ENDOKRIN
KELOMPOK 6
•Dara Fuji
•M. Irsal Fauzi
•Suci Fitriyani Amanda
Kartini
•Sulthan Ziyan M.S
•Tinta Elita Mutiara Putri
PENGERTIAN
Makanisme pengontrolan
metabolik
Banyak yang telah dketahui mengenai cara kerja hormon pada jaringan atau sel-sel sasaran. Hormon
memengaruhi proses metabolik selular baik secara langsung melalui interaksi awal dengan reseptor-
reseptor sel spesifik. Kombinasi dari hormon dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan –
perubahan di dalam sel melalui salah satu dari dua mekanisme ini:
1. Menghasilkan mesenger kedua didalam sel
2. Translokasi dari kompleks hormon-resptor ke dalam inti sel dan kemudian kompleks ini
menginduksi atau mencegah sintesis protein baru oleh sel.
Homon-homon polipeptida dan katekolamin tampaknya bekerja melalui mekanisme messenger kedua,
sedangkan hormon-hormon steroid bebas menembus membran sel dan memengaruhi inti sel secara
langsung. Secara lebih spesifik, hormon-hormon polipeptida bekerja melalui intraksi awal dengan reseptor
membran sel khusus, dan akibat interaksi ini suatu enzim yang terkait pada membran yaitu adenilat siklase
teraktivasi sehingga adenosin trifosfat (ATP) diubah menjadi adenosin 3’,5’-mono-fosfat (AMP siklik). AMP
siklik kemudian berikatan dengan suatu subunit regulator dari protein kinase yang akan melepasakan suatu
subunit katalitik dari enzim ini. Selanjutnya, peristiwa ini akan mengawali proses fosforilasi dari enzim kunci
tertentu, maupun aktivitas atau inaktivasi potensi biologic dari enzim ini.
Mekanisme
pengontrolan endrokrin
Hipofisis dibagi menjadi lobus anterior dan
posterior. Pada hewan pengerat terdapat juga
lobus intermedius tetap pada manusia, lobus
tersebut berdegenerasi dan tidak benar-benar
terpisah dari lobus anterior. Pembuluh darah
menghubungkan hipotalamus dengan sel-sel
kelenjar hipofisis anterior. Pembuluhan darah
ini berakhir sebagai kapiler pada kedua
ujungnya dan karena itu dikenal sebagai sistem
portal. Dalam hal ini, sistem yang
menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar
hipofisis. Sistem portal merupakan saluran
vascular yang penting karena memungkinkan
memungkinkan pergerakan hormone
pelepasan dari hipotalamus ke kelenjar
hipofisis, sehingga memungkinkan hipotalamus
mengatur fungsi hipofisis.
PENYAKIT KELENJAR
TIROID
Hipertiroidisme.
Hipertiroidisme atau tirotoksis dapat
didefinisikan sebagai respons tubuh Penyakit graves adalah suatu bentuk tiroiditis autoimun yang timbul
dengan gejala hipertiroidisme, pembesaran difus kelenjar tiroid,
terhadap T3 atau T4 berlebih atau
eksoftalmus, serta gejala dan tanda lain hipermetabolisme (intoleransi
keduanya. Dua penyebab utama panas, berkeringat. Penurunan berat badan, takikardi, kecemasan, dan
hipertiroidisme adalah penyakit graves keletihan).
yang terutama terjadi pada dewasa muda, Penyakit graves disebabkan oleh terdapatnya antibodi igG yang
dan goiter nodular toksisk yang terutama disebut sebagai stimulator tiroid kerja lama (LATS) yang bekerja secara
langsung pada sel folikel tiroid, merangsangnya untuk membelah
terjadi pada dewasa yang berusia lebih
(menyebabkan hiperplasia) dan untuk menyintesis dan menyekresi
tua. Penyebab yang lebih jarang adalah hormon tiroid secara terus-menerus, di luar kontorl THS dan hipofisis.
pemberian sendiri hormon tiroid (faktisia Oleh karena itu, hormon tiroid disintesis dan disekresi tanpa
tirotoksikosis) atau produksi TSH yang memperdulikan kebutuhan dan mekanisme timbal balik normal
berlebihan akibat tumor hipofisis diabaikan.
Goiter nodular toksik ditandai dengan nodul kecil terpisah yang
(hipertiroidisme sekunder).
berfungsi secara otonom dalam mensekresi hormon tiroid yang
berlebihan. Awitanya akut dengan gambaran klinis yang tidak begitu
parah bila dibandingkan dengan penyakit graves. Eksoftalmus tidak
terjadi, namun dapat terjadi mata yang terbelalak dan jarang mengedip
akibat peningkatan aktivitas simpatis.
Hipotiroidisme.
Sindrom sakit eutiroid (ESS) adalah terdapatnya uji fungsi tiroid abnormal
pada pasien dengan fungsi tiroid normal tetapi yang menderita penyakit
sistemik nontiroid berat.
Penyebab ESS diyakini merupakan menurunnya konversi periper T4
menjadi T3, meningkatnya konversi T4 menjadi T3 cadangan, dan
menurunnya pengikatan hormon tiroid terdapat TBG, hasilnya adalah T3
yang menurun, rT3 yang tinggi, serum T4 total yang menurun, dan TSH yang
normal.
Neoplasma tiroid.
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang memiliki ciri
khusus. Kadang-kadang mirip goiter nodular jinak. nodula-nodula tiroid dapat
diraba secara klinis. Kebanyakan nodula tersebut jinak, tetapi beberapa
nodula goiter bersifat karsinoma.
Terdapat 3 jenis utama tumor ganas yang berasal dari sel folikel tiroid :
karsinoma papilar, folikular, dan karsinoma tiroid anaplastik. Faktor risiko
kanker tiroid adalah nodul tiroid pada anak yang berusia kurang dari 14
tahun (50% ganas), dan pemajanna iradiasi dikepala atau leher pada masa
bayi atau anak. Karsinoma medular tiroid berasal dari sel C yang
memproduksi kalsitonin parafolikular pada tiroid. Jenis kanker tiroid ini dapat
bersifat familial dan berkaitan dengan neoplasia endokrin multipel (MEN).
GANGGUAN METABOLIK
DKA HHNK
DKA merupakan suatu komplikasi metabolik
akut yang terutama terjadi pada diabetes tipe I dan HHNK merupakan suatu komplikasi
ditandai dengan adanya hiperglikemia (>300 mg/dl), metabolik akut yang terutama terjadi pada
asidosis metabolik akibat penimbunan asam keton, diabetes tipe 2 dan ditandai dengan hiperglikemia
serta diureaia osmotik, yang menyebabkan berat (>600 mg/dl) yang menyebabkan
bergesarnya sintesis badan keton dalam hati. DKA hiperosmolalitas berat, dieuresia osmotik, dan
dapat dicetuskan oleh hal-hal yang menyebabkan dehidrasi. HHNK menyerupai DKA namun dengan
meningkatnya defisit insulin, seperti infeksi akut atau hiperglikemia, penurunan volume, dan penurunan
stres fisiologis (misal, operasi). air bebas yang lebih berat. Tidak terdapat ketosis.
Pengobatan DKA terdiri atas penilaian dan Pengobatan HHNK terdiri atas rehidrasi,
koreksi kelainan khas: pemberian insulin secara penggantian elektrolit, dan pemberian insulin
teratur untuk mengoreksi hiperglikemia: cairan secara teratur.
intravena untuk mengoreksi defisit volume;
penggantian K dan pengobatan faktor pencetus.
GANGGUAN HIPERSEKRESI
o Aldosteronisme
Aldosteron (mineralokortikoid utama) adalah pengatur utama volume cairan
ekstraselular dengan menyebabkan retensi Na’ (dan air) oleh tubulus distal
ginjal dan dikendalikan oleh mekanisme renin-angiotrensin-aldosteron, Selain
itu, aldosterone juga merupakan penentu keseimbangan K’.
Aldosteronisme primer (sindrom Conn), yaitu sekresi aldosteron yang
berlebihan oleh kelenjar adrenal, hamper selalu disebabkan oleh adenoma
korteks adrenal ( jarang disebabkan oleh karsinoma adrenal atau hyperplasia
adrenal bilateral).
Aldosteronisme sekunder, yaitu sekresi aldosterone berlebih akibat
rangsangan ekstra-adrenal yang disebabkan oleh aktivasi mekanisme renin-
arigiotensin-aldosteron (missal, gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom
nefrotik) atau akibat stenosis arteria renalis.
Efek aldosteronisme adalah refensi Na’ dan air, menyebabkan terjadinya
hipertensi sistemik, dan hilangnya K’ urine dalam jumlah berlebih,
menyebabkan timbulnya hypokalemia, alkalosis metabolic, dan disritmia
jantung.
o Sindrom cushing
a. T4 (Thiroksin)
Pemeriksaan untuk mengetahui konsentrasi hormon tiroksin dalam plasma darah, sebagai cara untuk
mengidentifikasi fungsi dan gangguan kelenjar tiroid. Hormon tiroksin dihasilkan oleh kelenjar tiroid, mempunyai
kepekatan 25 kali dibanding hormon triiodotironin (T3).
Nilai normal:
Dewasa : 4,5-13 ug/dl (TD:T4 displasmen)
T4 bebas : 1,0-2,3 ng/dl
Peningkatan T4 menunjukkan adanya hipertiroidisme, tiroiditis akut, myastenia gravis, kehamilan, hepatitis virus dan
preekslamsia. Peningkatan T4 dapat juga disebabkan oleh penggunaan obat: perfenasin, klofibrat, dan pil KB.
Penurunan T4 menunjukkan adanya hipotiroidisme (kretisnisme, miksedema), malnutrisi protein, hipofungsi
adenohipofisis, gagal ginjal dan akibat latihan berat.
b. T3 (Triiodotironin)
Pemeriksaan untuk mengetahui kadar triiodotironin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid fungsinya sama dengan T4
tetapi lebih pendek. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya tirotoksikosis T3 karena hipertiroid.
Normal:
T3 lebih rendah daripada T4. T3 : 1:2% dari konsentrasi T4
Dewasa : 80-200 ng/dl
Bayi baru lahir : 90-170 ng/dl
6-12 tahun : 114-190 ng/dl
Penurunan kadar T3 dapat terjadi pada taruma, penyakit berat, malnutrisi dan obat-obatan propiltiourasil (PTU),
metimasol, metiltiourasil, litium, fenitoin, propanolol, reserpin, aspirin dosis besar, steroid, dan sulfonamide.
Peningkatan kadar T3 menunjukkan adanya hipertiroidisme, tirotoksikosis T3, tiroiditis hashimoto. Obat-obat yang
mempengaruhi peningkatan T3, Oestrogen, progesteron, liotironin dan metadon.
Question ?
Kesimpulan