Disusun Oleh :
RETNO HASTUTI
DATIK WAHYUNIN SIH
TULUS DWI HARTANTO
SANTIKA PRIMARATRI
A. LATAR BELAKANG
Anak usia pra sekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang
menakutkan. Anak usia pra sekolah belum mampu membedakan antara fantasi dan realita.
Mereka menganggap bahwa hospitalisasi merupakan hukuman atas tindakan mereka,
terlebih lagi selama anak menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya ia akan dilarang
untuk banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal ini tentunya mengecewakan
anak, karena ia tidak mempunyai banyak waktu untuk bermain aktif di rumah sakit. Hal
tersebut tentunya akan meningkatkan kecemasan anak (Dora alfiyanti, 2007). Kecemasan
terbesar anak usia pra sekolah adalah kecemasan akan kerusakan tubuh (Potter dan Perry,
2001). Semua prosedur atau tindakan keperawatan baik yang menimbulkan nyeri maupun
tidak, keduanya menyebabkan kecemasan bagi anak usia pra sekolah selama hospitalisasi.
Peralatan medis yang bersih dirasakan cukup menyeramkan bagi anak-anak. Begitu juga
dengan bau obat yang menyengat dan penampilan para staf rumahsakit dengan baju yang
berwarna putih yang seolah terlihat menakutkan bagi anak (Dora alfiyanti, 2007).
Mempersiapkan anak untuk menghadapi prosedur atau tindakan keperawatan akan
mengurangi kecemasan, meningkatkan sikap kooperatif, dan mendukung ketrampilan
mereka serta meningkatkan kognitif dan kerjasama anak. Ada beberapa mekanisme koping
sederhana yang bisa diajarkan misalnya relaksasi, menarik napas, berhitung, memasase
tangan atau menyanyi. Semua teknik tersebut dapat dimodifikasi dengan aktivitas bermain
(Dora alfiyanti, 2007). Dengan bermain, anak melepaskan ketakutan, kecemasan,
mengekspresikan kemarahan dan permusuhan. Bermain merupakan cara koping paling
efektif untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kooperatif anak dalam prosedur
keperawatan (Wong, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Dora Alfiyanti dkk (2007)
menunjukkan bahwa terapi bermain berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak usia
pra sekolah selama tindakan keperawatan (Dora alfiyanti, 2007).
Perawat sebagai care provider atau pemberi asuhan keperawatan pada anak
berperan penting dalam proses penyembuhan anak dan tumbuh kembangnya selama
hospitalisasi. Selain berupaya mengurangi kecemasan pada anak yang hospitalisasi,
perawat juga perlu mengupayakan agar perkembangan bisa berjalan dengan optimal
selama perawatan, yaitu dengan melaksanakan program terapi bermain dengan
memperhatikan pertimbangan terapi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan meminimalkan hospitalisasi pada
anak.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selama ± 20 menit, anak dapat:
a. Menyalurkan energi anak
b. Mengembangkan kreativitas anak
c. Meningkatkan motivasi anak
d. Meningkatkan kognitif anak
e. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat
C. SASARAN
Anak usia pra sekolah yang di rawat di ruang anak lantai Melati dua RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
BAB II
KARAKTERISTIK
A. KARAKTERISTIK SASARAN
Kriteria Inklusi :
1. Anak berusia 3-5 tahun (Usia Pra Sekolah)
Anak menjalani rawat inap di ruang anak Melati dua RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
2. KU anak baik, kesadaran composmentis
3. Anak tidak bed rest
4. Anak kooperatif
Kriteria Eksklusi :
1. Anak menolak mengikuti permainan
2. Anak menjalani program terapi saat waktu pelaksanaan terapi bermain
C. KARAKTERISTIK PERMAINAN
Karakteristik bermain anak usia 3-5 tahun (pra sekolah) (Sujono Riyadi dan
Sukarmin, 2009)
1. Cross motor and fine motors
2. Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
3. Sangat energik dan imaginative
4. Mulai terbentuk perkembangan moral
5. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
6. Assosiative play
7. Dramatic play
8. Skill play Laki-laki aktif bermain di luar
9. Perempuan didalam rumah
Tahap Kerja Terapi Bermain Anak Usia 3-5 Tahun (Sujono Riyadi dan
Sukarmin, 2009)
a) Stimulasi Sosial
Anak bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan. Contoh: bermain
pasir bersama-sama.
b) Stimulasi Keterampilan
Mengetahui kemampuan keterampilan yang ada pada anak sehingga dapat
mengetahui bakat anak. Contoh: Menggambar, bernyanyi, menari.
c) Stimulasi Kerjasama
Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak-anak bermain
menyusun puzzle, bermain bola.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN
A. JUDUL PERMAINAN
Mewarnai Gambar
B. DESKRIPSI PERMAINAN
Mewarnai gambar merupakan salah satu terapi bermain yang dapat di lakukan
pada anak usia pra sekolah. Gambar yang digunakan untuk diwarnai adalah gambar
sederhana dengan karakteristik yang sudah dikenal pada anak usia pra sekolah. Pada
umumnya anak usia pra sekolah sudah mampu mengenal objek-objek yang pernah
dilihatnya. Sebelum memulai permainan mewarnai, anak akan diberikan petunjuk
tentang aturan permainan. Anak dapat mewarnai gambar dengan warna sesukanya
ataupun mengikuti dari contoh yang sudah disediakan oleh perawat. Jika anak-anak
kesulitan dalam mewarnai, perawat akan membantu dan memfasilitasinya. Orang tua
anak akan dilibatkan untuk membantu proses bermain.
C. TUJUAN PERMAINAN
1. Tujuan umum
Mengurangi efek hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan khusus
a. Mengembangkan daya kreativitas anak dalam mewarnai gambar menjadi
sebuah gambar yang utuh
b. Meningkatkan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c. Meningkatkan kerjasama antara anak dan perawat
E. JENIS PERMAINAN
Permainan aktif mewarnai gambar
G. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal :
Jam :
Tempat : Ruang bermain anak Melati Dua
H. PROSES BERMAIN
1. Pembukaan
a. Mengucapkan salam
b. Perawat memperkenalkan diri pada anak
c. Perawat membina hubungan saling percaya dengan anak dan orangtua anak
dengan cara menjalin komunikasi 2 arah dan memberi feedback dari setiap
respon anak
d. Perawat menjelaskan tujuan dari bermain yang dilakukan pada anak dan
orangtua anak
e. Melakukan kontrak waktu
2. Inti
a. Perawat menjelaskan tentang aturan bermain
b. Perawat memberikan 1 contoh gambar yang sudah diwarnai
c. Anak melakukan kegiatan mewarnai
d. Pemberian hadiah / pujian kepada anak
3. Terminasi
a. Perawat mengevaluasi perasaan anak dan orangtua dengan memberikan
pertanyaan seperti :
1) Bagaimana perasan anak setelah bermain?
2) Bagaimana perasaan orangtua setelah bermain?
3) Apakah kegiatan ini menyenangkan?
4) Apakah manfaat dari terapi bermain yang dilakukan?
b. Penutup
K. KRITERIA EVALUASI
1. Struktur
Anak : subjek proses bermain
Perawat : pelaksana permainan
Keluarga : pembantu pelaksana
2. Proses
Sebelum bermain, perawat menjelaskan tentang tata cara bermain dan menunjukkan
contoh gambar yang sudah diwarnai. Selain menjelaskan, perawat juga
memperagakan tentang alat permainannya dan memvalidasi bahwa anak telah
mengerti dan memahami teknik bermain. Perawat juga melibatkan keluarga untuk
mendampingi anak dalam proses bermain. Setelah anak mengerti maka perawat
memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba melakukan permainannya
yaitu mewarnai gambar. Perawat membantu anak ketika anak mengalami kesulitan
dan menjaga interaksi untuk meningkatkan komunikasi pada anak.
3. Hasil
Anak mampu menyelesaikan permainan dengan baik, memberi apresiasi pada
permainannya dan merasa senang dapat bermain bersama. Keluarga dapat
membantu anak dengan cara menemani selama proses bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Dora alfiyanti. Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia pra sekolah
selama tindakan keperwatan di Ruang Lukman Rs.Roemani Semarang. Jurnal
keperawatan vol.1. No.1. 2007
Perry, Potter. Fundamental of Nursing Fifth Edition. St.Louis: Mosby Company. 2001
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L, et al. Wong’s essential of pediatric nursing Sixth Edition. St.Louis: Mosby
Company. 2001
Zellawati, Alice. Terapi bermain untuk mengatasi permasalahan pada anak. Majalah ilmiah
informatika vol.2 No.3. Fakultas Psikologi Universitas AKI
Contoh gambar