Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN UMUM
A. Tinjauan Umum Tentang Fast Food
1. Pengertian Fast Food
Fast food merupakan makanan siap saji yang mengandung tinggi kalori dan lemak
namun rendah serat. Konsumsi yang tinggi terhadap fast food dapat menyebabkan
terjadinya kegemukan karena kandungan dari fast food tersebut. Fast food atau junk food
adalah istilah yang mendeskripsikan makanan yang tidak sehat atau memiliki sedikit
kandunngan nutrisi. Umumnya, junk food menawarkan sedikit protein,vitamin, dan
mineral dan tinggi kalori yang berasal dari gula atau lemak. Konsumsi fast food
merupakan salah satu penyebab obesitas (Widyastuti, 2018).
Sementara menurut Kaushik, et al. (2011) dalam makanan cepat saji mengacu pada
makanan yang dapat siap untuk dimakan. Penggunaan istilah makanan cepat saji biasa
dikenal dengan sebutan fast food dan junk food. Sebagian besar junk food adalah fast
food tetapi tidak semua fast food dikatakan sebagai junk food, terutama ketika fast food
tersebut bergizi. Fast food terbagi dua, yaitu yang berasal dari luar negeri dan lokal atau
tradisional. Fast food dari luar negeri di antaranya burger, pizza, kentang goreng, ayam
goreng, hot dog, fish and chips, sandwich. Sedang fast food tradisional di antaranya mie
goreng, gorengan, pecel dan mie instan (Widyastuti, 2018).
2. Jenis Makanan Cepat Saji
Adapun jenis fast food yang sering kita jumpai antara lain, yaitu:
a. Makanan Kalengan
Baik yang berupa buah kalengan atau daging kalengan. Kandungan gizinya
sudah banyak dirusak, terlebih kandungan vitaminnya hampir seluruhnya rusak.
Kandungan proteinnya telah mengalami perubahan sifat sehingga penyerapannya
lambat. Hampir bisa dipastikan semua makanan kategori ini mambahayakan karena
zat pengawetnya.
b. Makanan Gorengan
Golongan makanan ini pada umumnya kandungan kalori, lemak/ minyak, dan
oksidanya tinggi. Bila dikonsumsi secar terus-menerus akan menyebabkan,
kegemukan, kanker dan sakit jantung koroner.
c. Mie Instan
Makanan yang sangat praktis dan banyak dijumpai dalam berbagai merk serta
varian rasa, serta kemasannya yang beragam dan unik sehingga menarik perhatian
konsumen. Makanan ini memang mengenyangkan tetapi banyak mengandung
berbagai bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh sepeti kandungan MSG
(Monosodium Glutamat) yang cukup tinggi, selain itu mie instan ini sulit dicerna oleh
tubuh.
d. Makanan yang mengandung Lemak Tinggi
Makanan ini jika dikonsumsi terus menerus akan menyebabkan obesitas, sroke,
dan jantung. Contohnya daging dalam burger, ayam goreng, kentang goreng, pizza
e. Makanan Ringan.
Makanan yang mengandung kadar garam tinggi dan mengandung MSG.
Makanan jenis ini memang cocok dan enak untuk dijadikan cemilan. Namun karena
mengandung kadar garam tinggi dan penyedap rasa buatan, mau tidak mau akan
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang baik dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang. Contohnya adalah cemilan- cemilan yang sering di jumpai di kantin
sekolah.
3. Kandungan Dalam Fast Food
Makanan cepat saji atau yang lebih dikenal dengan fast food mengandung asam jenuh
yang tinggi dan omega 6 asam lemak, dan asupan omega 3 lemak yang kurang dan garam
serta gula yang berlebihan, makanan tersebut dapat merusak jantung, ginjal dan lingkar
pinggang. Namun hal ini semakin jelas terlihat bahwa fast food juga merusak sistem
kekebalan tubuh (Hatta, 2019).
Selain bahaya yang disebabkan oleh penggunaan kemasan, kandungan gizi
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan makanan cepat saji dianggap
membahayakan bagi kesehatan tubuh. Setiap 10 makanan memiliki kandungan gizi
tertentu sesuai dengan bahan yang diolahnya baik itu makanan ringan dalam kemasan
yang pada umumnya siap disantap langsung maupun makanan olahan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikemas seperti makanan jajanan (street food) maupun fast food.
B. Tinjauan Umum Obesitas
Obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang melingkupi hampir seluruh
siklus kehidupan termasuk kalangan remaja. Penyakit yang menjadi masalah di Indonesia
saat ini yaitu penyakit tidak menular baik di kalangan orang dewasa maupun di kalangan
remaja. Obesitas adalah hasil asupan energi yang tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dan
dimediasi oleh faktor genetik, perilaku dan lingkungan. Obesitas pada remaja akan
meningkatkan risiko obesitas pada usia dewasa dan hal ini juga akan mengarah terhadap
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan sindrom metabolik (Ali & Nuryani, 2018).
Obesitas dikatakan sebagai suatu kondisi kelebihan kadar lemak dalam tubuh seseorang
yang tertimbun dalam jaringan subkutan yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit
kronis anak dengan obesitas adalah salah satu tantangan kesehatan masyarakat global yang
paling serius dari abad ke-21 yang mempengaruhi setiap negara di dunia, Saat ini masalah
obesitas bahkan sudah banyak dialami oleh anak-anak salah satu tindakan utama untuk
menangani obesitas pada usia anak adalah melalui orang terdekatnya yaitu keluarga (Triana
et al., 2020).
Menurut Sargowo & Andarini, (2011) Overweight dan obesitas menjadi masalah utama
bagi tubuh karena efeknya akan membuat tubuh menjadi lambat bergerak. Seorang dikatakan
overweight bila berat badannya 10% sampai dengan 20% berat badan normal, sedangkan
seseorang disebut obesitas apabila kelebihan berat badan mencapai lebih 20% dari berat
normal. Obesitas saat ini menjadi permasalahan dunia bahkan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mendeklarasikan sebagai epidemic global. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia 15 tahun pada laki-
laki sebesar 13,9% dan pada perempuan sebesar 23,8%. Sedangkan kejadian obesitas pada
anak balita yakni 12,2% dari jumlah anak Indonesia. Angka ini meningkat menjadi 14% pada
tahun 2010 (Septiani & Raharjo, 2017).
Tubuh yang tidak bergerak untuk mengolah lemak menjadi karbohidrat akan
menyebabkan terjadinya penimbunan lemak terus-menerus sehingga mempengaruhi
kesehatan, baik secara fisik seperti memiliki banyak lipatan pada perut, pinggang, dan lengan
maupun secara psikologis seperti timbulnya rasa malu dan kurang percaya diri (Triana et al.,
2020).
C. hubungan pola makan fast food dengan kejadian obesitas
Obesitas adalah suatu penyakit serius yang dapat mengakibatkan masalah emosional dan
sosial. Fast food atau ready-to-eat-food jadi pilihan utama orang tua yang sibuk atau
konsumsi ketika menghabiskan waktu bersama keluarga pada masyarakat modern. Hal ini
disebabkan karena pengolahannya yang cenderung cepat karena menggunakan tenaga mesin,
terlihat bersih karena penjamahnya adalah mesin, restoran yang mudah ditemukan serta
karena pelayanannya yang selalu sedia setiap saat, bagaimanapun cara pemesanannya
(Septiani & Raharjo, 2017).
Prevalensi obesitas pada remaja cenderung meningkat dan dapat menjadi sebuah
pandemi, apabila tidak dilakukan upaya penanganan yang efektif untuk menekan penyebab
obesitas. Tingginya prevalensi obesitas pada negara berkembang dapat disebabkan oleh
perubahan gaya hidup dan perilaku makan. Pola makan di daerah perkotaan telah mengalami
perubahan dari pola makan yang berbasis tradisional menjadi pola makan western (terutama
peningkatan perilaku konsumsi fast food). Transisi perubahan pola makan ini diikuti oleh
konsumsi makanan tinggi kalori, lemak, karbohidrat, kolesterol dan natrium tetapi rendah
kandungan serat. Hal ini akan berpengaruh terhadap asupan zat gizi yang tidak seimbang
yang mengarah terhadap peningkatan risiko obesitas pada remaja (Ali & Nuryani, 2018).
Makanan fast food atau makanan cepat saji adalah makanan yang diolah dan di sajikan
dalam waktu singkat oleh penyaji makanan di rumah makan atau restoran. Pada umumnya
fast food (makanan cepat saji) memiliki karakteristik tinggi lemak, tinggi kalori, tinggi garam
dan rendah serat. Perilaku sering mengonsumsi makanan dari luar rumah (seperti makanan
dari restoran dan cepat saji) berkontribusi dalam meningkatkan berat badan anak secara
berlebih. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi obesitas yaitu adanya
perubahan gaya hidup dan pola makan. Pola makan terutama di kota besar, bergeser dari pola
makan tradisional ke pola makan barat (terutama dalam bentuk fast food). Pergeseran pola
makan yang komposisinya mengandung tinggi kalori, lemak, karbohidrat, kolesterol serta
natrium, namun rendah serat seperti fast food menimbulkan ketidakseimbangan asupan gizi
dan merupakan salah satu faktor risiko terhadap munculnya obesitas pada anak (Rendi, 2018)
Faktor penyebab obesitas pada remaja bersifat multifaktorial. Peningkatan konsumsi
makanan cepat saji (fast food), rendahnya aktivitas fisik, faktor genetik, pengaruh iklan,
faktor psikologis, status sosial ekonomi, program diet, usia, dan jenis kelamin merupakan
faktor-faktor yang berkontribusi pada perubahan keseimbangan energi dan berujung pada
kejadian obesitas. Pola makan, terutama di kota besar, bergeser dari pola makan tradisional
ke pola makan barat (terutama dalam bentuk fast food) yang sering mutu gizinya tidak
seimbang. Polamakan tersebut merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan tetapi
secara potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori. Berbagai makanan yang
tergolong fast food tersebut adalah kentang goreng, ayam goreng, hamburger, soft drink,
pizza, hotdog, donat, dan lain-lain. Pola makan memainkan peran utama dalam asupan energi
dan manajemen berat badan sehingga diperlukan asupan makanan bertepung (Karbohidrat)
dan buah-buahan, sayuran, dan produk susu dalam jumlah yang sangat sedikit

D. Kerangka berpikir

Pola makan Konsumsi


makanan sfast food

Gaya hidup
Sikap Tentang Makanan
Cepat Saji (Fast Food)
Kejadian
Status Gizi
Obesitas
Pengetahuan Tentang
Makanan Cepat Saji (Fast
Food)
Kurang aktivitas
fisik
Kebiasaan konsumsi
Makanan Siap Saji (Fast
Food)
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M. (2020). GAMBARAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN MENGENAI KONSUMSI FAST FOOD PADA
MURID SEKOLAH DASAR SD INPRES SUDIANG KOTA MAKASSAR (Doctoral dissertation,
Universitas Hasanuddin).

Ali, R., & Nuryani. (2018). Sosial Ekonomi, Konsumsi Fast Food dan Riwayat Obesitas Sebagai
Faktor Risiko Obesitas Remaja. Media Gizi Indonesia, 13(2), 123-132.
Septiani, R., & Raharjo, B. B. (2017). Pola Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik dan Faktor
Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas (Studi Kasus pada Siswa SD Negeri 01 Tonjong
Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes). Public Health Perspective Journal, 2(3), 262-
269.
Rendi. (2018). Anak Obesitas Dampak Pada Kesehatan Dan Perkembangan. PT Elex Media Komputer.

Anda mungkin juga menyukai