Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN


PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL PADA
LANSIA DI ………………………….

SOFYAN WOMSIWOR
01701126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


PROGRAM STRATA SATU (S1) KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AMANAH MAKASSAR
2019

PENGESAHAN PERSETUJUAN
Proposal ini telah kami setujui untuk di ajukan pada seminar proposal
penelitian dengan judul “Hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan
Kadar Kolesterol Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdah Gau Mabaji
Kabupaten Gowa” Prorgam Serata Satu (S1) Keperawatan STIKES
Amanah Makassar dalam rangka penyempurnaan penulisan.

Makassar, 05 juli 2019

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.Rachmat Ramli,S.Kep.,M.Kes Dr. Ir. Hj, Hikmawati Mesiud M.kes

Ketua Program Studi


Pendidikan Profesi Ners

Ns.Asmiana Saputri Iiyas,S.Kep.,M.Kes


NIDN.0914068801

LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini
dengan judul “Hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar
Kolesterol Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdah Gau Mabaji
Kabupaten Gowa” Telah kami setujui untuk di pertahankan di hadapan tim
penguji pada ujian sidang program studi S1 ilmu keperawatan STIKES
Amanah Makassar dalam rangka penyempurnaan penuliasan

Makassar,05 juli 2019

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.Rachmat Ramli,S.Kep.,M.Kes Dr. Ir. Hj, Hikmawati Mesiud


M.kes

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………..... iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………... 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 6

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………….... 6

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang kolesterol …………………………………...………… 8

B. Tinjauan Tentang Pola Makan …………………………………………… 18

C. Tinjauan Tentang Lansia …………………………………………………. 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual Penelitian ……………………………………...….. 28

B. Hipotesis Penelitian ………………………………………………………. 30

C. Definisi Operasional dan kriteria objektif ……………………………...… 30

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian …………………………………………………... 31

B. Tempat Dan Waktu Penelitian …………………………………………. 31

C. Populasi Dan Sampel ………………………………………………..…. 32

D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………. 33

E. Instrumen Pengumpulan Penilitian ……………………………………. 34


v
F. Pengolahan Data ………………………….……………………………. 34

G. Analisa Data …………………………………………………………… 35

H. Etika Penelitian ……………………………………………….……….. 37

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Meningkatnya penduduk lanjut usia dibutuhkan perhatian dari semua

pihak dalam mengantisipasi berbagai permasalahan yang ada. Penuaan

penduduk membawa berbagai implikasi baik dari aspek social, ekonomi,

hukum, politik dan terutama kesehatan (Komnas Lansia 2017).

Meningkatnya populasi lansia ini tidak dapat dipisahkan dari

masalah kesehatan yang terjadi pada lansia, menurunnya fungsi organ

memicu terjadinya berbagai penyakit degeneratif (Azizah, 2011). Penyakit

degeneratif pada lansia ini jika tidak ditangani dengan baik maka akan

menambah beban finansial negara yang tidak sedikit dan akan

menurunkan kualitas hidup lansia karena meningkatkan angka morbiditas

bahkan dapat menyebabkan kematian (Depkes, 2014).

Lanjut Usia atau lebih dikenal dengan istilah lansia merupakan suatu

kondisi dimana manusia akan kehilangan daya imunitasnya terhadap infeksi

yang berakibat menurunnya fungsi jaringan tubuh yang dimulai dari

penurunan fungsi jaringan otot hingga fungsi organ tubuh seperti jantung, hati,

otak, dan ginjal. Salah satu dampak dari penurunan fungsi organ jantung

adalah terjadinya pengendapan zat zat yang bersifat aterosklerosis yang dapat

menyebabkan perubahan elastisitas pembuluh darah (Almatsier, 2016).

Rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan berpengaruh

terhadap pola hidup lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.


1
Pelayanan kesehatan yang kurang sesuai mengakibatkan umur harapan hidup

lansia yang rendah pula, serta dapat mempengaruhi pola hidup lansia yang

kurang sehat, misalnya kurangnya olahraga, kurang tepatnya konsumsi

makanan yang kaya akan kandungan gizi, dan lain sebagainya (Almatsier,

2011).

Pola konsumsi makanan yang kurang tepat dapat menyebabkan berbagai

masalah kesehatan, diantaranya adalah tidak terkontrolnya keseimbangnan

cairan, kekurangan enzim laktase, kenaikan tekanan darah, serta timbulnya

berbagi penyakit degeneratif (Almatsier, 2011). Salah satu faktor terjadinya

penyakit degeneratif adalah terjadinya peningkatan kadar kolesterol plasma di

dalam darah yang dapat menyebabkan timbulnya plak sehingga menyebabkan

adanya penyempitan pembuluh darah (Soekidjo,2007).

Menurut WHO Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu masalah

kesehatan yang telah menjadi perhatian nasional maupun global. Morbiditas

dan Mortalitas PTM semakin meningkat di Indonesia. Data kematian menurut

World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa dari 57 juta

kematian di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta disebabkan oleh PTM.

Penyakit kardiovaskular merupakan PTM penyebab kematian terbesar yaitu

sebesar 39%. Kematian akibat PTM akan terus meningkat di seluruh dunia.

Peningkatan terbesar akan terjadi di negara menengah dan miskin. Sebesar

70% dari populasi global akan meninggal akibat PTM seperti jantung, stroke,

diabetes mellitus, kanker. (Ruth Grace, Aurika, Carolin, Carolin, 2012).

Transisi epidemiologi penyakit menular menjadi penyakit tidak meular

akan terlihat jelas pada tahun 2030. Jumlah kesakitan akibat penyakit tidak
menular dan kecelakaan akan meningkat, sedangkan penyakit menular akan

menurun. Peningkatan kejadian PTM ini berhubungan dengan faktor risiko

akibat adanya perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan yang

semakin moderen, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup.

(Depkes, 2007; WHO, 2011).

Tingginya kadar kolesterol di dalam darah merupakan permasalahan yang

serius karena merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai macam

penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan diabetes mellitus.

Bedasarkan penelitian- penelitian yang telah dilakukan risiko terjadinya

ateroklerosis yang merupakan penyebab PJK akan meningkat apabila kadar

kolesterol total di dalam darah melebihi batas normal.

Kadar kolesterol yang berlebih dalam darah akan akan mudah melekat

pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. LDL yang berlebih melalui

proses oksidasi akan membentuk gumpalan yang jika gumpalan semakin

membesar akan membentuk benjolan yang akan mengakibatkan penyempitan

saluran pembuluh darah. Proses ini biasanya disebut dengan atheroklerosis.

Peningkatan kadar kolesterol darah dapat dipengaruhi oleh tingkat

konsumsi asam lemak total dan tingkat konsumsi zat kolesterol makanan

(Almatsier, 2009). Kolesterol disentesis dari asetil koA yang melewati

berbagai macam tahapan reaksi tubuh. Asetil koA akan diubah menjadi

isopentinil pirofosfat yang selanjutnya akan membentuk kolesterol.

Pembentukan kolesterol ini akan membentuk senyawa, diantaranya granil

pirofosfat, skualen, dan lanosterol yang dipengaruhi oleh jumlah asupan

kolesterol dalam tubuh, jika jumlah asupan lemak maupun asupan kolesterol
tidak dikontrol maka jumlah asetil KoA di dalam tubuh juga akan terus

meningkat jika hal ini terus menerus dibiarkan maka dapat menimbulkan

penumpukan kolesterol didalam darah. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2014).

Tingginya tingkat konsumsi asam lemak juga dapat menyebabkan

peningkatan kadar kolesterol LDL yang berfungsi membawa kolesterol untuk

keperluan jaringan metabolik. Jumlah kolesterol dalam darah yang berlebih

akan diangkut kembali ke hati oleh HDL (Sitorus, 2010). Hal ini sesuai

dengan penelitian Megawati (2010) di Rumah Sakit Umum Raden Ajeng

Kartini Jepara bahwa asupan lemak mempunyai hubungan yang signifikan

dengan peningkatan kadar kolesterol pada penderita Penyakit Jantung

Koroner.

Menurut data profil kesehatan kota makassar menyebutkan bahwa jumlah

penderita kolesterol di provinsi sulawesi selatan sampai saat ini adalah 60,022

jiwa yang tersebar diberbagai kabupaten dan kota yang ada di provinsi

sulawesi selatan sedangkan Data dari Dinas Kesehatan kota makasar juga

menyebutkan bahwa jumlah kasus penyakit kolesterol dalam tiga tahun terahir

yaitu mulai pada tahun 2015 sebanayak 11.502 penderita ,kemudian pada

tahun 2016 jumlah kasus kolesterol sebanyak 15.232,namun pada tahun 2017

menjadi 10.278 kasus.

Dari survei awal yang kami lakukan di Panti Sosial Tresna Werdah Gau

Mabaji Kabupaten Gowa karena jumlah lansia yang terdaftar termasuk angka

yang cukup tinggi yaitu mencapai 94 penderita pada tahun 2016 ,pada tahun

2017 sebanyak 82 penderita ,pada 2018 sebanyak 97 orang dan 2019, 90


orang lansia.menurut data dari Pannti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

Kabupaten Gowa sebanyak 25 jumlah lansia penderita kolesterol.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berkeinginan untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Hubungan pola makan dengan peningkatan kadar

kolesterol pada lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten

Gowa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka didapatkan

rumusan masalah yaitu: “Apakah ada hubungan pola makan dengan

peningkatan kadar kolesterol pada lansi di panti sosial werdha gau mabaji

kabupaten gowa.?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pola makan dengan peningkatan kadar

kolesterol pada lansia di panti social werdha gau mabaji kabupaten gowa

tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan peningkatan kadar

kolesterol pada lansia di panti social werdha gau mabaji kabupaten gowa

tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmiah

Hasil penelitian diharapkan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

dan merupakan bahan acuan dan bacaan bagi peneliti berikutnya.


2. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan atau informasi bagi depkes dan stikes amanah

Makassar selaku tempat kami menimba ilmu dalam rangka menentukan

kebijaksanaan untuk mencegah dan penanganan kadar kolesterol pada

lansia.

3. Bagi peneliti

Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu dan menambahkan wawasan mengenai kadar

kolesterol pada lansia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang kolesterol

1. Pengertian

Kolesterol adalah salah satu komponen dalam membentuk lemak.

Didalam lemak terdapat berbagai macam komponen yaitu seperti zat

trigliserida, fosfolitid, asam lemak bebas, dan juga kolesterol. Secara

umum, kolesterol berfungsi untuk membangun dinding didalam sel

(membran sel) dalam tubuh. Bukan hanaya itu saja, kjolesterol juga

berperan penting dalam memproduksi hormon seks, vitamin D, serta

berperan penting dalamn menjalankan fungsi saraf dan otak. (Mumpuni &

Wulandari, 2011).

Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan

dari dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat

makanan). Kolesterol yang terdapat dalam makanan berasal dari hewan

seperi kuning telur, daging, hati dan otak (Murray et al., 1999). Kolesterol

sangat dibutuhkan bagi tubuh dan digunakan untuk membentuk membran

sel, memproduksi hormon seks dan membentuk asam empedu, yang

diperlukan untuk mencerna lemak. Kolesterol sangat dibutuhkan untuk

memperoleh kesehataan yang optimal. Kadar kolesterol normal dalam

darah < 200 mg/ dl dan apabila kadar kolesterol dalam darah sudah

mencapai >240 mg/ dl dapat dikatakankadar kolesterol tinggi (Vella,

2009). Kolesterol sangat larut dalam lemak, tetapi hanya sedikit larut

7
dalam air dan mampu membentuk ester dengan asam lemak (Guyton &

Hall, 2007).

Menurut Stoppart (2010) kolesterol adalah suatu zat lemak yang

dibuat didalam hati dan lemak jenuh dalam makanan. Jika terlalu tinggi

kadar kolesterol dalam darah maka akan semakin meningkatkan factor

resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Kolesterol sendiri memiliki

bebrapa komponen, yang dibagi menjadi 2 klasifikasi yaitu berdasarkan

jenis dan kadar kolesterolnya.

2. Klasifikasi

Klasifikasi kolesterol dibagi menjadi 2 yaitu jenis kolesterol dan

kadar kolesterol.

a. Jenis kolesterol

1. Low Density Lipoprotein (LDL)

LDL atau sering juga disebut sebagai kolesterol jahat,

LDL lipoprotein deposito kolesterol bersama didalam dinding

arteri, yang menyebabkan terjadinya pembentukan zat yang

keras, tebal, atau sering disebut juga sebagai plakat

kolesterol, dan dengan seiring berjalannya waktu dapat

menempel didalam dinding arteri dan terjadinya penyempitan

arteri ( Yovina, 2012).

2. High Density Lipoprotein ( HDL)

HDL adalah kolesterol yang bermanfaat bagi tubuh

manusia, fungsi dari HDL yaitu mengangkut LDL didalam

jaringan perifer ke hepar akan membersihkan lemak-lemak


yang menempel di pembuluh darah yang kemudian akan

dikeluarkan melalui saluran empedu dalam bentuk lemak

empedu (Sutanto,2010).

b. Kadar kolesterol

Tabel 2.1

Pengelompokan kadar koleseterol

Kadar kolesterol total Kategori kolesterol total

Kurang dari 200 mg/dl Bagus


200-239 mg/dl Ambang Batas Atas
240 mg/dl dan lebih Tinggi

Kadar kolesterol LDL Kategori kolesterol LDL


Kurang dari 100 mg/dl Optimal
100-129 mg/dl Hampir optimal /diatas optimal
130-159 mg/dl Ambang batas atas
160-189 mg/dl Tinggi
190 mg/dl dan lebih Sangat tinggi

Kadar kolesterol HDL Kategori kolesterol HDL


Kurang dari 40 mg/dl Rendah
60 mg/dl Tinggi

Sumber : Nationnal Institutes of Health, Detection, Evaluation, dan


Treatment of High Blood Cholesterol in Adults III (Mumpuni &
Wulandari, 2011)
3. Faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesteroldalam

darah yaitu sebagai berikut:

a. Makanan

Kolesterol pada umumnya berasal dari lemak hewani seperti

daging kambing meskipun tidak sedikit pula yang berasal dari


lemak nabatiseperti santan dan minyak kelapa. Telur juga

termasuk makanan yang mengandung kolesterolyang tinggi.

Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh menyebabkan

peningkat kadar kolesterol, seperti minyak kelapasawit dan

mentenga juga memiliki lemak jenuh yang dapat meningkatkan

kadar kolesterol (Yovina, 2012). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Restyani (2015) menyatakan bahwa dengan

mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak jenuhnya dapat

meningkatkan kadar kolesterol total.

b. Kurang aktivitas fisik

Faktor pemicu yang dapat meningkatkan kadar kolesterol

dalam darah yaitu kurangnya aktivitas fisik ataupun olahraga, hal

tersebut telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh

tunggul, Runbawan dan Nuri (2013) bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik terhadap kadar

kolesterol dalam darah dengan nilai P<0.05.

c. Kurang pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kadar kolesterol, hal tersebut dibuktikan

oleh penelitian yang dilakukan oleh Winda, Rooije & Tinny

(2016) bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan

terhadap kadar kolesterol seseorang dan mempengaruhi tindakan


pencegahan yang dapat dilakukan dalam mengendalikan kadar

kolesterol.

d. Kepatuhan

Kepatuhan berpengaruh besar terhadap kadar kolesterol

dalam darah, hal tersebut telah dibuktikan oleh penelitian yang

dilakukan oleh Din (2015) yang didapatkan hasil bahwa faktor-

faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

kolesterol yaitu seperti diet kaya lemak, kurangnya olahraga,

stress serta faktor ketidakpatuhan pasien dalam mengontrol

kolesterolnya. Dan hal tersebut didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh putri (2016) bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara kepatuhan diet dengan kadar kolesterol dalam

darah. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kolesterol dalam

darah, yang mengalami suatu proses dalam tubuh manusia.

4. Proses Kolesterol Dalam Darah

Lemak yang terkandung didalam dalam darah terdiri atas kolesterol

trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas. Kolesterol yang terkandung

didalm darah hanya seperempat yang berasal dari sari makanan yang

diserap oleh saluran pencernaan, kemudian sisanya akan diproduksi oleh

tubuh melalui sel-sel hati. Ketika dicerna didalam usus, lemak yang

terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida,

fosfolipid, dan asam lemak bebas. Usus akan menyerap keempat unsur

lemak tersebut dan masuk kedalam darah., sementara untuk kolesterol dan

unsure lemak yang lainnya tidak larut dalam darah. Agar dapat diangkat
semua kedalam aliran darah, kolesterol dan lemak-lemak lain (trigliserida

dan fosfolipid) harus berikan dengan protein sebagai syarat untuk

membentuk senyawa yang larut, atau sering disebut juga sebagai

lipoprotein.

Lipoprotein yang mengangkut lemak menuju hati atau sering disebut

juga dengan kilomikron. Di dalam hati, ikatan lemak tersebut akan

diuraikan sehingga akan membentuk kembali keempat unsur lemak.

Kemudian, asam lemak yang telah terbentuk akan digunakan sebagai

sumber energy dan bilah jumlahnya berlebih maka akan disimpan dalam

jaringan lemak. Bila asupan kolesterol tidak dapat mencukupi, maka sel

hati yang akan memproduksinya. Dimulai dari hati, kolesteril akan

diangkut oleh lipoprotein. Jika terjadi kelebihan kolesterol maka akan

diangkut kembali oleh lipoprotein yang sering disebut juga sebagai HDL

untuk kemudian akan dibawa kehati, yang akan diuraikan dan buang

kedalam kandungan empedu. LDL yang mengandung banyak lemak

dibandingkan dengan HDL, akan mengubah didalam darah. Protein utama

yang membentuk LDL adalah apolipoprotein B, dan apolipoprotein A

merupakan protein utama yang membentuk HDL. HDL memiliki

kandungan lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan LDL dan

mempunyai kepadatan tinggi atau lebih berat (Sutanto,2010). Dalam

proses kolesterol dalam tubuh, kolesterol memiliki beberapa tanda dan

gejala yang harus diperhatikan oleh pasien.


5. Manifestasi klinis

Kadar kolesterol yang tinggi biasanya tidak memunculkan gejala

apapun. Akan tetapi kadang-kadang jika kadar kolesteerol sudah sangat

tinggi maka endapan lemak akan membentuk suatu pertumbuhan yang

sering disebut juga sebagai xantoma didalam tendon (urat daging) dan

didalam kulit. Kadar trigliserida yang cukup tinggi (sampai denga 800

mg/dl atau lebih) dapat menyebabkan pembesaran pasda hati dan limpah

serta timbulnya gejala-gejala dari pakreastitis (misalnya nyeri perut yang

hebat) (Dewanti,2010). Untuk memantau tanda dan gejala yang muncul

maka diperlukan pengukuran kadar kolesterol agar dapat mengontrol

kadare kolesterol dalam tubuh.

6. Cara mengukur kadar kolesterol

Cara mengukur kadar kolesterol dapat diilakukan dengan melakukan

pemeriksaan di laboratorium ataupun denga cara mengukur kolesterol

secara mandiri menggunakan cholesterol meter (alat ukur kolesterol). Jika

menggunakan pengukuran cholesterol meter hasil yang didapatkan dari

pengukuran dapat dikalasifikasikan apakan kadar kolesterol total pasien

yang dilakukan pemeriksaan dalam rentang bagus, batas ambang atas,

ataupun tinggi (Mumpuni & Wulandari, 2011). Ketika akan dilakukan

pemeriksaan kolesterol pasien biasanya diminta untuk melakukan puasa 10

jam sebelum, namum menurut studi yang dimuat dalam Archives of

Internal Medicine menyatakan bahwa puasa sebenarnya tidak diperlukan

karena orang yang melakukan puasa dengan orang tidak melakukan puasa

hasilnya tidak jauh berbedah (Candra,2012).


7. Cara mengendalikan kadar kolesterol

Berikut ini merupakan langka-langka yang dapat dilakukan sebagai

sala satu cara untuk menendalikan kadar kolesterol dalam darah.

a. Pemeberian edukasi dan konseling.

Pemberian edukasi sangat mempengaruhi dalam peningkatan

pengetahuan pada peda penderita kolesterol, swehingga hal

tersebut dapt dijadikan salah satu cara penderita dalam memiliki

makanan yang tepat agar kolesterol tidak mengalami penigkatan.

Bukan hanya itu saja konseling juga berpengaruh dalam

pengendalian kadar kolesterol, hal tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2014). Yang didapatkan

hasil bahwa konseling berpengaruh dalam menurunkan kadar

kolesterol total lebih besar dan perubahan terhadap pola makan.

b. Olaraga

Salah satu olaraga yang dapat dilakukan untuk

mengendfalikan kadar kolesterol dalam darah yaitu dengan

melakukan senam, hal tersebut telah diteliti oleh Li Ping,

Damajanty, & Herlina (2013) bahwa aktivitas senam sangat efektif

dalam mengendalikan kadar kolesterol jika dilakukan secara

teratur. Peneliktian tersebut didukung juga oleh Steven,

Christopher & Alfonso (2013) yangf telagh menelitih mengenai

senam terhadap kadar kolesterol dfengan hasil bahwa pengaruh

pemberuian latihan senam sangat baik diberikan untuk

menurunkan kadar kolesterol dalam dareah seseorang.


c. Pemeriksaan kolesterol rutin

Berdasartkan penelitian yang dilakukan oleh David, et.al

(2016) melakukan pemeriksaan kolesterol secara rutin sangat baik

dilakukan sebagai salah satu langkah dalam pencegahan primer

terhadap komplikasi dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol

seperti penyakit kardivaskuler.

d. Home Visit

Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Lin, et,al (2016) bahwa

melaksanakan home visit atau kunjungan rumah ke pasiean

merupakan salah satu cara dalam mengontrol kadar HDL, LDL,

dan juga trigliserida dalam tubuh. Hal tersebut dikarenakan home

visit bertujuan untuk memberikan edukasi ataupun informasi

kesehatan bagi penderita, sehingga dapat meningkatkan kualitas

kesehatan bagi penderita.

e. Peningkatan kepatuhan melalui short message service (SMS)

gateway

Cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan

pasien dalam mengikuti program yang diberikan yaitu dengan

reminder melalui short message service (SMS) gateway, hal

tersebut telah diteliti oleh akrom dan Nurwijayanti (2015) dengan

hasil bahwa SMS sangat efektif dilakukan dalam meningkatkan

kepatuhan pada pasien. Penelitian tersebut juga dilakukan oleh

Ismil (2016) bahwa pengguna aplikasi reminder system merupakan

salah satu strategi dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam


mengikuti program yang diberikan setelah dikirikan SMS

reminder.kepatuhan merupakan salah satu faktor yang harus

diperhatikan karena sebagian besar pasien menggalami

peningkatan kadar kolesterol karena faktor kepatuhan.

B. Tinjauan Tentang Pola Maka

1. Pengertian Pola Makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah

dan jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu

kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).

Pengertian pola makan menurut Handajani adalah tingkah laku

manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi makanan yang

meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan makanan, sedangkan menurut

Suhardjo pola makan di artikan sebagai cara seseorang atau sekelompok

orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsi makanan terhadap

pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial.

Dan menurut seorang ahlimengatakan bahwa pola makan di

definisikan sebagai karateristik dari kegiatan yang berulang kali makan

individu atau setiap orang makan dalam memenuhi kebutuhan makanan.

(Sulistyoningsih, 2011).

Secara umum pola makan memiliki 3 (tiga) komponen yang terdiri

dari: jenis, frekuensi, dan jumlah makanan.

a. Jenis makan
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap

hari terdiri dari makanan pokok, Lauk hewani,Lauk nabati, Sayuran

,dan Buah yang dikonsumsi setiap hari Makanan pokok adalah sumber

makanan utama di negara indonesia yang dikonsumsi setiap orang atau

sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jangung, sagu, umbi-

umbian, dan tepung. (Sulistyoningsih,2011).

b. Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari

meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan

(Depkes, 2013). sedangkan menurut Suhardjo (2009) frekuensi makan

merupakan berulang kali makan sehari dengan jumlah tiga kali makan

pagi, makan siang, dan makan malam.

c. Jumlah makan

Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam

setiap orang atau setiap individu dalam kelompok.Willy (2011)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Pola makanyang terbentuk gambaran sama dengan kebiasaan

makan seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya

pola makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan

lingkungan (Sulistyoningsih, 2011).

a. Faktor ekonomi

Variabel ekonomi mencukup dalam peningkatan peluang untuk daya

beli pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan


menurunan daya beli pangan secara kualitas maupun kuantitas

masyarakat.

Pendapatan yang tinggidapat mencakup kurangnya daya beli

denganh kurangnya pola makan masysrakat sehingga pemilihan suatu

bahan makanan lebih di dasarkan dalam pertimbangan selera

dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk mengkonsumsi

makanan impor. (Sulistyoningsih, 2011).

b. Faktor Sosial Budaya

Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat dipengaruhi

oleh faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang

menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan di suatu masyarakat

memiliki cara mengkonsumsi pola makan dengan cara sendiri.

Dalam budaya mempunyai suatu cara bentuk macam pola makan

seperti:dimakan, bagaimana pengolahanya, persiapan dan penyajian,

(Sulistyoningsih, 2011).

c. Agama

Dalamagama pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali

berdoa sebelum makan dengan diawali makan mengunakan tangan

kanan (Depkes RI, 2008).

d. Pendidikan

Dalam pendidikan pola makan iala salah satu pengetahuan, yang

dipelajari dengan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan

penentuan kebutuhan gizi (Sulistyoningsih, 2011).

e. Lingkungan
Dalam lingkungan pola makan ialah berpengaruh terhadap

pembentuk perilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui

adanya promosi, media elektroni, dan media cetak. (Sulistyoningsih,

2011).

f. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan ialah suatu cara seseorang yang mempunyai

keterbiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi

dan jenis makanan yang dimakan. (Depkes,2009).

Menurut Willy (2011) mengatakan bahwa suatu penduduk

mempunyai kebiasaan makan dalam tiga kali sehari adalah kebiasaan

makan dalam setiap waktu.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi

Kebutuhan gizi setiap golongan umur dapat dilihat pada angka

kecukupan gizi yang di anjurkan (AKG). Yang berdasarkan umur,

pekerjaan, jenis kelamin, dan kondisi tempat tinggal seperti yang

disebutkan. (Sulistyoningsih, 2011).

a. Umur

Kebutuhan zat gizi pada orang dewasa berbeda dengan kebutuhan

gizi pada usia balita karena pada masa balita terjadi pertumbuhan dan

perkembangan sangat pesat. Semakin bertambah umur kebutuhan zat

gizi seseorang lebih rendah untuk tiap kilogram berat badan orang

dewasa.

b. Aktifitas
Aktifitas dalam angka kecukupan gizi ialah suatu kegiatan

seseorang yang beraktifitas dalam menjalankan pekerjaan setiap hari.

c. Jenis Kelamin

Dalam angka kecukupan gizi pada jenis kalamin ialah untuk

mengetahui identitas seorang individu maupun sekelompok

masyarakat.

d. Daerah Tempat Tinggal

Suatu penduduk yang bertinggal perkotaan atau pendesaan

membutuhkan pengetahuan tentang pola makan dengan cara yang

benar dan baik dalam tempat waktu makan teratur.

C. Tijauan Tentang Lanjut Usia ( LANSIA )

1. Definisi Lansia

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pension, biasanya di antara

usia 65-75 tahu (Potter, 2010). Proses menua merupakan proses sepanjang

hidup, tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu: anak,

dewsa, dan tua (Nugroho, 2008). Penuaan adalah normal, dengan

perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada

semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan

kronologis tertentu (Dewi, Sofia Rhoma, 2014).

Usia lanjut menurut kamus besar bahasa Indonesia (1995) adalah

tahap masa tua dalam perkembangan invidu dengan batasan usia 60 tahun

keatas. Menurut Maryam (2008) usia lanjut adalah kelompok orang yang
sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

waktu beberapa dekade. Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak

dapat di hindari, berjalan terus menerus, yang berkisenambungan.

Selanjutnya akan menyebabkan anatomis, fisiologis dan biokimia pada

tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

keseluruhan (kemenkes 2010). Istilah untuk lansia belum ada kata bakunya

karena orang mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Ada yng menyebut

manusia usia lanjut (manula), golongan lanjut umur (glamur), usia lanjut

(usila), bahkan di inggris orang menyebutnya dengan istilah warganegara

senior (Maryam, 2008).

Lansia adalah fase dimana organisme telah mencapai kematangan dan

telah mengalami tahap akhir perkembangan dari daur kehidupan manusia

dalam ukuran fungsi dan ukuran waktu. Lansia adalah masa dimana proses

produktivitas berfikir, mengingat, menangkap dan merespon sesuatu sudah

mulai mengalami penurunan secara berkala (Muhammad, 2010).

2. Pengolompokan Lanjut Usia

Menurut WHO 2010 lanjut usia dibagi dalam yaitu :

a. Usia pertengahan middle age (45 - 59 tahun)

b. Lanjut usia atau Elderly age (60-74 tahun)

c. Lanjut Usia Tua atau Old age (75-90 tahun)

d. Usia sangat tua atau Very old (diatas 90 tahun)


3. Ciri-Ciri Lanjut Usia

a. Fisik

1) Penglihatan dan pendengaran menurun

2) Kulit tampak mengendur

3) Aktivitas tubuh mengendur

4) Penumpukan lemak di bagian perut dan panggul

b. Psikologis

1) Merasa kurang percaya diri

2) Sering merasa kesepian

3) Merasa sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak berguna (Dwi &

Fitrah, 2010).

4. Perubahan Fisik (Fisiologi) Pada Usia Lanjut

Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan

menyeluruh baik fisik, social, mental, dan moral spiritual, yang

keseluruhnya saling kait mengait antar satu bagian dengan bagian yang

lainnya. Dan perlu kita ketahui bahwa tiap-tiap perubahanmemerlukan

penyesuain diri, pada hal dalam kenyataansemakin menua usia kita

kebanyakan semakin kurang fleksible untuk menyesuaikan terhadap

berbagai perubahan yang terjadi dan disinilah terjadi berbagai gejolak

yang harus di hadapi oleh setiap kita yang mualai menjadi manula,

Gejolak-gejolak itu antara lain perubahan fisik dan perubahan social

(Muhammad, 2010).
Secara umum, menjadi tua di tandai oleh kemunduran biologis yang

terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain :

a) Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis

yang menetap

b) Rambut kepala mualai memuti atau beruban

c) Gigi mulai lepas (ompong)

d) Penglihatan dan pendengaran kurang

e) Mudah lelah dan mudah jatuh

f) Mudah terserang penyakit

g) Nafsu makan menurun

h) Penciuman mulai berkurang

i) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

j) Pola tidur berubah

Perubahan yang terjadi pada lansia menurut (Dwi & Fitrah, 2010) adalah

1. Fisik

Secara fisik seseorang yang mengalami usia lanjut terjadi deklinasi

sexsual proses, walaupun tidak nampak dari luar tubuh karena terjadi

perubahan penurunan pada produksi secret dan proses

spermatogenesisnya. Rasa kecemasan dan ragu mengenai kemampuan

seksualnya merupakan gejala awal yang muncul bagi laki-laki. Sedangkan

pada perempuan muncul gejala menopause atau berhentinya haid

sehingga menimbulkan gangguan psikologis, biasanya sebelum

munculnya gejala tersebut wanita sudah mulai menduga- duga tentang

kemungkinan buruk yang terjadi pada dirinya (Dwi & Fitrah, 2010)
2. Psikologis dan hubungan social

Dilihat dari segi kejiwaan, individu yang menginjak lanjut usia

biasanya labil apabila mendapat penolakan, penghinaan atau rasa kasihan

yang tidak sesuai dengan keadaannya, oleh karena itu biasanya para

lansia meginginkan untuk tidak tergantung dengan orang lain dengan

usaha mereka sendiri walaupun biasa tidak menjadi jaminan untuk dia

mampu memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut dilakukan karena dia

ingin dihargai, dicintai, dan diinginkan kehadirannya dan ingin hidup

lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain dimasa tuanya. Seseorang

yang sudah menginjak masa lansianya biasanya muncul sikap yang tidak

disadari olehdirinya sendiri seperti cerewet, pelupa, sering mengeluh,

bersikap egois. Biasanya lansia akan merasa diterima bila anak cucu

(keluarganya) menerima segala kekurangannya, lebih memperhatikan

dan dimengerti walaupun mungkin itu sulit diterima bagi semua keluarga

akan tetapi dengan pemahaman bahwa setiap orang nanti kelak ketika dia

menginjak lanjut usia akan menunjukkan sikap yang sama (Dwi & Fitrah,

2010).

3. Segi agama

Lanjut usia sangat mendambakan kasih sayang dan penerimaan

sosial akan tetapi dilain pihak dia juga membutuhkan ketenangannya

untuk beribadah, beramal dan berbuat baik dengan cara mendekatkan diri

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan

lanjut usia bergeser dari kebutuhan biologik dan self survival diganti oleh

kebutuhan lain seperti kebutuhan religious (Dwi & Fitrah, 2010).


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Tahap yang penting dalam suatu penelitian adalah penyusun kerangka

konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat di

komunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antara variabel ( baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti ).

Kerangka konsep membantu penelitian menghubungkan hasil penemuan

dengan teori ( Nursalam, 2013 ).

Bagan kerangka konsep :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pola makan
Lansia

Kadar kolesterol

Keterangan :

: Variabel independen ( Bebas )

: Variabel dependen ( Terikat )

: Garis penghubung variabel yang

diteliti.

26
B. Hipotesi Penelitian

Pertanyaan yang merupakan hipotesa alternative (Ha) adalah Ada

hubungan antara pola makan dengan peningkatan kadar kolesterol pada lansia

di panti social tresna werdah gau mabaji kabupaten gowa. Pertanyaan yang

merupakan hipotesa nol (Ho) adalah Tidak ada hubungan antara pola makan

dengan peningkatan kadar kolesterol pada lansia di panti social tresna werdah

gau mabaji kabupaten gowa.

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objek

No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Kriteria Objek Skala

Operasional Ukur

Pola Pola makan Mengisi Nilai maksimal= Gutman


1. Kuision
makan yang salah kuisioner 100
er
merupakan dengan 1 .Baik,Bila jumlah

salah satu beberapa skor jawabanya ≥

faktor resiko pertanyaan 50

yang (Wawancara 2 .Tidak Baik, Bila

meningkatka ) jumlah skor

n penyakit jawabanya ≤ 50

Kolesterol

2. Kadar kolesterol Kuision Mengisi Gutman


er Nilai maksimal=
Kolesterol adalah suatu kuisioner
100
zat lemak dengan
1 .Baik,Bila jumlah
yang dibuat beberapa
skor jawabanya ≥
didalam hati pertanyaan
dan lemak (Wawancara 50

jenuh dalam ) 2 .Tidak Baik, Bila

makanan. jumlah skor

jawabanya ≤ 50

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan

kuantitatif. Rancangan penelitian ini menggunakan cross-sectional yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan

efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan kadar

kolesterol pada lansia Di Panti Sosial Tresna Werdah Gau Mabaji Gowa.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest –

postest. Rancangan jenis ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol)tetapi

paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (prestest) yang

memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan–perubahan yang terjadi

setelah adanya eksperimen atau program.(Sugiyono,2013 ).


B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werda Gau Mabaji

Gowa.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Agustus 2019

C. Populasi dan Sampel 29

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan di teliti (Hidayat ,2010) Populasi dalam penelitian ini

adalah setiap subjek yang memenuhi karakteristik yaitu lansia penderita

kolesterol di Panti Sosial Tresna Werda Gau Mabaji Gowa, yang

berjumlah 25 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan di teliti

(Arikunto,2013). Sampel pada penelitian ini adalah sebagian lansia

penderita kolesterol di Panti Sosial Tresna Werda Gau Mabaji Kabupaten

Gowa. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik sampling dengan menggunakan rumus Solvin

sebagai berikut :

n= N

1 + N (E )2

n: jumlah sampel

N: jumlah populasi
E: batas toleransi kesalahan (10%)2

n= 25

1 + 25 ( 10 ) 2

n= 25

1 + 25 ( 0,1 ) 2

n= 25

1 + 25 ( 0,01)

n= 25

1 + 0,25

n= 25

1,25

n= 20 orang

Sampel dalam penelitian ini adalah penderita kolesterol pada lansia

sebanyak 20 orang di panti social tresna werdah mabaji gau kabupaten

gowa.

D. Teknik pengumpulan data

1. Data primer

Untuk memperoleh data primer dilakukan observasi dan melakukan

pengukuran tekanan kadar kolesterol pada lansia.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang di ambil dan diperoleh dari tempat

penelitian,dalam hal ini adalah Pantii Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

Kabupaten Gowa.
E. Instrumen pengumpulan data

1. Alat EasyTouch GCU

Pengukuran kadar kolesterol dilakukan pada lansia apabila lansia

menyampaikan keluhan yang serupa dengan gejala kolesterol

2. Pengukuran observasi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan lembar observasi kadar kolesterol pada lansia

F. Pengolahan Data

Hastono (2007) memaparkan bahwa pengolahan data merupakan salah satu

bagian rangkaian kegiatan setelah pengumpulan data. Agar analisis

penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat

tahapan dalam pengolahan data yang peneliti harus lalui yaitu editing, coding,

processing, dan cleaning. Data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini

selanjutnya diolah dengan menggunakan program komputer dengan beberapa

tahapan yaitu merekapitulasi hasil jawaban yang diisi oleh responden

kemudian dilakukan:

a) Editing

Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan pengisian formulir

apakah sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

b) Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

databerbentuk angka/bilangan (Hastono, 2007). Penelitimemberi kode pada

setiap responden untuk memudahkan dalam pengolahan data dan analisis

data. Kegiatan yang dilakukan, setelah data diedit kemudian diberi kode.
c) Processing

Setelah semua lebar observasi terisi penuh serta sudah melewati

pengkodean maka langkah peneliti selanjutnya adalah memproses data agar

data yang sudah di-entry dapat dianalisis

d) Cleaning

Suatu kegiatan pembersihan seluruh data agar terbebas dari kesalahan

sebelum dilakukan analisa data, baik kesalahan dalam pengkodean

maupun dalam membaca kode, kesalahan juga dimungkinkan terjadi pada

saat kita memasukkan data kekomputer. Setelah data didapat kemudian

dilakukan pengecekan kembali apakah data yang ada salah atau tidak.

Pengelompokan data yang salah diperbaiki hingga tidak ditemukan

kembali data yang tidak sesuai sehingga data siap dianalisis.

G. Analisa Data

Untuk melakukan pengujian hipotesis, analisis data yang dilakukan adalah:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik masing-masing variabel

yang diteliti. Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini

adalah tekanan darah sebelum dan sesudah latihan fisik. Data akan

disajikan dalam bentuk tabel rerata tekanan darah lansia (Hastono, 2007).

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis untuk menguji pengaruh,

perbedaan antara dua variabel. Pemilihan uji statistik yang akan

digunakan untuk melakukan analisis didasarkan pada skala data, jumlah


populasi atau sampel dan jumlah variabel yang diteliti. Analisis bivariat

dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian yaitu melihat ada

pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi.

Sebelum dilakukan uji analisis bivariat, untuk mengetahui kenormalan

distribusi data, akan dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji

Kolmogorov. Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov adalah

uji yang dilakukan untuk mengetahui normalitas data numerik berdasarkan

distribusi data. Uji Kolmogorov dilakukan pada data numerik dengan

jumlah responden < 25 (Sabri & Hastono, 2010)

H. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi

penelitian adalah manusia, maka penelitian harus memahami hak dasar

manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga

penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan

manusia.

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

denganresponden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden

(Hidayat, 2011).

2. Anonimity (tanpa nama)

Digunakan untuk memberikan jaminan dalam penggunaan subyek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama


responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat,

2011).

DAFTAR PUSTAKA

Adhiyani, C. 2013. Hubungan Usia dan Konsumsi Makanan Berlemak dengan


Kolesterol
Total pada Lansia di Kelurahan Serengan Surakarta.Program Diploma
Akademi Analisis Kesehatan Nasional Surakarta. Surakarta.

Almatsier, S. 2011. Prisip dasar Ilmu Gizi, Gamedia. Jakarta.

Anies, 2015. Kolesterol & Penyakit Jantung Koroner. Jogyakarta.

Bangun, Isnamuli O. (2012). Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Program Day


Care Services
(Pelayanan Harian Lanjut Usia) oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara.

Dian, P. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Keaktifan


Lansia
dalam Mengikuti Kegiatan di Posyandu Lansia Desa Gajahan Kecamatan
Colomadu.
Publikasi Penelitian. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.

Ekasari, Fatma. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba
Medika.

Heslet, L. 2002. Kolesterol. Dialihbahasakan oleh Anton Adiwiyoto. Kesaint


Blanc. Jakarta.

Ika, S. (2010). Hubungan antara Pekerjaan, Pendapatan, Pengetahuan, Sikap


Lansia dengan
Kunjungan ke Posyandu Lansia. Jurnal Kesehatan. Jember: Akademi
Kebidanan
Jember.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Populasi Lansia Diperkirakan Meningkat


Hingga Tahun
2020. www.depkes.co.id diakses tanggal 20 januari 2016

Khoiriyah, N. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Motifasi Lansia


Berkunjung
Ke Posyandu Lansia Di RW II Kelurahan Margorejo Kecamatan Cepiring
Kabupaten
Kendal. Skripsi. Semarang. Universitas muhammadiyah semarang.

Kusuma, I.M, Haffidudin M dan Anis P. 2015. Pola Makan dengan Peningkatan
Kadar
Kolesterol pada Lansia di Jebres Surakarta. 2(2).

Maryam. 2010. Pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan.
Jakarta:
Direktorat Bina Kesehatan Komunitas.

Moehyi, S. 1995. Pengaturan Makan dan Diit untuk Penyembuhan Penyakit. PT


Gramedia.
Jakarta.
Nilawati, S, Krisnatuti D, Mahendra B dan Djing O.G. 2008. Care Yourself
Kolesterol.
Penebar Plus: Jakarta.

Nuraeni D, Hidayati L dan Setiyono A. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi


Lemak Jenuh
dan Obesitas Sentral dengan Kolesterol Total pada Dosen dan Karyawan
Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.

Putri, A.F. 2014. Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Panggu dengan Kadar
Kolesterol pada
Wanita diatas Usia 40 Tahun di Lingkungan Sawahan Kelurahan
Kepatihan
Kecamatan Kaliwates kabupaten Jember. Program Sarjana Universitas
Muhammadiyah Jember. Jember.
Septianggi, dkk. 2013. Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolestrol dengan
Kadar
Kolestrol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD
Tungurejo
Semarang. 2(2).

Soeharto, I. 2004.Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan


Kholestrol. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai