- Koagulasi Darah
mengatasi vascular injury perdarahan tidak berlebihan
Faktor koagulasi:
Faktor XII, Faktor XI, Faktor II, Faktor X, Faktor IX mengaktifkan faktor X, Faktor VII
Protein C aktifkan faktor Va dan VIIa
Faktor VIII kofaktor IXa
Faktor I, Faktor XIII
Mekanisme:
Aktivasi faktor protrombin intrinsik dan ekstrinsik
Pembentukan trombin perlu vitamin K
- Imunologi Parasit
Innate immunity dan acquired
Innate:
Makrofag teraktivasi pertama, untuk parasit kecil, megaktifkan sitokin
Neutrofil protein sitotoksik
Platelet sitotoksik
Eosinofil patokan infestasi parasit, spesifik parasit di jaringan, membatasi migrasi parasit
Acquired:
Th1 parasit intrasel
Th2 ekstraseluler
Reaksi:
Anafilaktik, delayed hypersensitivity
PATOLOGI
- Anemia normokromik normositer
Anemia (WHO) : <13
1. Acute blood loss (internal dan eksternal)
Tidak pengaruh ke eritropoiesis bisa menjadi anemia defisiensi besi
Eksternal trauma, kecelakaan, fraktur
Internal ruptur organ
Hipovolemik bahaya jika diberi normal saline, diberikannya packed red cells
2. Chronic disease
Gangguan ginjal kronis, anemia aplastik
3. Hemolisis
Gejala:
Lemas, pucat
Diagnosis:
Blood count, hapusan darah tepi, MCH, MCHC, MCV
Morfologi:
Ukuran eritrosit normal, normokromik
- Anemia makrositer
Lebih besar dari sel normal, penyebabnya defisiensi B12 dan asam folat.
Klasifikasi: Anemia megaloblastik, non-megaloblastik
Manifestasi klinik: lemas, pucat
Diagnosis: anamnesis, morfologi eritrosit. Laju endap darah, hitung diferensial, tes serum iron,
asam folat dan vit B12, cek retikulosit
Terapi: gawat darurat PRC, terapi mengobati penyakit dasar
Non-megaloblastik neodisplasia sindrom, alkohol, disfungsi hepar
MCV >100 fL
- Anemia aplastik
Disertai pansitopeni karena kelainan primer sumsum tulang tanpa pendesakan
Etiologi: idiopatik
Faktor risiko: Primer: kelainan kongenital, sekunder: obat, bahan kimia
Aplastik didapat radiasi mengenai stem cell
Aplastik famili keturunan
Gejala: lesu, lelah, pucat, berkunang2, ekimosis, epistaksis, perdarahan, rentan infeksi
Aplasi berat: keadaan tidak ada retikulosit, trombosit<20.000 perdarahan dalam jangka waktu
lama
Morfo: normokromik normositer
Terapi: Hb<7 PRC, suportif, penyembuhansumsum tulang, transplantasi allogenik (donor
yang cocok misal saudara kandung)
Pencegahan: gaya hidup dan higiene yang baik
- Anemia hemoglobinopati
Hemoglobinopati adalah sekelompok penyakit yang mempunyai sifat keturunan dengan
manifestasi berupa bentuk atau produksi hemoglobin yang abnormal
Etiologi yang paling memegang peranan penting pada hemoglobinopati adalah adanya riwayat
thalassaemia trait pada orang tua pasien
- Anemia megaloblastik
Adanya sel megaloblas defisiensi asam folat dan vit B12 yang dieprlukan dalam pematangan
sel
Gejala: diare, mual, tremor, lidah pucat dan licin, kegagalan penutupan neural tube (spina bifida)
Pemeriksaan: def asam folat, B12
DD: anemia def besi, anemia kronis
- DIC
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) merupakan suatu sindrom patologi klinis yang
menyebabkan berbagai komplikasi. Hal ini ditandai dengan aktivasi sistemik jalur menuju dan
mengatur koagulasi, yang dapat mengakibatkan generasi bekuan fibrin yang dapat menyebabkan
kegagalan organ bersamaan dengan konsumsi trombosit dan faktor koagulasi yang dapat
mengakibatkan klinis perdarahan.
a. DIC akut:
– Infeksi : Bakteri (gram negatif, gram positif, ricketsia), virus (HIV, varicella, CMV, hepatitis,
virus dengue), fungal (histoplasma), parasit (malaria)
– Keganasan : Hematologi (AML), Metastase (mucin secreting adenocarcinoma)
– Trauma berat : aktivasi tromboplastin jaringan.
– Reaksi Hemolitik, Reaksi transfuse, Gigitan ular, Penyakit hati, Acute hepatic failure, luka
bakar.
b. DIC kronik:
– Keganasan : tumor solid, leukemia
– Obstetri : intrauterin fetal death, abrasio plasenta
– Hematologi : sindrom mieloproliferatif
Patofisiologi dasar DIC adalah terjadinya :
1. Aktivasi system koagulasi (consumptive coagulopathy)
2. Depresi prokoagulan
3. Defek Fibrinolisis
Manifestasi yang sering dilihat pada DIC antara lain:
• Sirkulasi : Dapat terjadi syok hemoragik
• Sistem Gastrointestinal : Hematemesis, Hematochezia
Tranfusi
- Indikasi
Hb < 7, kehilangan darah akut, anemia berat,syok septik, tujuannya untuk memberikan plasma,
neonatus dengan ikterus berat
- Risiko penularan HIV, hepatitis
- Prosedur
Cuci tangan beritau pasien mengenai tindakan persiapan peralatan pengukuran tanda
vital siapkan area penusukan periksa kantong darah (nama, golongan darah, rhesus, dll)
pasang infus NaCl ganti NaCl dengan kantong darah
- Perhatikan reaksi transfusi, tetesan
Donor:
Berat badan 50 kg atau lebih, denyut nadi normal
Darah pendonor perlu dicek antibodi (ABO, rhesus), kemudian cek kompabilitas
Komplikasi:
1. Reaksi segera
Reaksi hemolitik karena lisis eritrosit, reaksi fibril, bronkospasme (sensitivitas terhadap
leukosit), anafilaktik (sesak, hipotensi, edema periorbita karena protein dalam plasma), edema
paru karena volume overload
2. Delayed reaction
Infeksi contoh: hepatitis B dan C
Tatalaksana Anemia
- Farmakologi
1. Vitamin B12
Melalui diet hewani kelebihan tidak akan diserap
Perlu faktor intrisik mukosa lambung
Kontraindikasi: alergi B12
Dosis: oral 1000 mg/hari, injeksi IM
Efek samping: diare ringan, gatal-gatal
2. Asam folat
Indikasi: anemia megaloblastik def asam folat, def asam folat pada ibu hamil dan hemodialisis
Dosis: 5-15mg/hari
Efek samping: demam tinggi dan ruam pada kulit
- Non-farmakologi
Asupan zat besi dari makanan (daging, ikan, olahan unggas. Untuk vegetarian sereal, kacang,
sayuran). Minum kaya akan vitamin C.
Menghindari minum the dan kopi bersama konsumsi makanan mengandung zat besi. Lebih baik
konsumsi susu.
ASI eksklusif selama 6 bulan