Anda di halaman 1dari 8

IJGC 7 (1) (2018)

Indonesian Journal of Guidance and Counseling:


Theory and Application
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk

Layanan Informasi dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Pemahaman


Sex Education Siswa

Myra Damayanti , Catharina Tri Anni, Heru Mugiarso

Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini untuk menguji keefektifan layanan informasi dengan me-
Diterima 5 Maret 2018 dia gambar untuk meningkatkan pemahaman sex education siswa kelas VI SDN
Disetujui 7 Maret 2018 Sadeng 01. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen one group pre-test
Dipublikasikan 16 Maret
post-test design. Penelitian ini dilaksanakan delapan kali pertemuan dengan
2018
subjek penelitian 18 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
Keywords: tentang sex education kepada guru dan tes pemahaman sex education siswa.
information services; Media Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase dan uji wil-
Images; Sex Education coxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pemaha-
man sex education sebelum dan setelah diberikan layanan informasi dengan
media gambar (z= -3,727, p=0,000<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa lay-
anan informasi dengan media gambar efektif meningkatkan pemahaman sex
education siswa.
Abstract

The purpose of this research was to test the effectiveness of information services with
media images to improve understanding of sex education grade VI SDN 01 Sadeng.
This type of research is a research experiment one group pre-test post-test design.
This research is conducted eight times with 18 students of the subject. Data collec-
tion was done with interviews about sex education to teachers and test understand-
ing of sex education students. Analytical techniques descriptive analysis of the data
using the percentage and wilcoxon test. The results showed that there is a grow-
ing understanding of sex education before and after the given information services
by media pictures (z=-3.727, p=0,000 < 0,05). It is shown that the service informa-
tion with media images effectively improve understanding sex education students.

How to cite: Damayanti, M., Anni, C.T., Mugiarso, H. (2018). Layanan Infor-
masi dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Pemahaman Sex
Education Siswa. Indonesian Journal Of Guidance And Counseling: Theory And
Application, 7(1), 37-44.
© 2018 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6374
Gedung A2 Kampus Sekaran , Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
Email: myradamayanti94@gmail.com e-ISSN 2597-6133
Myra Damayanti/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling: 7(1) (2018)

PENDAHULUAN kan informasi mengenai sex melalui media


komunikasi seperti internet, televisi, majalah,
Masa sekolah dasar dikenal sebagai dan lain sebagainya. Menurut hasil penelitian
masa peralihan dari masa kanak-kanak awal Rahmawati (2012), anak menerima informasi
ke masa kanak-kanak akhir sampai menjelang tentang perilaku seksual dari media cetak (ko-
masa pra-pubertas. Menurut konsep Erikson, mik dan majalah) dan media elektronik (tele-
sebagaimana dikutip oleh Feist & Feist (2008), visi dan handphone). Pengaruh media infor-
anak usia sekolah mencakup usia enam ta- masi tanpa disertai dengan penjelasan orang
hun sampai kira-kira 12 atau 13 tahun. Di usia tua akan membentuk pemahaman yang keliru.
ini, anak perlu mempersiapkan diri untuk Kurangnya pendidikan seks sejak dini bagi
memasuki masa pubertasnya seiring dengan anak juga dapat menjadi salah satu penyebab
pertumbuhan dan perkembagan yang terja- banyaknya kasus kejahatan seksual pada anak.
di pada dirinya. Oleh karena itu, siswa perlu Menurut data Pusdatin komnas anak tahun
mendapatkan informasi mengenai sex educa- 2015 kasus kejahatan seksual pada anak sejak
tion. Abduh & Wulandari (2016) mengatakan tahun 2010 hingga tahun 2015 terus meningkat.
bahwa, pendidikan seks (sex education) ada- Pada tahun 2010 aduan sebanyak 2.046 kasus,
lah suatu pengetahuan yang membahas men- 42% di antaranya merupakan kejahatan seksu-
genai fungsi kelamin sebagai alat reproduksi, al. Pada tahun 2011 menjadi 2.467 kasus, yang
perkembangan alat kelamin pada perempuan 52% kejahatan seksual. Tahun 2012 ada 2.637
dan pada laki-laki, menstruasi dan mimpi ba- aduan yang 62% kekerasan seksual. Meningkat
sah, sampai dengan masalah perkawinan dan lagi di 2013 menjadi 2.676 kasus di mana 54%
kehamilan. kejahatan seksual. Kemudian pada 2014 seba-
Jika pemahaman sex education anak ren- nyak 2.737 kasus dengan 52% kekerasan sek-
dah, maka dapat menimbulkan pemahaman sual. Melihat 2015 terjadi peningkatan aduan
yang keliru dan berimbas pada hal-hal negatif sangat tajam ada 2.898 kasus di mana 59,30%
yang memunculkan perilaku amoral (Mansy- kekerasan seksual (Liputan6.com : 2015). Ber-
ur dalam Analisadaily.com : 2016). Disamping dasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa sex
itu, anak usia sekolah dasar mulai memiliki education perlu diberikan kepada anak usia
hasrat yang sangat tinggi untuk mempelajari sekolah dasar. Namun, pada kenyataannya sex
sesuatu, namun anak belum bisa membedakan education belum diberikan kepada siswa usia
mana yang baik dan mana yang buruk. Hal sekolah dasar.
tersebut disebabkan karena “pada masa ini, Berdasarkan hasil wawancara ketika se-
perkembangan emosional anak belum begitu dang melaksanakan Praktik Lapangan Bimbin-
berkembang. Kriteria baik dan buruk, indah gan dan Konseling (PLBK) di SDN Sadeng 1
dan jelek, susila atau a-susila, semua nilai ini di kabupaten Semarang terdapat gejala-gejala
dengan serta merta diperoleh anak dari orang rendahnya pendidikan seks untuk siswa se-
tua dan orang dewasa” (Kartono, 2007). Oleh kolah dasar. Ketika dilakukan pengambilan
karena itu, anak memerlukan banyak infor- data awal, ditemukan pula beberapa siswa se-
masi positif yang diperoleh dari sumber yang kolah dasar yang sudah mengalami menstru-
akurat yakni dari orang tua atau orang dewasa asi. Namun, dari pihak sekolah belum pernah
serta guru di sekolah. memberikan materi sex education dalam pem-
Rendahnya pemahaman sex education belajaran. Sex education juga tidak termuat da-
pada anak tentunya berkaitan dengan kurang lam kurikulum sekolah. Selain itu, tenaga pen-
terbukanya informasi yang benar mengenai didik merasa belum mampu memberikan sex
seks dalam masyarakat, bahkan muncul kecen- education kepada peserta didiknya. Padahal
derungan membiarkan seks dianggap tabu jika siswa yang sudah menstruasi sangat membu-
dibicarakan secara terbuka untuk anak-anak. tuhkan banyak informasi mengenai reproduk-
Selain itu, masyarakat juga masih berangga- si dan tata cara pergaulan. Siswa yang sudah
pan bahwa seks hanya terkait dengan hubun- menstruasi menandakan bahwa ia sudah me-
gan seksual antara suami dan istri. Sehingga masuki masa pubertas. Maka, seiring dengan
orang tua menjadi enggan untuk memberikan pertumbuhannya juga harus diimbangi den-
sex education sejak dini kepada anaknya (Cho- gan pengetahuan dan pemahaman yang tepat
maria, 2012). Keengganan orang tua memberi- mengenai sex education.
kan sex education sejak dini kepada anaknya Permasalahan di atas menunjukkan bah-
mengakibatkan anak menjadi berusaha sendiri wa sangat penting sex education diberikan un-
untuk mencari atau tidak sengaja menemu- tuk siswa usia sekolah dasar. Salah satu upaya

38
Myra Damayanti/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling: 7(1) (2018)

yang dapat dilakukan untuk membantu siswa ahli, revisi, uji coba instrumen, melakukan re-
memenuhi informasi mengenai sex education visi terhadap instrumen yang belum valid, me-
yakni melalui layanan informasi. Layanan in- lakukan pre-tes, treatmen sebanyak enam kali
formasi yang digunakan menggunakan media dan terakhir post tes untuk mengetahui perbe-
gambar. Peneliti memilih menggunakan me- daan sebelum dan setelah diberikan layanan
dia gambar karena disesuaikan dengan tahap informasi dengan media gambar. Instrumen
perkembangan kognitif anak. Selain itu, den- yang digunakan untuk pengumpulan data ada-
gan menggunakan media gambar anak akan lah wawancara kepada guru dan tes pemaha-
lebih tertarik mengikuti layanan dibandingkan man sex education. Instrumen wawancara se-
hanya verbalis saja. Penelitian yang dilakukan bagai pengumul data pra-penelitian, sedangan
oleh Wijanarko & Chadidjah (2014) tentang la- tes sebagai pengumpul data utama. Uji validi-
yanan informasi karir dengan media gambar tas instrumen menggunakan product moment
juga menunjukkan hasil bahwa layanan infor- sedangkan uji reliabilitas menggunakan KR20,
masi jenis pekerjaan melalui media gambar karena skor yang digunakan dalam instrumen
dapat digunakan untuk meningkatkan Wawa- tes ini menghasilkan skor dikotomi (1 dan 0).
san karir. Selain itu, hasil penelitian Yuswanti Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
(n.d) diperoleh hasil bahwa penggunaan me- adalah penggunaan media gambar dalam la-
dia gambar dapat meningkatkan hasil belajar yanan informasi efektif untuk meningkatkan
siswa. Berdasarkan latar belakang diatas maka pemahaman sex education siswa kelas VI SD.
dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini Uji hipitesis menggunakan uji wilcoxon.
adalah untuk mengetahui keefektifan layanan
informasi dengan media gambar untuk me- HASIL PENELITIAN
ningkatkan pemahaman sex eduation siswa
sekolah dasar. Data hasil perhitungan pretest dan
posttest menunjukkan bahwa dilihat dari total
METODE rata-rata telah terjadi peningkatan pada ma-
sing-masing indikator pemahaman sex educa-
Metode penelitian yang digunakan da- tion.
lam penelitian adalah eksperimen. Tujuan pen- Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui
elitian eksperimen adalah untuk meneliti hu- bahwa pemahaman sex education siswa dlihat
bungan sebab akibat antara dua variabel, yakni dari hasil Pretest dan Posttest mengalami pe-
variabel bebas (layanan informasi dengan me- ningkatan. Indikator yang mengalami pening-
dia gambar) dan variabel terikat (pemahaman katan paling tinggi adalah “Kondisi fisiknya
sex education). Metode yang digunakan ada- sebagai laki-laki dan perempuan” dengan pe-
lah The One Group Pre-Test Post-Test Design. ningkatan sebesar 41,67%, dan indikator yang
Penelitian dilakukan di SDN Sadeng 1 pada mengalami peningkatan paling rendah adalah
tahun ajaran 2017/2018. Subjek penelitian ber- “cara berinteraksi dengan orang lain” dengan
jumlah 18, siswa kelas Enam. Teknik analisis peningkatan 27,78%. Meskipun demikian, ber-
data yang digunakan adalah teknik statistik dasarkan hasil tersebut menunjukkan adanya
dengan menggunakan analisis wilcoxon. Tek- peningkatan pemahaman sex education siswa
nik pengambilan sampel tidak digunakan ka- yang signifikan antara sebelum dan setelah
rena subjek penelitian tergolong kecil yaitu se- pemberian layanan informasi dengan media
mua siswa kelas lima dengan jumlah 18 anak, gambar.
sehingga tidak terdapat populasi. Sementara itu untuk menguji hipote-
Penelitian ini menggunakan media gam- sis peneliti menggunakan uji Wilcoxon, akan
bar. Media gambar ini merupakan jenis media disajikan pada tabel berikut:
visual yang berisi gambar-gambar terkait den- Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
gan materi layanan yang diberikan. Tujuannya bahwa penggunaan media gambar dalam la-
agar anak lebih tertarik mengikuti layanan yanan informasi efektif untuk meningkatkan
dibandingkan hanya verbalis saja. Selain itu pemahaman sex education siswa kelas enam
gambar juga lebih sederhana dan tepat digu- SDN Sadeng 1 (z= -3,727, p=0,000<0,05). Hal ini
nakan untuk siswa sekolah dasar karena lebih menunjukkan terdapat perbedaan yang signi-
murah dan mudah didapat serta mudah digu- fikan antara pemahaman sex education siswa
nakan tanpa memerlukan peralatan khusus. sebelum dan setelah diberi layanan informasi
Tahapan yang dilalui dalam penelitian dengan media gambar. Dengan demikian, Ha
adalah penyusunan kisi-kisi instrument, uji diterima dan Ho ditolak, maka terbukti bahwa

39
Myra Damayanti/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling: 7(1) (2018)

Gambar 1. Grafik Tingkat Pemahaman Sex Education Pretest dan Posttest

Tabel 1. Ringkasan Hasil Wilcoxon


Pemahaman sex education Mean Standar Deviasi
Pre-test 24,00 4,116
Post-test 39,11 4,497
Z -3,727
P 0,000

penggunaan media gambar dalam layanan in- berian layanan menunjukkan bahwa pema-
formasi efektif untuk meningkatkan pemaha- haman siswa mengenai cara berpakaian yang
man sex education siswa kelas enam sekolah sopan masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari
dasar. pendapat siswa yang mengatakan bahwa pa-
kaian laki-laki boleh dipakai perempuan. Se-
PEMBAHASAN lain itu siswa juga berpendapat bahwa laki-laki
boleh memakai gelang tangan, tidak ada per-
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bedaan antara sepatu laki-laki dan perempuan,
bahwa terdapat perbedaan pemahaman sex serta laki-laki boleh berambut panjang.
education siswa antara sebelum dan setelah Pemahaman siswa tersebut bisa muncul
diberikan layanan informasi dengan media karena pengaruh lingkungan baik di sekolah
gambar. Sehingga dapat disimpulkan layanan maupun di lingkungan rumah. Seperti yang
informasi dengan media gambar dinilai efektif dikatakan oleh Sari (2012), hasil penelitiannya
untuk meningkatkan pemahaman sex educati- menyatakan bahwa pendidikan seks yang ti-
on siswa SD. dak baik dalam keluarga memiliki peluang le-
Beberapa hal menarik yang ditemukan bih banyak terhadap perilaku seks dibanding-
dalam penelitian ini yang dapat diulas yakni kan dengan pendidikan seks yang baik dalam
yang pertama mengenai materi cara berpa- keluarga. Pemahaman siswa tersebut juga bisa
kaian yang sopan. Sebelum diberikan layanan muncul karena pengaruh media sosial mau-
informasi dengan media gambar, pemahaman pun televisi. Maka dari itu, siswa dapat belajar
siswa mengenai cara berpakaian yang sopan dan meniru perilaku yang ia lihat.
tergolong sedang. Hasil observasi selama pem- Seperti yang dikatakan oleh teori mode-

40
Myra Damayanti/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling: 7(1) (2018)

ling Bandura bahwa seseorang belajar dengan gian tubuh pribadi seperti alat kelamin, pantat,
cara meniru perilaku orang lain atau belajar bagian dada, dan lain sebagainya sebaiknya
langsung dari orang yang diamati (Rifa’I dan tidak boleh tetap diam dan usahakan harus
Anni, 2012). Siswa melihat perilaku orang lain teriak, karena seseorang memang tidak boleh
sehingga muncul pemahaman mengenai cara menyentuh bagian tubuh pribadi orang lain.
berpakaian sesuai apa yang siswa lihat. Namun, sebagian besar siswa tidak paham
Hal unik yang kedua, mengenai bebera- mengenai hal tersebut.
pa siswa sekolah dasar yang sudah memahami Hasil pretest menunjukkan sebagian
materi menstruasi dan mimpi basah. Hasil pre- besar siswa salah dalam menjawab poin per-
test menunjukkan semua siswa dapat mema- tanyaan “ketika orang lain menyentuh bagian
hami bahwa seorang perempuan yang sudah tubuh pribadimu usahakan tetap diam, jangan
menstruasi akan bisa hamil karena perempu- teriak”. Pemahaman yang kurang tepat men-
an memiliki rahim. Selain itu, sebagian besar genai cara brinteraksi dengan orang lain dapat
siswa juga sudah memiliki pemahaman bahwa menyebabkan anak menjadi korban pelecehan
perubahan yang terjadi pada tubuh yang men- seksual. Oleh karena itu, ketidakpahaman ter-
jadi tanda masa pubertas adalah tumbuhnya sebut perlu diatasi dengan cara memberikan
rambut di beberapa bagian seperti di kema- sex education sejak dini kepada anak, karena
luan dan ketiak. Sebagain besar mereka juga tujuan dari sex education untuk anak-anak
mengerti mengenai menstruasi baik siswa lebih difokus kepada pencegahan pelecehan
laki-laki maupun siswa perempuan, baik yang seks pada anak.
sudah mengalami menstruasi maupun yang Seperti pendapat dari Reiss dan Halstead
belum. Tidak menutup kemungkinan siswa dalam Roqib (2008) yang menyebutkan bebe-
laki-laki paham mengenai menstruasi dan sisi- rapa tujuan sex education untuk anak-anak
wa perempuan paham mengenai mimpi basah, antara lain: (1) Menjelaskan anak mengenai to-
karena pemahaman siswa mengenai menstrua- pik-topik biologis seperti masa puber, (2) Men-
si dan mimpi basah tersebut dapat disebabkan cegah anak dari kekerasan, (3) Mencegah ke-
oleh beberapa faktor. hamilan di bawah umur, (4) Mencegah remaja
Hasil penelitian Amaliyasari & Puspi- di bawah umur berhubungan seks (5) Mengu-
tasari (2008) menjelaskan bahwa faktor yang rangi kasus infeksi seks, (6) Menjelaskan peran
membentuk pemahaman tentang seks pada laki-laki dan perempuan.
anak yaitu faktor internal dan eksternal. Fak- Hasil penelitian Ochiogu et al (2011) juga
tor internal yang dimaksud adalah jenis kela- mengatakan bahwa perlu memperkenalkan
min dan motivasi seseorang. Sedangkan faktor pendidikan seks jauh lebih awal yaitu sebelum
eksternal yang membentuk pemahaman tetang tingkat SLTP, karena pendidikan seks akan
seks yaitu media informasi. Andika (2010) memiliki dampak positif yang lebih besar jika
menjelaskan juga bahwa faktor yang mem- diberikan sebelum usia 14 tahun.
bentuk pemahaman tentang seks yaitu media Hal unik yang keempat mengenai media
massa dan game. Media masa yang dimaksud gambar yang digunakan untuk penelitian su-
seperti tayangan di televisi, internet, maja- dah sesuai dengan kriteria penggunaan media
lah, dan lain sebagainya. Selain itu, Reiss dan gambar yang baik. Hal ini ditunjukkan dari
Halstead (2004) menjelaskan juga bahwa infor- hasil setelah diberikan layanan informasi, pe-
masi mengenai seks dapat diperoleh anak dari mahaman siswa mengenai materi sex educati-
diskusi keluarga dan pengaruh teman sebaya. on menjadi meningkat sangat tinggi. Menurut
Anak dapat memperoleh informasi tentang Musfiqon (2012) ada enam syarat yang perlu
menstruasi maupun mimpi basah dari saudara dipenuhi oleh gambar/foto yang baik sehing-
yang lebih tua atau dari diskusi keluarga yang ga dapat dijadikan sebagai media pembelaja-
tidak sengaja didengar. ran, antara lain: (1) Otentik, (2) Sederhana, (3)
Selain itu, anak juga dapat memperoleh Ukuran relatif, (4) Sebaiknya mengandung ge-
informasi tentang menstruasi dan mimpi ba- rak atau perbuatan, (5) Dapat mencapai tujuan
sah dari percakapan dengan teman sebayanya. pembelajaran. (6) gambar hendaknya bagus
Oleh karena itu, pemahaman siswa mengenai dari sudut seni sesuai dengan tujuan pembela-
beberapa poin pembahasan pada materi jaran yang ingin dicapai.
menstruasi dan mimpi basah menjadi baik. Media gambar dapat meningkatkan pe-
Hal unik yang ketiga, mengenai indika- mahaman siswa artinya siswa dapat menang-
tor cara berinteraksi dengan orang lain. Ketika kap dan memahami informasi yang disampai-
orang lain (selain ayah dan ibu) menyentuh ba- kan oleh peneliti melalui layanan informasi

41
Myra Damayanti/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling: 7(1) (2018)

dengan media gambar. Oleh karena itu, me- SIMPULAN


dia gambar yang baik akan mendukung dan
mempermudah siswa dalam memahami ma- Penelitian ini merupakan penelitian
teri yang disampaikan. Peneliti memberikan pre-eksperimental dengan menggunakan one
materi dengan media gambar bertujuan untuk group pre-test post-test design yang berfokus
mempermudah siswa dalam menangkap info- pada peningkatan pemahaman sex education-
masi yang disampaikan dan menarik perhatian siswa dengan menggunakan layanan informa-
siswa. Siswa akan lebih mudah menangkap in- si melalui media gambar. Berdasarkan hasil
formasi jika disertai dengan gambaran secara dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
konkritnya, karena siswa sekolah dasar masih layanan informasi dengan media gambarmam-
berada pada tahap berfikir kongkrit. Seper- pu meningkatkanpemahaman siswa mengenai
ti yang dikatakan oleh Rifa’i dan Anni (2012) cara berpakaian yang sopan, kondisi fisik la-
bahwa anak umur tujuh sampai 11 tahun be- ki-laki dan perempuan, identitas peran jenis,
rada pada tahap operasional kongkrit artinya organ reproduksi, menstruasi dan mimpi ba-
anak mampu mengoprasikan berbagai logika sah, serta cara berinteraksi dengan orang lain,
namun masih dalam bentuk benda kongkrit. yang merupakan indikator dari sex education.
Penelitian yang dilakukan oleh Basri Sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan
(2010); Carney & Levin (2002); dan Sari, Mar- informasi dengan media gambar efektif untuk
diati, & Khutobah (2014) sama-sama menggu- meningkatkan pemahaman sex education sis-
nakan media gambar. Hasil penelitian yang wa kelas VI SD.
diperoleh menyatakan bahwa media gambar Penelitian ini berimplikasi pada pihak
sangat besar peranannya dalam membantu pe- terkait, diantaranya (1) Mengingat belum
laksanaan penelitian. adanya guru bimbingan dan konseling di SD,
Selain itu, siswa tertarik mengikuti laya- namun pelayanan bimbingan dan konseling
nan dapat terlihat dari antusias mereka ketika perlu untuk dilakukan oleh guru kelas, se-
peneliti menerangkan materi sex education. mentara guru kelas belum kompeten dalam
Secara keseluruhan siswa memperhatikan, memberikan layanan BK, maka guru kelas di-
aktif bertanya, dan berpendapat. Hasil peni- sarankan untuk dapat meningkatkan pemaha-
laiansegera juga menunjukkan siswa mema- man kompetensi dalam memberikan layanan
hami materi yang disampaikan, siswa merasa BK dengan cara mengikuti pelatihan khusus
senang dan tidak bosan karena materi yang untuk guru terkait pelatihan BK tentang pe-
disampaikan menggunakan media gambar. laksanaan pemberian layanan BK mengenai
Hal ini sesuai dengan fungsi media gambar sex education dengan menyesuaikan perkem-
yaitu untuk menarik perhatian siswa sehingga bangan siswa.(2) Untuk penelitian selanjutnya
siswa mengikuti layanan dengan baik. apabila ingin meneliti mengenai pemahaman
Levie & Lentz dalam Arsyad (2006) siswa tentang sex education harapannya dapat
mengatakan ada empat fungsi media pem- menggunakan subjek penelitian yang berbeda
belajaran visual (gambar), yaitu: fungsi aten- dilihat dari tempat penelitian, jenjang pendidi-
si, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kan siswa, dan lain sebagainya karena pembe-
kompensatoris. Fungsi atensi media gambar rian materi sex education tidak dapat disama-
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk me- kan, harus disesuaikan dengan usia dan tugas
narik dan mengarahkan perhatian siswa da- perkembangan anak.
lam memahami isi materi layanan mengenai
sex education. Fungsi afektif media gambar DAFTAR PUSTAKA
mengenai sex education dapat terlihat dari
tingkat kenyamanan siswa ketika mempelajari Abduh, M. & Wulandari, M. D. (2016). Model Pendi-
materi yang disertai gambar. Fungsi kognitif, dikanSeks Pada Anak Sekolah DasarBerbasis
maksudnya dengan media gambar siswa lebih Teori Perkembangan Anak. Artikel The Pro-
gressive and Fun Education Seminar. Solo :
mudah memahami dan mengingat informasi
Universitas Muhammadiyah Surakara.
yang terkandung dalam gambar mengenai sex Amaliyasari, Y. & N. Puspitasari. (2008). Perilaku
education. Fungsi kompensatoris maksudnya Seksual Anak Usia Pra Remaja Di Sekitar
media gambar memberikan bantuan untuk sis- Lokalisasi Dan Faktor Yang Mempengaruhi.
wa yang lemah dalam membaca. Jurnal Penelitian Dinas Sosial, 7(1): 54-60.
Andika, A. (2010). Bicara Seks Bersama Anak. Yog-
yakarta : PT Suka Buku.
Arsyad, A. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta: PT

42
Myra Damayanti/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling: 7(1) (2018)

RajaGrafindo Persada. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2): 27-31.


Basri, S. H. (2010). Peran Media dalam Layanan Wijanarko, D. & Chadidjah HA. (2013). Layanan in-
Bimbingan Konseling Islam di Sekolah. Jur- formasi jenis pekerjaan melalui media gam-
nal Dakwah, 11(1): 23-41. bar untuk meningkatkan Wawasan karir.
Chomaria, N. (2012). Pendidikan Seks Untuk Anak. Jurnal Counselium, 1(2):-
Solo: Aqwam. Yuswanti. n.d. Pengunaan Media Gambar Untuk
Feist, G. &Feist,J. (2008). Theories of personality. Yo- Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pem-
gyakarta: Pustaka Pelajar. belajaran IPS Di Kelas IV SD PT. Lestari Tani
Kartono, K. (2007). Psikologi Anak (Psikologi Teladan (LTT) Kabupaten Donggala. Jurnal
Perkembangan). Bandung : CV. Mandar Kreatif Tadulako Online, 3(4): 185-199.
Maju. Kekerasan Anak Tertinggi Selama Lima Tahun Tera-
Musfiqon. (2012). Pengembangan Media dan Sum- khir. (2015). Kekerasan Anak Tertinggi Se-
ber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka- lama Lima Tahun Terakhir (Liputan6).
raya. Dapat diakses di http://m.liputan6.com/news/
Ochiogu, I. N. et.al. (2011). Impact of Timing of Sex read/2396014/komnas-pa-2015-kekerasan-
Education on Teenage Pregnancy in Nigeria: anak-tertinggi-selama-5-tahun-terakhir tang-
Cross-sectional Survey of Secondary School gal 30-12-2016.
Students. Jurnal Community Health, 36(3): Kasus Ina Sinonok (2016). Kasus Ina Sinonok
375–380. (Analisadaily). Dapat diakses di http://news.
Rahmawati, N. (2012). Gambaran Perilaku Seksual analisadaily.com/ read/kasus-ina-si-nononk-
Pada Anak Usia Sekolah Kelas 6 Di Tinjau ini-faktor-penyebab-anak-bertindak-amo-
Dari Media Cetak Dan Media Elektronik ral/219283/2016/03/ 04 tanggal 30-12-2016.
Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh Tahun Sari, Mardiati, dan Khutobah. (2014). Penerapan
2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat.- Metode Diskusi dengan Menggunakan Me-
Rifa’i, A. & Anni, C. T.(2012). Psikologi Pendidikan. dia Gambar untuk Meningkatkan Aktivi-
Semarang: Unnes Press. tas dan Hasil Belajar Siswa Kelas III dalam
Reiss, M.&Halstead, J.M. (2004). Sex Education Ni- Pembelajaran PKN Tema Lingungan di SDN
lai dalam Pendidikan Seks bagi Remaja dari Sumberlesung 02 Ledokombo Jember. Jurnal
Prinsip ke Praktek. Yogyakarta : Alenia Press. Edukasi UNEJ. 1(2): 36-39.
Roqib, M. (2008). Pendidikan Seks pada Anak Usia Carney, R. S & Levin, J. R. (2002). Pictorial Illustra-
Dini. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidi- tions still Improve Students Learning From
kan, 13(2): 271-286. Text. Educational Psychology Review. 14(1):
Sari, D. J. E. (2012). Hubungan Pendidikan Seks 5-26.
dalam Keluarga dengan Perilaku Seksual
Remaja di SMA N 3 Bukittinggi Tahun 2012.

43
Myra Damayanti/ Indonesian Journal of Guidance and Counseling: 7(1) (2018)

44

Anda mungkin juga menyukai