Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

TERAPI BERMAIN BALOK PADA ANAK USIA 0-3 TAHUN


DI RUANG ASTER RSUD MARGONO SOEKARDJO

OLEH :
1. Henna
2.

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN (NERS)


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
SATUAN ACARA BERMAIN

Pokok bahasan : Terapi bermain stimulasi motorik, dan kognitif


Sub pokok bahasan : Terapi bermain pada anak sakit yang dirawat di rumah
sakit dengan cara menyusun balok
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : Sabtu, 2 Mei 2018
Tempat : Ruang Aster
Sasaran : Anak usia prasekolah
Pelaksana :
1. Henna
2. Hernandia
3. Natalia
4. Nur Alva Rachmawati
5. Tiyan Silpia

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih,
dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di
rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan
dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan
dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan
dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di
rumah sakit (Wong, 2009).
Anak prasekolah (3-6 tahun) menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu
mengalami peningkatan dalam berperilaku motorik, sosial, berfikir fantasi
maupun kemampuan mengatasi frustasi. Untuk kemampuan motoriknya, anak
sudah menguasai semua jenis gerakan tangan seperti memegang bola,
menyusun balok 9-10 balok, dll. Tingkat frustasi anak cenderung menurun,
hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan kemampuan dalam mengatasi
kemampuan dalam mengalami kesulitan yang dialaminya secara lebih aktif.
Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi yang kaya dan menuntut lebih
banyak kemandirian. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh
karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk
itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak
memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan (Kalpan,
2000).
Anak usia prasekolah yang dirawat di Ruang Aster sebanyak ….. orang
anak. Anak anak tersebut terlihat jenuh dan bosan. Beberapa diantaranya
rewel apabila bertemu dengan orang baru dan petugas kesehatan. Selama
dirumah sakit anak-anak belum pernah dilakukan terapi bermain. Dapat
disimpulkan bahwa anak mengalami kecemasan akibat hospitalisasi sehingga
terapi bermain tersebut perlu untuk dilakukan.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain cara menyusun balok selama 25
menit agar dapat mencapai tugas perkembangan secara optimal sesuai
tahap perkembangan walaupun dalam kondisi sakit. Anak diharapkan bisa
mengekspresikan perasaannya dan menurunkan kecemasannya, merasa
tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap
perawat ataupun petugas kesehatan lainnya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain cara menyusun balok selama 25 menit
anak mampu:
a. Mendemonstrasikan cara menyusun balok
b. Menunjukkan ekspresi non verbal dengan tertawa, tersenyum dan
saling bercanda
c. Menunjukkan sikap kooperatif, kreatif dan mampu bersosialisasi.
d. Menunjukan sikap merasa tenang dan nyaman

C. Metode dan Media


1. Metode
a. Bermain bersama
b. Ceramah
c. Mendengarkan tanggapan anak/Tanya jawab
2. Media
a. Lembar Balik
b. Leafleat
c. Mainan balok dengan berbagai warna
3. Setting Ruangan

D. Materi
1. Pengertian Terapi Bermain
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari (Wholey and Wong dalam Lianasari dkk,
2011). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginan untuk memperoleh kesenangan.

2. Macam-macam Terapi Bermain


a. Bermain aktif
1. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
2. Bermain konstruksi (Contruction Play)
Pada anak usia 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan.
3. Bermain drama (Dramatic Play)
Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
teman-temannya.
4. Bermain fisik
Misal bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
b. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihar
dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya.

3. Alat Permainan Edukatif


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari
motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar :
sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik
halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara,
ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku
bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat
permainan: alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak
pasir, bola, tali, dll.
4. Bentuk – bentuk bermain
a. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
1. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
2. Melatih kerjasama mata dan tangan.
3. Melatih kerjasama mata dan telinga.
4. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
5. Melatih mengenal sumber asal suara.
6. Melatih kepekaan perabaan.
7. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
2. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
3. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
4. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
5. Alat permainan berupa selimut dan boneka.

b. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
1. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
2. Memperkenalkan sumber suara.
3. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
4. Melatih imajinasinya.
5. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
1. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
2. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
3. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal:
cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember,
waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku
bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.

c. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
1. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
3. Melatih motorik halus dan kasar.
4. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna).
5. Melatih kerjasama mata dan tangan.
6. Melatih daya imajinansi.
7. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Alat-alat untuk menggambar.
2. Lilin yang dapat dibentuk
3. Pasel (puzzel) sederhana.
4. Manik-manik ukuran besar.
5. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
6. Bola.

d. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
4. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain
pura-pura (sandiwara).
5. Membedakan benda dengan permukaan.
6. Menumbuhkan sportivitas.
7. Mengembangkan kepercayaan diri.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat,
lari, dll).
10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik
halus dan kasar.
11. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan
orang diluar rumahnya.
12. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
13. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah
anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat,
gunting, air, dll.
2. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.

e. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Alat olah raga.
2. Alat masak
3. Alat menghitung
4. Sepeda roda tiga
5. Benda berbagai macam ukuran.
6. Boneka tangan.
7. Mobil.
8. Kapal terbang.
9. Kapal laut dsb

f. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
1. Pada anak laki-laki : mekanik.
2. Pada anak perempuan : dengan peran ibu.

g. Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok)


Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca,
seni, mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan
masalah.

h. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.

5. Pengertian Terapi Bermain Menyusun Balok


Bermain menyusun balok merupakan salah satu jenis
permainan yang bisa dilakukan dalam proses terapi bermain bagi klien
anak yang sedang menjalani proses hospitalisasi. Terapi bermain ini
dapat digunakan sebagai terapi bagi anak dengan usia mulai 16 bulan.
Bermain dengan cara menyusun balok pada dasarnya tidak hanya
membantu mengembangkan kemampuan motorik anak tetapi juga
berperan penting dalam proses pengembangan kognitif klien.
Kemampuan klien menyusun balok berkaitan erat dengan kemampuan
kognitif klien karena pada dasarnya bermain dengan cara metode
menyusun balok tidak hanya melatih kemampuan motorik halus klien
tapi lebih dari itu bermain menyusun balok memerlukan perencanaan
meskipun masih relatif sederhana. Ketika anak sudah mampu bermain
menyusun balok secara lancer maka dia sudah siap untuk
meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti
mencorat-coret kertas, belajar menggosok gigi sendiri dan makan
dengan menggunakan sendok. Menyusun balok mengandalkan
keterampilan memegang benda kecil, meletakkannya di atas balok lain
sambil mengusahakan keseimbangan. Keterampilan memegang benda
kecil, sebenarnya dicapai anak sejak berusia 10 bulan, saat ia mulai
suka menjumput remah-remah kue yang berserakan di dekatnya.

6. Faktor Penyebab Ketidakmampuan Menyusun Balok


Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas
perkembangan tertentu, seperti menyusun balok, dapat menghambat
berkembangnya keterampilan berikutnya. Saat anak berusia 3 tahun
anak mampu menyusun balok 9-10 kotak dan memiliki kehidupan
fantasi yang menuntutnya lebih mandiri. Kemungkinan si kecil
mengalami keterlambatan. Faktor penyebabnya yaitu:
a. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak berusia 3 tahun perlu dilatih dengan membuat dirinya menjadi
mandiri. Umumnya, anak usia ini menunjukkan hubungan dan
kemampuan bekerjasama dengan teman lain terutama yang
memiliki kesenangan dan aktivitas yang sama.
b. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan
melakukan kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda
perlu memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung
lama.
c. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda
mendapati si kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan
meraba, Anda perlu waspada. Segera bawa ia ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan.

7. Manfaat Terapi Bermain


a. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan
proses berfikir dan motorik anak.
b. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan
perawat.
c. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak.
d. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak
mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang
dan nyeri.
e. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif

8. Cara Bermain
a. Memperkenalkan apa itu balok
b. Memperkenalkan berbagai macam warna pada setiap balok
c. Menghitung jumlah balok yang akan disusun
d. Menyusun balok sesuai dengan kreasi anak tersebut

E. Kegiatan
1. Pengorganisasian
a. Pemimpin bermain : Rizki Indriana Dewi
Pemimpin bermain bertugas untuk memimpin jalannya acara terapi
bermain dari awal hingga berakhirnya terapi. Pemimpin bermain juga
harus membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b. Fasilitator : Senna Mawaddatul Fithri
Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat
kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
c. Observer : Liya Sintiawati
Observer bertugas mengawasi dan menilai kemampuan masing-masing
anak selama dilakukan terapi bermain.
d. Notulen : Ayu Febriani
Notulen bertugas mencatat setiap pertanyaan dan evaluasi selama
kegiatan berlangsung

F. Rencana Pelaksaanaan
No Kegiatan Waktu
1 Pendahuluan/ Pembukaan : 5 menit
a. Memberi salam
b. Perkenalan
c. Jelaskan tujuan dan stategi bermain
d. Apersepsi

2 Pelaksanaan terapi bermain : 20 menit


a. Komunikasi efektif
b. Motivasi keterlibatan keluarga
c. Evaluasi sesuai dengan pedoman
evaluasi
3 Penutup : 5 menit
a. Menyimpulkan bersama keluarga
b. Memberi pujian dan motivasi kepada
keluarga
c. Kontrak pertemuan keluarga
d. Mengucapkan salam penutup
e. Merapikan peralatan

G. Evaluasi
1. Yang dilakukan oleh Pemimpin Bermain:
Eksplorasi perasaan anak setelah mengikuti terapi bermain
2. Yang dilakukan oleh Observer:
a. Masalah yang muncul selama bermain
b. Partisipasi anak
c. Kemampuan anak dalam melaksanakan permainan
d. Ketepatan waktu
3. Yang dilakukan Fasilitator
Hambatan saat pelaksanaan saat proses terapi bermain

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai