Anda di halaman 1dari 28

TERAPI BERMAIN MEMASUKAN BOLA KE KERANJANG DI

RUANGAN ANAK RSUD Dr.MUHAMMAD ZEIN PAINAN

TAHUN 2020

Di susun oleh :

Kelompok I

1. Adwilson Martoni 8. Nelva Endrayeni


2. Ariyanti 9. Nelva Rosa
3. Anif Indra 10. Respolita
4. Elpi Susanti 11. Sri Apsiah Purawanti
5. Fismawati 12. Trie Febby Eryanti
6. Mila Afrianti 13. Widya Sapta Prima Sari
7. Nurleni 14. Yanti Samra

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIK


PADANG TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses dimana

karena alasan tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS,

menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.

Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama

individu tersebut dirawat di rumah sakit (Wong, 2003).

Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya

perawatandan pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang

dimunculkan pada anak akan berbeda antara satu dengan lainnya.Anak yang

pernah mengalami perawatan di rumah sakit tentu akan menunjukkan reaksi

berbeda bila dibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang pernah

dirawat di rumah sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatanyang ada di

rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan

yangdialami. Sedangkan anak yang baru pernah dirawat mungkin mengalami

kecemasan yanglebih tinggi. Pada keadaan seperti ini diperlukan suatu

tindakan yang dapat menurunkantingkat kecemasan. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasanadalah melalui kegiatan terapi

bermain

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh

hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan terapi bermain. Bermain

merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan


suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Dengan bermain anak dapat

menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitif dan juga emosinya,

perasaannya dan pikirannya.

Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-

anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang

membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat

dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang

mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada. Salah satu fungsi

bermain adalah sebagai terapi dimana dengan melakukan permainan anak

akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya.Melalui kegiatan

bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya(distraksi)

dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.

Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam usia

ini anak umumnya mengikuti program anak (3 tahun – 5 tahun) dan kelompok

bermain (Usia 3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka

mengikuti program Taman Kanak-Kanak, Patmonedowo (2008:19).

Permainan anak usia prasekolah menurut Adriana (2011) biasanya bersifat

asosiatif (interaktif dan kooperatif) serta memerlukan hubungan dengan teman

sebaya. Alat permainan yang dianjurkan untuk anak usia pra sekolah yaitu

berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat

gambar dan tulis, dokter-dokteran atau masak-masakan (Soetjianingsih, 2014).

Pemilihan permainan untuk terapi bermain harus disesuaikan dengan usia

anak. Perkembangan anak usia pra sekolah yang menonjol yaitu


perkembangan bahasa, keterampilan motorik kasar dan halus contohnya yaitu

melempar bola (Mary, 2005).

2. Tujuan

1.1 Tujuan Umum

Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,

mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan

beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

1.2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:

1. Melatih koordinasi mata dan tangan

2. Bekembang kognitifnya

3. Anak dapat memasukan bola dalam keranjang

4. Dapat bersosiaisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan

5. Mengalihkan pemusatan pikiran atau perhatian anak yang selalu tertuju

pada dirinya agar anak senang

6. Menunjang unsur psikologis fisik/ sosial komunikasi


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Bermain

2.1.1 Pengertian
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau

mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikian,

menjadikan anak kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan. (Aziz

Alimul, 2005)

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

menggunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,

memberi kesenagan maupun mengembangkan imajinasi anak. (Anggani

Sudono, 2000)

2.1.2 Katagori Bermain


Menurut Dian (2011) bermain harus seimbang, artinya harus ada

keseimbangan antara bermain aktif dan yang pasif yang biasanya disebut

hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang

diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan

didapatkan dari orang lain.

1. Bermain aktif

1) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)


Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat

permainan tersebut.Anak memperhatikan alat permainan,

mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan,

dan kadang-kadang berusaha membongkar.

2) Bermain konstruksi (Construction play)

Pada anak umur 1-3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok

menjadi rumah-rumahan, lilin, dll.

3) Bermain drama (Dramatik play)

Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan

saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.

4) Bermain bola, tali, dan sebagainya

2. Bermain pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan

mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah

bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan

dan keletihannya, contohnya:

1) Melihat gambar- gambar buku/majalah.

2) Mendengarkan cerita atau musik.

3) Menonton televisi.

2.1.3 Alat Permainan Edukatif (APE)

Alat Permainan Edukatif (APE) menurut Dian (2011) adalah alat

permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak,


disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta

berguna untuk:

1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat

menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari

motorik kasar dan halus.Contoh alat bermain motorik kasar: sepeda,

bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus:

gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.

2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan

kalimat yang benar.Contoh alat permainan: buku bergambar, buku

cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.

3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara,

ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan: buku

bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, menara

donat dll.

4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan

interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat.Contoh alat

permainan: alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak

pasir, bola, tali, dll.

2.1.4 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia

Menurut Dian (2011) bentuk terapi mainan menurut usia, sbb:

a. Anak usia 2-3 tahun


Bermain boneka, kegiatan belajar, melemparkan dan memungut

benda-benda (seperti bola) serta memasukkan atau mengeluarkan

benda-benda dari tempatnya.

b. Anak usia 3-4 tahun

Bermain puzzel, balon, musik, bercerita, bermain game sederhana,

belajar bermain kelompok dengan pengawasan orang dewasa,

permainan pura-pura memasak, membersihkan, menjadi dokter,

perawat dan lain-lain.

c. Anak usia 4-5 tahun

Bermain game, menyobek, memotong dengan gunting, buku

bergambar, menggunakan kertas dibuat boneka, topeng dan perahu,

memiliki mainan sendiri, mainan musik (drum), berfantasi,

berimajinasi dan menggambar.

d. Anak usia 5-6 tahun

Menangkap bola, membuat gambar segiempat, mengenal angka dan

huruf serta berhitung dan berpakaian sendiri tanpa bantuan.

2.2 Konsep Dasar Usia Bayi

2.2.1 Usia anak (1-2 Tahun)

1. Tahap Perkembangan Usia 1 Tahun

1) Bisa mengucapkan 3 kata selain “dada” dan “mama”

2) Senang mempelajari bagian-bagian tubuh, benda, objek dan warna.

3) Sudah bisa lebih baik saat minum dengan cangkir, lebih sedikit

tumpah
4) Menggunakan sendok sendiri dengan lebih baik

5) Bisa menumpuk 2-4 balok

6) Berjalan rambatan dimebel atau benda sekitarnya

2. Tahap Perkembangan Usia 2 Tahun

1) Keterampilan Motorik

a) Dapat membangun menara dari sampai 12 balok

b) Dapat meniru gambar lingkaran

c) Melempar bola dengan tangan di atas kepala

d) Menaiki tangga, memegang pegangan tangga

e) Menapak dengan kedua kaki

f) Mengancingkan kancing

2) Keterampilan Berbicara

a) Kosa kata berjumla lebih dari 1000 kata

b) Menyebutkan tiga buah angka yang berurutan

c) Menyanyi sebuah lagu

3) Keterampilan Kognitif

Mengenali balok atau lingkaran menurut ukuran dari besar ke kecil

2.2.2 Mainan Untuk Usia 3 -6 Tahun

Menurut Dian (2011) permainan anak usia Pre Sekolah memerlukan mainan

yang melatih kemampuan bahasa, fungsi untuk merangsang perkembangan

sensorimotori, perkembangan intelektual, sosialisasi, kreativitas, kesadaran

diri, nilai moral dan manfaat terapeutik. Ia akan memegang benda apapun yang

terjangkau olehnya, dan senang memindahkan mainan dari satu tangan lainnya.
Ia juga hobi melempar-lempar mainannya. Jenis permainan seperti : Balok

susun, mainann yan bisa bergerak atau didorong.

2.3 Bermain di Rumah Sakit

2.3.1 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit

1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana.

2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis.

3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien.

4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien.

5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak.

6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan.

2.3.2 Rencana Bermain

Permainan yang kita lakukan adalah menggunakan Bola. Setiap Anak akan

mendapat beberapa bola, anak bisa duduk, dan bermain dengan

mahasiswa. Kemudian leader memimpin jalannya permainan dengan

menginstruksikan ibu agar mendukung dalam kegiatan sehingga anak bisa

tenang dan kooperatif dalam permainan. Co-leader, fasilitator, observer

melakukan tugas masing-masing.

2.3.3 Jenis permainan

Jenis permainan yang digunakan yaitu Memasukan Bola ke keranjang.

Memasukan Bola ke keranjang adalah jenis permainan yang menggunakan

Bola dan kemudian dimasukan kedalam keranjang untuk menentukan

keberhasilan

2.3.4 Keuntungan Bermain


Keuntungan-keuntungan yang didapat dari Memasukan Bola ke keranjang,

antara lain: melatih motorik halus dan kasar, meatih kesabaran, emosi dan

ketelitian. Anak dapat mengenal bentuk dan warna, merangsang kreatifitas

dan meningkatkan daya konsentrasi.

2.3.5 Hal-hal yang Harus Diperhatikan

1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat

pada keterampilan yang lebih majemuk.

4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.

5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

2.3.6 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan.

2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif

terganggu.

3. Jenis kelamin.

4. Lingkungan lokasi, negara, kultur.

5. Alat permainan senang dapat menggunakan.

6. Intelegensia dan status sosial ekonomi.

2.3.7 Tahap Perkembangan Bermain

1. Tahap eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan

3. Tahap bermain sungguhan

Anak sudah ikut dalam permainan

4. Tahap melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan

berikutnya.

2.3.8 Hambatan Yang Mungkin Muncul

1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia.

2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan.

3. Orang tua tidak mendukung

4. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang

bersamaan.

2.3.9 Antisipasi hambatan

1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang hampir sama.

2. Pendekatan kepada anak lebih ditingkatkan

3. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain.

4. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan.

5. Membatasi waktu bermain

6. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga

kesehatan lainnya.

2.4 Konsep Memasukan Bola Kekeranjang

2.4.1 Pengertian Bermain Memasukan bola kedalam keranjang


Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan

atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap

pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan

berpilaku dewasa(Alimul, 2009).

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,

memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani

Sudono, 2000).

Permainan memasukan bola kedalam keranjang merupakan alat

permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan kreatif anak, yang

dimainkan dengan cara mengambil objek (bola) dan melemparkannya ke

dalam keranjang.

2.4.2 Tujuan Bermain Memasukan bola kedalam keranjang

Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun

mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan

stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga

anak akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan

fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh

menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif

2.4.3 Fungsi Bermain Memasukan bola kedalam keranjang

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-

motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan


kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan

bermain sebagai terapi.

1. Perkembangan Sensoris – Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan

komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat

penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan

yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan

sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan

prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik

baik kasar maupun halus.

2. Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi

terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama

mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada

saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.

Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan

anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan

masalahnya. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini

akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.

3. Perkembangan Social

Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan

lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi

dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah

dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak

belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara,

dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini

terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun

demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi

anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.

4. Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan

mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang

dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan

mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan

membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang

kreativitasnya untuk semakin berkembang.

5. Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam

mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal

kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan

menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan

mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya,

jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis,

anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti

teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai
moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk

memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang

lain

6. Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama

dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak

akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut

sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri

dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.

Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika,

belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta

belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah

dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan

yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain

adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap

tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan

kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah

media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan

dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua

untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan

mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

2.4.4 Alat yang di perlukan untuk bermain Memasukan bola ke keranjang

Untuk bermain dibutuhkan bola dan keranjang (Afriani, 2004)


2.4.5 Cara Bermain Memasukan bola ke keranjang

1. Sediakan bola dan keranjang

2. Dekatkan bola kepada anak

3. Beri contoh anak memasukan bola kedalam keranjang

4. Kerjakan sampai anak bisa meniru atau mengulng yang di lakukan

pasilitator
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-6 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari/Tanggal : Jumat/ 10 Januari 2020
Jam / Durasi : 30 Menit Pukul 10.00 WIB sd 10.30 WIB
Tempat Bermain : Ruangan bermain anak RSUD Dr.M.Zein Painan

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan

aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif

terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

1. Menstimulus perkembangan motorik anak dan kognitifnya.

2. Menghilangkan / mengurangi perasaan takut dan kecemasan.

3. Mengurangi rasa sakit yang diderita.

4. Memenuhi kebutuhan aktifitas bermain.

C. SASARAN DAN TARGET

Pasien Usia Anak (3- 6 tahun) yang dirawat di Ruang Anak RSUD Dr.M.Zein

Painan

D. KRITERIA

Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Anak yang

memenuhi kriteria :

. Anak usia 3- 6 tahun


a. Tidak mempunyai keterbatasan fisik

b. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga

c. Pasien kooperatif

E. SARANA DAN MEDIA

a. Sarana:

a) Ruangan tempat bermain

b) Tikar untuk duduk

b. Media:

Bola berwarna, keranjang, dan beberapa balon

F. PENGORGANISASIAN

Jumlah Leader 1 orang, Co-leader 1 orang, Fasilitator 11 orang dan 1 observer

orang dengan susunan sebagai berikut:

Leader : Widya Sapta Primasari

Co-leader : Respolita

Observer : Fismawati

Fasilitator : Nelva Rosa, Nelva Endrayenti, Trie Febby Eryanti, Mila

Afrianti, Nurleni, Sri Apsiah P, Elvi Susanti, Arianty, Yanti Samra, Adwilson

Matroni, Anif Indra

G. URAIAN TUGAS
1. Leader
1) Memimpin jalannya acara
2) Membuka pertemuan.
3) Mengatur setting tempat
4) Menutup kagiatan bermain
2. Co – Leader
1) Membantu tugas dari leader.
2) Menggantikan posisi leader bila diperlukan.
3. Fasilitator
1) Sebagai pemandu jalannya acara.
2) Sebagai tempat bertanya leader dan co-leader tentang kegiatan yang
akan dilakukan.
3) Memberi petunjuk dalam acara supaya berlangsung baik.
4. Observer
1) Mengobservasi jalannya acara.
2) Memberi penilaian.
3) Memberi saran dan kritik setelah acara selesai.
Mengevaluasi dan umpan balik kepada leader dan co-leader.

H. Setting Tempat

Ket:
: Leader
: Co- Leader
: Observer
: Fasilitator
: Anak
: Orangtua

I. Susunan Kegiatan
No Waktu Terapy Anak Ket
1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri terap 2. Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing 3. Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu 4. Mendengarkan dan saling
persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan anak 5. Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader 6. Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara 1.Mendengarkan
permainan
2. Menanyakan pada anak, anak 2.Menjawabpertanyaan
mau bermain atau tidak
3. Menbagikan permainan 3.Menerima permainan
4. Leader,co-leader, dan Fasilitator 4.Bermain
memotivasi anak
5. Fasilitator mengobservasi anak 5.Bermain
6. Menanyakan perasaan anak 6.Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan 1. Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan anak 2. Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan 3. Mendengarkan
4. Membagikan souvenir/kenang- 4. Senang
kenangan pada semua anak
yang bermain
5. Menanyakan perasaan anak 5. Mengungkapkan perasaan
6. Co-leader menutup acara 6. Mendengarkan
7. Mengucapkan salam 7. Menjawab salam

J. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a) Alat-alat yang digunakan lengkap
b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan memasang
kembali mainan yang sudah dibongkar
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi dengan perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, Salah satunya
adalah permainan memasukan bola kedalam keranjang. Bermain di rumah sakit
selain memenuhi hak anak untuk bermain, terapi ini merupakan salah satu metode
mencegah anak takut dengan perawat sehingga anak lebih kooperatif dalam
menjalani perawatan

5.2 Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan berbagai macam tipe permainan untuk terapi bermain.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak
dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian .(2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak.
Jakarta:Salemba Medika

Anggani Sudono. (2000). Sember belajar dan alat permainan. Jakarta: Grasindo

Hidayat,AzizAlimul .(2005).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak1.Jakarta:


SalembaMedika

Wong, Danna L .2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.


http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html
Dokumentasi Terapi Bermain Memasukan Bola ke Dalam Keranjang pada

anak usia Pra Sekolah di Ruangan Anak RSUD Dr. M. Zein Painan

Gambar 1. Foto Bersama sebelum memulai acara terapi bermain

Gambar 2. Permainan segera dimulai


Gambar 4. Anak Antusias memasukan bola ke dalam keranjang di dampingi Orang tua

Gambar 5. Penghitungan jumlah bola yang masuk ke dalam keranjang


Gambar 6. Mendengarkan Arahan dan masukan Pembimbing Klinik

Gambar 7. Memberikan kenang – kenangan kepada Pembimbing Klinik untuk terapi

bermain diruang anak

Anda mungkin juga menyukai