Anda di halaman 1dari 30

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Desain penelitian

deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk

melihat gambaran fenomena. Pada umumnya digunakan untuk membuat penilaian

terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dimasa sekarang.

4.2 Populasi, Sampel Penelitian, dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi menurut Polit dan Hungler (1999) target bersifat umum dan

biasanya pada penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik demografis (meliputi

jenis kelamin dan usia). Dalam penelitian ini populasinya adalah keluarga yang

merawat anggota keluarganya yang menderita stroke di rumah. Berdasarkan

jumlah kasus Stroke di Kota Mojokerto pada bulan Januari s/d Desember

2017 diperoleh data penderita stroke sebanyak 271 pasien dari Dinas

Kesehatan Kota Mojokerto

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap

mewakili populasi. Sampel pada penelitian ini adalah keluarga dari pasien stroke

di RSI Arofah Mojosari Pengukuran sampel dalam penelitian ini dengan

menggunakan rumus:

36
N
𝑛=
1 + N(𝑑2)

Keterangan:

n : besar sampel

N : besar populasi

d: tingkat signifikansi (d= 10%)

N
𝑛=
1 + N(𝑑2)

271
𝑛 = 1 + 271(0.12)

271
𝑛 = 1 + 271 x 0,01

271
𝑛 = 3,71

𝑛 = 73,04

𝑛 = 73

Maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah 73 orang responden.

Namun saat dilakukan penelitian terdapat beberapa keluarga yang menolak untuk

berpartisipasi dan menjadi responden dalam penelitian dan ada juga sampel yang

tidak sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti, dimana

pasien merawat dirinya sendiri dan tidak tinggal bersama keluarga. Maka peneliti

hanya mendapatkan 65 orang sampel dalam penelitian ini.


4.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh dalam mengambil

sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai degan keseluruhan

subjek penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonprobability

sampling dengan pendekatan purposive sampling . Purposive sampling yaitu

teknik penetuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki

peneliti. Pada penelitian ini, yang merupakan kriteria inklusinya adalah keluarga

inti dari pasien yang merawat pasien stroke dirumah dan bersedia menjadi

responden.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSI Arofah Mojosari yang dalam proses

merawat anggota keluarga yang terkena stroke. Adapun alasan peneliti memilih

lokasi tersebut karena dari data yang di peroleh banyak yang menderita stroke.

Selain itu lokasi penelitian juga mudah dijangkau oleh peneliti sehingga dapat

mengambil data dan menyelesaikan penelitian tepat waktu.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan juli.


4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari dosen pembimbing , dan

juga dari Direktur RSI Arofah Mojosari dalam penelitian ini ada beberapa

pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu: memberikan penjelasan kepada

calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila

calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk

menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia,

maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden

juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

Peneliti akan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya tentang

hal-hal yang tidak dimengerti sehubungan dengan penelitian ini. Kerahasiaan

catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama

responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang

diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrumen

penelitian berupa kuisioner yang berisi data demografi umur, alamat, jenis

kelamin,pendidikan terakhir, pekerjaan,


penghasilan per bulan, hubungan dengan pasien, asuransi kesehatan yang di pakai,

lama pasien di rawat di rumah, jenis stroke yang di derita pasien dan kode

responden. Kuisioner pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke yang

terdiri atas 20 pertanyaan, dimana setiap jawaban pertanyaan yang benar akan

diberi skor 1 dan untuk setiap pertanyaan yang jawabannya salah akan diberi skor

0, dengan hasil ukur pengetahuan keluarga “sangat baik”=skornya 9-10

”baik”=skornya 8-9 “cukup”=skornya 5-7 kurang =skornya 0-5. Variable ini

menggunakan skala Interval.

4.6 Validitas dan Reabilitas

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji validitas isi, yaitu

dengan instrument dibuat mengacu pada isi yang sesuai dengan variable yang

diteliti. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur yang

digunkan dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran

atau pengamatan itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran atau pengamatan

berkali-kali dalam waktu yang berlainan.

Uji reliabilitas kuisioner dilakukan di tempat lain yang bukan merupakan

tempat penelitian yaitu di RSI Arofah Mojosari pada 10 keluarga yang merawat

pasien stroke di RSI Arofah Mojosari dengan menggunakan formula Kuder

Richardson-21 (KR-21) untuk instrumen pengetahuan. Parameter suatu instrumen

dikatakan reliabel jika nilainya lebih dari 0,70. Jika kurang dari 0,70 maka

instrumen tersebut tidak layak digunakan untuk mengukur variabel dalam

penelitian.
4.7 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran kuesioner.

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan

penelitian dari direktur RSI Arofah Mojosari dan surat izin dari lokasi penelitian.

Kemudian peneliti datang ke RSI Arofah Mojosari untuk melihat kembali jumlah

data pasien stroke dan data pasien stroke. Setelah mendapatkan data pasien,

terlebih dahulu peneliti memilih sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi yang

sudah dijelaskan oleh peneliti sebelumnya. Selanjutnya peneliti mulai

mengunjungi keluarga yang merawat pasien stroke di RSI Arofah Mojosari.

Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat, dan

prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia

berpartisipasi diminta untuk menandatangani surat persetujuan sebagai

responden/informed consent. Responden diminta mengisi kuesioner yang

diberikan oleh peneliti. Selama pengisian kuesioner responden diberi kesempatan

untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Setelah

semua data terkumpul dari responden, maka peneliti akan melakukan analisa data.

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data dengan memeriksa

kembali semua kuisioner satu persatu yakni memastikan bahwa semua jawaban

telah diisi sesuai petunjuk yaitu editing. Selanjutnya tahap coding, yaitu

melakukan peng”kodean” yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner

untuk mempermudah peneliti saat memasukkan data (data entry). Kemudian ada

tahap processing, yaitu memasukkan jawaban-jawaban dari masing-masing

responden yang sudah diberi kode kedalam program komputer. Dan yang terakhir
adalah cleaning, yaitu mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2010).

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat,
yaitu untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Hasil analisa
data penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di RSI Arofah Mojosari.

Dimana penelitian dilakukan pada tanggal 30 juli 2021 terhadap 10 responden di

RSI Arofah Mojosari.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menjabarkan karakteristik responden dan deskriptif

statistik dari pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di RSI Arofah

Mojosari.

 Karakteristik Responden

Deskriptif karakteristik responden pada penelitian ini mencakup usia,

jenis kelamin, pendidikan terakhir, hubungan dengan penderita, pekerjaan,

penghasilan/bulan, jenis asuransi kesehatan yang digunakan, jenis stroke yang

diderita oleh pasien stroke dan lama pasien stroke dirawat RSI Arofah Mojosari.

Hasil penelitian ini menunjukkan, berdasarkan usia responden berada

pada rentang usia 39-47thn yaitu sebanyak 7 orang (70%) dan usia 50-57thn 3

orang (30%) , untuk jenis kelamin responden berjenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 7 orang (70%) dan laki-laki 3 (30%) , pada kategori pendidikan terakhir

responden pada penelitian ini pendidikannya dari SD 1(10%) orang SMA 3

orang dan perguruan tinggi 6 orang untuk hubungan dengan klien mayoritas

responden memiliki hubungan suami/istri yaitu 33 orang (50.8%), pada kategori

pekerjaan mayoritas responden

43
bekerja sebagai Wiraswasta/Pegawaiswasta yaitu sebanyak 29 orang (44.6%),

untuk penghasilan per bulan mayoritas responden berpenghasilan Rp 1.000.000-

Rp 3.000.000 yaitu sebanyak 25 orang (38.5%), kemudian responden mayoritas

menggunakan asuransi kesehatan jenis BPJS yaitu sebanyak 41 orang (63.1%),

untuk jenis stroke mayoritas pasien yang dirawat menderita stroke hemoragik

yaitu sebnyak 36 orang (55.4%) dan kategori terakhir yaitu lama pasien stroke

dirawat paling banyak pada rentang 1-4thn yaitu sebanyak 56 orang (82.2%).

Untuk tabel data yang lebih lengkap dapat dilihat pada halaman berikutnya.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Keluarga
yang Merawat Pasien Stroke di Rumah di Daerah Kota Pematangsiantar. (n=65)
Karakteristik Individu Distribusi Frekuensi
n %
Usia
15-24 thn 3 4.6
25-34 thn 11 16.9
35-44 thn 18 27.7
45-54 thn 14 21.5
55-64 thn 16 24.6
65-74 thn 3 4.6
Total 65 100.0
Jenis Kelamin
Laki-laki 18 27.7
Perempuan 47 72.3
Total 65 100.0
Pendidikan Terakhir
SD 3 4.6
SMP 1 1.5
SMA 30 46.2
Perguruan Tinggi 31 47.7
Total 65 100.0
Hubungan dengan Klien
Istri/Suami 33 50.8
Orangtua 27 41.5
Cucu 3 4.6
Kakak/Adik 1 1.5
Sepupu 1 1.5
Total 65 100.0
Pekerjaan
Tidak Bekerja/IRT 18 27.7
Wiraswasta/ Pegawaiswasta 29 44.6
PNS/TNI/POLRI 15 23.1
Pensiunan 3 4.6
Total 65 100.0
Penghasilan /bulan
< Rp 500.000 3 4.6
Rp 500.000-Rp 1.000.000 15 23.1
Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 25 38.5
>Rp 3.000.000 22 33.8
Total 65 100.0
Asuransi Kesehatan
ASKES 22 33.8
BPJS 41 63.1
Dan lain-lain (ALIANS) 2 3.1
Total 65 100.0
Jenis Stroke
Hemoragik 36 55.4
Non Hemoragik 29 44.6
Total 65 100.0
Lama Dirawat Dirumah
1-4 thn 56 86.2
5-9 thn 6 9.2
10-14 thn 2 3.1
15-19 thn 1 1.5
Total 65 100.0
5.1.1 Pengetahuan Keluarga dalam Merawat Pasien Stroke di Rumah di

Daerah Kota Pematangsiantar

Hasil penelitian dari 65 responden penelitian menunjukkan bahwa

pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di rumah di Daerah Kota

Pematangsiantar dengan kategori baik sebanyak 9 orang (13.8%) dan kategori

tidak baik sebanyak 56 orang (86.2%). Persentase tingkat pengetahuan merupakan

hasil olah data dari kuisioner yang disebarkan oleh peneliti dengan jumlah 20

pertanyaan. Hasil penelitian pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke

di rumah di daerah kota Pematangsiantar dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Keluarga dalam


Merawat Pasien Stroke di Rumah di Daerah Kota Pematangsiantar (n=65)
Pengetahuan Keluarga Frekuesi (n) Persentase (%)
Tidak Baik 56 86.2
Baik 9 13.8

5.2 Pembahasan

Menurut Fegin (2001), pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di

rumah yaitu sebaiknya anggota keluarga belajar banyak bagaimana cara

melakukan perawatan dirumah sakit ataupun di pelayanan kesehatan lainnya.

Beberapa pasien stroke mengalami stroke berulang karena keluarga tidak

mengetahui cara yang tepat untuk merawat pasien stroke sehingga tidak terjadi

komplikasi atau stroke berulang.

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 65 responden tentang

pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di rumah di Daerah Kota


Pematangsiantar berada pada kategori tidak baik, yaitu sebanyak 56 responden

(86.2). Sementara untuk pengetahuan dengan kategori baik hanya sebanyak 9

responden (13.8). Maka masih banyak keluarga yang merawat pasien stroke di

Daerah Kota Pematangsiantar memiliki pengetahuan yang tidak baik dalam

perawatan pasien stroke di rumah.

Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh ternyata keluarga yang memiliki

pengetahuan baik dalam merawat pasien stroke di rumah di Daerah Kota

Pematangsiantar lebih banyak berdiskusi ketika mendapat pendidikan kesehatan

dalam merawat keluarga yang terkena stroke dan mengaplikasikan semua

perawatan dengan baik juga. Sementara untuk pengetahuan keluarga yang

hasilnya tidak baik bayak yang tidak melakukan perawatan seperti yang sudah

diajarkan oleh pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andalia

Roza (2013). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa 76.66% pengetahuan

responden berada dalam kategori tidak baik dan selebihnya pengetahuan

responden dalam kategori baik.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan

oleh Adista Amelia (2013). Hasilnya yaitu sebanyak 83,3% pengetahuan

responden dikategorikan baik dan sebanyak 16,7% dikategorikan kurang. Menurut

peneliti sebelumnya rata-rata umur responden berada pada usia dewasa muda,

pada usia ini biasanya mudah mendapatkan dan menerima informasi, semakin

cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir. Namun pada penelitian ini rata-rata usia responden berada pada

rentang 35-44 thn dan 55-64thn,yang tidak lagi merupakan usia dewasa muda.

Hasil dari persentase disrtibusi frekuensi yang dicantumkan oleh peneliti,

menurut lukman (2006) usia mempengaruhi pengetahuan seseorang, bahwa

semakin bertambahnya usia seseorang dapat mempengaruhi dan pertambahan

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatau

pengetahuan akan berkurang.

Usia rata-rata responden berada pada usia dewasa, yaitu 35-44thn sebanyak 18

orang. Pada usia ini biasanya mudah mendapatkan dan menerima informasi,

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir (Huckloc (1998) dalam Wawan (2010)). Namun dalam

hasil penelitian yang didapatkan justru pada usia tersebut persentasi pengetahuan

tidak baik lebih tinggi yaitu sebanyak 16 orang (88.9%). Sementara pengetahuan

yang baik tertinggi pada kategori usia hanya terdapat 3 orang (21.4%) dan itu

pada rentang usia 45-54thn. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa sebenarnya

pada penelitian ini secara statistik didapatkan hasil bahwa usia tidak berpengaruh secara

bermakna terhadap pengetahuan seseorang dalam merawat pasien stroke di rumah,

terlebih di Kota Pematangsiantar.

Notoadmojo (2007), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang didapat

melalui pengalamanya sendiri maupun orang lain, pengalaman yang sudah dapat

memperluas pengetahuan seseorang dan pendidikan dapat membawa wawasan

atau pengetahuan seseorang, dimana seseorang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan seseorang yang


berpendidikan rendah , keyakinan ini biasanya diperoleh secara turun menurun

dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

Wawan (2010) juga mengatakan pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain, menentukan manusia untuk berbuat

dan mengisi kehidupan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Pada umumnya, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah

menerima informasi.

Persentase karakteristik responden pada penelitian ini yaitu pendidikan

terakhir, tingkat pendidikan SD dan SMP pengetahuannya 100% tidak baik,

sementara pada tingkat pendidikan SMA terdapat 90.0% dan Perguruan Tinggi

terdapat 80.6% yang pengetahuan dalam merawat pasien stroke di rumah tidak

baik. Maka dari itu tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap pengetahuan.

Pengalaman juga berpengaruh terhadap pengetahuan, seperti yang dijelaskan

sebelumnya. Namun itu tidak sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

di Kota Pematangsiantar, bisa dilihat dari karakteristik responden yaitu lama

pasien dirawat. Karna dilihat dari hasilnya pasien stroke yang paling lama dirawat

oleh keluarga yaitu dalam rentang 5-9 thn, 10-14 thn dan 15-19 thn 100%

memiliki pengetahuan tidak baik, sementara pada rentang 1-4thn terdapat 83.4%

responden yang pengetahuan dalam merawat pasien stroke tidak baik.

Jenis kelamin dan hubungan dengan penderita juga merupakan hal lain yang

mempengaruhi penelitian. Pada hasil penelitian pada jenis kelamin terdapat 47

orang (72.3%) responden yang jenis kelaminnya perempuan. Dimana sebanyak 6


orang (12,8%) dikategorikan pengetahuannya baik dan sebanyak 41 orang

(87,4%) pengetahuannya tidak baik. Untuk jenis kelamin laki-laki dengan total 18

orang (27,7%) hanya terdapat 3 orang (16,7%) yang memiliki pengetahuan yang

baik, sementara 15 orang (83,3%) memiliki pengetahuan yang tidak baik.

Sementara karakteristik hubungan dengan penderita seperti cucu, kakak/adik dan

sepupu pengetahuannya 100% tidak baik. Sedangkan hubungan Suami/Istri hasil

pengetahuan tidak baiknya terdapat pada 84.8% responden.

Friedman (2010) mengatakan bahwa kondisi dimana anggota keluarga

khususnya perempuan mempunyai peranan penting sebagai caregiver primer pada

pasien. Perempuan dalam perannya sebagai ibu tentu mempunyai naluri perasaan

yang lebih peka dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Seringkali

perempuan atau ibu berperan sebagai role models bagi anggota keluarganya utuk

hidup sehat karena dalam kehidupan sehari-hari ibu banyak terlibat dalam system

perawatan keluarga. Maka pernyataan ini sesuai dengan hasil karakteristik

hubungan dengan penderita.

Namun tidak sesuai dengan karakteristik jenis kelamin, karna pada hasil

penelitian ini baik jenis kelamin laki-laki atau perempuan masih banyak

pengetahuannya dalam merawat pasien stroke tidak baik. Karena menurut Lestari

(2011) dalam penelitiannya pada keluarga yang merawat pasien menegaskan

bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan

keluarga dan jenis kelamin buka karakteristik individu yang berhubungan secara

langsung dengan pengetahuan.


Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa responden yang berasal dari keluarga

yang penghasilannya kurang dari Rp 500.000, 100% memiliki pengetahuan tidak

baik. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Notoadmodjo (2010) bahwa

penghasilan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang akhirnya dengan pengetahuan tersebut akan

mampu mengubah sikap individu menjadi lebih positif dalam menanggapi sesuatu

hal.

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan memang sangat penting dalam

melakukan perawatan pada pasien stroke terlebih dalam perawatan di rumah,

mengingat penyakit stroke merupakan penyakit yang sangat membahayakan dan

membutuhkan kesabaran dalam perawatannya. Pengetahuan itu sendiri

dipengaruhi oleh faktor pendidikan, akan tetapi perlu ditekankan pendidikan yang

rendah bukan berarti semakin rendah pula pengetahuannya, karena pengetahuan

tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja. Semakin banyak pengetahuan

yang didapat, maka semakin besar pula dukungan yang diberikan dalam proses

perawatan (Wawan,A&M,Dewi, 2010).

Tanpa pengetahuan dalam merawat pasien stroke pada keluarga dan

mengorientasikan mereka pada perawatan untuk penderita stroke, maka keluarga

tidak akan mengerti dalam memberikan perawatan yang memadai dan dibutuhkan

oleh penderita stroke. Keluarga perlu mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh

penyakit stroke serta kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pasca stroke,

kesembuhan pasien juga akan sulit tercapai optimal jika keluarga tidak mengerti

apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi penyakit pasien setelah
terjadi stroke dan perawatan apa yang sebaiknya diberikan untuk keluarganya

yang mengalami stroke (Yastroki, 2011).

5.3 Keterbatasan Penelitian

5.3.1 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan jumlah

pertanyaan sebanyak 20 dan membuat beberapa responden tidak mengerti dalam

menjawab. Hal ini mengakibatkan pengisian kuesioner dapat terjadi jawaban yang

tidak konsisten. Instrument penelitian ini dikembangkan sendiri oleh peneliti

berdasarkan konsep yang ada sehingga tidak menutup kemungkinan instrumen

penelitian ini kurang memenuhi standar walaupun sudah dilakukan uji validitas

dan reliabilitas sebelumnya.

5.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang

merawat pasien stroke di rumah. Ada beberapa keluarga yang menolak untuk

dijadikan sebagai responden penelitian, dan ada juga pasien yang tidak di rawat

oleh keluarga inti (merawat dirinya sendiri) maka dari itu jumlah sampel yang di

dapatkan peneliti tidak sesuai dengan jumlah sampel yang sudah di rencanakan.
untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Setelah

semua data terkumpul dari responden, maka peneliti akan melakukan analisa data.

4.9 Analisa Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data dengan memeriksa

kembali semua kuisioner satu persatu yakni memastikan bahwa semua jawaban

telah diisi sesuai petunjuk yaitu editing. Selanjutnya tahap coding, yaitu

melakukan peng”kodean” yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner

untuk mempermudah peneliti saat memasukkan data (data entry). Kemudian ada

tahap processing, yaitu memasukkan jawaban-jawaban dari masing-masing

responden yang sudah diberi kode kedalam program komputer. Dan yang terakhir

adalah cleaning, yaitu mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2010).

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat,
yaitu untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Hasil analisa
data penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di rumah di Daerah Kota

Pematangsiantar. Dimana penelitian dilakukan pada tanggal 23 April s/d 25 Mei

2018 terhadap 65 responden di rumah di Daerah Kota Pematangsiantar.

5.4 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menjabarkan karakteristik responden dan deskriptif

statistik dari pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke dirumah di

Daerah Kota Pematangsiantar.

5.4.1 Karakteristik Responden

Deskriptif karakteristik responden pada penelitian ini mencakup usia,

jenis kelamin, pendidikan terakhir, hubungan dengan penderita, pekerjaan,

penghasilan/bulan, jenis asuransi kesehatan yang digunakan, jenis stroke yang

diderita oleh pasien stroke dan lama pasien stroke dirawat di rumah.

Hasil penelitian ini menunjukkan, berdasarkan usia, mayoritas responden

berada pada rentang usia 35-44thn yaitu sebanyak 18 orang (27.7%), untuk jenis

kelamin mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 47

orang (72.3%), pada kategori pendidikan terakhir responden pada penelitian ini

mayoritas pendidikannya hingga Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 31 orang

(47.7%), untuk hubungan dengan klien mayoritas responden memiliki hubungan

suami/istri yaitu 33 orang (50.8%), pada kategori pekerjaan mayoritas responden

43
bekerja sebagai Wiraswasta/Pegawaiswasta yaitu sebanyak 29 orang (44.6%),

untuk penghasilan per bulan mayoritas responden berpenghasilan Rp 1.000.000-

Rp 3.000.000 yaitu sebanyak 25 orang (38.5%), kemudian responden mayoritas

menggunakan asuransi kesehatan jenis BPJS yaitu sebanyak 41 orang (63.1%),

untuk jenis stroke mayoritas pasien yang dirawat menderita stroke hemoragik

yaitu sebnyak 36 orang (55.4%) dan kategori terakhir yaitu lama pasien stroke

dirawat paling banyak pada rentang 1-4thn yaitu sebanyak 56 orang (82.2%).

Untuk tabel data yang lebih lengkap dapat dilihat pada halaman berikutnya.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Keluarga
yang Merawat Pasien Stroke di Rumah di Daerah Kota Pematangsiantar. (n=65)
Karakteristik Individu Distribusi Frekuensi
n %
Usia
15-24 thn 3 4.6
25-34 thn 11 16.9
35-44 thn 18 27.7
45-54 thn 14 21.5
55-64 thn 16 24.6
65-74 thn 3 4.6
Total 65 100.0
Jenis Kelamin
Laki-laki 18 27.7
Perempuan 47 72.3
Total 65 100.0
Pendidikan Terakhir
SD 3 4.6
SMP 1 1.5
SMA 30 46.2
Perguruan Tinggi 31 47.7
Total 65 100.0
Hubungan dengan Klien
Istri/Suami 33 50.8
Orangtua 27 41.5
Cucu 3 4.6
Kakak/Adik 1 1.5
Sepupu 1 1.5
Total 65 100.0
Pekerjaan
Tidak Bekerja/IRT 18 27.7
Wiraswasta/ Pegawaiswasta 29 44.6
PNS/TNI/POLRI 15 23.1
Pensiunan 3 4.6
Total 65 100.0
Penghasilan /bulan
< Rp 500.000 3 4.6
Rp 500.000-Rp 1.000.000 15 23.1
Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 25 38.5
>Rp 3.000.000 22 33.8
Total 65 100.0
Asuransi Kesehatan
ASKES 22 33.8
BPJS 41 63.1
Dan lain-lain (ALIANS) 2 3.1
Total 65 100.0
Jenis Stroke
Hemoragik 36 55.4
Non Hemoragik 29 44.6
Total 65 100.0
Lama Dirawat Dirumah
1-4 thn 56 86.2
5-9 thn 6 9.2
10-14 thn 2 3.1
15-19 thn 1 1.5
Total 65 100.0
5.4.2 Pengetahuan Keluarga dalam Merawat Pasien Stroke di Rumah di

Daerah Kota Pematangsiantar

Hasil penelitian dari 65 responden penelitian menunjukkan bahwa

pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di rumah di Daerah Kota

Pematangsiantar dengan kategori baik sebanyak 9 orang (13.8%) dan kategori

tidak baik sebanyak 56 orang (86.2%). Persentase tingkat pengetahuan merupakan

hasil olah data dari kuisioner yang disebarkan oleh peneliti dengan jumlah 20

pertanyaan. Hasil penelitian pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke

di rumah di daerah kota Pematangsiantar dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Keluarga dalam


Merawat Pasien Stroke di Rumah di Daerah Kota Pematangsiantar (n=65)
Pengetahuan Keluarga Frekuesi (n) Persentase (%)
Tidak Baik 56 86.2
Baik 9 13.8

5.5 Pembahasan

Menurut Fegin (2001), pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di

rumah yaitu sebaiknya anggota keluarga belajar banyak bagaimana cara

melakukan perawatan dirumah sakit ataupun di pelayanan kesehatan lainnya.

Beberapa pasien stroke mengalami stroke berulang karena keluarga tidak

mengetahui cara yang tepat untuk merawat pasien stroke sehingga tidak terjadi

komplikasi atau stroke berulang.

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 65 responden tentang

pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke di rumah di Daerah Kota


Pematangsiantar berada pada kategori tidak baik, yaitu sebanyak 56 responden

(86.2). Sementara untuk pengetahuan dengan kategori baik hanya sebanyak 9

responden (13.8). Maka masih banyak keluarga yang merawat pasien stroke di

Daerah Kota Pematangsiantar memiliki pengetahuan yang tidak baik dalam

perawatan pasien stroke di rumah.

Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh ternyata keluarga yang memiliki

pengetahuan baik dalam merawat pasien stroke di rumah di Daerah Kota

Pematangsiantar lebih banyak berdiskusi ketika mendapat pendidikan kesehatan

dalam merawat keluarga yang terkena stroke dan mengaplikasikan semua

perawatan dengan baik juga. Sementara untuk pengetahuan keluarga yang

hasilnya tidak baik bayak yang tidak melakukan perawatan seperti yang sudah

diajarkan oleh pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andalia

Roza (2013). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa 76.66% pengetahuan

responden berada dalam kategori tidak baik dan selebihnya pengetahuan

responden dalam kategori baik.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan

oleh Adista Amelia (2013). Hasilnya yaitu sebanyak 83,3% pengetahuan

responden dikategorikan baik dan sebanyak 16,7% dikategorikan kurang. Menurut

peneliti sebelumnya rata-rata umur responden berada pada usia dewasa muda,

pada usia ini biasanya mudah mendapatkan dan menerima informasi, semakin

cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir. Namun pada penelitian ini rata-rata usia responden berada pada

rentang 35-44 thn dan 55-64thn,yang tidak lagi merupakan usia dewasa muda.

Hasil dari persentase disrtibusi frekuensi yang dicantumkan oleh peneliti,

menurut lukman (2006) usia mempengaruhi pengetahuan seseorang, bahwa

semakin bertambahnya usia seseorang dapat mempengaruhi dan pertambahan

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatau

pengetahuan akan berkurang.

Usia rata-rata responden berada pada usia dewasa, yaitu 35-44thn sebanyak 18

orang. Pada usia ini biasanya mudah mendapatkan dan menerima informasi,

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir (Huckloc (1998) dalam Wawan (2010)). Namun dalam

hasil penelitian yang didapatkan justru pada usia tersebut persentasi pengetahuan

tidak baik lebih tinggi yaitu sebanyak 16 orang (88.9%). Sementara pengetahuan

yang baik tertinggi pada kategori usia hanya terdapat 3 orang (21.4%) dan itu

pada rentang usia 45-54thn. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa sebenarnya

pada penelitian ini secara statistik didapatkan hasil bahwa usia tidak berpengaruh secara

bermakna terhadap pengetahuan seseorang dalam merawat pasien stroke di rumah,

terlebih di Kota Pematangsiantar.

Notoadmojo (2007), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang didapat

melalui pengalamanya sendiri maupun orang lain, pengalaman yang sudah dapat

memperluas pengetahuan seseorang dan pendidikan dapat membawa wawasan

atau pengetahuan seseorang, dimana seseorang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan seseorang yang


berpendidikan rendah , keyakinan ini biasanya diperoleh secara turun menurun

dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

Wawan (2010) juga mengatakan pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain, menentukan manusia untuk berbuat

dan mengisi kehidupan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Pada umumnya, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah

menerima informasi.

Persentase karakteristik responden pada penelitian ini yaitu pendidikan

terakhir, tingkat pendidikan SD dan SMP pengetahuannya 100% tidak baik,

sementara pada tingkat pendidikan SMA terdapat 90.0% dan Perguruan Tinggi

terdapat 80.6% yang pengetahuan dalam merawat pasien stroke di rumah tidak

baik. Maka dari itu tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap pengetahuan.

Pengalaman juga berpengaruh terhadap pengetahuan, seperti yang dijelaskan

sebelumnya. Namun itu tidak sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

di Kota Pematangsiantar, bisa dilihat dari karakteristik responden yaitu lama

pasien dirawat. Karna dilihat dari hasilnya pasien stroke yang paling lama dirawat

oleh keluarga yaitu dalam rentang 5-9 thn, 10-14 thn dan 15-19 thn 100%

memiliki pengetahuan tidak baik, sementara pada rentang 1-4thn terdapat 83.4%

responden yang pengetahuan dalam merawat pasien stroke tidak baik.

Jenis kelamin dan hubungan dengan penderita juga merupakan hal lain yang

mempengaruhi penelitian. Pada hasil penelitian pada jenis kelamin terdapat 47

orang (72.3%) responden yang jenis kelaminnya perempuan. Dimana sebanyak 6


orang (12,8%) dikategorikan pengetahuannya baik dan sebanyak 41 orang

(87,4%) pengetahuannya tidak baik. Untuk jenis kelamin laki-laki dengan total 18

orang (27,7%) hanya terdapat 3 orang (16,7%) yang memiliki pengetahuan yang

baik, sementara 15 orang (83,3%) memiliki pengetahuan yang tidak baik.

Sementara karakteristik hubungan dengan penderita seperti cucu, kakak/adik dan

sepupu pengetahuannya 100% tidak baik. Sedangkan hubungan Suami/Istri hasil

pengetahuan tidak baiknya terdapat pada 84.8% responden.

Friedman (2010) mengatakan bahwa kondisi dimana anggota keluarga

khususnya perempuan mempunyai peranan penting sebagai caregiver primer pada

pasien. Perempuan dalam perannya sebagai ibu tentu mempunyai naluri perasaan

yang lebih peka dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Seringkali

perempuan atau ibu berperan sebagai role models bagi anggota keluarganya utuk

hidup sehat karena dalam kehidupan sehari-hari ibu banyak terlibat dalam system

perawatan keluarga. Maka pernyataan ini sesuai dengan hasil karakteristik

hubungan dengan penderita.

Namun tidak sesuai dengan karakteristik jenis kelamin, karna pada hasil

penelitian ini baik jenis kelamin laki-laki atau perempuan masih banyak

pengetahuannya dalam merawat pasien stroke tidak baik. Karena menurut Lestari

(2011) dalam penelitiannya pada keluarga yang merawat pasien menegaskan

bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan

keluarga dan jenis kelamin buka karakteristik individu yang berhubungan secara

langsung dengan pengetahuan.


Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa responden yang berasal dari keluarga

yang penghasilannya kurang dari Rp 500.000, 100% memiliki pengetahuan tidak

baik. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Notoadmodjo (2010) bahwa

penghasilan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang akhirnya dengan pengetahuan tersebut akan

mampu mengubah sikap individu menjadi lebih positif dalam menanggapi sesuatu

hal.

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan memang sangat penting dalam

melakukan perawatan pada pasien stroke terlebih dalam perawatan di rumah,

mengingat penyakit stroke merupakan penyakit yang sangat membahayakan dan

membutuhkan kesabaran dalam perawatannya. Pengetahuan itu sendiri

dipengaruhi oleh faktor pendidikan, akan tetapi perlu ditekankan pendidikan yang

rendah bukan berarti semakin rendah pula pengetahuannya, karena pengetahuan

tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja. Semakin banyak pengetahuan

yang didapat, maka semakin besar pula dukungan yang diberikan dalam proses

perawatan (Wawan,A&M,Dewi, 2010).

Tanpa pengetahuan dalam merawat pasien stroke pada keluarga dan

mengorientasikan mereka pada perawatan untuk penderita stroke, maka keluarga

tidak akan mengerti dalam memberikan perawatan yang memadai dan dibutuhkan

oleh penderita stroke. Keluarga perlu mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh

penyakit stroke serta kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pasca stroke,

kesembuhan pasien juga akan sulit tercapai optimal jika keluarga tidak mengerti

apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi penyakit pasien setelah
terjadi stroke dan perawatan apa yang sebaiknya diberikan untuk keluarganya

yang mengalami stroke (Yastroki, 2011).

5.6 Keterbatasan Penelitian

5.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan jumlah

pertanyaan sebanyak 20 dan membuat beberapa responden tidak mengerti dalam

menjawab. Hal ini mengakibatkan pengisian kuesioner dapat terjadi jawaban yang

tidak konsisten. Instrument penelitian ini dikembangkan sendiri oleh peneliti

berdasarkan konsep yang ada sehingga tidak menutup kemungkinan instrumen

penelitian ini kurang memenuhi standar walaupun sudah dilakukan uji validitas

dan reliabilitas sebelumnya.

5.6.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang

merawat pasien stroke di rumah. Ada beberapa keluarga yang menolak untuk

dijadikan sebagai responden penelitian, dan ada juga pasien yang tidak di rawat

oleh keluarga inti (merawat dirinya sendiri) maka dari itu jumlah sampel yang di

dapatkan peneliti tidak sesuai dengan jumlah sampel yang sudah di rencanakan.

Anda mungkin juga menyukai