tanda-tanda infeksi.
2. Resiko infeksi berkurang
- Monitor Isolasi bayi dengan bayi lain.
- Monitor Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
- Monitor Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
- Monitor Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
- Monitor Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam
keadaan bersih/steril.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
1. Identifikasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka SC berkurang
13 Oktober 2021
intensitas nyeri O:

2. identifikasi skala nyeri klien tampak kesakitan


Klien tampak gelisah
3. identifikasi skala nyeri non verbal
TD : 170/10 x/menit
4. identifikasi faktor yang memperberat dan
S : 36,4 ℃
memperingan nyeri
N : 84 x/menit
R: 20 x/menit
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

14 oktober 2021

: Ny. N mengatakan tidak bisa tidur nyenyak pada malam hari


O:
- Tidur malam ±4 jam
- Mata tampak lelah
1. Mengidentifikasi pola aktivitas
dan tidur
- TTV:
TD : 170/120 x/menit
2. Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis) S : 36,6 ℃
3. Memodifikasi lingkungan (mis.
N : 84 x/menit
pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
4. Menjelaskan pentingnya tidur R: 20 x/menit
cukup selama hamil
5. Mengajarkan relaksasi otot A: masalah teratasi sebagian
autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya P : lanjutkan intervensi 1
15 oktober 2021

S : klien mengatakan luka bekas SC masih basah


O:
Klien tampak kesakitan
Klien tampak gelisah
TD : 170/120 x/menit
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
S : 36,6℃
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
N : 84 x/menit
pasien dan lingkunga pasien
R: 20 x/menit
3. Mengaarkan ibu cara cuci tangan dengan benar
P : Masalah teratasi sebagian
Berkolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
A: lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai