Anda di halaman 1dari 14

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Desain penelitian


deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk
melihat gambaran fenomena. Pada umumnya digunakan untuk membuat penilaian
terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dimasa sekarang.

4.2 Populasi, Sampel Penelitian, dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi menurut Polit dan Hungler (1999) target bersifat umum dan
biasanya pada penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik demografis (meliputi
jenis kelamin dan usia). Dalam penelitian ini populasinya adalah keluarga yang
merawat anggota keluarganya yang menderita stroke di RSI Arofah mojosari
mpojokerto.
Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap
mewakili populasi. Sampel pada penelitian ini adalah keluarga dari pasien stroke
di RSI Arofah Mojosari.
4.2.2 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh dalam mengambil


sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai degan keseluruhan
subjek penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonprobability
sampling dengan pendekatan purposive sampling . Purposive sampling yaitu
teknik penetuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki
peneliti. Pada penelitian ini, yang merupakan kriteria inklusinya adalah keluarga
inti dari pasien yang merawat pasien stroke di RSI Arofah Mojosari dan bersedia
menjadi responden.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSI Arofah Mojosari yang dalam proses


merawat anggota keluarga yang terkena stroke. Adapun alasan peneliti memilih
lokasi tersebut karena dari data yang di peroleh banyak yang menderita stroke.
Selain itu lokasi penelitian juga mudah dijangkau oleh peneliti sehingga dapat
mengambil data dan menyelesaikan penelitian tepat waktu.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan juli.


4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari dosen pembimbing , dan
juga dari Direktur RSI Arofah Mojosari dalam penelitian ini ada beberapa
pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu: memberikan penjelasan kepada
calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila
calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk
menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia,
maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden
juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.
Peneliti akan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya tentang
hal-hal yang tidak dimengerti sehubungan dengan penelitian ini. Kerahasiaan
catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama
responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang
diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk


mengumpulkan data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrumen
penelitian berupa kuisioner yang berisi data demografi umur, alamat, jenis
kelamin,pendidikan terakhir, pekerjaan,
penghasilan per bulan, hubungan dengan pasien, asuransi kesehatan yang di pakai,
lama pasien di rawat di rumah, jenis stroke yang di derita pasien dan kode
responden. Kuisioner pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke yang
terdiri atas 10 pertanyaan, dimana setiap jawaban bernilai 3 untuk cukup 4 baik 5
sangat baik.

4.6 Validitas dan Reabilitas

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji validitas isi, yaitu
dengan instrument dibuat mengacu pada isi yang sesuai dengan variable yang
diteliti, didapatkan hasil 2 valid . Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana alat ukur yang digunkan dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran atau pengamatan itu tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran atau pengamatan berkali-kali dalam waktu yang berlainan didapatkan
hasil tidak reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran kuesioner.


Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan
penelitian dari direktur RSI Arofah Mojosari dan surat izin dari lokasi penelitian.
Kemudian peneliti datang ke RSI Arofah Mojosari untuk melihat kembali jumlah
data pasien stroke dan data pasien stroke. Setelah mendapatkan data pasien,
terlebih dahulu peneliti memilih sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi yang
sudah dijelaskan oleh peneliti sebelumnya. Selanjutnya peneliti mulai
mengunjungi keluarga yang merawat pasien stroke di RSI Arofah Mojosari.
Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat, dan
prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia
berpartisipasi diminta untuk menandatangani surat persetujuan sebagai
responden/informed consent. Responden diminta mengisi kuesioner yang
diberikan oleh peneliti. Selama pengisian kuesioner responden diberi kesempatan
untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Setelah
semua data terkumpul dari responden, maka peneliti akan melakukan analisa data.

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data dengan memeriksa


kembali semua kuisioner satu persatu yakni memastikan bahwa semua jawaban
telah diisi sesuai petunjuk yaitu editing. Selanjutnya tahap coding, yaitu
melakukan peng”kodean” yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner
untuk mempermudah peneliti saat memasukkan data (data entry). Kemudian ada
tahap processing, yaitu memasukkan jawaban-jawaban dari masing-masing
responden yang sudah diberi kode kedalam program komputer. Dan yang terakhir
adalah cleaning, yaitu mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di RSI Arofah Mojosari.
Dimana penelitian dilakukan pada tanggal 30 juli 2021 terhadap 10 responden di
RSI Arofah Mojosari.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menjabarkan karakteristik responden dan deskriptif


statistik dari pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di RSI Arofah
Mojosari.
 Karakteristik Responden
Deskriptif karakteristik responden pada penelitian ini mencakup usia,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, hubungan dengan penderita, pekerjaan,
penghasilan/bulan, jenis asuransi kesehatan yang digunakan, jenis stroke yang
diderita oleh pasien stroke dan lama pasien stroke dirawat RSI Arofah Mojosari.

Hasil penelitian ini menunjukkan, berdasarkan usia responden berada


pada rentang usia 39-47thn yaitu sebanyak 7 orang (70%) dan usia 50-57thn 3
orang (30%) , untuk jenis kelamin responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 7 orang (70%) dan laki-laki 3 (30%) , pada kategori pendidikan terakhir
responden pada penelitian ini pendidikannya dari SD 1(10%) orang SMA 3
orang dan perguruan tinggi 6 orang untuk hubungan dengan klien mayoritas
responden memiliki hubungan suami/istri yaitu orang (50.8%), pada kategori
pekerjaan mayoritas responden

bekerja sebagai Wiraswasta/Pegawaiswasta yaitu sebanyak 9 orang (90%) dan


tidak berkerja 1 orang , untuk penghasilan per bulan bresponden berpenghasilan
Rp 1.000.000- Rp 3.000.000 yaitu sebanyak 7 orang (70%) dan bresponden
berpenghasilan > Rp. 3.000.000 sebanyak 3 orang (30%) , kemudian responden
menggunakan Askes sebanyak 2 orang (20%) BPJS 7 orang (70%) dan lain lain 1
orang, untuk jenis stroke pasien yang dirawat menderita stroke hemoragik
sebnyak 3 orang (30%) dan non hemoragik 7 orang (70%) dan kategori terakhir
yaitu lama pasien stroke dirawat paling banyak pada rentang 1-6thn yaitu
sebanyak 10 orang (100)Untuk tabel data yang lebih lengkap dapat dilihat pada
halaman berikutnya.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Keluarga
yang Merawat Pasien Stroke di RSI Arofah Mojosari . (n=10)

Karakteristik individu Distribusi frekuensi


N %
Usia
39-47 7 70%
50-57 3 3%
Jenis kelamin
Laki-laki 3 3%
perempuan 7 7%
Pendidikan terakhir
SD 1 1%
SMA 3 3%
Perguruan tinggi 6 6%
Hubungan dengan
penderita 1 10%
Suami/istri 2 20%
Kakek/nenek 6 60%
Orangtua 1 10%
Kakak/adik
Perkerjaan
Pegawai swasta 9 90%
Tidak berkerja 1 10%
Penghasilan per bulan
Rp.1.000.000 – 7 70%
Rp.3.000.000 3 30%
>Rp.3.000.000
Jenis asuransi kesehatan
ASKES 2 20%
BPJS 7 70%
DLL 1 10%
Jenis stroke
Hemoragik 3 30%
Non hemoragik 7 70%
Lama dirawat
1-6 tahun 10 100%
5.1.1 Pengetahuan Keluarga dalam Merawat Pasien Stroke di RSI
Arofah Mojosari

Hasil penelitian dari 10 responden penelitian menunjukkan bahwa


pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di rumah di RSI Arofah
Mojosari dengan kategori baik sebanyak 2 orang (20%), cukup sebanyak 2 orang
(20%) dan kategori kurang sebanyak 6 orang (60%). Persentase tingkat
pengetahuan merupakan hasil olah data dari kuisioner yang disebarkan oleh
peneliti dengan jumlah 10 pertanyaan. Hasil penelitian pengetahuan keluarga
dalam merawat pasien stroke di RSI Arofah Mojosari dapat dilihat pada table
dibawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Keluarga dalam


Merawat Pasien Stroke di RSI Arofah Mojosari (n=10)

Pengetahuan Keluarga Frekuesi (n) Persentase (%)


Kurang 6 60
Cukup 2 20
Baik 2 20

5.2 Pembahasan

Menurut Fegin (2001), pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di


RSI Arofah Mojosari yaitu sebaiknya anggota keluarga belajar banyak bagaimana
cara melakukan perawatan dirumah sakit ataupun di pelayanan kesehatan lainnya.
Beberapa pasien stroke mengalami stroke berulang karena keluarga tidak
mengetahui cara yang tepat untuk merawat pasien stroke sehingga tidak terjadi
komplikasi atau stroke berulang.
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 10 responden tentang
pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di RSI Arofah Mojosari
berada pada kategori kurang sebanyak 6 responden, cukup 2 responden. Dan
kategori baik hanya sebanyak 2 responden. Maka masih banyak keluarga yang
merawat pasien stroke di RSI Arofah Mojosari memiliki pengetahuan yang
kurang baik dalam perawatan pasien stroke .
Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh ternyata keluarga yang memiliki
pengetahuan baik dalam merawat pasien stroke di rumah di RSI Arofah Mojosari
lebih banyak berdiskusi ketika mendapat pendidikan kesehatan dalam merawat
keluarga yang terkena stroke dan mengaplikasikan semua perawatan dengan baik
juga. Sementara untuk pengetahuan keluarga yang hasilnya tidak baik banyak
yang tidak melakukan perawatan seperti yang sudah diajarkan oleh pelayanan
kesehatan.

Usia rata-rata responden berada pada usia dewasa, yaitu 39-47thn sebanyak
7orang dan 50-57thn 3 orang . Pada usia ini biasanya mudah mendapatkan dan
menerima informasi, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir (Huckloc (1998) dalam Wawan
(2010)). Namun dalam hasil penelitian yang didapatkan persentasi pengetahuan
kurang yaitu sebanyak 6 orang (60%). Sementara pengetahuan yang baik pada
kategori usia hanya terdapat 2 orang (20%) dan itu pada rentang usia 39-47thn.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pada penelitian ini secara
statistik didapatkan hasil bahwa usia tidak berpengaruh secara bermakna terhadap
pengetahuan seseorang dalam merawat pasien stroke di RSI Arofah Mojosari.

Notoadmojo (2007), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang didapat


melalui pengalamanya sendiri maupun orang lain, pengalaman yang sudah dapat
memperluas pengetahuan seseorang dan pendidikan dapat membawa wawasan
atau pengetahuan seseorang, dimana seseorang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan seseorang yang
berpendidikan rendah , keyakinan ini biasanya diperoleh secara turun menurun
dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
Wawan (2010) juga mengatakan pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain, menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Pada umumnya, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah
menerima informasi.
Persentase karakteristik responden pada penelitian ini yaitu pendidikan
terakhir, tingkat pendidikan SD pengetahuannya 10% kurang , sementara pada
tingkat pendidikan SMA dan Perguruan tinggi terdapat 40% baik dalam merawat
pasien stroke di RSI Arofah Mojosari. Maka dari itu tingkat pendidikan juga
berpengaruh terhadap pengetahuan.
Pengalaman juga berpengaruh terhadap pengetahuan, seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Namun itu tidak sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
di Kota Pematangsiantar, bisa dilihat dari karakteristik responden yaitu lama
pasien dirawat. Karna dilihat dari hasilnya pasien stroke yang paling lama dirawat
oleh keluarga yaitu dalam rentang 1-6thn memiliki pengetahuan kurang dalam
merawat pasien stroke.

Jenis kelamin dan hubungan dengan penderita juga merupakan hal lain yang
mempengaruhi penelitian. Pada hasil penelitian pada jenis kelamin terdapat 7
orang (70%) responden yang jenis kelaminnya perempuan. Dimana sebanyak 2
orang (20%) dikategorikan pengetahuannya baik,1 (10%)orang dikategorikan
cukup dan 3 (30%) orang dikategorikan kurang. Untuk jenis kelamin laki-laki
dengan total 3 orang (30%) hanya terdapat 1 orang (16,7%) yang memiliki kurang
. Sementara karakteristik hubungan dengan penderita seperti cucu, kakak/adik dan
sepupu pengetahuannya 60% kurang . Sedangkan hubungan Suami/Istri hasil
pengetahuan baik terdapat pada 20% responden.

Friedman (2010) mengatakan bahwa kondisi dimana anggota keluarga


khususnya perempuan mempunyai peranan penting sebagai caregiver primer pada
pasien. Perempuan dalam perannya sebagai ibu tentu mempunyai naluri perasaan
yang lebih peka dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Seringkali perempuan atau ibu berperan sebagai role models bagi anggota
keluarganya utuk hidup sehat karena dalam kehidupan sehari-hari ibu banyak
terlibat dalam system perawatan keluarga. Maka pernyataan ini sesuai dengan
hasil karakteristik hubungan dengan penderita.
Namun tidak sesuai dengan karakteristik jenis kelamin, karna pada hasil
penelitian ini baik jenis kelamin laki-laki atau perempuan masih banyak
pengetahuannya dalam merawat pasien stroke tidak baik. Karena menurut Lestari
(2011) dalam penelitiannya pada keluarga yang merawat pasien menegaskan
bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan
keluarga dan jenis kelamin buka karakteristik individu yang berhubungan secara
langsung dengan pengetahuan.

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa responden yang berasal dari keluarga
yang penghasilannya Rp 1.000.000- Rp. 3.000.000 (60%) memiliki pengetahuan
kurang . Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Notoadmodjo (2010) bahwa
penghasilan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang akhirnya dengan pengetahuan tersebut akan
mampu mengubah sikap individu menjadi lebih positif dalam menanggapi sesuatu
hal.
Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan memang sangat penting dalam
melakukan perawatan pada pasien stroke terlebih dalam perawatan di rumah,
mengingat penyakit stroke merupakan penyakit yang sangat membahayakan dan
membutuhkan kesabaran dalam perawatannya. Pengetahuan itu sendiri
dipengaruhi oleh faktor pendidikan, akan tetapi perlu ditekankan pendidikan yang
rendah bukan berarti semakin rendah pula pengetahuannya, karena pengetahuan
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja. Semakin banyak pengetahuan
yang didapat, maka semakin besar pula dukungan yang diberikan dalam proses
perawatan (Wawan,A&M,Dewi, 2010).
Tanpa pengetahuan dalam merawat pasien stroke pada keluarga dan
mengorientasikan mereka pada perawatan untuk penderita stroke, maka keluarga
tidak akan mengerti dalam memberikan perawatan yang memadai dan dibutuhkan
oleh penderita stroke. Keluarga perlu mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh
penyakit stroke serta kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pasca stroke,
kesembuhan pasien juga akan sulit tercapai optimal jika keluarga tidak mengerti apa
yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi penyakit pasien setelah terjadi
stroke dan perawatan apa yang sebaiknya diberikan untuk keluarganya yang
mengalami stroke (Yastroki, 2011).

5.3 Keterbatasan Penelitian


5.3.1 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan jumlah


pertanyaan sebanyak 20 dan membuat beberapa responden tidak mengerti dalam
menjawab. Hal ini mengakibatkan pengisian kuesioner dapat terjadi jawaban yang
tidak konsisten. Instrument penelitian ini dikembangkan sendiri oleh peneliti
berdasarkan konsep yang ada sehingga tidak menutup kemungkinan instrumen
penelitian ini kurang memenuhi standar walaupun sudah dilakukan uji validitas
dan reliabilitas sebelumnya.

5.3.2 Sampel Penelitian


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang
merawat pasien stroke di rumah. Ada beberapa keluarga yang menolak untuk
dijadikan sebagai responden penelitian, dan ada juga pasien yang tidak di rawat
oleh keluarga inti (merawat dirinya sendiri) maka dari itu jumlah sampel yang di
dapatkan peneliti tidak sesuai dengan jumlah sampel yang sudah di rencanakan.

Anda mungkin juga menyukai