Oleh
Kelompok IX
Helda Puspitasari, S. Kep NIM 102311101018
Riska Umaroh S. Kep NIM 112311101023
Umamul Faqih N.Y., S. Kep NIM 112311101044
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pendidikan kesehatan ini yaitu setelah selesai mengikuti
pendidikan kesehatan kesehatan selama 30 menit keluarga dan pasien mampu
memahami konsep dasar dan cara melakukan pembatasan kebutuhan cairan pada
pasien gagal ginjal kronik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 30 menit
diharapkan keluarga dan pasien mampu :
a. Mengetahui konsep kebutuhan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
b. Melakukan pembatasan kebutuhan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
saat di rumah.
1.4 Manfaat
Pelaksanan pendidikan kesehatan kesehatan terkait kebutuhan cairan
pada pasien gagal ginjal kronik bermanfaat bagi pasien, bagi keluarga, dan bagi
rumah sakit. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.
1.4.1 Bagi Pasien
Pendidikan kesehatan yang dilakukan ini diharapkan dapat membantu
meningkatakan derajat kesehatan pasien khususnya pasien mengalami
gagal ginjal kronik di Ruang AnturiumRSD dr. Soebandi Kabupaten
Jember
Susunan Acara
No. Acara Waktu
1. Persiapan 9.00-9.05 WIB
2. Pembukaan 9.05-9.08 WIB
3. Penjelasan dan demonstrasi 9.08-9.15WIB
4. Evaluasi dan penutup 9.15-9.30 WIB
Pengorganisasian
Penanggung jawab : Umamul Faqih N.Y, S.Kep
Moderator : Riska Umaroh, S.Kep
Penyaji : Helda Puspitasari, S.Kep
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
BERITA ACARA
Pada hari ini, Kamis 23 Februari 2017 jam 09.00 s/d 09.30 WIB bertempat di
Ruang Anturium RSD.dr. Soebandi Jember telah dilaksanakan kegiatan
Pendidikan Kesehatan Gagal Ginjal Kronik oleh Mahasiswa Profesi angkatan
XVIII PSIK Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh .. orang (daftar hadir
terlampir).
(........................................)
Lampiran 2 daftar hadir
DAFTAR HADIR
(........................................)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(PENDIDIKAN KESEHATAN)
1. Standar Kompetensi
Setelah diberikan pendidikan kesehatantentang Kebutuhan Cairan pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik, diharapkan pasien dan keluargadapat mengerti dan
mematuhi pemenuhan kebutuhan cairan sesuai kondisinya untuk mencegah
terjadinya bengkak dan asites pada pasien Gagal Ginjal Kronik.
2. Kompetensi Dasar
Setelah diberikan pendidikan kesehatantentang Kebutuhan Cairan pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik,pasien dan keluargadiharapkan dapat
a. menjelaskan pengertian Gagal Ginjal Kronik
b. menjelaskan tanda gejala Gagal Ginjal Kronik
c. menjelaskan diet untuk pasien Gagal Ginjal Kronik
d. menjelaskan kebutuhan cairan untuk pasien Gagal Ginjal Kronik
3. Pokok Bahasan
Gagal Ginjal Kronik
4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian Gagal Ginjal Kronik
b. Tanda gejala Gagal Ginjal Kronik
c. Dietuntuk pasien Gagal Ginjal Kronik
d. Kebutuhan cairan untuk pasien Gagal Ginjal Kronik
5. Waktu: 1 x 30 menit
6. Bahan/Alat yang Diperlukan
a. Leaflet dan LCD
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: ceramah, tanya jawab, diskusi
b. Landasan teori: Konstruktivisme
c. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana pendidikan kesehatan yang baik
2) Mengajukan masalah
3) Membuat keputusan nilai personal
4) Mengidentifikasi pilihan tindakan
5) Memberi komentar
6) Menetapkan tindak lanjut
8. Persiapan
Penyuluh mencari referensi (buku, jurnal, hasil penelitian, artikel, dan lain-
lain) tentang Kebutuhan Cairan untuk Pasien Gagal Ginjal Kronikdan membuat
media penyuluhan.
9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Memberikan salam, Memerhatikan dan 5 menit
memperkenalkan diri, dan menjawab salam
membuka penyuluhan
b. Menjelaskan materi secara Memerhatikan
umum dan manfaat bagi
pasien
c. Menjelaskan tentang TIU Memerhatikan
dan TIK
Penyajian a. Menjelaskan pengertian Memerhatikan 20
Gagal Ginjal Kronik menit
b. Menjelaskan tanda gejala Memerhatikan
Gagal Ginjal Kronik
1) Menanyakan kepada Memberikan
pasien dan keluarga pertanyaan
mengenai materi yang
baru disampaikan
2) Mendiskusikan Memerhatikan dan
bersama jawaban yang memberi tanggapan
diberikan
c. Menjelaskan diet untuk Memerhatikan
pasien Gagal Ginjal
Kronik
1) Menanyakan kepada Memberikan
pasien dan pertanyaan
keluargamengenai
demonstrasi yang
baru disampaikan
2) Mendiskusikan Memerhatikan dan
bersama jawaban memberi tanggapan
yang diberikan
d. Menjelaskan kebutuhan Memerhatikan
cairan untuk pasien
dengan Gagal Ginjal
Kronik
1) Menanyakan kepada Memberikan
pasien dan keluarga pertanyaan
mengenai demonstrasi
yang baru
disampaikan
2) Mendiskusikan Memerhatikan dan
bersama jawaban memberi tanggapan
yang diberikan
Penutup a. Menutup pertemuan Memerhatikan 5 menit
dengan memberi
kesimpulan dari materi
yang disampaikan
b. Mengajukan pertanyaan Memberi saran
kepada pasien dan
keluarga
c. Mendiskusikan bersama Memberi komentar
jawaban dari pertanyaan dan menjawab
yang telah diberikan pertanyaan bersama
d. Menutup pertemuan dan Memerhatikan dan
memberi salam membalas salam
10. Evaluasi
a. Apa pengertian Gagal Ginjal Kronik?
b. Apa tanda gejala Gagal Ginjal Kronik?
c. Apa saja diet untuk pasien Gagal Ginjal Kronik?
d. Bagaimanakebutuhan cairan untuk pasien Gagal Ginjal Kronik?
11. Referensi
a. Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
b. Rahmatunnisa. 2013. Manajemen Cairan pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik. http://fantastic-nursing.blogspot.com/
c. Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
d. http://analisadaily.com/news/read/diet-khusus-bagi-penderita-gagal-ginjal-
kronis/21909/2014/04/14
12. Lampiran
1. Materi
2. Media yang digunakan (leaflet)
Pemateri
1. Karbohidrat
Asupan karbohidrat untuk pasien penyakit ginjal kronis harus cukup untuk
menghindari kejadian malnutrisi.Malnutrisi sendiri adalah salah satu
komplikasi potensial pada kasus penyakit ginjal kronis mengingat
pembatasan protein dan gangguan nafsu makan pada pasien. Menurut
panduan National Kidney Foundation/Kidney Dialysis Outcomes Quality
Initiative, anjuran asupan karbohidrat untuk pasien penyakit ginjal kronis
adalah 35 kkal/kgBB/hari untuk pasien dewasa dan 30-35 kkal/kgBB/hari
untuk pasien kelompok usia lanjut. Sedangkan menurut panduan
European Best Practice Guidelines, anjuran asupan karbohidrat untuk
pasien seperti ini adalah 30-40 kkal/ kgBB/hari.
2. Protein
Protein merupakan salah satu komponen nutrisi yang menjadi fokus utama
dalam manajemen nutrisi pasien penyakit ginjal kronis. Pemberian protein
kepada pasien penyakit ginjal kronis memerlukan ketepatan; jika terlalu
banyak melebihi kebutuhan hariannya, dapat timbul antara lain komplikasi
uremia, gejala-gejala bendungan cairan (edema), dan perburukan penyakit
ginjal pasien. Sebaliknya jika diberikan terlalu sedikit, pasien cenderung
akan mengalami malnutrisi energi protein dan dehidrasi; yang juga dapat
memperburuk perjalanan penyakit ginjalnya.
Prinsip utamanya adalah bahwa pada pasien penyakit ginjal kronis tahap
predialisis, pembatasan asupan protein sangat penting untuk
memperlambat progresivitas penyakit ginjal. Sedangkan pada pasien yang
sudah menjalani dialisis, baik hemodialisis maupun dialisis peritoneal,
asupan protein justru harus ditambah untuk mengimbangi jumlah protein
yang hilang pada saat proses dialisis dilakukan.
Memilih jenis protein yang boleh diberikan kepada pasien juga harus
mendapat perhatian khusus, karena pasien penyakit ginjal kronis perlu
mendapatkan asupan protein bernilai biologis tinggi, yang memiliki
kandungan asam amino esensial dan nonesensial lengkap.
3. Lemak
5. Air
Asupan air untuk penderita penyakit ginjal kronis harus diperhatikan agar
tidak memberatkan kerja jantung maupun ginjal. Untuk pasien predialisis,
jika pasien dapat mentoleransi, air boleh diberikan sampai dengan 3000
mL per hari. Namun pada pasien dialisis, yang umumnya sudah berada
dalam stadium penyakit ginjal kronis sangat lanjut, anjuran asupan air
adalah tidak lebih dari 1500 mL per hari. Biasanya, asupan air untuk
pasien penyakit ginjal kronis tahap dialisis dihitung berdasarkan keluaran
urine per 24 jam terakhir, ditambah dengan 500 mL. Cairan tidak hanya
diperhitungkan dari air yang diminum, tetapi juga dari makanan yang
kandungan airnya tinggi.
Jadi Balance cairan Tn. A dalam 24 jam : intake cairan output cairan = 1190
1170 cc = 20 cc, maka Tn. A mengalami kelebihan volume cairan sebanyak 20 cc.
Untuk balance cairan berdasarkan kenaikan suhu
IWL + 200 (suhu tinggi 36,8 .C), nilai 36,8 C adalah konstanta
Contoh Soal :
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari
kedua..akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran
composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T
37 C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning
kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage
berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1
ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700
cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg
didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 C, berapakah Balance cairannya?
berarti nilai IWL Tn Y= 900 + 200 (38,5 C 36,8 .C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc
3240 cc = -540 cc (defisit) (Kusuma, 2014)