Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian
Bronkiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran
nafas kecil (bronkiolus) yang terjadi pada anak < 2 tahun dengan insidens tertinggi
pada usia sekitar 2-6 bulan dengan penyebab tersering respiratory sincytial virus
(RSV), diikuti dengan parainfluenzae dan adenovirus. Penyakit ditandai oleh sindrom
klinik yaitu, napas cepat, retraksi dada dan wheezing.
Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus yang
pada umumnya disebabkan oleh virus, sehingga menyebabkan gejala–gejala obstruksi
bronkiolus. Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas, wheezing pada saat
ekspirasi, takipnea, retraksi, dan air trapping/hiperaerasi paru pada foto dada.
Bronkiolitis adalah suatu inflamasi infeksi virus bronkhiolus yang
menyebabkan obstruksi akut jalan nafas dan penurunan pertukaran gas alveoli.
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh Respiratory Syncytial Virus (RSV), biasanya
terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan, terutama musim dingin dan awal musim
semi.
Bronkiolitis merupakan infeksi virus akut dengan efek maksimal pada tingkat
bronkiolus. Infeksi terutama terjadi pada musim dingin dan musim panas, jarang
terjadi pada anak-anak yang berusia lebih dari 2 tahun. RSV berperan atas sedikitnya
setengah dari hospitalisasi anak karena bronkiolitis. Adenovirus dan parainfluenza
dapat juga menyebabkan bronkiolitis akut. Infeksi dimulai pada akhir musim gugur,
mencapai puncaknya di musim dingin , dan menurun dimusim panas. Penyakit ini
mudah menyebar melalui tangan ke mata hidung atau membran mukosa lainnya.

2. Epidemiologi
Bronkiolitis terutama disebabkan oleh Respiratory Syncitial Virus (RSV), 60–
90% dari kasus, dan sisanya disebabkan oleh virus Parainfluenzae tipe 1,2, dan 3,
Influenzae B, Adenovirus tipe 1,2, dan 5, atau Mycoplasma. RSV adalah penyebab
utama bronkiolitis dan merupakan satu-satunya penyebab yang dapat menimbulkan
epidemi. Hayden dkk (2004) mendapatkan bahwa infeksi RSV menyebabkan
bronkiolitis sebanyak 45%-90% dan menyebabkan pneumonia sebanyak 40%.
Bronkiolitis sering mengenai anak usia dibawah 2 tahun dengan insiden
tertinggi pada bayi usia 6 bulan.1,3 Pada daerah yang penduduknya padat insiden
bronkiolitis oleh karena RSV terbanyak pada usia 2 bulan. Makin muda umur bayi
menderita bronkiolitis biasanya akan makin berat penyakitnya. Bayi yang menderita
bronkiolitis berat mungkin oleh karena kadar antibodi maternal (maternal neutralizing
antibody) yang rendah. Selain usia, bayi dan anak dengan penyakit jantung bawaan,
bronchopulmonary dysplasia, prematuritas, kelainan neurologis dan
4
immunocompromized mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya penyakit
yang lebih berat. Insiden infeksi RSV sama pada laki-Iaki dan wanita, namun
bronkiolitis berat lebih sering terjadi pada laki-Iaki.

3. Etiologi
a. Virus (virus sinsivial pernafasan predominan)
b. Virus parainfluiensa,
c. Mycoplasma pneumonia

4. Tanda dan Gejala


Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang encer
dan bersin. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai demam dan
nafsu makan berkurang. Kemudian timbul distres nafas yang ditandai oleh batuk
paroksismal, wheezing, sesak napas. Bayi-bayi akan menjadi rewel, muntah serta sulit
makan dan minum. Bronkiolitis biasanya terjadi setelah kontak dengan orang dewasa
atau anak besar yang menderita infeksi saluran nafas atas yang ringan. Bayi
mengalami demam ringan atau tidak demam sama sekali dan bahkan ada yang
mengalami hipotermi.
Terjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit,
kadang-kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat. Terdapat nafas cuping
hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi.

5. Patofisiologi
Mikroorganisme masuk melalui droplet akan mengadakan kolonisasi dan
replikasi di mukosa bronkioli terutama pada terminal bronkiolus sehingga akan terjadi
kerusakan/nekrosis sel-sel bersilia pada bronkioli. Respon imun tubuh yang terjadi
ditandai dengan proliferasi limfosit, sel plasma dan makrofag. Akibat dari proses
tersebut akan terjadi edema sub mukosa, kongesti serta penumpukan debris dan
mukus (plugging), sehingga akan terjadi penyempitan lumen bronkioli. Penyempitan
ini mempunyai distribusi tersebar dengan derajat yang bervariasi (total/sebagian).
Gambaran yang  terjadi adalah atelektasis yang tersebar dan distensi yang berlebihan
(hyperaerated) sehingga dapat terjadi gangguan pertukaran gas serius, gangguan
ventilasi/perfusi  dengan akibat akan terjadi hipoksemia (PaO2 turun) dan hiperkapnea
(PaCO2 meningkat). Kondisi yang berat dapat terjadi gagal nafas.
Mukosa bronkiolus membengkak,dan lumina terisi mucus dan eksudat ;
dinding bronkus dan bronkiolus terinfiltrasi dengan sel-sel inflamasi ; dan biasanya
terjadi pneumonitis interstisial peribronkiolus. Berbagai tingkat obstruksi yang di
hasilkan dalam jaln nafas akibat perubahan ini menyebabkan hiperventilasi ,emfisema
obstruktif yang terjadi akibat obstruksi parsial , dan sebagian dari area atelektaksis.
Dilatasi saluran bronkus pada saat inspirasi memberikan cukup ruang untuk asupan
udara, tetapi penyempitan pada saat ekspirasi mencegah udara keluar paru. Oleh
karena itu , udara terperangkap dibagian distal dari obstruksi dan menyebabkan
pemompaan berlebihan yang progresif ( emfisema ).
5
Pathways…

Respiratory Syncytial Mycoplasma


Virus (RSV); Virus pneumonia
parainfluenza

ISPA dalam waktu yang lama

Bronchiolitis

Kolonisasi Kurang info


dan replikasi tentang kondisi
mokroorganis dan penanganan
me di mukosa Respon imun
bronkioli tubuh

Kerusakan/ Ploriferasi Kurang


nekrosis sel2 limfosit, sel Pengetahuan
bersilia pada plasma, PK Infeksi
bronkioli makrofag

Oedema
Proses infeksi
bronkiolus &
peningkatan
produksi mukus
Peningkatan Mual,
Penyempitan efek GI track muntah
lumen bronkioli

anoreksia

Gangguan Kesulitan
pertukaran bernafas, Penurunan
asupan nutrisi
gas dypsnea asupan cairan
tidak adekuat

Ketidakefektifan Resiko kurang Ketidakseimbangan


Pola Nafas volume cairan Nutrisi : Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan 6
Nafas
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah tepi tidak khas. Pada pemeriksaan foto dada AP dan lateral
dapat terlihat gambaran hiperinflasi paru (emfisema) dengan diameter anteroposterior
membesar pada foto lateral serta dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.
Analisis gas darah dapat menunjukan hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis
respiratorik atau metabolik. Bila tersedia, pemeriksaan deteksi cepat dengan antigen
RSV dapat dikerjakan.
Bronkiolitis dimulai dengan ISPA dengan rabas masal serosa yang dapat
disertai dengan demam ringan. Otitis media dan konjungtivitis juga dapat terjadi.
Anak secara bertahap mengalami peningkatan gawat nafas dengan takipnea, batuk
paroksismal, iritabilitas, mengi , retraksi, bronki kasar, dispnea, dan bunyi nafas
hilang. Radiografi dada menunjukkan hiperareasi dan area-are konsolidasi yang sulit
dibedakan dengan pneumonia bakteri.
Apnea dapat menjadi indicator infeksi RSV yang pertama kali terlihat pada
bayi. Penyakit yang berat dapat diikuti dengan peningkatan tekanan karbondioksida
(PaCO2) arteri (hiperkapnia) yang menyebabkan asidosis respiratorik dan
hipoksemia. Identifikasi RSV positif dipastikan dengan uji enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) atau immunoflourescent antibody (IFA) akibat
aspirasi langsung dari sekresi nasal atau pembilasan nasofaringeal.

7. Penatalaksanaan Medis
Tata laksana bronkiolitis yang dianjurkan adalah :
a. Dapat diberikan nebulasi β agonis (salbutamol 0,1mg/kgBB/dosis, 4-6 x/hari)
diencerkan dengan salin normal untuk memperbaiki kebersihan mukosilier.
b. Pemberian oksigenasi; dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan
pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik.
c. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu dapat dengan cairan
parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
d. Koreksi terhadap kelainan asam basa dan elektrolit yang mungkin timbul.
e. Antibiotik dapat diberikan pada keadan umum yang kurang baik, curiga infeksi
sekunder (pneumonia) atau pada penyakit yang berat.
f. Kortikosteroid : deksametason 0,5 mg/kgBB dilanjutkan dengan 0,5
mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis.

Bronkiolitis ditangani secara simptomatik dengan kelembapan tinggi, asupan


cairan yang adekuat, dan istirahat. Sebagian besar anak bronkiolitis dapat dirawat di
rumah. Hospitalisasi biasanya dianjurkan untuk anak-anak yang menderita kondisi
yang menyebabkan komplikasi, seperti penyakit paru atau jantung, atau menderita
keadaan yang melemahkan; jika kemampuan pemberi perawatan diragukan;atau jika
anak mengalami takipnea, retraksi berat, tampak lemah, atau memiliki riwayat asupan
cairan yang buruk. Terapi uap biasanya dikombinasikan dengan oksigen
7
menggunakan hood atau tenda dalam konsentrasi yang cukup untuk menghilangkan
dispnea dan hipoksia, yang setelah pemberian terapi uap sendiri dapat dilanjutkan
untuk mengatasi dispnea ringan. Pemberian cairan melalui mulut dapat
dikontraindikasikan karena adanya takipnea, kelemahan dan keletihan; oleh karena itu
akan lebih baik jika cairan IV diberikan sampai krisis akut dari penyakit ini terlewati.
Pengkajian klinis , pemantauan oksigen noninvasive dan nilai gas darah dapat
mengarahkan terapi yang di berikan. Terapi medis untuk bronkiolitis masih
controversial. Bronkodilator, kortikosteroid, supresan batuk dan antibiotic tidak
terbukti efektif untuk mengatasi penyakit tanpa komplikasi dan tidak dianjurkan untuk
digunakan secara rutin. Kortikosteroid , teofilin dan furosemid telah digunakan untuk
intubasi dan ventilasi bayi dan anak-anak.
RIBAVIRIN , sejenis agens anti virus , dapat di gunakan untuk infeksi rsv.
Obat ini berbentuk aerosol; diberikan melalui generator aerosol partikel kecil (SPAG :
Small Particle Aerosol Generator ) ; dan dapat diberikan dengan menggunakan hood ,
tenda oksigen , masker, atau selang ventilator. Akan tetapi , penggunaan obat ini
masih controversial. Karena adanya pertimbangan biaya , manfaat, keamanan, dan
efektivitas klinis yang bervariasi, American Academi Of Pediatrics (2000)
menganjurkan penggunaan ribavirin dipertimbangkan berdasarkan kasus demi kasus.

8
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Keluhan utama pada klien bronkiolitis meliputi batuk kering dan produktif
dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh dapat mencapai > 40 o C dans esak
nafas.

Riwayat penyakit saat ini


Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkiolitis bervariasi tingkat
keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk-batuk saja, hingga penyakit akut
dengan manifestasi klinis yang berat. Sebagai tanda-tanda terjadinya toksemia klien
dengan bronkiolitis sering mengeluh malaise, demam, badan terasa lemah, banyak
berkeringat, takikardia, takipnea. Sebagai tanda terjadinya iritasi, keluhan yang di
dapatkan terdiri atas batuk, ekspektorasi atau peningkatan produksi secret dan rasa
sakit di bawah sternum. Penting ditanyakan oleh perawat mengenai obat-obat yang
telah atau biasa yang di minum klien untuk mengurangi keluhannya dan mengkaji
kembali apakah obat-obat tersebut masih relevan untuk dipakai kembali.

Riwayat penyakit terdahulu


Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali mengeluh pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas dan adanya riwayat alergi pada
pernafasan atas. Perawat harus memperhatikan dan mencatat baik-baik.

Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pada pengkajian psikologis klien dengan bronkiolitis di dapatkan klien sering
mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang dialaminya. Dimana adanya
keluhan batuk, sesak nafas dan demam merupakan stressor penting yang membuat
klien cemas. Perawat perlu memberikan dukungan moral dan memfasilitasi
pemenuhan informasi untuk pemenuhan informasi mengenai prognosis penyakit dari
klien.
Kaji keluhan klien dan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (nama,
cara kerja, frekuensi, efek samping, dan tanda-tanda terjadinya kelebihan dosis).
Pengobatan non farmakologi (nonmedicinal interventions) seperti olahraga secara
teratur serta mencegah kontak dengan allergen atau iritan (jika diketahui penyebab
alergi), system pendukung (support system), kemauan dan tingkat pengetahuan
keluarga.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan bronkiolitis biasanya di
dapatkan peningkatan suhu tubuh >40oC, frekuensi nfas meningkat dari frekuensi
nafas normal, nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan
frekuensi pernafasan, serta biasanya tidak ada masalah dengan tekanan darah.
9
B1 (Breathing)
Inspeksi.
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan ,
biasanya menggunakan otot bantu pernafasan
Palpasi
Taktil prenitus biasanya normal .
Perkusi
Hasil pengkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh
lapang paru.
Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka
suara nafas melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik di tambah dengan
adanay konsulidasi di sekitar abses , maka akan terdengar suara nafas bronchial dan
ronkhi basah.
B2(Blood)
Sering di dapatkan kelemahan secara umum. Denyut nadi takikardi. Tekanan
darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak di dapatkan berarti
tidak mengalami pergeseran.
B3 (brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya komposmetis apabila tidak ada komplikasi
penyakit yang serius.

B4 (bladder)
Pengukuran volume output urin berhubungan erat dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda
awal dari syok.
B5 (bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan,
dan penurunan berat badan.
B6 (bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari hari.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
secret
b. Ketidakefektifan pola nafas berubungan dengan penyempitan saluran pernafasan
c. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan edema bronkiolus dan
peningkatan produksi mucus.

10
d. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan asupan
cairan karena mual, muntah
e. Hipertermia yang berhubungan dengan infeksi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan mual dan muntah
g. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang info tentang kondisi dan
penanganan
h. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

3. INTERVENSI
Dx 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret
Tujuan & KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam
diharapkan klien mampu mempertahankan fungsi parunya.
Kriteria hasil :
a. Irama napas regular
b. Frekuensi napas 20 - 30x/menit
c. Tidak ada suara nafas tambahan (seperti whezzing, ronkhi)
d. Tidak ada batuk
e. Tidak ada sesak nafas

Intervensi Rasional
Ukur tanda-tanda vital pasien Mengetahui keadaan umum pasien

Auskultasi bunyi nafas, kaji frekuensi Dengan mengkaji kualitas,


atau kedalaman pernafan dan pergerakan frekuensi, dan kedalaman
dada pernapasan kita dapat mengetahui
sejauh mana perubahan kondisi
klien
Baringkan klien dalam posisi yang Takipnea, pernafasan dangkal dan
nyaman, dalam posisi duduk, dengan gerakan dada tidak simetris, sering
kepala tempat tidur ditnggikan 60-90o terjadi karena ketidaknyamanan
dinding dada dan cairan paru
(semi fowler)

Baringkan pasien dalam posisi yang Penurunan diafragma dapat dapat


nyaman, beri posisi fowler atau memperluas daerah dada sehingga
semifowler sesuai kebutuhan toleransi espansi paru bisa maksimal
pasien

Anjurkan untuk minum air hangat Minuman hangat dapat memobilisasi


pengeluaran secret

Bantu dan ajarkan pasien batuk efektif Menekan daerah yang nyeri atau nafas
dalam , penekanan otot-otot dada serta
11
abdomen membuat batuk lebih efektif

Delegatif dalam pemberian obat Obat untuk menurunkan spasme


bronkodilator bronkus dengan memobilisasi sekret
Agen mukolitik dan ekspektoran Agen mukolitik menurunkan
kekentalan dan perlengketan secret
paru untuk memudahkan
pembersihan. Agen ekspektoran
akan memudahkan secret lepas dari
perlengketan jalan napas

Dx 2 : Ketidakefektifan pola nafas berubungan dengan penyempitan


saluran pernafasan
Tujuan & KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam klien
mampu mempertahankan fungsi parunya dengan kriteria hasil :
a. Irama napas regular
b. Frekuensi napas 20 – 30 x/menit
c. Tidak ada sesak nafas
d. Tidak ada retraksi otot bantu pernafasan
e. Tidak ada pernafasan cuping hidung

Intervensi Rasional
Identifikasi factor penyebab Dengan mengidentifikasikan penyebab,
kita dapat menentukan jenis tindakan
yang tepat
Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman Dengan mengkaji kualitas, frekuensi,
pernapasan serta melaporkan setiap dan kedalaman pernapasan kita dapat
perubahan yang terjadi mengetahui sejauh mana perubahan
kondisi klien
Baringkan klien dalam posisi yang Penurunan diafragma dapat
nyaman, dalam posisi duduk, dengan memperluas daerah dada sehingga
kepala tempat tidur ditnggikan 60-90o ekspansi paru bisa maksimal
(semi fowler)
Observasi tanda-tanda vital Peningkatan frekuensi napas dan
takikardi merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru
Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4 Auskultasi dapat menentukan kelainan
jam suara napas pada bagian paru

12
Bantu dan ajarkan klien untuk batuk Batuk efektif dapat membantu
dan napas dalam yang efektif mengeluarkan secret

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk Pemberian O2 dapat menurunkan beban
pemberian O2 dan obat-obatan pernapasan dan mencegah terjadinya
sianosis akibat hipoksemia

Dx 3 : Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan edema


bronkiolus dan peningkatan produksi mucus.
Tujuan & KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam anak
akan meningkatkan pertukaran gas dengan kriteria hasil :
a. Mampu bernafas dengan mudah
b. Warna kulit merah muda
c. Hasil AGD dalam batas normal (PaO2 = 80 – 100, PCO2 = 35
– 45, SaO2 = 90 – 100%)
d. Respirasi normal 20 – 30 x/menit
e. Tidak ada dyspnea
f. Tidak ada sianosis

Intervensi Rasional
Beri lingkungan berkelembapan Kelembapan dingin dari tenda
tinggi dengan meletakkan anak lembab atau croupette membantu
dalam mist temt (tenda lembab) atau mengencerkan lendir, dan
alat umudifikasi yang dingin. mengurangi edema bronkhiolus
Beri oksigen melalui sungkup muka, Oksigen membantu mengurangi
kanula hidung, atau tenda oksigan, kegelisahan karena kesukaran
sesuai petunjuk. pernafasan dan hipoksia
Posisiskan anak dengan kepala dan Posisi ini mempertahankan
dada lebih tinggi, leher agak ektensi. terbukanya jalan nafas dan
memudahkan pernafasan dengan
menurunkan tekanan pada
diafragma.
Lakukan fisoterapi dada setiap 4 jam Fisiotherapi dada membantu
atau sesuai petunjuk. menghilangjkan dan mengeluarkan
mucus yang dapat menghambat
jalan nafas kecil.
Beri bronkodilator sesuai petunjuk. Walaupun umumnya digunakan
untuk menanggulangi spasme otot,
bronkodilator efektif mengobati
edema bronkiolus.
Lakukan pengisapan lendir sesuai Mengeluarkan lendir akan
kebutuhan, yang bertujuan membantu membersihkan
13
mengeluarkan secret. bronkiolus sehingga meningkatkan
pertukaran gas
Beri obat antivirus sesuai petunjuk. Obat anti-virus, seperti respiratory
syncytial virus immune globulin
(respigam) digunakan untuk
mengobati RSV,ribavirin (virazole),
juga digunakan walaupun
kemanjurannya diragukan.
Beri istirahat yang adekuat dengan Memfasilitasi istirahat yang cukup
cara mengurangi kegaduhan dan akan mengurangi kesukaran
pencahayaan, serta beri kehangatan pernafasan yang disebabkan oleh
dan kenyamanan. bronkiolitis.
Kaji frekuensi pernafasan anak dan Pengkajian yang sering menjamin
iramanya setiap jam. Jika anak fungsi pernafasan yang adekuat.
mengalami gangguan pernafasan,
auskultasi bunyi nafas, lakukan
fisiotherapi dada, serta informasikan
kepada ahli terapi pernafasan.
Pantau denyut apical anak ; jika anda Takikardia dapat disebabkan oleh
mendeteksi adanya takikardia hipoksia atau efek penggunaan
(berdasarkan pada usia anak ), segera bronkodilator.
beri tahu dokter.

Dx 4 : Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan


penurunan asupan cairan karena mual, muntah
Kriteria hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam anak
akan mempertahankan keseimbangan cairan dengan kriteria hasil :
a. Haluaran urin 1-2 mL/kg/jam
b. Turgor kulit baik.
c. Membrane mukosa bibir lembab

Intervensi Rasional
Beri cairan I.V, sesuai petunjuk. Cairan via I.V. digunakan untuk
tujuan hidrasi sampai krisis teratasi.
Yakinkan bahwa anak dapat Istirahat memungkinkan frekuensi
beristirahat cukup. pernafasan anak kembali ke batas
normal, dengan cara mengurangi
jumlah kehilangan cairan melalui
ekshalasi.
Pantau asupan dan haluaran cairan Melakukan pemantauan yang teliti
pada anak dengan cermat. menjamin hidrasi adekuat. Jika
haluaran urine berkurang anak
14
memerlukan penambahan caiaran.
Kaji tanda – tanda dehidrasi, Tanda – tanda ini menunjukkan
termasuk penurunan berat badan, bahwa anak tidak menerima cairan
pucat, turgor kulit jelek, membrane yang cukup.
mukosa kering, oliguria, dan
peningkatan frekuensi nadi.
Tingkatkan asupan cairan melalui Cairan membantu mengencerkan
mulut, bila serangan akut telah reda. lendir.

Dx 5 : Hipertermia yang berhubungan dengan infeksi.


Kriteria hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam anak
akan mempertahankan suhu tubuh kurang dari 37,80C. (nilai suhu
tubuh spesifik bergantung pada metode yang digunakan untuk
mengukurnya) dengan kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5 – 37,5oC
b. Tidak ada kulit kemerahan

Intervensi Rasional
Pertahankan lingkungan sejuk, Lingkungan yang sejuk membantu
dengan menggunakan piyama dan menurunkan suhu tubuh dengan cara
selimut yang tidak tebal, serta radiasi.
pertahankan suhu ruangan antara 22o
dan 24o C.
Beri antipiretik sesuai petunjuk. Antipiretik seperti asetaminofen
(Tylenol), efektif menurunkan
demam.
Pantau suhu tubuh anak setiap 1 - 2 Peningkatan suhu secara tiba – tiba
jam, bila terjadi peningkatan secara akan mengakibatkan kejang.
tiba – tiba.
Beri antimikroba, jika disarankan. Antimikroba mungkin disarankan
untuk mengobati organisme
penyebab. Antibiotik biasanya tidak
disarankan untuk mengobati RSV.
Berikan kompres dengan suhu 37oC Kompres air hangat efektif
pada anak untuk menurunkan demam. mendinginkan tubuh melalui cara
konduksi.

Dx 6 : Ketidakseimbangan : kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan mual dan muntah
Kriteria hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam anak
akan meningkatkan asupan nutrisi, dengan kriteria hasil :

15
a. Mengkonsumsi sedikitnya 80% porsi makanan setiap kali
makan.
b. Bising usus normal 5 – 35 x/menit
c. Membran mukosa kering
d. Tidak ada mual dan muntah

Intervensi Rasional
Beri makan dalam jumlah sedikit, Makanan dalam jumlah yang sedikit,
tetapi sering, jika mungkin, waktu sering, memerlukan
dikombinasikan dengan makanan pengeluaran energy dan penggunaan
yang disukai anak. pernafasan yang sedikit. Anak akan
menghabiskan makanan dalam
jumlah banyak setiap kali makan,
bila di dalamnya termasuk makanan
kesukaannya.
Beri diet tinggi kalori dan protein. Diet tinggi protein dan tinggi kalori
diperlukan oleh anak untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolik anak.

Dx 7 : Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang info


tentang kondisi dan penanganan
Kriteria hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam orang
tua akan mengekspresikan perawatannya tentang perawatan
dirumah dengan kriteria hasil :
a. Keluarga pasien tidak bertanya – tanya mengenai penyakit
klien

Intervensi Rasional
Ajarkan orang tua dan anak (jika Pemahaman tentang pentingnya
perlu), bagaimana dan kapan mempertahankan program
pengobatan harus diberikan, termasuk pengobatan yang konsisten, dapat
perincian tentang dosis dan efek membenti orang tua mematuhi
sampingnya. semua pengobatan anak. Dengan
mengetahui efek samping
pengobatan, orang tua dapat segera
meminta bantuan sesuai kebutuhan.
Jelaskan tanda dan gejala kesukaran Pengetahuan seperti itu membuat
pernafasan dan infeksi, termasuk membuat orang tua segera mencari
demam, dispnea, takipnea, perubahan bantuan dan perhatian jika
warna sputum dan mengi. diperlukan.

16
Jelaskan pentingnya istirahat yang Setelah infeksi, anak memerlukan
adekuat pada anak. istirahat secara teratur yang
bertujuan membantu penyembuhan
dan mencegah kekambuhan infeksi.
Ajarkan pentinganya asupan nutrisi Pemberian cairan mengencerkan
yang adekuat dan hidrasi, tekankan lendir. Diet tinggi kalori membantu
kebutuhan cairan yang banyakdan menggantikan kalori yang
diet tinggi kalori. dikeluarkan untuk melawan
penyakit.
Ajarkan perlunya mempertahankan Udara yang lembapmembantu
lingkungan yang lembap dan sejuk. mengencerkan lendir. Udara lembap
dan sejuk yang berasal tanda
lembap, lebih aman daripada
penguapan udara yang hangat,
mengingat cara ini dapat
menyebabkan kebakaran.

Dx 8 : PK Infeksi
Tujuan & KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam
diharapkan infeksi klien berkurang dengan KH :
a. Kemampuan batuk efektif dapat optimal
b. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5 oC
c. Hasil Lab WBC dalam batas normal 4.0 – 11.0 10ˆ3/L

Intervensi Rasional
Ukur tanda-tanda vital Mengetahui data dasar adanya tanda-
tanda infeksi.

Monitor adanya yang mengarah pada Pasien atau keluarga diinstruksikan


tanda-tanda infeksi pernafasan untuk melaporkan apabila sputum
mengalami perubahan warna karena
pengeluaran sputum purulen atau
perubahan warna, karakter, atau jumlah
adalah tanda dari infeksi

Cuci tangan sebelum dan sesudah Mencegah infeksi nosokomial


kontak dengan pasien

Lakukan teknik aseptic dan Dengan teknik aseptic dapat

17
antiseptic bila melakukan prosedur mengurangi resiko pemaparan infeksi
invasive pada anak

Ajarkan keluarga atau orangtua Mencegah pemaparan infeksi pada


untuk mencuci tangan efektif anak
sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
Kolaborasi dalam pemerikasaan Mengobservasi data dasar adanya
darah lengkap tanda-tanda infeksi

Kolaborasi dalam pemberian Golongan antibiotic dapat


antibiotic menurunkan infeksi sehingga sekresi
mucus menurun

4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi

5. EVALUASI
Dx 1
a. Irama napas regular
b. Frekuensi napas 20 - 30x/menit
c. Tidak ada suara nafas tambahan (seperti whezzing, ronkhi)
d. Tidak ada batuk
e. Tidak ada sesak nafas

Dx 2
a. Irama napas regular
b. Frekuensi napas 20 – 30 x/menit
c. Tidak ada sesak nafas
d. Tidak ada retraksi otot bantu pernafasan
e. Tidak ada pernafasan cuping hidung
Dx 3
a. Mampu bernafas dengan mudah
b. Warna kulit merah muda
c. Hasil AGD dalam batas normal (PaO2 = 80 – 100, PCO2 = 35 – 45, SaO2 = 90 –
100%)
d. Respirasi normal 20 – 30 x/menit
e. Tidak ada dyspnea
f. Tidak ada sianosis
Dx 4
a. Haluaran urin 1-2 ml/kg/jam
b. Turgor kulit baik
c. Membrane mukosa bibir lembab
18
Dx 5
a. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5 – 37,5oC
b. Tidak ada kulit kemerahan
Dx 6
a. Mengkonsumsi sedikitnya 80% porsi makanan setiap kali makan.
b. Bising usus normal 5 – 35 x/menit
c. Membran mukosa kering
d. Tidak ada mual dan muntah
Dx 7
a. Keluarga pasien tidak bertanya – tanya mengenai penyakit klien
Dx 8
a. Kemampuan batuk efektif dapat optimal
b. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5 oC
c. Hasil Lab WBC dalam batas normal 4.0 – 11.0 10ˆ3/L

19

Anda mungkin juga menyukai