Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

T DENGAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM TINGKAT II DI RSUD LAHAT

LAPORAN PRAKTEK KLINIK PROFESI BIDAN

Disusun Oleh:
Masnayati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDURAHMAN PALEMBANG TAHUN 2022/2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Diterima dan disetujui untuk melengkapi laporan Praktik Klinik Profesi


pada Asuhan Kebidanan Kehamilan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
STIKES Abdurahman Palembang, pada:

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Lahan Praktek Pembimbing Akademik

Yetti Ruspiani, S.ST Titin Apriyani, S.Tr.Keb., M.Tr.Keb


NIDN. 0215049602

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wa barakaatuh


Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
PKK yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny. T dengan hiperemesis gravidarum tingkat II”.
Penyusunan Laporan PKK ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. H. Su’aidy A. Rahman, SE., S.Sos., MM selaku Ketua STIKes Abdurahman
Palembang.
2. Popy Apriyanti, SST., M.Keb selaku Kepala Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
STIKes Abdurahman Palembang.
3. Yetti Ruspiana, S.ST selaku pembimbing lahan praktek dalam penyusunan Laporan
PKK yang telah banyak memberikan masukan, arahan serta motivasi kepada penulis
sehingga penulis dapat menyusun tesis ini.
4. Titin Apriyani, S.Tr.Keb., M.Tr.Keb selaku pembimbing Akademik dalam
penyusunan Laporan PKK yang telah banyak memberikan masukan, arahan serta
motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun laporan ini.
5. RSUD Lahat selaku tempat PKK.
6. Teman-teman angkatan II Profesi Pendidikan yang telah banyak memberikan
dukungan serta bantuan sehingga Laporan PKK ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari dalam penyusunan seminar hasil ini masih belum sempurna,
sehingga saran dan masukan untuk perbaikan Laporan PKK ini sangat penulis harapkan.
Wassalamualaikum Wa rahmatullahi Wa barakaatuh.

Palembang, Januari 2023

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin, dan nifas masih
merupakan masalah besar bagi negara berkembang termasuk Indonesia Angka
kematian ibu di Indnesia Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) pada tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian tersebut terjadi pada masa kehamilan persalinan dan nifas. Masa
kehamilan adalah masa yang sangat rentan, 50% - 90% dari seluruh kehamilan
di Indonesia disertai dengan mual dan muntah.
Pada ibu hamil ada kemungkinan muncul mual muntah yang ringan dan
tidak mengganggu aktifitas sehari-hari, namun pada kondisi tertentu mual dan
muntah dapat terjadi lebih sering dan lama bahkan memperburuk kondisi ibu.
Mual dan muntah yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan
terjadinya hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan
muntah berlebihan selama kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi lebih
lama serta menganggu aktifitas ibu sehari-hari.
Hiperemesis gravidarum biasanya terjadi pada kehamilan pertama namun
pada kasus dapat terjadi dalam beberapa kehamilan. Mual dan muntah dapat
muncul sejak trimester pertama dan terkadang menetap pada derajat yang
bervariasi sepanjang masa kehamilan. Frekuensi kejadian hiperemesis
grvidarum adalah 2 per 1000 kehamilan. Salah satu penelitian menemukan
bahwa angka kejadian hiperemesis gravidarum di Indonesia yaitu 25,4 % dari
seluruh kehamilan. Faktor predisposisi pada hiperemesis gravidarum yaitu,
primi gravida, mola hidatidosa, kehamilan ganda, factor organik, faktor
psikosomantik, dan faktor endokrin lainnya seperti hipertiroid dan diabetes.
Komplikasi hiperemesis gravidarum antara lain dehidrasi, gangguan
kesadaran dan saraf, ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia
dan perubahan mental. Pada janin umumnya akan terjadi seperti abortus, berat
bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta IUGR. Pada kasus hiperemesis

1
iv
5

gravidarum ibu kurang mendapatkan asupan gizi karena sebagian besar yang
dimakan dan diminum dimuntahkan kembali sehingga dapat menyebabkan
anemia. Anemia dapat menyebabkan perdarahan kemudian syok dan keadaan
yang lebih buruk yaitu kematian pada ibu.
Saat tidak ada makanan yang bisa dicerna oleh tubuh maka tubuh akan
kekurangan karbohidrat sehinggatidak adaenergi yang dapat dihasilkan.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya metabolisme lemak dan asam lemak yang
berlebihan. Metbolisme lemak dan asam lemak menghasilkan keton,yang
kemudian dikeluarkan tubuh melalui urine (ketonuria).
. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan
terhadap pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum. Dengan judul
“Asuhan Kebidanan pada Ny. T dengan hiperemesis gravidarum tingkat II”
B. Rumusan Masalah dan Lingkup Masalah
1. Rumusan masalah
Bagaimana penerapan asuhan kebidanan antenatal pada Ny. T dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II Di RSUD Lahat.
2. Lingkup masalah
Lingkup masalah asuhan kebidanan dalam penulisan laporan tugas akhir ini
dibatasi pada asuhan kebidanan antenatal pada Ny. T dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II Di RSUD Lahat. menggunakan manajemen kebidanan
dengan pendokumentasian SOAP.
C. Tujuan perumusan
1. Tujuan umum
Mampu memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada pasien Ny. T
dengan hiperemesis gravidarum tingkat II Di RSUD Lahat.
2. Tujuan khusus
a. Diperolehnya data subjektif dari Ny. T dengan hiperemesis gravidarum
tingkat II Di RSUD Lahat.
b. Diperolehnya data objektif dari Ny. T dengan hiperemesis gravidarum
tingkat II Di RSUD Lahat..
c. Ditegakkannya analisa data dari Ny. T dengan hiperemesis gravidarum
tingkat II Di RSUD Lahat.
d. Dibuat penatalaksanaan asuhan kebidanan
v pada Ny. T dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II Di RSUD Lahat.
6

e. Diketahuinya faktor pendukung dan penghambat dari asuhan kebidanan


pada Ny. T dengan hiperemesis gravidarum tingkat II Di RSUD Lahat.
D. Manfaat kegiatan asuhan kebidanan
1. Bagi RSUD Lahat
Diharapkan Rumah Sakit dapat mempertahankan mutu pelayanan terhadap
pasien pada umumnya khususnya pada pasien hiperemesis gravidarum.
2. Bagi Ibu dan keluarga
Sebagai bahan informasi dan wawasan untuk klien dan keluarga mengenai
tanda-tanda hiperemesis gravidarum, komplikasi, dan penanganan hiperemesis
gravidarum sehingga keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk
dilakukan.

3. Bagi profesi bidan

Menambah wawasan dalam memberikan pelayanan dan pengetahuan dalam


melakukan asuhan kebidanan antenatal dengan sesuai standar asuhan
kebidanan yang berlaku.

vi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan
bukan proses patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi
patologi/abnormal. Menyadari hal tersebut dalam melakukan asuhan
tidak perlu melakukan intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi.
Dan setiap perempuan berkpribadian unik,dimana terdiri dari
bio,psiko,dan sosial yang berbeda sehingga dalam memperlakukan
pasien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan tidak boleh
disamakan.
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat
fisiologis bukan patologis. Kehamilan juga merupakan proses alamiah
untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa
terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai
dengan terjadinya menstruasi. Banyak hal dan banyak organ yang
terlibat selama proses kehamilan.. Proses kehamilan merupakan mata
rantai yang bersinambung dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa
dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm.
Dari beberapa pengertian diatas jadi dapat disimpulkan bahwa
kehamilan merupakan proses alamiah dimana hasil dari fertilisasi
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi.

vi
i 5
6

2. Perubahan fisiologis pada saat kehamilan


Proses terjadinya kehamilan adalah ketika bersatunya sel telur (ovum)
dan sperma atau disebut dengan fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini
segera membelah diri sampai stadium morula selama 3 hari dan bergerak
kea rah rongga rahim oleh rambut getar tuba dan kontraksi tuba, hasil
konsepsi tiba pada kavum uteri pada tingkat blastula. Hasil konsepsi akan
menamakan dirinya dalam endometrium (nidasi). Ketika blastula
mencapai rongga rahim, endometrium berada dalam masa sekresi sehingga
blastula dengan bagian yang berisi masa sel dalam akan mudah masuk
kedalam desi dua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan
menutup lagi. Apabila nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi
sel-sel bistula. Kemudian bistula akan berkembang menjadi janin. Untuk
mencukupi kebutuhan janin maka dibentuklah plasenta. Plasenta terbentuk
lengkap pada kehmilan kurng lebih 16 minggu, dan berfungsi untuk
memberikan makanan kepada janin. Respirasi janin untuk tempat sekresi
bagi janin, dan tempat pembentukan hormon dan juga tempat menyalurkan
segala kebutuhan janin.di dalam rahim janin juga diproteksi oleh air
ketuban,volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-
1500 cc, air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis.
Penentuan dan dugaan terhadap kehamilan sangat terkait dengan
pengetahuan tentang fisiologis awal kehamilan. Pengenalan ini juga
penting bagi penapisan terhadap kelainan yang mungkin terjadi selama
kehamilan.
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi saat kehamilan yaitu :
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Ukuran uterus terus membesar pada bulan-bulan pertama dibawah
pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan hypertrofi dan hyperplasia
otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik

vi
7

akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti


pertumbuhan rahim.
2) Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormon estrogen. Jika korpus uteri lebih banyak mengandung jaringan
otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10%
jaringan otot jaringan ikat pada serviks ini banyak mendandung
kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya
hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak.
3) Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula.
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus graviditatis sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus
luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm. kemudian, ia mengecil
setelah plasenta terbentuk. Seperti telah di kemukakan, korpus luteum
ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron.
5) Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropiun, estrogen dan progesterone, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi system
saluran payudara, progesterone menambah sel-sel asinus sedangkan
somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga perubahan kasein,
laktalbumin dan lactabumin. Dengan demikian mammae dipersiapkan
untuk laktasi.

vi
i
8

b. Sistem sirkulasi darah


1) Volume darah
Volume darah total dan volume darah naik pesat sejak akhir
trisemester pertama. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira
25% dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah
janjung (cardiac output) yang meningkat sebanyak ± 30%.
2) Protein darah
Protein dalam serum berubah. Jumlah protein, albumin dan
gamamglobulin menurun dalam triwulan pertama dan akan meningkat
secara bertahap pada ahkir kehamilan.Beta globulin dan fibrinogen
terus menigkat.
3) Hemoglobin
Meskipun terjadi peningkatan volume eritrosit secara keseluruhan,
tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar, sehingga
konsentrasi haemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Hal ini
tidak boleh dinamakan anemia fisiologik dalam kehamilan, oleh karena
jumlah hemoglobin pada wanita hamil dalam keseluruhan lebih besar
dari pada sewaktu belum hamil.
a. Sistem pernapasan
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang
mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan
pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus tertekan oleh
karena uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diagragma
kurang leluasa bergerak.
b. Sistem Pencernaan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek mual
akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus-tonus traktus
digestivus menurun. Sehingga motilitas (daya gerak) seluruh traktus
digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam
lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus-

vi
ii
9

usus. Gejala muntah (emesis), biasanya terjadi pada pagi hari yang
biasa dikenal dengan morming sicknes.
Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan
muntah-muntah. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan
gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar atau perasaan
ingin makan terus, juga akibat peningkatan asam lambung.
Pada keadaan patologik tertentu, terjadi muntah-muntah banyak
sampai lebih dari 10 kali per hari Saliva meningkat dan pada trimester
pertama, dan megeluh mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran
pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama
berada dalam saluran makanan.
Bulan-bulan pertama kehamilan, hormon estrogen meningkat
yang dapat menyebabkan nausea (mual), ada yang mengalami muntah
terus menerus sampai menganggu aktivitasnya, dikatakan mengalami
hiperemesis gravidarum (muntah-muntah yang banyak ini merupakan
keadaan patologik), mual dan muntah tersebut merupakan efek
samping dari peningkatan kadar estrogen dan HCG, reabsorbsi
makanan baik, namun akan menimbulkan obstipasi, rahim yang
semakin membesar akan akan menekan rektum dan usus bagian bawah
sehingga terjadi sembelit (konstipasi), sembelit semakin berat karena
gerakan otot di dalam usus di perlambat oleh tinginya kadar
progesteron.
Seiring dengan kemajuan kehamilan lambung dan usus tergeser
oleh uterus yang membesar seiring dengan kemajuan usia kehamilan.
Biasanya terjadi mual, kadang-kadang terjadi muntah disebabkan oleh
refluks secret-sekret asam ke esophagus bagian bawah. Gusi dapat
terjadi hiperemis dan melunak, dapat berdarah serta cidera ringan.
Haemorroid sering terjadi ini disebabkan oleh konstipasi dan
peningkatan tekanan pada vena-vena di bawah uterus yang membesar.
Sistem Perkemihan Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing
tertekan oleh uterus yang mulai membesar dan akhir kehamilan bila

ix
10

kepala janin mulai turun pintu atas panggul tertekan kembali sehingga
timbul sering BAK.
c. Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan huperpigmentasi alat-alat
tertentu. Pegmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanoprhore
stimulating hormon yang meningkat. MSH ini adalah salah satu
hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-
kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal
sebagai kloasma gravidarum.
d. Perubahan metabolisme.
Dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mandasar dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi
untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI. Adapun
perubahan metabolisme adalah :
1) Metabolisme basal naik 15 – 20 % terutama pada trimester ke tiga.
2) Keseimbangan asam alkali sedikit mengalami perubahan; pada
wanita tidak hamil kadar sebesar 155 mEq perliter menurun sampai
145 – 147 mEq perliter.
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin; protein harus di simpan pula untuk kelak
dapat di keluarkan pada laktasi. Maka dari itu, perlu di perhatikan
agar wanita hamil memperoleh cukup protein selama hamil. Di
perkirakan satu gram protein setiap kilogram berat badan dapat
memenuhi kebutuhan sehari – hari.
4) Kebutuhan kalori di dapat dari karbohidrat, lemak, dan protein.
5) Kebutuhan mineral untuk ibu hamil
a) Kalsium 1,5 – 2,5 gram setiap hari
b) Zat besi 800 mg atau 30 – 50 mg perhari

x
11

c) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak


d) Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,6 – 16,5 selama hamil.
3. Perubahan Psikologi Wanita Hamil
Masalah psikologis dapat menjadi faktor ibu hamil mengalami mual
muntah dalam kehamilan, atau memperburuk dalam gejala yang sudah
ada. Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak
diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial akan menyebabkan
penderitaan batin dan konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman
melahirkan sebelumnya terutama kecemasan akan datangnya mual dan
muntah dapat memperburuk rasa mual muntah.
Perasaan bersalah, marah, mengasihani diri sendiri atau ketakutan dapat
menambah gejala mual muntah. Ibu hamil dapat merasa bersalah tentang
dampak kehamilan pada keadaan keunganan keluarga, terutama jika
kehamilan tidak direncanakan. Rasa marah dapat diarahkan pada
pasangannya turut andil dalam menyebabkan konsepsi sehingga dianggap
bertanggung jawab atas rasa tidak nyaman.
Pada saat wanita menginginkan janin didalam kandungannya berjenis
kelamin tertentu juga dapat mengalami respon positif atau negative secara
ekstrem, hal ini pada akhirnya dapat memunculkan gejala fisik seperti
mual dan muntah. faktor psikis, kematangan jiwa, dan penerimaan ibu
tersebut terhadap kehamilannya sangat berpengaruh dengan berat
ringannya gejala yang timbul.
a. Trimester pertama (1-12 minggu)
Trimester pertama merupakan periode penyusaian diri terhadap
kenyataan bahwa ibu hamil, juga merupakan waktu penungguan yang
mencemaskan agar menjadi ibu yang baik. Ini terutama berlaku pada ibu
hamil pertama yang merupakan pengalaman baru pada hidupnya.
b. Trimester kedua (13-28 minggu)
Trimester kedua disebut sebagai periode pancaran kesehatan karena
selama trimester ini umumnya wanita merasa sehat dan terbesar dari masa

xi
12

kecemasan dan rasa tidak nyaman yang dirasakan pada trimester pertama.
Pada trimester ini pula ibu mulai merasakan gerakan bayinya sehingga ia
merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluardari dirinya.
c. Trimester ketiga (29-40 minggu)
Trimester ketiga sering disebut periode menunggu dengan hati-hati,
wanita tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester ketiga saat
persiapan aktif kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Wanita tersebut
mungkin takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul saat
melahirkan.
1) Tanda Kehamilan
a) Adapun tanda-tanda tidak pasti hamil sebagai berikut :
(1) Mual dan muntah
(2) Gangguan berkemih
(3) Persepsi adanya gerakan janin
(4) Terhentinya menstruasi/amenore
(5) Perubahan pada payudara
(6) Perubahan warna mukosa vagina
(7) Meningkatnya pigmentsi kulit dan timbulnya striae
b) Adapun tanda-tanda mungkin hamil :
(1) Pembesaran abdomen,
(2) Perubahan anatomi pada serviks
(3) Kontraksi Braxton hiks
(4) Ballottement
(5) Kontraksi fisik janin
(6) Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.
c) Adapun tanda-tanda pasti hamil
(1) Identifikasi kerja jantung janin yang tersendiri dari kerja jantung
wanita hamil
(2) Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa

xi
i
13

(3) Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan


dengan tekhnik sonogravik atau pengenalan janin yang lebih tua
secara radiografis pada paruh kedua kehamilan.
d. Komplikasi
Selama kehamilan ada beberapa tanda-tanda bahaya atau
Komplikasi pada ibu hamil yaitu :
1. Perdarahan pervaginam adalah perdarahan yang terjadi pada masa
kehamilan kurang dari 22 minggu.
2. Sakit kepala yang hebat adalah ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan.
3. Gerakan janin berkurang adalah ibu sudah tidak merasakan gerakan
janin sesudah usia kehamilan 22 minggu atau selama kehamilan.
4. Demam tinggi merupakan suatu masalah,demam tinggi dapat
merupakan adanya gejala infeksi dalam kehmilan.
5. Mual muntah yang merupakan gejala yang wajar yang sering di alami
oleh ibu hamil trimester 1. Tetapi jika tidak cepat ditangani secara
dini akan menyebabkan komplikasi yaitu hiperemesis gravidarum
adapun Komplikasi yang dapat terjadi pada hyperemesis gravidarum
adalah :
a. Maternal
Akibat defisiensi B1 akan menyebabkan diplopia,palsi nervus ke-
6,nistagmus,ataksia dan kejang, jika hal ini tidak segera ditangani
akan terjadi psikosis korsakoff adalah amnesia menurunnya
kemampuan untuk beraktifitas, ataupun kematian karena itu
hiperemesis gravidarum tingkat 3 perlu dipertimbangkan terminasi
kehamilan. Akibat dari hiperemesis gravidarum juga yaitu
dehidrasi yang menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi, dapat
mempengaruhi tekanan darah ibu sehingga terjadi hipertendsi pada
ibu.

xi
ii
14

b. Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam (IUGR).
B. Konsep Dasar Hiperemesis
Gravidarum 1.Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada
kehamilan trimester pertama, muntah begitu hebat dimana apa yang segala
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan
umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, mengalami
dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti
apendisitis, pielititis dan sebagainya.
Biasanya hiperemesis garvidarum terjadi pada kehamilan pertama dan
umumnya mengenai ibu hamil dengan keadaan yang mengakibakan kadar
HCG yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik kehamilan atau
kehamilan kembar .
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan selama
kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi lebih lama daripada
mual dan muntah yang biasa dialami pada trimester pertama. Terkait
dengan ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan abnormalitas
kimia darah. Dapat terjadi pada trimester berapapun, biasanya dimulai pada
trimester pertama dan menetap dengan derajat yang bervariasi sepanjang
masa kehamilan.
Sedangkan Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang
berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan
bahkan membahayakan hidupnya.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis dapat menimpulkan
bahwa Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada
kehamilan trimester pertama, muntah begitu hebat dimana apa yang segala
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan
umum dan pekerjaan sehari-hari.

xi
v
15

2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Umumnya terjadi pada Primigravida karena primigravida belum
mampu beradaptasi terhadap hormone estrogen dan gonadotropin
korionik, mola hidatidosa karena jumlah hormone yang di keluarkan
cukup tinggi maka bisa menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum, dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
b. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi
yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta
adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin.
c. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
d. Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

3. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin(HCG). HCG adalah
hormone glikoprotein dari keluarga gonadotropin yang awalnya disintesin
oleh embrio manusia, dan kemudian dilanjutkan oleh syncytiotrophoblast.
bagian dari plasenta selama masa kehamilan. dapat menjadi faktor mual
dan muntah. Khusus nya karena periode mual dan muntah gestasional
yang paling umum adalah 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu
HCG mencapai kadar tertingginya HCG sama dengan LH dan
disekresikan oleh sel-sel tropoblas blastoit. Peningkatan kadar hormon

x
v
16

progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal


mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi
kosong.
Patofisiologi hiperemesis gravidarum diawali dengan mual muntah yang
berlebihan dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, maka terjadilah ketosis atau keton dengan tertimbunnya asam
aseton asetik dan aseton darah.
Sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, mata cekung, tekanan darah
turun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan
menurun untuk memberikan nutrisi dan ngengonsumsi O2. Oleh karena itu
dapat terjadi perubahan metabolisme menuju kearah anaerobik yang
menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebihan
dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga Ph darah menjadi lebih
tinggi.12 Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan komplikasi
gangguan fungsi alat vital sebagai berikut:
a. Hepar
1) Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler
tanpa nekrosis.
2) Gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus.
3) Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan
gangguan fungsi menurun.
b. Ginjal
1) Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun.
2) Terjadi perdarahan dan nekrosis dan perdarahan di otak.
3) Sistem saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan diotak
diantaranya perdarahan ventrikel.
4. Tingkatan dan Gejala
Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis
gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih
dari 10 kali muntah akan tetapi apabila keadaan umum itu terpengaruh

x
vi
17

dianggap sebagai hiperemesis.Menurut berat ringannya gejala dapat di


bagi dalam tiga tingkatan yaitu :
a. Tingkat 1 = Ringan
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak
mau makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium, nadi
sekitar 100 kali per menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang,
lidah kering, dan mata cekung.
b. Tingkat II = Sedang
Mual dan muntah hebat menyebabkan keadaan umum penderita
lebih parah, lemah apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan
kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus
ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula terjadi
asetonuria dan dari nafas keluar bau aseton.
c. Tingkat III = Berat
Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen
sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat, suhu
badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus. Komplikasi yang dapat
berakibat fatal terjadi pada susunan syaraf pusat dengan adanya
nigtagmus, diplopia, perubahan mental.
5. Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga
mempengaruhi keadaan umum. Hiperemesis gravidarum yang terus
menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
diberikan. Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemui tanda berikut.
a. Amenore disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
b. Fungsi vital : nadi meningkat 100x/menit, Tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril, dan gangguan kesadaran (apatis-
koma)

x
vi
18

c. Fisik : Dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun,


pada vaginal toucher uterus besarnya sesuai usia kehamilan,
konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru.
d. Pemeriksaan USG : untuk mengetahui adanya kehamilan kembar,
molahidatidosa dan kondisi kesehatan janin.
e. Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit, benda
keton, dan proteinuria.
f. Pada keluhan hiperemesis yang berat atau berulang pikirkan untuk
konsultasi psikologi.
6. Penatalaksanaan
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
Adapun tingkatan hiperemesis gravidarum yang harus dirawat dirumah sakit
adalah hiperemesis gravidarum tingkat II dan III. Dan tidak semua grade harus
di rawat di RS. Adapun tatalaksana hiperemesis gravidarum secara umum :
a. Tatalaksana Umum
1) Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologis.
2) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.
3) Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
4) Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh
hangat.
5) Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.
6) Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
7) Defekasi yang teratur.
8) Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

x
vi
19

9) Obat-obatan
Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. Vitamin
yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan
juga seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan
antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin.
Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola dirumah
sakit.
Adapun prosedur tetap penatalaksaan hiperemesis gravidarum di
RSUD Lahat adalah sebagai berikut :
1) Beri penjelasan pada pasien dan keluarga tindakan yang akan di
lakukan.
2) Isi formulir persetujuan tindakan medis.
3) Dekatkan alat-alat yang akan di gunakan
4) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang aman.
5) Mencuci tangan dengan dengan sabun di bawah air mengalir
lalu mengeringkan dengan handuk.
6) Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.
7) Melakukan pemeriksaan obstetri,papasi dan DJJ.
8) Memasang infuse sesuai dengan IK pemasangan infuse.
9) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy
neurobion dan primperan 1 ampul dalam cairan Dex 5-10 %
Atau tindex 27A,tetesan sesuai KU pasien.
10) Setelah melakukan tindakan cuci tangan dengan sabun di air
yang mengalir lalu keringkan dengan handuk kering.
11) Catat hasil pemeriksaan pada status dan asuhan kebidanan.

Adapun tingkatan hyperemesis gravidarum yang harus dirawat


dirumah sakit adalah hyperemesis gravidarum tingkat II dan III.
Penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum Tingkat I, Tingkat II, dan
Tingkat III yaitu :

xi
x
20

a) Tingkat I adalah pemberian cairan infuse D10%. Karena tubuh ibu


harus mendapatkan cairan yang cukup. Dokter biasanya akan
memberikan cairan infuse D10% untuk membantu mengembalikan
cairan.dan pemberian obat oral beberapa jenis obat oral juga bisa
diberikan kepada ibu seperti Ranitidine 150 Mg 3 x 1 secara oral.
Untuk menurunkan Asam Lambung. Ondansetron 8 Mg 1 x 1 secara
oral. Untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah.
b) Tingkat II adalah :
(1) Beri penjelasan pada pasien dan keluarga tindakan yang akan di
lakukan.
(2) Isi formulir persetujuan tindakan medis.
(3) Dekatkan alat-alat yang akan di gunakan
(4) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang aman.
(5) Mencuci tangan dengan dengan sabun di bawah air mengalir lalu
mengeringkan dengan handuk.
(6) Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.
(7) Melakukan pemeriksaan obstetri,papasi dan DJJ.
(8) Memasang infuse sesuai dengan IK pemasangan infuse.
(9) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy
neurobion dan primperan 1 ampul dalam cairan Dex 5-10 % Atau
tindex 27A,tetesan sesuai KU pasien.
(10) Setelah melakukan tindakan cuci tangan dengan sabun di air yang
mengalir lalu keringkan dengan handuk kering.
(11) Catat hasil pemeriksaan pada status dan asuhan kebidanan.
c) Tingkat III adalah :
(1) Memberikan cairan infuse D10%
(2) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy
neurobion dan primperan 1 ampul dalam cairan Dex 5-10 % Atau
tindex 27A,tetesan sesuai KU pasien.
(3) Diet hiperemesis I. Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus,

x
x
21

ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi
yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu
lama.

C.Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Hiperemesis Gravidarum


Dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan pelaksana, bidan memiliki
kewenangan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan kebidanan
khususnya dalam kasus hyperemesis gravidarum. Pedoman yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Standar kompetensi
Berdasarkan Kepmenkes nomor 369 tahun 2007 tentang standar
profesi bidan bahwa terdapat 9 kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang bidan dalam memeberikan pelayanannya,diantaranya yaitu pada
kompetensi ke-3 tentang memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
megoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi : Deteksi dini,
pengobatan maupun rujukan dari komplikasi tertentu. Untuk penanganan
dari hyperemesis gravidarum yang dapat dilakukan oleh bidan terdapat
pada standar pelayanan kebidanan yaitu :
a. Standar 3 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Mengenal tanda dan gejala anemia ringan, berat, hyperemesis
gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen dan
komplikasinya.
b. Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal.
Bidan memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini
komplikasi kehamilan, bidan memberikan sedikitnya 4 kali
pelayanan antenatal dan bidan harus mengenal kehamilan dengan
resiko tinggi.
2. UU No. 28 tahun 2017
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan pada pasal 19 ayat (2). Pada ayat (2)bahwa dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu, bidan berwenang melakukan :

x
xi
22

a. Konseling pada masa sebelum hamil,


b. Antenatal pada kehamilan normal,
c. Persalinan normal,
d. Ibu nifas normal,
e. Ibu menyusui normal, dan
f. Konseling pada masa dua kehamilan.
Berdasarkan Isi Keputusan Menteri Kesehatan nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidanyang berbunyi
dalam menjalankan pelayanan bidan berwennang melakukan pertolongan pada
kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan arbotus iminens dan
hiperemesis gravidarum tingkat I. Jika terdapat pasien hiperemesis gravidarum
tingkat II dan III segera dilakukan tindakan rujukan karena bukan dalam
wewenang bidan.

C. Aplikasi Manajemen Asuhan Kebidanan


Pada kasus hiperemesis gravidarum di perlukan pengkajian yang lebih fokus dan
cermat untuk memastikan bahwa klien benar mengalami hiperemesis gravidarum.
Pengkajiannya adalah berikut ini :
1. Data subjektif
Data subjektif yang diperoleh adalah pada klien dengan hyperemesis
gravidarum ibu akan mengeluh muntah hebat juga mengeluh nafsu makan
berkurang,dan lemas. Ibu mengeluh sangat menginginkan janin didalam
kandungannya berjenis kelamin tertentu.
2. Data objektif
a. Pemeriksaan umum
b. Berat badan dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya.
c. Suhu badan meningkat,denyut nadi cepat, dan frekuensi pernafasan.
d. Tekanan daran turun.
e. Pemeriksaan fisik
f. Turgor kulit buruk.
g. Kelembapan membrane mukosa.

x
xi
23

h. Kondisi lidah bengkak, kering,pecah-pecah.


i. Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ,nyeri tekan.
j. Bau keton ketika benafas.
3. Analisa
Ny ……tahun, G…P…A…hamil…minggu dengan hyperemesis
gravidarum tingkat…
4. Planning
Tindakan awal yang diberikan pada ibu hyperemesis gravidarum adalah.
Umum :
a. Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologis.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.
f. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Defekasi yang teratur.
h. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
i. Obat-obatan. Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga
dianjurkan juga seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat
diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau
khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu
dikelola dirumah sakit.

x
xi
24

Tatalaksana sesuai tingkatan :


a. Tingkat I adalah pemberian cairan infuse D10%. Karena tubuh ibu
harus mendapatkan cairan yang cukup. Dokter biasanya akan
memberikan cairan infuse D10% untuk membantu mengembalikan
cairan.dan pemberian obat oral beberapa jenis obat oral juga bisa
diberikan kepada ibu seperti Ranitidine 150 Mg 3 x 1 secara oral. Untuk
menurunkan Asam Lambung. Ondansetron 8 Mg 1 x 1 secara oral.
Untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah.
b. Tingkat II adalah :
1) Beri penjelasan pada pasien dan keluarga tindakan yang akan di
lakukan.
2) Isi formulir persetujuan tindakan medis.
3) Dekatkan alat-alat yang akan di gunakan
4) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang aman.
5) Mencuci tangan dengan dengan sabun di bawah air mengalir lalu
mengeringkan dengan handuk.
6) Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.
7) Melakukan pemeriksaan obstetri,papasi dan DJJ.
8) Memasang infuse sesuai dengan IK pemasangan infuse.
9) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi
neurobion dan primperan 1 ampul dalam cairan Dex 5-10 % Atau
tindex 27A,tetesan sesuai KU pasien.
1. Setelah melakukan tindakan cuci tangan dengan sabun di air
yang mengalir lalu keringkan dengan handuk kering.
2. Catat hasil pemeriksaan pada status dan asuhan kebidanan.
c. Tingkat III adalah :
1) Memberikan cairan infuse D10%
2) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi
neurobion dan primperan 1 ampul dalam cairan Dex 5-10 % Atau
tindex 27A,tetesan sesuai KU pasien.
3) Penghentian kehamilan

x
xi
25

Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil


malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga
diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung.

x
x
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : Jumat, 02 Desember 2022


Waktu : 18.10 WIB
Tempat : Ruang Nifas (RSUD Lahat)

A.DATA SUBJEKTIF
1.Identitas Istri Suami
Nama Ny. T Tn.T
Umur 36 tahun 40 tahun
Suku Jawa Sunda
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Karyawan Swasta
Alamat Serelo Lahat Selero Lahat
2. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Sejak 18 November 2022 Ibu di rumah mengalami mual dan muntah sehari
17 kali, kurang lebih selama 2 minggu.
Pukul 17.00 Wib tanggal 02 Desember 2022 ibu pun ke BPM bersama suami
untuk memeriksaan kehamilannya. Karena keluhan ibu tersebut bidan pun
menyarankan ibu untuk ke RSUD Lahat.
Ibu dan suami datang ke IGD kebidanan sampai pada pukul 18.10 WIB. Di
IGD kebidanan ibu dilakukan pemeriksaan TTV TD: 100/70 mmHg, Nadi:
86 X/Mnt, Pernafasan :21 X/Mnt, Suhu: 36,8, Cek keton urin, PP test, Serta
darah ibu di ambil untuk mengetahui hasil HB ibu, Ibu di pasang Infus di
tangan kanan dengan cairan infus D10% dengan tetesan 20 Tetes/mnt. dan

30

x
31

Pada pukul 18.30 Wib terapi yang ibu dapatkan di IGD di berikan
Ondansentron dengan dosis 3 Mg dan Neurobion 4 gram/2 ml/12 jam .Di
berikan Secara di Drip ke Cairan Infus dan Injek Ranitidine 2 x1 dengan
dosis 2 ml di berikan secara IV Bolus. Setelah selesai di tindak lanjut ibu
akan di pindah kan ke ruang Nifas tetapi ibu beristirahat dahulu di Ruang
IGD.
Pada pukul 20.00 Wib ibu pun di pindahkan ke ruangan Nifas untuk di
observasi lebih lanjut.
3. Riwayat Kehamilan Saat ini
Ini merupakan kehamilan keempat , tidak pernah keguguran. HPHT 20-12-
2017. Ibu baru 2 kali periksa ke Bidan. Periksa pertama pada saat usia
kehamilan ibu 7 minggu dan periksa ke2 pada saat usia kehamilan ibu 10
minggu dengan keluhan mual muntah sudah 17 kali selama 2 minggu. Ibu
sudah diperiksa pemeriksaan laboraturium lengkap di puskesmas dengan
hasil HB 12,8.
4. Riwayat Persalinan
No Usia Tempat Usia Jenis Penolong BBL Jenis Keada-
Anak Bersa- Kehamilan Persalinan Kelamin an
lin Anak Anak
Saat
Ini
1 12 Rumah 40 Minggu Normal Bidan 3200 Gr Laki-laki Hidup
Tahun

2 8 Rumah 38 Minggu Normal Bidan 2900 Gr Laki-laki Hidup


Tahun

3 3 BPM 40 Minggu Normal Bidan 2800 Gr Laki-laki Hidup


Tahun
4 Hamil - - - - - - -
Ini

6. Riwayat Penyakit
Ibu tidak memiliki penyakit gastritis (magh).

x
32

7. Riwayat Psikososial
Ini pernikahan pertama, lamanya sudah 13 tahun. Ibu mengatakan sangat
menginginkan anak perempun karena ibu belum memiliki anak perempuan.
8. Riwayat Pola nutrisi sehari-hari
1) Nutrisi dan Hidrasi
Sebelum hamil ibu mengatakan makan 3x dalam 1 hari dengan menu
seimbang dan mengatakan menyukai makanan pedas dan asam. Selama
hamil ibu makan 2x dalam 1 hari dengan menu nasi dan sayur. Ibu
mengalami kesulitan makan, setiap kali makan ibu mengalami muntah
dan selama hamil ibu tidak mengonsumsi makanan pedas dan asam.
Sebelum hamil ibu minum air putih kurang lebih 6-7 gelas sehari, saat hamil
ibu minum air putih kurang lebih 3-5 gelas sehari.
2) Eliminasi
Sebelum hamil ibu BAB 1 kali sehari, saat hamil ibu BAB masih lancar 1
kali sehari. Sebelum hamil ibu BAK 3-5 kali sehari, saat hamil ibu BAK
3-5 kali sehari dengan tidak ada keluhan.
3) Istirahat
Sebelum hamil ibu tidur 6-7 jam sehari, saat hamil ibu tidur 6-7 jam
sehari. Tiap malam dan siang hari tidur 1-2 jam. Saat hamil ibu tidak bisa
tidur siang karena terganggu dengan mual dan muntanhnya.
4) Seksual
Sebelum hamil ibu melakukan hubungan seksual 1 minggu 3 kali. Setelah
hamil ibu tidak pernah melakukan hubungan seksual karena terganggu
dengan keluhan mual dan muntahnya.
9. Riwayat Kontrasepsi
Ibu menggunakan kontrasepsi Suntik 3 bulan selama ± 2 tahun. Selama
menggunakan kontrasepsi suntik tersebut, ibu tidak mendapatkan haid. Ibu
berhenti menggunakan kontrasepsi suntik dengan tujuan agar mendapatkan
anak.

x
33

B.DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Antropometri
1) BB Sebelum hamil : 57 Kg
2) BB Saat hamil : 52 Kg
Tanda Vital
1) TD : 100/70mmHg
2) Nadi : 80x/m
3) Pernafasan : 21x/m
4) Suhu : 36,9C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, mata tampak
cekung.
b. Mulut : bibir tampak pucat, Lidah tampak kotor.
c. Leher : tidak ada kelenjar tyroid dan limfe
d. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, adanya nyeri tekan
pada epigastrium, ballotement (-), kandung kemih kosong
e. Genitalia : Bersih, vulva vagina tidak ada kelainan
f. Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varices, tampak terlihat pucat,
turgor kulit berkurang elastis, kulit teraba dingin. Terdapat Infus di tangan
kanan ibu dengan cairan infuse D10 % kolf ke I, dengan tetesan 20 tpm .
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Keton Urine : Positive (III)
b. Test Kehamilan : Positive (+)

x
34

3. ANALISA
NY.T Usia 36 tahun G4P3A0 hamil 10 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Tingkat II.
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
2. Memberikan dukungan dan motivasi dengan meyakinkan ibu bahwa
mual dan muntah merupakan adaptasi yang terjadi pada kehamilan
muda. Serta meyakinkan ibu bahwa sakit yang dialami ibu dapat
disembuhkan dengan cara menghilangkan rasa takut, cemas karena
kehamilan.
3. Memberitahu ibu agar Ibu tetap sering makan namun sedikit-sedikit dan
mengkonsumsi makanan lunak seperti bubur.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG hasil :
1) Cairan Infus D10% kolf I , 20 tpm. Di tangan kanan ibu.
2) Observasi tetesan cairan infuse.
Hasil data rekamedic pasien :
a. 22.00 wib observasi keadaan umum ibu
b. 22.30 observasi tanda-tanda vital ibu dengan hasil TD : 100/90
mmHg, nadi : 89x/mnt, pernafasan : 20x/mnt, suhu : 37ºC
c. 06.00 Wib Ondansentron dengan dosi 3 Mg dan Neurobion 4
gram/2 ml/12 jam. diberikan secara di drip ke cairan Infus.
d. 06.05 Wib Injek Ranitidine di berikan secara IV Bolus/12 jam.
e. 06.10 Wib meberikan ibu pot urine dan memberitahu agar air pipis
ibu di tampung ke dalam pot untuk dilakukan pengecekan pada
keton urine Positive ( ++).

x
35

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : Sabtu, 03 Desember 2022
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Nifas (RSUD Lahat)
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan pusing mual serta muntah nya berkurang, Tetapi ibu masih
lemas. Ibu sudah mau makan dengan 6 sendok bubur ayam, 3 potong buah
apel dan 1 gelas air putih.
B. DATA OBJEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : CM
c. TTV
TD : 100/70 mmHg
N : 86 X/Mnt
RR : 21 X/Mnt
S : 36,7C
d. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, mata tampak cekung
e. Mulut : bibir tampak pucat, lidah tampak kotor.
f. Abdomen : Adanya nyeri pada epigastrium, ballotement (-), kandung
kemih kosong
g. Ekstremitas : Tidak ada Oedema dan varises, tampak terlihat pucat, turgor
kulit berkurang, kulit teraba dingin. Di tangan kanan ibu terpasang Infus
dengan cairan infuse D10% kolf ke 2, tetesan 20 tpm.
C. ANALISA
Ny.T Usia 36 tahun G4P3A0 Hamil 10 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Tingkat II

x
36

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah membaik.
2. Memantau TTV ibu : dengan hasil TD : 100/90 mmHg,N : 89x/mnt, Rr :
20x/mnt,
S : 37 C.
3. Memberitahu ibu agar istirahat yang cukup.
4. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan Nutrisi dan Elimnasi.
5. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan istirahat yang cukup.
6. Memotivasi ibu agar ibu tetap makan sedikit-sedikit tapi sering.
7. Menganjurkan ibu untuk sering minum sari buah agar mengurangi rasa
mual yang ibu rasakan seperti air jeruk manis yang hangat dan minum
yang manis supaya lebih berenergi.
Memberikan semangat kepada ibu agar ibu cepat sembuh.
Data rekamedic pasien :
a. 18.00 Wib Ondansentron dengan dosi 3 Mg dan Neurobion 4 gram/2
ml/12 jam. diberikan secara di drip ke cairan Infus.
b. 18.05 Wib Injek Ranitidine di berikan secara IV Bolus/12 jam.
c. 19.00 Wib observasi keadaan ibu dengan hasil TD : 100/90 mmHg,
Nadi : 89x/mnt, pernafasan : 20x/mnt, suhu : 37ºC
d. 22.00 Wib mengganti cairan infuse D10% pada kolf ke 2.
e. 06.00 Wib Ondansentron dengan dosi 3 Mg dan Neurobion 4 gram/2
ml/12 jam. diberikan secara di drip ke cairan Infus.
f. 06.05 Wib Injek Ranitidine di berikan secara IV Bolus/12 jam.
g. 06.10 Wib memberikan ibu pot urine dan memberitahu agar air pipis
ibu ditampung kedalam pot untuk dilakukan pengecekan keton urin
Positife (++).
h. 08.00 Wib Memberitahu ibu agar segera sarapan pagi dengan menu
bubur ayam.
i. 12.00 Wib Memberitahu ibu agar menjaga pola istirahat dan eliminasi.

x
37

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : Minggu, 04 Desember 2022
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Ruang Nifas (RSUD Lahat)

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mual serta muntah berkurang , muntah kurang lebih 1 kali.
Tetapi ibu masih lemas. Ibu sudah mau makan dengan 7 sendok bubur ayam, 4
potong buah papaya dan 1 gelas air putih.
B. DATA OBJEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : CM
c. TTV
TD : 100/70 mmHg
N : 86 X/Mnt
RR : 20 X/Mnt
S : 36,4C
d. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, Mata cekung.
e. Mulut : bibir tampak pucat,lidah kering.
f. Abdomen : Adanya nyeri pada epigastrium, Ballotement (-), kandung
kemih kosong
g. Ekstremitas : Tidak ada Oedema dan varises, tampak terlihat pucat, turgor
kulit berkurang, kulit teraba dingin. Di tangan kanan ibu terpasang Infus
dengan cairan infuse D10% kolf ke 3, tetesan 20 tpm .
C. ANALISA
NY.T Usia 36 tahun G4P3A0 Hanil 10 minggu dengan Riwayat Hiperemesis
Gravidarum

x
38

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberikan cairan infuse D10% kolf ke 3.
2. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan Nutrisi,Elimnasi dan Istirahat.
3. Memberitahu ibu agar makan seing tapi sedikit-sedikit.
4. Memberitahu ibu agar istirahat yang cukup.
5. Menganjurkan ibu untuk sering minum sari buah agar mengurangi rasa
mual yang ibu rasakan seperti air jeruk manis yang hangat dan minum yang
manis supaya lebih berenergi.
6. 18.00 Wib Ondansentron dengan dosi 3 Mg dan Neurobion 4 gram/2
ml/12 jam. diberikan secara di drip ke cairan Infus.
7. 18.05 Wib Injek Ranitidine di berikan secara IV Bolus/12
jam. Data rekamedic pasien :
a. 22.00 Wib obsrvasi tanda-tanda vital ibu dengan hasil TD : 100/90
mmHg, Nadi : 89x/mnt, pernafasan : 20x/mnt, suhu : 36,8ºC
b. 06.10 Wib Wib memberikan ibu pot urine dan memberitahu agar air
pipis ibu ditampung kedalam pot untuk dilakukan pengecekan keton
urin negative (-).
c. 08.00 Wib Memberitahu ibu agar segera sarapan pagi dengan menu
bubur ayam.

x
39

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : Senin, 05 Desember 2022
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Nifas (RSUD Lahat)

A.DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mual serta muntah berkurang , hari ini ibu sudah tidak mual
dan muntah. Ibu sudah tidak lemas. Ibu sudah mau makan dengan satu
porsi bubur ayam, 6 potong buah pepaya dan 1 gelas air putih.
B. DATA OBJEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : CM
c. TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 80 X/Mnt
RR : 20 X/Mnt
S : 36,6C
d. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, konjung tiva merah muda.
e. Mulut : bibir sudah tidak pucat merah muda, lidah sudah tidak kering .
f. Abdomen : Tidak nyeri pada epigastrium, Ballotement (-), kandung kemih
kosong
g. Ekstremitas : Tidak ada oedema dan varises, tidak pucat, kulit teraba sudah
tidak dingin.

x
40

C. ANALISA
NY.T Usia 36 tahun G4P3A0 Hanil 10 minggu dengan Riwayat Hiperemesis
Gravidarum
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah membaik.
2. Memberitahu ibu dan keluarga ibu sudah boleh pulang.
3. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan Nutrisi,Elimnasi dan Istirahat.
4. Memberitahu ibu agar tetap menjaga pola nutrisi.
5. Memberitahu ibu jika ada mual muntah segera ke tenaga kesehatan
terdekat.
6. Memberikan obat untuk pulang sesuai Advice dokter :
a. Ranitidine 150 Mg 3 x 1 secara oral. Untuk menurunkan Asam
Lambung.
b. Ondansetron 8 Mg 1 x 1 secara oral. Untuk mencegah serta mengobati
mual dan muntah.
7. Memberitahu ibu kontrol ulang pada tanggal 29 Februari 2018 di ruang
poli kebidanan pada pukul 08.00 Wib.

xl
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan dan kesesuaian antara teori
dengan kenyataan yang ada di lapangan serta faktor penunjang dan penghambat
selama penulis melakukan asuhan pada Ny. T dengan hyperemesis gravidarum
tingkat II di Ruang Nifas, RSUD Lahat Data Subjektif

Dari data yang diperoleh dengan cara anamnesa pada Ny.T usia 36 tahun
didapatkan data klien Ibu mengaku hamil 10 minggu HPHT 20-09-2022
mengatakan hamil ke empat, belum pernah keguguran. Ibu mengeluh mual dan
muntah sejak 2 minggu yang lalu, muntah 17 kali sehari. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa mual muntah yang berlebihan pada usia kehamilan kurang dari 12
minggu,dengan frekuensi ≥ 10 kali dalam 24 jam dan menganggu aktifitas
merupakan tanda hiperemesis gravidarum tingkat II.
Pada riwayat psikososial didapatkan bahwa ibu sangat mengharapkan
kehamilan ini, dikarenakan ibu belum memiliki anak perempuan.Hal ini sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa kondisi psikosomantik dapat menyebabkan
kejadian hiperemesis gravidarum. Kondisi psikosomantika adalah gangguan
psikologis yang berubah menjadi bentuk gangguan fisik.Gangguan psikologis yang
terinpilasi pada gejala fisik ini dapat berupa mual dan muntah, kelelahan yang
berat dan sebagainya.hiperemesis gravidarum merupakan salah satu keadaan
gangguan psikologis yang diubah dalam gejala fisik.Kondisi psikologis ibu yang
menjalani pproses kehamilan dapat menyebabkan terjadinya stress. Ibu yang dalam
keadaan stress ini dapat meningkatkan tekanan darah dan peningkatan denyut
jantung sehingga dapat meningkatkan hormone HCG. HCG adalah hormon yang
dihasilkan selama kehamilan, yang dapat di deteksi dari darah atau air seni wanita
hamil ± 10 hari sesudah pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual

` 41

xl
42

dan muntah pada ibu hamil.Teori lain juga mengemukakan bahwa saat wanita
mengetahui jenis kelamin janinnya, ia dapat mengalami emosi positif atau negative
secara ekstrem yang mungkin berhubungan dengan keinginannya untuk
memperoleh bayi berjenis kelamin tertentu, hal ini pada akhirnya dapat
menyebabkan stress yang menyebabkan timbulnya gejala fisiknya seperti mual dan
muntah.
A. Data Objektif
Pada pengkajian data objektif yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik
kepada Ny T 36 tahun yang meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Hasil pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum tampak lemah, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 88 kali permenit, suhu 36.7°,
pernafasan 20 kali permenit, terjadi penurunan berat badan selama hamil 2 Kg.
Mata cekung, pada mulut terlihat lidah kering dan kotor,turgor kulit kurang
elastis.Hal ini sesuai dengan teori bahwa tanda gejala hipermemesis gravidarum
tingkat II adalah penderita tampak lebih lemah, turgor kulit lebih mengurang, dan
mata sedikit ikterik. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
Terjadi penurunan berat badan dari 57 kg menjadi 55 kg.Hal ini sesuai dengan
teori bahwa pada kasus hiperemesis gravidarum yang ekstrem, vomitus yang
persisten menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi, yang menyebabkan
ketidak seimbangan elektrolit dan cairan. Dehidrasi menyebabkan hipovolemia,
yang dimanifestasikan sebagai hipotensi dan taki kardi.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan data yaitu pemeriksaan pp test hasil (+)
dan pemeriksaan urin didapatkan hasil keton positif(+++).Hal ini sesuai dengan
teori bahwa Mual muntah yang berlebihan dapat menyebabkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis atau keton dengan
tertimbunnya asam aseton asetik dan aseton darah.Sehingga dapat menimbulkan

xl
43

dehidrasi, mata cekung, tekanan darah menurun, dan diuresis.Hal ini menimbulkan
perfusi kejaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan O2. Oleh karena itu
dapat terjadi perubahan metabolism menuju kearah anaerobik yang menimbulkan
benda keton dan asam laktat.
B. Analisa
Berdasarkan data yang diperoleh dari data subjektif dan data objektif
Penegakkan hiperemesis gravidarum pada kasus ini berdasarkan teori bahwa
tanda gejala hiperemesis gravidarum tingkat II adalah penderita tampak lemah,
turgor kulit mengurang, lidah terlihat kotor dan kering, nadi cepat, berat badan
turun, dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan
konstipasi. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bahwa Keton (+++) yang
dapat penegakkan diagnosa dari hiperemesis gravidarum.
Maka analisa yang dapat ditegakan pada Ny. T usia 36 tahun, G4P3A0, hamil
10 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat II.
C. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian untuk memperoleh data
subjektif dan objektif serta menyusun sebuah analisa agar diperoleh diagnosa
untuk menetukan masalah dan kebutuhan potensial Ny. T maka penatalaksanaan
yang diberikan yaitu :
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG, Karena bidan tidak
bemempunyai wewenang untuk pemberian obat pada kasus hyperemesis
gravidarum sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dengan hasil
kolaborasi yaitu :
a. Memperbaiki keadaan umum dengan memberikan cairan infus D 10% yang
dicampur dengan neurobion 1 ampul dengan dosis 3 ml dan ondancetron
2x4 mg sehari dengan 20 tpm.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa pemberian cairan parenteral yang cukup
elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5-10 % dengan
keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai

xl
44

sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolism dari lemak dan


protein menjadi pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan
vitamin C, B komplek atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran
metabolisme.Pemberian neurobion dalam cairan untuk mencegah gangguan
metabolik karena kekurangan zat makanan. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa multivitamin, pirodiksin dan atau tiamin diberikan IV untuk
menyeimbangkan elektrolit sampai wanita mampu menoleransi cairan
melalui mulut dan urin menunjukan sedikit atau tidak ada keton dan
enselopati Wernicke merupakan salah satu komplikasi yang berkaitan
dengan kurangknya vitamin B1 (thiamin).22Setelah diberikan cairan ini
selama 4 hari sebanyak ± 8 kalf keadaan umum ibu semakin membaik.
Memberikan suntikan secara intravena Ranitidin 2x25 mg sehari.Yang
bekerja mempengaruhi sistem sekresi asam lambung untuk mengurangi
rasa perih dilambung.Setelah dilakukan asuhan selama 4 hari asam
lambung ibu menurun, ibu tidak lagi merasakan nyeri pada epigastrium.
Memberikan Antiemetic Ondansentron 3x4 mg. Hal ini sudah sesuai
dengna teori bahwa pada keadaan yang lebih berat diberikan
antimetic.Antiemetik berupa Antagonis serotonin selektif.Obat – Obatan
tersebut diharapkan dapat merangsang motilitas lambung tanpa
merangsang pengeluaran asam lambung, kandung empedu, atau pancreas,
tetapi bekerja secara sentral sebagai antagonis terhadap reseptor dopamine.
Sehingga mual muntah ibu selama dirawat di RS semakin hari semakin
membaik dan berkurang frekuensi muntahnya sebelum masuk RS kurang
lebih 17 kali atau hari setelah diberikan asuhan di RS pada hari ke2, 3, dan
4 sudak tidak muntah namun hanya mual saja.
2. Periksa laboraturium darah lengkap dan urine lengkap.
Pada kasus ini terdapat kesenjangan dikarenakan terdapat asuhan yang tidak
dilakukan sesuai dengan teori.Pada pemeriksaan laboraturium hanya
dilakukan pemeriksaan keton urin saja, namun menurut teori bahwa

xl
45

pemeriksaan penunjang pada kasus hipermemesis gravidarumm adalah


pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan urine lengkap, dan tes fungsi
hati.Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari yaitu hemoglobin, hematokrit,
trombosit, dan leukosit. Peningkatan hematocrit, perubahan kadar elektrolit
dan ketonuria berkaitan dengan dehidrasi.22 Tanda dan gejala hyperemesis
gravidarum tingkat II adalah pada peredaran darah terjadi hemokonsentrasi.
Pada pemeriksaan urine didapatkan hasil urin ibu mengandung keton positif
(+++), pemeriksaan urine dilakukan sehari sekali tepatnya pada pukul 06.00
WIB.Pemeriksaan keton urine dilakukan mengetahui perkembangan tingkat
derajat hyperemesis gravidarum.
3. Memberikan motivasi kepada ibu agar ibu tetap bersemangat dan selalu
berfikiran positif agar psikologi ibu tidak terganggu.
Setelah diberkan asuhan kepada klien selama dirawat 4 hari klien pun
diperbolehkan pulang karena kondisi klien sudah membaik. Terlihat pada
intensitas mual muntah yang berkurang Awal masuk RS klien mengeluh mual
muntah kurang lebih 17 kali setelah dilakukan asuhan di berikan terapi sesuai
dr.SpOG dan pada hari klien ke- 4 mengatakan sudah tidak terlalu mual dan
sudah tidak muntah. Pada pemeriksaan keton urine pun masuk Rumah Sakit
Positif(+++) dan setelah dilakukan asuhan menjadi positife (++). Pada hari ke
2 di RS klien mengatakan mual muntah berkurang menjadi 2 kali sehari dan
nafsu makan bertambah, pada hari ke 3 di RS klien mengatakan mual muntah
berkurang menjadi 1 kali,nafsu makan sudah meningkat dan setelah dilakukan
asuhan dan dilakukan pengecekkan keton urin hasil nya menjadi negatif(-),
dan pada hari ke 4 atau hari klien terakhir di rawat di RS mengatakan sudah
tidak terlalu mual dan sudah tidak muntah. Nafsu makan sudah meningkat,
sudah tidak terlalu lemas, dan pusing.Dilakukan pengecekkan keton urin hasil
negative (-).Setelah berkolaborasi dengan dokter ibu diperbolehkan pulang.

xl
46

A. Faktor Pendukung
Selama memberikan asuhan pada Ny.T dengan Hiperemesis gravidarum
penulis banyak mendapatkan bantuan dari dokter, CI rungan, bidan-bidan
maupun teman-teman.Selama melakukan asuhan penulis sangat dibimbing
dan diberikan pengetahuan oleh CI rungan sehingga penulis dapat diberi
kepercayaan dalam memberikan asuhan mengenai hyperemesis gravidarrum.
Begitupun dalam pencegahan infeksi di rumah sakit sangat baik karana
tersedia alat pelnduk diridalam memberikan asuhan dan juga tersedia tempat
pembuangan limbah baik benda tajam, infeksius maupun non infeksius yang
memadai dan proses penyeterilan alat yang tepat dan khusus baik tempat
maupun tenaga kerja. Sehingga terhindar dari infeksi pada pasien maupun
petugas kesehatan.Ny.T dan suami yang kooperatif sehingga memudahkan
penulis menggali permasalahan melalui pengkajian dan pemeriksaan
fisik.Sehingga asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi dapat dengan
mudah dan dapat diterima juga oleh pasien maupun keluarga.
B. Faktor Penghambat
Dalam memberikan asuhan pada hiperemesis gravidarum ini, tidak dilakukan
pemeriksaan Lab secara lengkap sehingga hasil penunjang tidak lengkap.pada
penulisan laporan tugas akhir ini penulis kesulitan mendapatkan teori dan
angka kejadian hiperemesis gravidarum.

xl
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.T dengan hiperemesis
gravidarum berupa pengumpulan data subjektif, pemeriksaan fisik dan data
penunjang untuk memperoleh data objektif, menentukan analisa untuk
mengetahui masalah yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah
diberikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Data Subjektif
Ny.T yang datang dengan keluhan mual muntah sejak 2 minggu yang lalu,
muntah sehari kurang lebih 17 kali, tidak ada nafsu makan, lemas, nyeri
pada ulu hati.
2. Data Objektif
Hasil pemeriksaan mulut didapatkan bibir kering, lidah kering, mata
cekung, abdomen terasa nyeri pada epigastrium, pada pemeriksaan
penunjang didapatkan urinalisa tes HCG positif, ketonurina positif (+++).
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang telah didapatkan
ditegakkan alias Ny.T dengan hiperemesis gravidarum tingkat II.
4. Penatalaksanaan
Penanganan hiperemesis gravidarum dilakukan sesuai SOP RSUD Lahat,
teori dan kompetensi kewenangan bidan meliputi memperbaiki keadaan
umum, menurunkan asam lambung, mengurangi mual muntah, dan
menghilangkan benda keton dalam tubuh serta mengurangi resiko
kesakitan pada ibu dan janin.

47

xl
48

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan saran-saran guna
perbaikan asuhan kebidanan pada kasus hiperemesis gravidarum tingkat II
sebagai berikut :
1. Untuk Rumah Sakit
Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan kesehatan dengan
cara memberikan asuhan kebidanan khususnya pada klien dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II.
2. Untuk Klien dan Keluarga
Diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan wawasan untuk klien dan
keluarga mengenai tanda-tanda, komplikasi, dan penanganan pada kasus
hiperemesis gravidarum tingkat II .
3. Untuk Profesi
Dapat mengaplikasikan teori yang didapat pada masa pendidikan kedalam
praktek lapangan dalam berbagai asuhan sesuai dengan wewenang yang
telah diterapkan sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan standar
pelayan kebidanan dan bermanfaat bagi klien dan keluarga.

xl
DAFTAR PUSTAKA

1. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Diakses tanggal 28 Februari 2018.


Didapat:https://www.depkes.go.id.
2. Ruri Puriati, Hubungan Paritas Dan Umur Ibu Dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum Di RSUD Adji darmo Rangkas bitung Tahun 2011:Jurnal
Obstretika Scientia, Vol. 2 No. 1 Juni 2014.
3. Cuningham, Obstetri Patologi. Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
4. Yosii Fitrina,Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester I
Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Wilayah Kerja
Puskesmas Palembaya Jorong Koto Tinggi Tahun 2014:Dosen
Program Studi D III Keperawatan STIKes Yasri Sumbara Bukit
tinggi.
5. Sastrawinata, Sulaiman et al. (Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi
edisi 2.EGC:Jakarta; 2004.
6. Varney, Helen. Asuhan Kebidanan. EGC:Jakarta; 2008
7. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Pt. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta; 2014.
8. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri Fisiologis dan Patologi jilid 1. Edisi 2. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998
9. Manuba, Ida Bagus Gde. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB.
Jakarta:EGC; 2010
10. Sulistyowati, Ari. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Jakarta: Salemba Medika; 2011.
11. Wiknjosastro,Hanifa. Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC. Jakarta ;2008.
12. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Prawirohardjo :
Jakarta;2010.

xl
13. Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC:Jakarta; 2006
14. Manuba,Ida BagusGede. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. EGC:Jakarta; 2011.
15. Mansjoer, Arif.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius; 2000.
16. Notoatmojo, Soekidjo. Metodelogi Penelitian kesehatan .Jakarta:PT. Rineka
Cipta; 2005.
17. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan . Edisi Ketiga. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta ; 2007.
18. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri Fisiologis dan Patologi jilid 1. Edisi 2. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998
19. Kusmiyati. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta:Fitramaya; 2009.
20. Kepmenkes, RI. Kepmenkes RI nomor 369/Menkes/ SK/ III/ 2007 Tentang
Standar Profesi Bidan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Diakses
tanggal 30 Februari 2018
21. Tiran, Denise. Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta:EGC; 2008
22. Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku Kedokteran
EGC:Jakarta; 2010.
23. Wikjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta; 2006.

Anda mungkin juga menyukai