Oleh:
ROSMITA
NIM. 2107901177
a) Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal
yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan
kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki,
memiliki rambut).
a. Stratum Korneum
Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin.
b. Stratum Lucidum
Terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng, dan
sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.
c. Stratum Granulosum
Terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan
granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang
mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring
selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung
pada kulit.
d. Stratum Spinosum
Terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah
yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
e. Stratum Basal/Germinativum
Merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri atas selapis sel
kuboid. stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel
epidermis secara berkesinambungan.
b) Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan
batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
a. Stratum papilare
Merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan
leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
b. Stratum retikulare
Yaitu yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat
padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).
c) Subkutis (Hypodermis)
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara
gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini
disebut penikulus adiposus yang gunanya adalah sebagai shock breaker atau pegas
bila tekanan trauma mekanik yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
C. Pengertian Luka
Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang
atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Ketika kulit tertembus, proses inflamasi
imun individu bekerja untuk menyingkirkan materi asing, jika mungkin, dan
menyiapkan area tubuh yang cedera untuk penyembuhan. Area tubuh yang cedera
tersebut disebut luka.
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang
menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatif sebelum
pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan
yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada
atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah
lebih dari 27 %. (Potter and Perry, 2005).
Luka bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal
dan tidak sampai mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau
perkemihan (Kozier, 2009). Secara definisi suatu luka adalah terputusnya
kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini
bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan
dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika
luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi:
superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan
lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis,
dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses
penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena
suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari
bagian internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan
berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan
sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan
infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan
menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang
terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala
jenis luka yang tidak adatanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6
minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan
berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan
luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau
jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
D. Jenis-Jenis Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu
dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi prosesperadangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinary tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt).Kemungkinan terjadinya infeksi
luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,
luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik
aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna;pada kategori ini juga termasuk
insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I
Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II
Luka “Partial Thickness”: yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis
dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda
klinis seperti abrasi,blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III
Luka “Full Thickness” yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi
tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
d. Stadium IV :
Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut: Yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis: Yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
4. Berdasarkan mekanisme terjadinya luka
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misalyang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya
tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat
(Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan
dandikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan
bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda
lain yangbiasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru
atau pisauyang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh
kaca atauoleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanyapada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian
ujung biasanyalukanya akan melebar.
g. Luka Bakar (Combustio) luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang
disebabkan oleh paparan api,air panas, zat kimia, elektrik.
E. Tanda Dan Gejala
Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar
adalah:
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri
sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II
a. Mengenai epidermis & sebagian dermis
b. Nyeri (+)
c. Merah atau pucat, lebih tinggi dari sekitarnya
Superfisial. (pink and moise): Yang terkena epidermis dan sebagian
dermis, nyeri, bulla lebih nyata, retative scar.
a. Folikel rambut, Kelenjar keringat utuh.
b. Sembuh dalam 2 -3 minggu.
3. Grade III
a. Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah
b. keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan
c. jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan
d. gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak
e. tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).
A. Pengertian
suatu jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal, luka
robek terjadi akibat kekerasan yang hebat sehingga memutuskan jaringan. Secara
umum vulnus laceratum dapat dibagi menjadi dua yaitu simple bila hanya
disebabkan oleh trauma benda tajam (50%) misalnya karena tembakan, luka-
luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalulintas (Robert, 2018).
Luka atau Vulnus merupakan keadaan struktur anatomi jaringan tubuh yang
kerusakan pada epitel dan bentuk kerusakan yang dalam seperti jaringan subkutis,
lemak, dan otot bahkan tulang beserta strukturnya yaitu tendon, syaraf, dan
pembuluh darah sebagai dari bentuk akibat trauma dan ruda paksa (Novaprima,
2019).
B. Etiologi
Vulnus laceratum adalah luka terbuka yang terdiri dari akibat kekerasan
tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot (Mansjoer, 2017).
2. Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan
menunjukkan
1. Alat tumpul
5. Bahan kimia terjadi akibat efek korosi dari asam kuat dan
basa kuat.
C. Manisfetasi Klinis
2017).
Tanda-tanda umum adalah syok dan syndrome remuk (cris syndrome), dan
tanda-tanda local biasanya terjadi nyeri dan pendarahan. Syok sering terjadi akibat
kegagalan sirkulasi perifer ditandai dengan tekanan darah menurun hingga tidak
teraba, keringat dingin dan lemah, kesadaran menurun hingga tidak sadar.
Black & Hawks, 2014 menyatakan Manifestasi klinik vulnus laceratum yaitu:
2. Jaringan rusak
3. Bengkak
4. Perdarahan
D. Patofisiologi
respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.
Reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus. Dalam keadaan ini
ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat
jaringan harus hidup dan harus di mikrosekualasi fungsional. Jika jaringan yang
yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepi nya antara jaringan
mati dan hidup. Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi
sensitif dan hernosensitif. Apabila nyeri diatas, hal ini dapat mengakibatkan
gangguan rasa nyaman yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan
terjadi keterbatasan gerak, (Potter &Perry 2010 dalam Prayogi, R., kk.
2019).
E. Manifestasi Klinis
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
luka.
eksplorasi).
merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena
tidak menguap.
pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Pengunaan cairan pencuci
yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama
waktu rawat dan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus
cairan yang efektif dana man terhadap luka. Selain larutan antiseptic yang telah
dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu
Normal Saline, normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan
cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap
mOsm/I setara dengan ion-ion Na’ 154 mEq/I (InETNA, 2004 : 16 ; ISO
Indonesia,2000 : 18).
Penjahitan luka dilakukan jika luka bersih dan diyakini tidak mengalami
infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh
diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan
antibiotic.
KONSEP ASUHAN KEPERERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012). Data
tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga (data sekunder), dan catatan
yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis.
Adapun data yang diperlukan pada pasiengastritis yaitu sebagai berikut:
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas.Keluhan utama merupakan
keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan kesehatan, keluhan
utama adlah alasan klien masuk rumah sakit.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan klien
merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien yang
berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat
dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya
penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu keluarga, penyakit menular
akibat kontak langsung maupun tidak langsung.
f. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Anoreksia, mual muntah tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa/
karbohidrat, Penurunan berat badan haus lapar terus distensi abdomen, kulit
kering bersisik, turgor jelek, bau halitosis/manis.bau buah (nafas aseton)
b) Eliminasi
Poliuri, nocturia disura sulit berkemih, ISK baru atau berulang, diare, nyer tekan
abdomen, urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila ada
infeksi, bising usus melemah atau turun.
c) Pola aktivitas / istirahat
Lemah, letih sulit bergerak/berjalan, kram otot tonus otot menurun gangguan
tidur dan istirahat, takkikardi dan takipnea letargi, disorientasi, koma
penurunan tonus otot
d) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Menurut Doengoes (2014), data dasar pengkajian pasien gastritis meliputi:
g. Keadaan Umum
a) Tanda-tanda vital
Yang terdiri dari tekanan darah, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan
pernafasan pada pasien DM bisa tinggi maupun normal nadi dalam batas
normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi
b) Kesadaran
Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung tidur,
disorientasi/bingung, sampai koma
h. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a) Kepala dan Muka
Kaji bentuk kepala keadaan rambut biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar
tiroid, kelenjar getah bening.
b) Mata
Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan oksigen ke
jaringan), konjungtiva pucat dan kering (Sukarmin, 2013)
c) Mulut dan Faring
Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir pecah-
pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan
personal hygiene) (Sukarmin, 2013).
d) Abdomen
- Inspeksi: Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar dan
bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai dada
sering merubah posisi, menandakan pasien nyeri.
- Auskultasi: Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan, dan
hipoaktif setelah perdarahan.
- Perkusi: Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan
hypertimpani (bising usus meningkat).
- Palpasi: Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat nyeri
tekan pada regio epigastik (terjadi karena distruksi asam lambung)
(Doengoes, 2014)
e) Integumen
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah),
kelemahan kulit/membran mukosa berkeringan (menunjukkan status syok,
nyeri akut, respon psikologik) (Doengoes, 2014).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Kerusakan integritas jaringan
3. Risiko infeksi
C. Intervensi & Implementasi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan yang spesifik untuk
membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2014).
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual, dan
teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat. Keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keprawatan berupa pencatatan dan pelaporan. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Gaffar, 2002).
D. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan (Nursalam, 2014). Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan,
evaluasi dapat dibagi dua yaitu evalusai hasil atau formatif yang dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan dan evalusi proses atau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan respon pasien paada tujuan khusus dan
umum yang telah di tentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunkan
SOAP.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap muncul atau ada masalah atau ada masalah yang
kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjutan berdasarkan hasil analisa responden
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawks. 2005. Medical - Surgical Nursing, Clinical Management For
Positive Outcomes 7thEdition. Missouri: Elsevier Saunders
Doenges,Marilyn E. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.
Herdman,T.Heather. 2016. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi& Klasifikasi. 2015-2017. Jakarta.EGC.
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarata.Mediaction.
Rosdahi & Kowalski. 2008. Textbook of Basic Nursing. Philadelphia: Lippincot
Smeltzer, Suzanne. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta. EGC
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan.
Jakarta. Penerbit: Salemba Medika.