A. Pengertian ICU
ICU (Intensive Care Unite) adalah ruang rawat di rumah sakit dengan staf
trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa akibat kegagalan disfungsi satu organ
atau lebih akibat penyakit, bencan atau komplikasi yang masih ada harapan hidup.
Definisi Intensive Care Unit (ICU) Intensive Care Unit (ICU) atau Unit
Perawatan Intensif (UPI) adalah tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit
penyakit lain. Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang
memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasien-pasien
hemodinamik (hipotensi), airway atau respiratory compromise dan atau gagal ginjal,
pasien dengan kondisi yang potensial reversibel atau mereka yang memiliki peluang
erat bersama perawat yang terdidik dan terlatih untuk critical care.
teknologi, tetapi dapat juga berasal dari aktifitas dokter (missal bedah syaraf, bedah
jantung dll). Biaya ICU mencapai tiga kali dari bed bangsal akut dalam perharinya.
Karena penyakit kritis begitu dekat dengan kematian, outcome intervensi
yang diberikan sangat sulit diprediksi. Banyak pasien yang akhirnya tetap
meninggal di ICU.
dan ventilasi bantu < 24 jam serta pemantauan jantung. ICU ini
e. Konsulen yang membantu harus bisa dihubungi dan dipanggil setiap saat.
bantu lebih lama dari ICU primer serta mampu melakukan bantuan hidup
lain, tetapi tidak terlalu kompleks. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe
B2.
lainnya.
f. > 50% tenaga perawat bersertifikat perawat ICU (minimal pengalaman kerja
3. ICU Tersier
a. Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan semua aspek
perawatan atau terapi intensif. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe A
b. Memiliki dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu, dapat dihubungi dan
f. Memiliki minimal satu tenaga pendidik untuk medis ataupun para medis.
penelitian.
Di sini ICU lebih tepat disebut sebagai unit ketergantungan tnggi (high
resusitasi dengan cepat tetapi ventilator hanya di berikan kurang dari 24 jam.
2. Level II di rumah sakit tipe B
Di sini dapat melakukan ventilasi jangka lama, ada dokter residen yang selalu
misalnya dialysis, monitor invasive dan pemeriksaan canggih (CT scan) jika
Biasanya pada RS tipe A mempunyai semua aspek yang di butuhkan ICU agar
1. ICU medic.
3. ICU umum.
4. ICU pediatric.
5. ICU neonates.
6. ICU respiratori.
Semua jenis ICU mempunyai tujuan yang sama yaitu mengelola pasien sakit
Personil (Sumber daya manusia) di ICU meliputi tenaga dokter, perawat ICU,
paramedic lain dan non medic tergantung pada level ICU. Peran perawat di
insulin dan obat lain dapat dilakukan penyesuaian oleh perawat ICU
teman atau keluarga pasien. Tugas lain bias sebagai fisioterpis, tata usaha
Intensive Care Unit (ICU) membutuhkan kerja sama tim yang berasal dari
berbagai disiplin ilmu, yaitu para intensivist (klinisi yang mengkhususkan diri pada
medis lain yang berasal dari berbagai spesialis seperti bedah, pediatrik, dan
intervensi dan perawatan yang bersifat individual bagi tiap-tiap pasien yang
1. Peran Intensive Care Unit (ICU) Sebuah Unit Perawatan Intensif harus memiliki
fisioterapi
a. Letak dekat UGD, OK, ruang pulih, laboratorium, radiologi, sumber air, listrik,
c. Kamar isolasi
d. Tempat tidur khusus Setiap unit perawatan intensif harus memiliki sumber energi
e. Peralatan monitoring yang harus tersedia bagi tiap-tiap pasien antara lain
pemantau denyut jantung, frekuensi respirasi, level oksigen arterial dan EKG.
b. Peralatan lain
1) Alat untuk mempertahankan jalan nafas, melakukan ventilasi, bantu
2) Monitoring portable
atau trakheotomi
3) Peralatan monitoring
4) Akses intravena untuk memasukkan obat, cairan, atau nutrisi parenteral total,
F. ETIK di ICU
Kontroversi sering terjadi di ICU dalam hal legalitas, moral dan etik seperti pada
kasus Euthanasia atau pengobatan antusias. Etik di ICU juga di pertimbangkan hal-
hal berikut :
1. Prosedur masuk ICU : Pasien yang masuk ICU dikirim oleh dokter disiplin lain
diluar ICU setelah konsultasi dengan dokter ICU. Transportasi pasien ke ICU
perawat ICU bila pasien dalam keadaan khusus. Pasien dan atau keluarga di beri
penjelasan tentang indikasi masuk ICU, tata tertib ICU, biaya dan segala
2. Indikasi masuk ICU : Seperti dikemukakan dalam definisi ICU maka indikasi
masuk ICU adalah Pasien sakit kritis, pasien tak stabil yang memerlukan terapi
intensif, mengalami gagal nafas berat, pasien bedah jantung Pasien yang
berat dapat dihindari atau dikurangi Pasien yang memerlukan terapi intensif
penderita tumor ganas metastasis, komplikasi infeksi, dsb) dan masih ada
dan pengobatan intensif. Selain itu indikasi masuk ICU ada indikasi sosial yaitu
3. Kontra indikasi Masuk ICU : Yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah
pasien dengan penyakit yang menular dimana penularan penyakit melalui udara.
4. Kriteria keluar ICU : pasien tidak perlu lagi mendapat perawatan di ICU bila
meninggal, tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa sehingga bias dirawat di
ruang biasa dan atas permintaan keluarga bila ada informed consent
mengajukan pulang paksa dan berikan informasi tentang resiko dari keputusan
Catatan : Prosedur masuk ICU, indikasi masuk ICU, kontra indikasi masuk ICU
dan criteria keluar ICU sangat perlu di sosialisasikan dan di pahami kepada
seluruh tenaga di Rumah sakit baik perawat di IGD, ruangan rawat biasa,
laboratorium, radiologi dll, agar tidak menjadi konflik dalam proses masuk dan
perawat dan dokter. Terkadang segala sesuatu yang terjadi pada pasien diketahui
oleh data objektf seperti monitoring dan recording, hasil laborat dan tanda-tanda
klinis. Perubahan yang terjadi pada diri pasien harus dianalisa dengan cermat
Komunikasi yang baik juga perlu di jaga antara keluarga pasien dan
kecemasan. Di ICU juga perlu ada tenaga jas rohaniawan dan tempat khusus
khusus dari segi kesejahteraan personil ICU. Mulai dari sarana di tempat kerja
seperti ruang rehat yang di sediakan makanan kecil dan minuman. Kemudian
tentunya personil ICU berhak mendapat jasa intensif yang lebih menimbang
3. Pemeriksaan fisik dari seluruh aspek fisiologis dan data demografi. Minimal 1
kali sehari.
9. Nutrisi.
1. Terapi Oksigen
Oksigen adalah suatu substansi yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
tekanan oksigen arteri. Pasien jarang dapat bertahan hidup dengan nilai tekanan
a. Variable performance
creates the inspired mixture by the act of breathing. Example : nasal catheter,
Nasal cannula
Nasal catheter
Fixed performance
These devices allow controlled oxygen dosage. They create a constant proportion of
air /oxygen mixture in excess of patient inspiratory flow rate and are independent of
patient factors or fit to the face. With gas flow constantly in excess of patient demand
a. Anatomi
Hubungan jalan napas dan dunia luar didapatkan melalui dua jalan:
3) Hidung dan mulut di bagian depan dipisahkan oleh palatum durum dan
4) Hipofaring menuju esofagus dan laring yang dipisahkan oleh epiglotis menuju
trakhea. Laring terdiri dari tulang rawan tiroid, krikoid, epiglotis, dan
b. Persarafan
Pada pasien tidak sadar atau dalam keadaan teranestesi posisi terlentang, tonus otot
jalan napas atas dan otot genioglossus hilang; sehingga lidah akan menyumbat
hipofaring dan menyebabkan obstruksi jalan napas baik total maupun parsial.
Keadaan ini sering terjadi dan harus cepat diketahui serta dikoreksi dengan beberapa
cara misalnya manuver tripel jalan napas (triple airway manuever), pemasangan alat
jalan napas faring (pharyngeal airway), pemasangan alat jalan napas sungkup laring
Obstruksi dapat juga disebabkan karena spasme laring pada saat anestesia ringan
a. Stridor
c. Retraksi trachea
Terjadi karena pita suara menutup sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini
biasanya disebabkan oleh anestesi ringan atau pada orang yang mendapat
Terapi :
Mulut dibuka
Dengan manuver ini diharapkan lidah terangkat dan jalan napas bebas,
sehingga gas atau udara lancar memasuki trakhea lewat hidung atau mulut.
Jika manuver tripel kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan napas mulut-
faring lewat mulut (OPA, oro-pharyngeal airway) atau jalan napas hidung-faring
1) NPA : berbentuk seperti pipa bulat berlubang tengahnya dibuat dari karet
tengahnya dengan salah satu ujungnya bertangkai dengan dinding lebih keras
OPA juga dipasang bersama pipa trakhea atau sungkup lring untuk menjaga
b. Sungkup Muka
Sungkup muka (face mask) mengantar udara / gas anestesi dari alat resusitasi
atau sistem anestesi ke jalan napas pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa
sehingga ketika digunakan untuk bernapas spontan atau dengan tekanan positif
tidak bocor dan gas masuk semua ke trakhea lewat mulut atau hidung.
Bentuk sungkup muka sangat beragam tergantung usia pasien dan pembuatnya.
4) dan 4, 5 untuk dewasa. Sebagian sungkup muka dari bahan transparan supaya
udara ekspirasi kelihatan (berembun) atau kalau ada muntahan atau bibir
terjepit kelihatan.
c. Sungkup Laring
Sungkup laring (LMA, laryngeal mask airway) adalah alat jalan napas berbentuk
sendok terdiri atas pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang
pipa LMA dapat berupa pipa keras dari polivinil atau lembek dengan spiral untuk
2) Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standar dan lainnya pipa
3) Face mask
c) 1.0 Neonatus 60
laringoskop. Sebenarnya alat ini dibuat dengan tujuan antara lain agar dapat
dipasang langsung tanpa bantuan alat dan dapat digunakan bila intubasi
tergigit, maka dapat dipasang gulungan kain kasa (bite block) atau pipa
d. Pipa Trakhea
dalam trakhea dan biasanya dibuat dari bahan standar polivinil klorida. Ukuran
bayi, anak kecil dan dewasa berbeda penampang melintang trakhea bayi dan
anak kecil di bawah usia 5 tahun hampir bulat, sedangkan dewasa berbentuk
seperti huruf D maka untuk bayi dan anak kecil digunakan tanpa cuff;
sedangkan untuk anak besar dan dewasa dengan cuff supaya tidak bocor.
Penggunaan cuff pada bayi dan anak kecil dapat membuat trauma selaput
lendir trakhea. Jika kita ingin menggunakan pipa trakhea dengan cuff pada bayi,
kita harus menggunakan ukuran pipa trakhea yang diameternya lebih kecil dan
ini membuat resiko tahanan jalan napas lebih besar. Pipa trakhea dapat
tube). Di pasaran bebas dikenal beberapa ukuran dan perkiraan ukuran yang
Fungsi laring adalah mencegah benda asing masuk paru. Laringoskop adalah alat
yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat
yang dijumpai.
2) Kesulitan intubasi
b) Mandibula menonjol
a) Selama intubas
Intubasi bronkus
Intubasi esophagus
Aspirasi
Spasme bronkus
b) Setelah ekstubasi
Spasme laring
Aspirasi
Gangguan fonasi
Edema subglotis-glotis
g. Ekstubasi
catatan tidak akan terjadi spasme laring. Sebelum ekstubasi, bersihkan rongga
mulut laring faring dari sekret dan cairan lainnya.Perbandingan sifat alat
jalan napas
Jenis Alat Sungkup Muka Sungkup Laring Pipa Trakhea
Intervensi Intervensi Perlu Tak perlu dipegang Tak perlu dipegang
dipegang
Kualitas jalan nafas Cukup baik Cukup atau baik Sangat baik
Akses kepala leher Jelek Baik Baik
Ventilasi Spontan Prosedur sangat Prosedur lama Prosedur lama
pendek
Ventilasi kendali Prosedur sangat Prosedur lama Prosedur sangat
pendek lama
Dalam bidang kedokteran, ventilasi mekanik adalah suau metode untuk membantu
a. Penggunaan Klinis
atau tidak adekuat. Hal ini dapat merupakan akibat intoksikasi, henti jantung,
syndrome, Myasthenia Gravis, spinal cord injury, atau efek anestetika dan obat-
obatan pelemas otot. Berbagai penyakit paru (misal edema pulmonum, COPD)
atau trauma thorax (misal patah tulang iga), dan penyakit jantung seperti gagal
jantung kongestif, sepsis & shock juga dapat menghambat ventilasi normal.
1. Asam adalah ion hydrogen atau dodnor proton. Suatu cairan disebut asam bila
Analisa Gas Darah dan Manajemen Asam Basa : Regulasi Asam Basa
Regulasi sistem asam basa diatur oleh tiga sistem yaitu sistem pernafasan, sistem renal
1. Sistem Pernafasan
2. Sistem Renal
3. Sistem Buffer
Asidosis Alkalosis
Ph (7,35 7,45) Turun Naik
HCO3 22 26 Turun Naik
PCO2 35 45 Naik Turun
BE 2 +2 Turun Naik
PO2 80 100 Turun Naik
3. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk
Bila nilai Ph normal tetapi terjadi kelainan nilai HCO3 atau PCO2 maka ;
1. Lihat nilai pH, pH 7,35 7,40 adalah asidos dan pH 7,41 7,45 adalah alkalosis
2. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang mendukung sesuai dengan hasil pH (untuk
3. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk
Analisa Gas Darah dan Manajemen Asam Basa: Akibat Gangguan Keseimbangan
Asam Basa
hipoksemia.
3. Kenaikan pCO2 (80 100 mmHg) akan mengakibatkan koma dan aritmia serta
vasodilatasi pembuluh darah. Bila hal ini terjadi diotak maka aliran darah ke otak
darah. Sehingga aliran darah kejaringan turun. Bila hal ini terjadi diotak maka akan
Analisa Gas Darah dan Manajemen Asam Basa: Manajaemen Gangguan Asam
Basa
1. Pemberian Bikarbonat
2. Terapi Oksigen
Dengan NRM bila PCO2 tinggi dan dengan RM bila pCO2 rendah.
3. Ventilator, bila pCO2 > 60 nnHg atau pO2 < 60 mmHg
TERAPI INTRAVENA
1. DEFINISI
Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan,
elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena.
Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan
yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian
elektrolit serta asam basa. Tindakan ini merupakan metode efektif dan efisien dalam
didasarkan pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien,
usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena
larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang dibutuhkan serta mengatur dan
mempertahankan sistem.
2. TIPE-TIPE CAIRAN
dibagi menjadi:
a. Isotonik
kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan
yang hilang.
Contoh:
1) NaCl 0,9 %
2) Ringer Laktat
b. Hipotonik
plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan
menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini
sel tersebut akan membesar atau membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari
3) Edema seluler
4) Kerusakan sel
Contoh: dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,45 % NaCl 0,2 %
c. Hipertonik
untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien dengan dehidrasi.
Contoh:
2) D 5 % dalam RL
5) Albumin 25
PENGGUNAANNYA :
a. Nutrient solution
Berisi karbohidrat ( dekstrose, glukosa, levulosa) dan air. Air untuk menyuplai
kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori dan energi. Larutan
b. Electrolyte solution
Berisi elekrolit, kation dan anion. Larutan ini sering digunakan untuk larutan
Contoh: Normal Saline (NS), Larutan ringer (sodium, Cl, potassium dan kalsium)
d. Acidifying solution
KELOMPOKNYA:
a. Kristaloid
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna
b. Koloid
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar
dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
6. Indikasi
c. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
IV
d. Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau
intramuskuler
f. Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
7. Kontraindikasi
b. Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
f. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit
g. Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)
8. Macam-Macam Infus
Infus ini bisa diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung, dengan
atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra arteri dan
intra techal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang
1) Keuntungan:
a) Mampu untuk menginfus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan
akurat
2) Kerugian:
Infus ini dapat diberikan melalui heparin lock, piggybag untuk infus yang
1) Keuntungan :
a) Inkompabilitas dihindari
dorongan IV.
2) Kerugian :
secara elektronik
a. Pediatrik
dan bayi)
minimal
G-24 G
b. Gerontik
paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan
2) Hindari bagian punggung tangan atau lengan lansia yang dominan untuk
3) Apabila kulit dan vena lansia rapuh, gunakan tekanan torniket yang minimal
4) Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum (jaringan
subkutan lansia hilang). Untuk menstabilkan vena, pasang traksi pada kulit
6) Pada lansia yang memiliki kulit yang rapuh, cegah terjadinya perobekan
a. Komplikasi local
1) Flebitis
Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi
sekitar daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak
pada area insersi atau sepanjang vena, dan pembengkakan. Insiden flebitis
cairan atau obat yang diinfuskan (terutama pH dan tonisitasnya, ukuran dan
a) Intervensi :
Tinggikan ekstremitas
b) Pencegahan :
area insersi
aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih
besar daripada tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara
torniket di atas atau di daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan
vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi
infiltrasi.
a) Intervensi:
nyeri)
b) Pencegahan:
Minta klien untuk melaporkan jika ada nyeri dan bengkak pada area
pemasangan infuse
3) Iritasi Vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di
atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH
a) Intervensi:
b) Pencegahan:
4) Hematoma
insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang berlawanan
selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai
a) Intervensi:
steril
darah
Mengkaji tempat penusukan
diindikasikan
b) Pencegahan:
5) Tromboflebitis
leukositosis.
a) Intervensi:
Menghentikan IV
Meninggikan ekstremitas
b) Pencegahan:
Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran
infus berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena,
pelekatan platelet.
a) Intervensi:
Menghentikan IV
b) Pencegahan:
7) Occlusion
dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area
balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.
a) Intervensi:
b) Pencegahan:
Pemeliharaan aliran IV
Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar
vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin,
iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran
Intervensi:
Pencegahan:
dahuilu.
9. Reaksi vasovagal
Kondisi ini digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena,
Intervensi:
Pencegahan:
Siapkan klien ketika akan mendapatkan terapi, sehingga bisa mengurangi kecemasan
yang dialami
Gunakan anestesi lokal untuk mengurangi nyeri (untuk klien yang tidak tahan
terhadap nyeri)
Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi otot. Efek lambat
yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan deformitas. Kondisi ini disebabkan
oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf,
Intervensi:
Pencegahan:
Komplikasi sistemik
1. Septikemia/bakteremia
Adanya susbtansi pirogenik baik dalam larutan infus atau alat pemberian dapat
mencetuskan reaksi demam dan septikemia. Perawat dapat melihat kenaikan suhu tubuh
secara mendadak segera setelah infus dimulai, sakit punggung, sakit kepala,
peningkatan nadi dan frekuensi pernafasan, mual dan muntah, diare, demam dan
menggigil, malaise umum, dan jika parah bisa terjadi kollaps vaskuler. Penyebab
septikemi adalah kontaminasi pada produk IV, kelalaian tehnik aseptik. Septikemi
Intervensi:
2. Reaksi alergi
Kondisi ini ditandai dengan gatal, hidung dan mata berair, bronkospasme, wheezing,
urtikaria, edema pada area insersi, reaksi anafilaktik (kemerahan, cemas, dingin, gatal,
palpitasi, paresthesia, wheezing, kejang dan kardiak arrest). Kondisi ini bisa disebabkan
Intervensi :
Pencegahan:
3. Overload sirkulasi
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentral, dipsnea berat, dan
sianosis. Tanda dan gejala tambahan termasuk batuk dan kelopak mata yang
membengkak. Penyebab yang mungkin termasuk adalah infus larutan IV yang terlalu
cepat atau penyakit hati, jantung dan ginjal. Hal ini juga mungkin bisa terjadi pada
pasien dengan gangguan jantung yang disebut denga kelebihan beban sirkulasi.
Intervensi:
Pencegahan:
4. Embolisme udara
Emboli udara paling sering berkaitan dengan kanulasi vena-vena sentral. Manifestasi
klinis emboli udara adalah dipsnea dan sianosis, hipotensi, nadi yang lemah dan cepat,
Intervensi :
Memberikan oksigen
Pencegahan:
Pastikan sepanjang selang IV telah bebas dari udara, baru memulai menyambungkan
infus
Usia klien (usia dewasa biasanya menggunakan vena di lengan, sedangkan infant
memelihara vena)
gelisah)
Terapi IV sebelumnya (flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik untuk
digunakan)
Tempat insersi/pungsi vena yang umum digunakan adalah tangan dan lengan. Namun
vena-vena superfisial di kaki dapat digunakan jika klien dalam kondisi tidak
adequat
Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas sehari-hari
pasien
direncanakan
Pasien gemuk, tidak dapat mempalpasi atau melihat venabuat citra visual dari
Kulit dan vena mudah pecah, infiltrasi terjadi setelah penusukangunakan tekanan
Vena bergerak ketika ditusukfiksasi vena menggunakan ibu jari ketika melakukan
penusukan
Pasien dalam keadaan syok atau mempunyai aliran balik vena minimal-biarkan
torniket terpasang untuk meningkatkan distensi vena, gunakan kateter no. 18 atau 16.
Vena yang rusak karena insersi sebelumnya (misal karena flebitis, infiltrasi atau
sklerosis)
dengan gangguan sirkulasi (misal pada mastektomi, graft dialysis atau paralysis)
Mengurut ekstremitas dari distal ke proksimal di bawah tempat pungsi vena yang
dituju
Gunakan torniket sedikitnya 5-15 cm di atas tempat yang akan diinsersi, kencangkan
torniket
Berikan kompres hangat pada ekstremitas selama beberapa menit (misal dengan
waslap hangat)
Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus adalah tanggung jawab perawat. Masalah
yang dapat muncul apabila perawat tidak memperhatikan regulasi infus adalah
memperhatikan faktor tetesan yang akan digunakan. Faktor tetesan yang sering
digunakan adalah:
regular/makro)
Untuk mengatur tetesan infus, perawat harus mengetahui volume cairan yang akan
Contoh: 3000 ml diinfuskan dalam 24 jam, maka jumlah milliliter perjamnya adalah
sebagai berikut:
Posisi lengan
Posisi lengan klien terkadang bisa menurunkan aliran infus. Sedikit pronasi, supinasi,
Posisi dan kepatenan selang infus (aliran berbanding langsung dengan diameter
selang)
Aliran akan lebih cepat melalui kanula dengan diameter besar, berlawanan dengan kanul
kecil.
Larutan intravena yang kental, seperti darah, membutuhkan kanula yang lebih besar
3. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah rusak,
5. Larutkan obat sesuai indikasi, banyak obat yang dapat mengiritasi vena dan
7. Jika akan memberikan obat melalui selang infus yang sama, akan lebih baik jika
10. Perhatikan waktu pemasangan infus, ganti tempat pemasangan jika ada tanda-tanda
infeksi
bradikardi, kejang)
2. Adakah efek samping minor (mual, pucat, kulit kemerahan atau bingung)
Pemeliharaan infus
Periksa seluruh system IV (jumlah cairan, kecepatan aliran, integritas jalur, posisi
jalur halus, kondisi area insersi, kondisi proksimal vena sampai area insersi)
Kaji adanya komplikasi terapi IV
Persiapan Pasien
Jelaskan pada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan (meliputi proses pungsi
Jika pasien akan menggunakan anestesi lokal pada area insersi, tanyakan adanya
Jika pasien tidak menggunakan anestesi, jelaskan bahwa nanti akan muncul nyeri
ketika jarum dimasukkan, tapi akan hilang ketika kateter sudah masuk.
Jelaskan bahwa cairan yang masuk awalnya akan terasa dingin, tapi sensasi itu hanya
Persiapan Alat
Set infus
Selang intravena
Torniket
Plester
Handuk/pengalas tangan
Tiang penyangga IV
Gunting
Tujuan : terapi jangka panjang untuk pasien agitasi atau pasien yang aktif
Manfaat : lebih nyaman bagi klien, ada tempat untuk mengecek aliran darah balik,
Tujuan : terapi jangka panjang untuk pasien agitasi atau pasien yang aktif
Manfaat : kerusakan pada vena lebih kecil, lebih nyaman bagi klien, tersedia dalam
Wing needle:
Tujuan : terapi jangka pendek untuk pasien yang kooperatif, terapi untuk neonatus, anak
Kerugian : mudah menimbulakan infiltrasi , jika wing needle kaku yang digunakan
3. Cuci tangan
13. Letakkan klien dalam posisi semifowler atau supine jika tidak memungkinkan (buat
15. Periksa larutan dengan menggunakan lima benar dalam pemberian obat
17. Letakkan klem yang dapat digeser tepat di bawah ruang drip dan gerakkan klem
18. Lepaskan pembungkus lubang slang IV pada kantung larutan IV plastik tanpa
19. Tusukkan set infus ke dalam kantong atau botol cairan (untuk kantong, lepaskan
penutup protektor dari jarum insersi selang, jangan menyentuh jarumnya, dan tusukkan
jarum ke lubang kantong IV. Untuk botol, bersihkan stopper pada botol dengan
menggunakan antiseptik dan tusukkan jarum ke karet hitam stopper botol IV.
20. Gantungkan botol infus yang telah dihubungkan dengan set infus pada tempat yang
21. Isi selang infus dengan cairan, pastikan tidak ada udara dalam selang (terlebih dulu
lakukan pengisian pada ruang tetesan/the drip chamber). Setelah selang terisi, klem
22. Beri label pada IV dengan nama pasien, obat tambahan, kecepatan pemberian.
26. Posisikan tangan yang akan diinsersi lebih rendah dari jantung, pasang torniket
mengitari lengan, di atas fossa antekubital atau 10-15 cm di atas tempat insersi yang
dipilih (jangan memasang torniket terlalu keras untuk menghindari adanya cidera atau
memar pada kulit). Pastikan torniket bisa menghambat aliran IV. Periksa nadi distal.
27. Pilih vena yang berdilatasi baik, dimulai dari bagian distal, minta klien untuk
mengepal dan membuka tangan (apabila belum menemukan vena yang cocok, lepaskan
28. Bersihkan tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi, dengan gerakan sirkuler dari
tempat insersi ke daerah luar dengan larutan yodiumpovidon, biarkan sampai kering.
29. Lakukan pungsi vena, fiksasi vena dengan menempatkan ibu jari tangan yang tidak
memegang alat infus di atas vena dengan cara meregangkan kulit. Lakukan penusukan
30. Jika tampak aliran darah balik, mengindikasikan jarum telah masuk vena.
31. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan tarik jarum sedikit lalu teruskan plastik IV
32. Stabilkan kateter IV dengan satu tangan dan lepaskan torniket dengan tangan yang
lain
33. Tekan dengan jari ujung plastik IV karteter, lalu tarik jarum infus keluar
34. Sambungkan plastic IV kateter dengan ujung selang infus dengan gerakan cepat,
35. Buka klem untuk memulai aliran infus sampai cairan mengalir lancar
36. Fiksasi sambungan kateter infus (apabila sekitar area insersi kotor, bersihkan
terlebih dulu)
37. Oleskan dengan salep betadin di atas area penusukan, kemudian tutup dengan kasa
39. Beri label pada temapt pungsi vena dengan tanggal, ukuran kateter, panjang kateter,
dan inisial perawat.
45. Observasi klien setiap jam untuk menentukan respon terhadap terapi cairan (jumlah
cairan benar sesuai program yang ditetapkan, kecepatan aliran benar, kepatenan vena,
ukuran dan tipe kateter atau jarum, waktu infus dimulai, respon terhadap cairan IV,
PERAWATAN INFUS
A. Definisi
pada area insersi infus. Frekuensi penggantian balutan ditentukan oleh kebijakan
institusi. Dulu penggantian balutan dilakukan setiap hari, tapi saat ini telah dikurangi
menjadi setiap 48 sampai 72 jam sekali, yakni bersamaan dengan penggantian daerah
B. Tujuan
D. Persiapan pasien
E. Persiapan alat
1. Kasa steril
3. Pinset
4. Kapas alkohol
5. Plester
7. Bengkok
9. Gunting
3. Siapkan peralatan (kasa steril, larutan atau salep yodiumpovidin, pinset, kapas
alkohol, plester, sarung tangan sekali pakai, bengkok, pengalas/perlak kecil, gunting)
4. Cuci tangan
16. Lepaskan balutan trasparan searah dengan arah pertumbuhan rambut klien atau
lepaskan plester dan kasa balutan yang lama selapis demi selapis. Untuk kedua balutan
trasparan dan balutan kasa, biarkan plester memfiksasi jarum IV atau kateter tetap di
tempat.
17. Hentikan infus jika terjadi flebitis, infiltrasi, bekuan, atau ada instruksi dokter untuk
melepas
18. Apabila infus mengalir dengan baik, lepaskan plester yang memfiksasi jarum dan
19. Gunakan pinset dan kasa untuk membersihkan dan mengangkat sisa plester
20. Bersihkan tempat insersi dengan gerakan memutar dari dalam kearah luar dengan
menggunakan yodiumpovidon.
21. Pasang plester untuk fiksasi
33. Dokumentasikan waktu penggantian balutan, tipe balutan, kepatenan sistem IV,
Daftar Pustaka
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Rocca, et.al. 1998. Seri Pedoman Praktis: Terapi Intravena. Edisi 2. Jakarta: EGC
Kozier, et al. 1995. Fundamental Of Nursing: Concepts, process and practice 5th
Hudak, et.,al. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Vol. 1. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Jakarta:
EGC
Baranoski, S., et.al.2004. Nursing Prosedures. 4th edition. USA: Lippincoth William &
Wilkins
Potter & Perry. 2005. Buku Saku: Ketrampilan & Prosedur Dasar. Edisi 5. Jakarta: EGC
Price, et.al. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta:
EGC
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
FK UI
Nurachmah, dkk. 2000. Buku Saku: Prosedur Keperawata Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Hidayat, A, dkk. 2005. Buku Saku: Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Swearingen, P. et al. 2001. Seri Pedoman Praktis: Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan
Asam Basa.