Anda di halaman 1dari 16

TERAPI BERMAIN ANAK USIA PRA SEKOLAH

DI RUANG RAWAT INAP MINA III RSI AROFAH


MOJOSARI MOJOKERTO

Oleh :
NAMA : ANTANTI

NIM : 0120006B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM ALIH JENJANG


DIAN HUSADA MOJOKERTO
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan pada tim pelaksana pengabdian masyarakat, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan pengabdian masyarakat ini.

Dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat ini, kami banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian
masyarakat ini.

Kami menyadari bahwa kegiatan pengabdian masyarakat yang kami lakukan masih banyak
kekurangan, dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan laporan ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak, akhir kata kami mengucapkan terimah kasih.

Mojokerto 12-juni-2021

Tim pelaksana
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

a. Landasan Teori

b. Sasaran

c. Perorganisasian

d. Kegiatan

e. Evaluasi

BAB 3 PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak usia pra sekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah
pengalaman yang menakutkan. Anak usia pra sekolah belum mampu
membedakan antara fantasi dan realita. Mereka menganggap bahwa
hospitalisasi merupakan hukuman atas tindakan mereka, terlebih lagi selama
anak menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya ia akan dilarang untuk
banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal ini tentunya
mengecewakan anak, karena ia tidak mempunyai banyak waktu untuk
bermain aktif di rumah sakit. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan
kecemasan anak (Dora alfiyanti, 2007). Kecemasan terbesar anak usia pra
sekolah adalah kecemasan akan kerusakan tubuh (Potter dan Perry, 2001).
Semua prosedur atau tindakan keperawatan baik yang menimbulkan nyeri
maupun tidak, keduanya menyebabkan kecemasan bagi anak usia pra sekolah
selama hospitalisasi. Peralatan medis yang bersih dirasakan cukup
menyeramkan bagi anak-anak. Begitu juga dengan bau obat yang menyengat
dan penampilan para staf rumahsakit dengan baju yang berwarna putih yang
seolah terlihat menakutkan bagi anak (Dora alfiyanti, 2007).
Mempersiapkan anak untuk menghadapi prosedur atau tindakan
keperawatan akan mengurangi kecemasan, meningkatkan sikap kooperatif,
dan mendukung ketrampilan mereka serta meningkatkan kognitif dan
kerjasama anak. Ada beberapa mekanisme koping sederhana yang bisa
diajarkan misalnya relaksasi, menarik napas, berhitung, memasase tangan
atau menyanyi. Semua teknik tersebut dapat dimodifikasi dengan aktivitas
bermain (Dora alfiyanti, 2007). Dengan bermain, anak melepaskan ketakutan,
kecemasan, mengekspresikan kemarahan dan permusuhan. Bermain
merupakan cara koping paling efektif untuk mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kooperatif anak dalam prosedur keperawatan (Wong, 2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Dora Alfiyanti dkk (2007) menunjukkan
bahwa terapi bermain berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak usia pra
sekolah selama tindakan keperawatan (Dora alfiyanti, 2007).
Perawat sebagai care provider atau pemberi asuhan keperawatan pada anak
berperan penting dalam proses penyembuhan anak dan tumbuh kembangnya
selama hospitalisasi. Selain berupaya mengurangi kecemasan pada anak yang
hospitalisasi, perawat juga perlu mengupayakan agar perkembangan bisa
berjalan dengan optimal selama perawatan, yaitu dengan melaksanakan
program terapi bermain dengan memperhatikan pertimbangan terapi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan meminimalkan
hospitalisasi pada anak.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selama ± 20 menit, anak dapat:

a. Menyalurkan energi anak


b. Mengembangkan kreativitas anak
c. Meningkatkan motivasi anak
d. Meningkatkan kognitif anak
e. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit
dan dirawat
BAB II

A. LANDASAN TEORI
a. Definisi Bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)
i.Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk
mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang
awalnya anak belum sadar bahwa dirinya sedang
mengalami konfik.
ii.Menurut Foster dan Pearden bermain didefinisikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak secara
sungguh- sungguh sesuai dengan keinginannya sendiri /
tanpa paksaan dari orang tua maupun lingkungan dimana
dimaksudkan semata hanya untuk memperoleh kesenangan
dan kepuasan.
iii.Dengan bermain seorang anak dapa mengekspresikan pikiran,
perasaan, fantasi, serta daya kreasi dengan tetap
mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih
efektif terhadap berbagai sumber stress.

iv.Bermain dapat membuat anak mengungkapkan isi hati


melalui kata- kata , anak belajar dan mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, objek bermain, waktu, ruang
dan orang.
b. Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain (Sujono Riyadi
dan Sukarmin, 2009)
i. Bermain aktif
Adalah kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh
mereka sendiri, seperti:
1. Bermain mengamati/ menyelidiki (exploratory play)
Perhatian anak pada aat bermain aalah
memeriksa alat permainan tersebut. Anak
memperhatikan alat permainan, mengocok- ngocok
apakah ada bunyinya, menium, meraba,
menekan dan kadang berusaha untuk membongkar.
2. Bermain konstruksi (Constuction play)
Pada anak umur 3 tahun misalnya dengan menyusun
balok- balok menjadi rumah- rumahan, dll.
3. Bermain drama (dramatic play)
Misalnya bermain sandiwara boneka,main rumah-
rumahan
4. Bermain bola, tali dan sebagainya.
ii. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, seperti dengan melihat
atau mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila
anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu
untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh:
1. Melihat gambar- gambar dibuku/ majalah
2. Mendengarkan cerita atau musik
3. Menonton tv,dll
c. Fungsi bermain terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009) (Alice Zellawati,
2011)
i. Perkembangan sensori motorik
Permainan akan membantu perkembangan gerak halus dan
pergerakkan kasar anak dengan cara memainkan suatu
objek yang sekiranya anak merasa senang.
ii. Perkembangan kognitif
Membantu anak untuk mengenal benda- benda yang ada
disekitarnya. Misalnya mengenalkan anak dengan warna
dan bentuk.
iii. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas pada anak bisa dengan cara
memberikan balok- balok yang banyak kemudian biarkan
anak untuk menyusunnya menajdi bentuk- bentuk yang dia
inginkan, kemudian tanyakan bentuk apa yang sudah dia
buat.
iv. Perkembangan sosial
Dapat dilakukan dengan mengajari anak berinteraksi
dengan orang lain ataupun teman sebayanya.
v. Kesadaran diri (self awareness)
Dengan bermain anak sadar akan kemampuannya sendiri,
kelemahannya dan tingkah laku terhadap orang lain
vi. Perkembangan moral
Dapat dipeoleh dari orang tua,orag lain yang ada disekitar
anak.
vii. Komunikasi
Bermain merupakan alat komunikasi terutama pada anak
yang masih belum dapat menyatakan perasaannya secara
verbal.
d. Faktor yang mempengaruhi pola bermain pada anak (Sujono
Riyadi dan Sukarmin, 2009)
i. Tahap perkembangan. Setiap perkembangan mempunyai
potensi/keterbatasan dalam permainan. Anak umur 3 tahun
alat permainannya berbeda dengan anak yang berumur 5
tahun.
ii. Status kesehatan. Pada anak yang sedang sakit kemampuan
psikomotor/kognitif terganggu. Sehingga ada saat-saat anak
sangat ambisius pada permaiannya dan ada saat-saat
dimana anak sama sekali tidak punya keinginan untuk
bermain.
iii. Jenis kelamin. Pada saat usia sekolah biasanya anak laki-
laki enggan bermain dengan anak perempuan, mereka
sudah bisa membentuk komunitas tersendiri, dimana anak
wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain
sesama laki-laki. Tipe dan alat permainanpun akan berbeda,
misalnya anak laki-laki suka main bola, pada anak
perempuan suka main boneka.
iv. Lingkungan. Lokasi dimana anak berbeda sangat
mempengaruhi pola permainan anak. Dikota-kota besar
anak jarang sekali yang bermain layang-layangan, paling-
paling mereka bermain game karena memang tidak
ada/jarang ada tanah lapang/lapangan untuk bermain,
berbeda dengan didesa yang masih banyak terdapat tanah-
tanah kosong.
v. Alat permainan yang cocok. Disesuaikan dengan tahap
perkembangannya sehingga anak menjadi senang untuk
menggunakannya.
e. Karakteristik dan klasifikasi bermain (Sujono Riyadi
dan Sukarmin, 2009)
i. Solitary play
Bermain sendiri, walaupun disekitarnya ada orang lain.
Contoh: pada bayi dan todler, anak akan asik dengan
mainannya sendiri tanpa menghirauka oran lain
ii. Paralel play
Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada
masing- masing anak mempunyai mainan yang sama tetapi
tidak ada interaksi diantara mereka, mereka tidak
ketergantungan satu sama lain.
iii. Associative play
Bermain dalam kelompok, dalam suatu aktivitas yang sama
tetapi masih belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas,
mereka bermain sesuai degan keinginannya.
iv. Cooperative play
Anak bermain secara bersama- sama, permainan sudah
terorganisir dan terencana, didalamnya sudah ada aturan
main.
v. Social afective play
Anak mulai belajar memberikan respon melaui orang
dewasa dengan cara merajuk/ berbicara sehingga anak
menjadi senang dan tertawa.
vi. Sense of peasure play
Anak mendapat kesenanga dari suatu objek disekelilingnya.
vii. Skill play
Memperoleh ketrampilan sehingga anak akan
melaksanakannya secara berulang- ulang.
viii. Dramatic play
Melakukan peran sesuai dengan keinginannya atau dengan
apa yang dia lihat atau dengar, sehingga anak akan
membuat fantasi dari permainan itu.
B. SASARAN
Anak usia pra sekolah (3-5 tahun) yang di rawat di ruang rawat inap
Mina III RSI Arofah Mojosari Mojokerto

C. PENGORGANISASIAN

1. Waktu dan tempat pelaksanaan

Hari & tanggal : Rabu, 16 juni 2021


Tempat : Ruang Rawat Inap Mina III RSI Arofah Mojosari Mojokerto

2. Cara bermain

Mewarnai gambar merupakan salah satu terapi bermain yang dapat di


lakukan pada anak usia pra sekolah. Gambar yang digunakan untuk
diwarnai adalah gambar sederhana dengan karakteristik yang sudah
dikenal pada anak usia pra sekolah. Pada umumnya anak usia pra sekolah
sudah mampu mengenal objek-objek yang pernah dilihatnya. Sebelum
memulai permainan mewarnai, anak akan diberikan petunjuk tentang
aturan permainan. Anak dapat mewarnai gambar dengan warna
sesukanya ataupun mengikuti dari contoh yang sudah disediakan oleh
perawat. Jika anak-anak kesulitan dalam mewarnai, perawat akan
membantu dan memfasilitasinya. Orang tua anak akan dilibatkan untuk
membantu proses bermain.

3. Tim terapis

2 perawat (1 terapis, 1 dokumentasi)

4. Metode penelitihan

Metode survey

5. Media

Crayon

Buku bergambar
6. Setting tempat

Bed 1 Bed 2

Meja2
Meja1

D. KEGIATAN

a. Pembukaan
i. Mengucapkan salam
ii. Perawat memperkenalkan diri pada anak
iii. Perawat membina hubungan saling percaya dengan anak
dan orangtua anak dengan cara menjalin komunikasi 2 arah
dan memberi feedback dari setiap respon anak
iv. Perawat menjelaskan tujuan dari bermain yang dilakukan
pada anak dan orangtua anak
v. Melakukan kontrak waktu

b. Inti
i. Perawat menjelaskan tentang aturan bermain
ii. Perawat memberikan 1 contoh gambar yang sudah diwarnai
iii. Anak melakukan kegiatan mewarnai
iv. Pemberian hadiah / pujian kepada anak

E. EVALUASI

a. Perawat mengevaluasi perasaan anak dan orangtua dengan


memberikan pertanyaan seperti :
1) Bagaimana perasan anak setelah bermain?
2) Bagaimana perasaan orangtua setelah bermain?
3) Apakah kegiatan ini menyenangkan?
4) Apakah manfaat dari terapi bermain yang dilakukan?
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hospitalisasi merupakan keadaan yang tidak menyenangkan untuk
anak- anak. Proses hospitalisasi membuat anak kehilangan waktu
bermain dengan teman- temannya. Selain itu, hospitalisasi juga
menyebabkan kebosanan untuk anak- anak.
Kebutuhan bermain yang terganggu selama proses hospitalisasi dapat
diatasi dengan pemberian terapi bermain sesuai dengan usia dan
karakteristik anak. Pemberian terapi ini dapat efek hospitalisasi seperti
bosan cemas dan juga dapat meningkatkan kooperatif anak. Selain itu
terapi bermain dapat mengalihkan perhatian anak dari sakitnya. Ada
banyak hal yang harus diperhatikan dalam memberikan terapi bermain
pada anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya waktu, energy,
alat permainan, teman bermain, dan lingkungan.

B. SARAN
1. Pemberian terapi bermain disesuaikan dengan karakter dan usia
anak
2. Alat- alat permainan yang disediakan di rumah sakit sebaiknya
yang beragam sehingga anak dapat menentukan sendiri
permainannya
3. Pemberian terapi bermain sebaiknya diberikan setiap hari sesuai
dengan kondisi anak.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai