LEMBAR PENGESAHAN
TANDA
KETERANGAN TANGGAL
TANGAN
ii
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POSO
Nomor: /
TENTANG
PANDUAN BIMBINGAN KLINIS
MEMUTUSKAN
Menetapka : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POSO
n TENTANG PANDUAN BIMBINGAN KLINIS
KESATU : Panduan Bimbingan Klinis sebagaimana terlampird alam Peraturan ini.
KEDUA : Panduan Bimbingan Klinis digunakan dalam pengelolaan integrasi
pendidikan klinis dengan pelayanan kesehatan di RumahSakit.
KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Poso
Padatanggal :
Direktur,
iii
Lampiran : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Poso
Nomor :
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Poso,
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................................ 1
B. TUJUAN.................................................................................................................................................. 2
C. PENGERTIAN DAN DEFINISI......................................................................................................... 3
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................................................ 5
A. DASAR HUKUM................................................................................................................................... 5
B. LINGKUP KEWENANGAN............................................................................................................... 5
C. KUALIFIKASI PEMBIMBING KLINIK/ PRESEPTOR..............................................................7
D. PENGELOLA BIMBINGAN KLINIK............................................................................................... 8
E. PENANGGUNG JAWAB EVALUASI............................................................................................... 8
F. KRITERIA TEMPAT PRAKTIK UNTUK BIMBINGAN KLINIK............................................8
G. UNSUR PENTING DALAM PEMBELAJARAN KLINIK............................................................9
BAB III TATA LAKSANA................................................................................................................. 11
A. PENGHITUNGAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK................................................................11
A. TAHAPAN BIMBINGAN KLINIK.................................................................................................... 13
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN KLINIK......................................................................................... 14
C. BEBERAPA METODE BIMBINGAN KLINIK..............................................................................14
D. METODA BIMBINGAN KLINIK YANG DISARANKAN...........................................................22
E. TINGKAT PENCAPAIAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN...................................24
F. PENENTUAN TINGKAT BIMBINGAN/ SUPERVISI KEPADA PESERTA DIDIK...........25
G. EVALUASI PEMBELAJARAN KLINIK.......................................................................................... 28
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................................................. 36
v
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran praktik klinik adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada
settingpelayanan kesehatan di rumah sakit. Kegiatan pembelajaran praktik klinik
sangat penting bagi mahasiswa program pendidikan kesehatan. Pengalaman
pembelajaran klinik merupakan bagian penting dalam proses pendidikan karena
memberikan pengalaman yang kaya kepada mahasiswa bagaimana cara belajar yang
sesungguhnya. Menurut Reilly dan Oerman (2008:5) “Keberhasilan pendidikan
tergantung ketersediaan lahan praktik di rumah sakit yang harus memenuhi
persyaratan, diantaranya:
1. Melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan yang baik (good nursing care),
2. lingkungan yang kondusif,
3. ada role model yang cukup,
4. tersedia kelengkapan sarana dan prasarana serta staf yang memadai, dan
5. tersedia standar pelayanan/SPO keperawatan yang lengkap”.
Bilamana pembimbing klinik mampu memberikan perannya tersebut, kinerja
pembimbing klinik menjadi baik dan pembelajaran praktik klinik akan menjadi efektif
yang artinya pembelajaran praktik klinik dapat mencapai tujuan, yang pada akhirnya
meningkatkan kualitas kelulusan, karena mencakup keseluruhan spektrum
pendidikan mulai: substansi, metodologi, pengaturan dan arah dimasa yang akan
datang. Oleh karena itu jelas sudah bahwa praktik klinik harus menyediakan
komponen praktek sebagai tempat bagi peserta didik untuk belajar berfikir dan
bertindak. Pembelajaran klinik adalah perwujudan dari penjabaran pelaksanaan
kurikulum pendidikan guna membekali peserta didik agar dapat mengaplikasikan
ilmunya di masyarakat berdasarkan kompetensi yang dimiliki.
Melalui proses pembelajaran klinik akan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama pembelajaran akademik
secara terintegrasi ke dalam tatanan pelayanan yang nyata, mengembangkan sikap-
sikap dan ketrampilan sesuai dengan lingkup praktek, dan ini harus disadari oleh
pendidik/ pembimbing klinik agar dapat memfasilitasi peserta didik dalam upaya
mencapai kompetensi belajarnya. Pembelajaran klinik membutuhkan pembimbing
klinik yang mampu membimbing peserta didik, juga pakar dalam bidangnya dan
mempunyai kemampuan stimulasi, dorongan, dan kelengkapan fasilitas. Dengan
memberi kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan suatu tindakan di bawah
1
supervisinya secara bertahap, akan menumbuhkan kepercayaan diri bagi peserta
didik. Hal ini harus dipahami dan disadari oleh institusi penyelenggara pendidikan
serta rumah sakit sebagai institusi lahan praktek tempat menempa calon profesional
sesuai bidang keilmuannya. Melalui praktek klinik di rumah sakit, peserta didik belajar
bagaimana situasi nyata memberi pelayanan kepada klien/pasien secara langsung,
dengan mengaplikasikan teori – teori yang diperoleh melalui proses belajar di kelas,
juga sebagai antisipasi apabila mereka lulus nantinya.
Selain itu, keberhasilan pembelajaran klinik yang ditandai dengan pencapaian
target kompetensi sangat dipengaruhi oleh hubungan antara pembimbing dengan
peserta didik. King dan Gerwik (2001) menyatakan bahwa pengaruh hubungan antara
guru dengan murid dapat bersifat positif atau negatif pada pertumbuhan afektif dan
kognitif. Hubungan yang terjalin dengan baik akan berdampak positif sebaliknya
hubungan buruk akan berdampak buruk juga atau negative. Klechamer (1997)
melaporkan bahwa penyebab ansietas yang dialami peserta didik pada situasi klinik
adalah tentang prosedur, proses dalam memberikan asuhan, kondisi klien dan
hubungan interpersonal dengan dokter dan staf pengajar atau pembimbing.
Pembimbing dapat menurunkan ansietas peserta didik dengan menciptakan iklim
pembelajaran klinik yang kondusif dan penuh penerimaan, artinya semua
pengetahuan dan perilaku/psikomotor yang diterapkan tidak selalu sempurna, namun
peserta didik dapat belajar mengarah pada kesempurnaan yang bisa
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian kompetensi pembelajaran klinik dapat
tercapai.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum:
Membantu peserta didik mengimplementasikan teori yang diperoleh dibangku
kuliah untuk dilaksanakan langsung kepasien ditatanan nyata
2. Tujuankhusus:
a. Membantu peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat
praktek,
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari di kelas secara terintegrasi ke
situasi yang nyata,
c. Membantu mengembangkan potensi peserta didik dalam menampilkan
perilaku atau ketrampilannya yang bermutu kesituasi nyata di lahan praktek,
2
d. Memberikan kesempatan pada peserta didik belajar mencari pengalaman kerja
secara tim dalam membantu proses kesembuhan klien,
e. Memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan kepada peserta didik
tentang situasi kerja professional, membantu peserta didik dalam mencapai
tujuan praktek klinik.
3
peserta didik memperoleh dan atau memodifikasi perilaku dengan cara
mengobeservasi sendiri model yang memiliki perilaku yang dibutuhkan peserta
didik dan mereka juga memiliki kesempatan untuk mempraktekkan perilaku
tersebut.
8. Metode konseptual bimbingan klinik keperawatan menggunakan kombinasi dari
berbagai metode yang ada.
9. Preseptor merupakan seorang dosen yang ditempatkan di tatanan klinik atau
perawat senior yang bekerja di tatanan layanan dan ditetapkan sebagai preseptor.
(AIPNI, 2016)
10. Preceptee adalah peserta didik
11. Pembimbing Klinik/Clinical Instructure adalah perawat yang terpilih, perawat
yang ahli dalam praktik klinik, bertugas untuk membimbing dan mengarahkan
peserta didik selama proses pembelajaran di lahan praktik sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah dibuat.
4
BAB II RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Panduan Bimbingan Klinis ini merupakan panduan yang harus dibuat
untuk menjamin agar kompetensi peserta didik dapat terselenggara dengan baik sehingga
kompetensi peserta didik dapat terpenuhi dan pelayanan yang diberikan ke pasien tetap
berjalan denga standar yang sudah ditentukan oleh rumah sakit tanpa terganggu dengan
adanya peserta didik yang sedang melaksanakan praktik klinik di rumah sakit tersebut.
Dalam konsep ini setiap pembimbing klinik maupun peserta didik yang terlibat dalam
pelayanan klinik, harus memahami dan menerapkan prosedur-prosedur yang dapat
mencegah terjadinya resiko akibat penatalaksanaan praktik klinik. Kebijakan dan
prosedur dibuat dengan perencanaan dan identifikasi yang jelas sesuai maksud dan tujuan
yang diharapkan.
A. DASAR HUKUM
1. Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentangKesehatan;
3. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentangRumahSakit;
4. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 93 tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit
Pendidikan
B. LINGKUP KEWENANGAN
Pihak yang ditunjuk untuk melaksanakan bimbingan klinik terhadap pelaksanaan
praktik klinik bagi peserta didik di pelayanan kesehatan adalah seorang pembimbing
klinik/ preseptor yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, bersikap
positif selama proses pengajaran dan pembelajaran serta mempunyai kemampuan
untuk menstimulasi pemikiran yang kritis.
Pembimbing klinik/Preseptor harusmempunyai kemampuan untuk menghadapkan
mahasiswa kepada pengalaman klinik yang efektif yang secara langsung
meningkatkan perkembangan kepercayaan diri dan kompetensi yang penugasannya
ditunjuk oleh institusi.
5
Gaberson dan Oerman (2010) menjelaskan bahwa Pembimbing klinik/Preseptor
diharapkan mampu berperan menjadi contoh yang positif bagi preceptee, preseptor
berperan dalam penciptaan suasana belajar yang positif termasuk aktifitas yang
dilakukan precepteeuntuk tercapainya kompetensi bagi preceptee
Seorang Pembimbing klinik/Preseptor harus memiliki tanggungjawab sebagai:
1. Role Modelling (panutan)
a. Pembimbingklinik/Preseptor harus menunjukkan praktik profesional yang
kompeten, mendorong preceptee untuk mengintegrasikan praktik klinik yang
profesional.
b. Pembimbingklinik/Preseptor menunjukkan kemampuan berkomunikasi yang
efektif dengan anggota tim dan pasien.
c. Pembimbingklinik/Preseptor mampu mengidentifikasi pengetahuan pasien
tentang tempat, kebutuhan klinik, frekuensi penggunaan kemampuan klinik.
d. Pembimbingklinik/Preseptor mengetahui kebutuhan utama pasien.
2. Skill Building (Pembangun kemampuan)
a. Pembimbing klinik/Preseptor mengembangkan kontrak pembelajaran dengan
menggabungkan keinginan preceptee dan kemampuan yang dimiliki untuk
diaplikasikan di level kompetensi yang dicapai di area kerja.
b. Pembimbing klinik/Preseptor memastikan preceptee tidak asing lagi dengan
kompetensi utama dari area tempat praktik.
c. Pembimbing klinik/Preseptor menyesuaikan metode pembelajaran agar cocok
dengan gaya pembelajaran dari preceptee.
d. Pembimbing klinik/Preseptor menciptakan kesempatan belajar, mengijinkan
untuk praktik, reflektif dan evaluasi diri.
3. Critical Thinking (Berpikirkritis)
a. Pembimbing klinik/Preseptor mengidentifikasi kemampuan dan pengetahuan
yang sudah dimiliki oleh mahasiswa dan menggunakan pengetahuan serta
kemampuan tersebut sebagai dasar untuk pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Pembimbing klinik/Preseptor Preseptor memberdayakan preceptee untuk
berpikir berdasarkan masalah.
c. Pembimbing klinik/Preseptor mendorong preceptee untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan dari perseptee.
d. Pembimbing klinik/Preseptor memberikan umpan balik yang konstruktif
secara reguler.
e. Pembimbing klinik/Preseptor mempunyai kemampuan rasional untuk
memenuhi kebutuhan praktik mahasiswa.
6
f. Pembimbing klinik/Preseptor menciptakan lingkungan yang memfasilitasi
pembelajaran, mengijinkan preceptee untuk belajar dari kesalahan.
4. Socialization (Sosialisasi)
a. Pembimbing klinik/Preseptor mensosialisasikan anggota baru atau praktikan
untuk bekerjasama dengan tim.
b. Pembimbing klinik/Preseptor memastikan pemahaman perseptee mengenai
aspek sosial di suatu ruang, peraturan yang tidak tertulis, fungsi unit, rantai
perintah dan sumber daya manusia yang ada di araea tersebut.
c. Pembimbing klinik/Preseptor mengorientasikan preceptee terhadap tempat
kerja
7
1. Memiliki pengetahuan keilmuan yang dalam dan luas serta minimal setara dengan
jenjang pendidikan peserta didik,
2. Kompeten dalam kemampuan klinik,
3. Terampil dalam pengajaran klinik,
4. Mempunyai komitmen dalam pembelajaran klinik. Salah satu cara meningkatkan
kualitas pembimbing adalah dengan mengadakan pelatihan clinical educator
(Nursalam, 2007).
8
4. Kegiatan penelitian dapat dilaksanakan sesuai dengan tingkat perkembangan
institusi dan tuntutan kebutuhan perkembangan keperawatan.
5. Kegiatan dalam proses penerapan/adaptasi teknologi dapat dilaksanakan.
6. Iklim dan lingkungan, terutama hubungan interpersonal dan kepemimpinan,
memungkinkan terlaksananya proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat, termasuk pelayanan asuhan keperawatan.
7. Lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman sehingga tiga fungsi utama
pendidikan tinggi dapat dilaksanakan.
8. Tersedia cukup peralatan dan staf professional sehingga pelaksanaan pelayanan
serta kegiatan pendidikan dan penelitian dapat dilaksanakan.
9. Tersedianya materi yang cukup untuk materi pendidikan, penelitian, dan
pelayanan dalam rangka penerapan teknologi maju dan tepatguna.
10. Terdapat komunitas professional dengan jumlah dan kualitas yang memadai untuk
melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pelayanan.
11. Terdapat model peran untuk pertumbuhan dan pembinaan sikap, tingkah laku,
serta ketrampilan profesional pada peserta didik.
9
h. Menggunakan konsep / metode penugasan yang sesuai dengan konsep
keperawatan
3. Peran pembimbing klinik
Sebagai profesional yang mendapat kepercayaan sebagai pembimbing klinik, juga
memiliki peran khusus yang harus diembannya yaitu sebagai agen pembaharu,
sebagai narasumber, sebagai mediator dan fasilitator, sebagi demonstrator
sertasebagai evaluator, ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan selama
berinteraksi dengan peserta didik, antara lain:
a. Menunujukkan pandangan positif pada diri sendiri dan orang lain
Pembimbing memperlihatkan harga diri yang positif dan kemampuan positif
dari peserta didik. Selalu memperlihatkan sikap bahwa peserta didik mampu
belajar dan berkembang karena dipercaya dan dihargai.
b. Mengembangkan respon pada lingkungan.
Pembimbing yang efektif cenderung member kebebasan pada peserta didik
dari pada mengekang. Memberi kesempatan mengungkapkan pendapat dan
rencana terhadap lingkungan yang tidak menyimpang dari tujuan akan
mengembangkan otonomi peser tadidik.
c. Menggunakan komunikasi yang wajar, terbuka dan sentuhan.
Saling terbuka akan mengurangi jarak jauh, rasa takut. Keterbukaan akan hal –
hal tertentu diperlukan untuk mengemukakan hubungan saling percaya.
(Stuart dan Laraia, 2001). Peserta didik yang menerima empati dan perhatian
dari pembimbing akan tumbuh rasa percaya dan percaya diri.
d. Demonstrasikan empati.
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada orang lain dan bahwa
kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut dan apa yang
menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain
(Smith, 2000)
e. Contoh peran dan tanggungjawab.
Jika pengetahuan, ketrampilan, keahlian, perasaan dan reaksi emosi
pembimbing siap membantu peserta didik, mereka akan bebas untuk
berinteraksi dan memanfaatkan pembimbing sebagai narasumber.
f. Tekankan tanggungjawab peserta didik dalam pembelajaran.
g. Beri kesempatan pengalaman belajar yang sukses
h. Beri penghargaan dan evaluasi yang jujur.
i.
10
BAB III TATA LAKSANA
11
b) Melakukan pengambilan darah 10
c) Melakukan labeling specimen 10
d) Melakukan pemeriksaan DL 10
e) Melakukan pemeriksaan KK 5
c. Analisis
1) DayaTampungPesertaDidikKeperawatan
TARGE JUMLAH FREKUENSI DAYA
NO ASPEK PEMBELAJARAN T KASUS KEGIATAN TAMPUNG
a b c d = (bxc)/a
a) Menerima pasien baru 10 60 1 6
b) Mengukur tekanan darah 20 160 3 24
c) Mengukur suhu tubuh 20 160 3 24
d) Menghitung pernapasan 20 160 3 24
e) Melakukan perawatan luka 5 12 2 4,8
13
Kegiatan pembelajaran klinik merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar
dalam konteks pelayanan nyata. Maksudnya peserta didik belajar memberikan
pelayanan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan Peserta didik
bekerja sesuai dengan standar profesi. Selama proses pembelajaran klinik terjadi
proses interaksi antara pembimbing klinik, peserta didik dan pasien. Ketiga komponen
ini akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran praktek klinik.
Pusdiknakes (2004) menetapkan tugas yang dapat dikerjakan pembimbing klinik
dalam rangka kegiatan pembelajaran praktek klinik yaitu:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran praktek klinik,
2. Menentukan indicator pencapaian target komptensi praktek,
3. Mengidentifikasi tempat praktek klinik,
4. Mengidentifikasi dan menetukan peralatan/sumber yang diperlukan selama
pembelajaran praktek klinik,
5. Memfasilitasi peserta didik memperoleh target kompetensi dan alat-alat yang
digunakan,
6. Memecahkan masalah belajar praktek,
7. Membangkitkan dan mendorong semangat peserta didik selama mengikuti
pembelajaran praktek klinik dan menghargai kerja peserta didik,
8. Memberikan contoh pelayanan kepasien secara nyata kepada peserta didik,
9. Melakukan penilaian kepada peserta didik yang mengikuti pembelajaran praktek
klinik, dan membuat laporan pembelajaran praktek klinik.
14
Aplikasi Pada metoda ini, biasanya peserta didik ditugaskan pada ruangan tertentu
sesuai tujuan praktek. Di ruangan tersebut peserta didik melakukan kegiatan
sesuai tujuan khusus yang telah ditetapkan, misalnya merawat klien secara
paripurna, yang dilanjutkandenganpenulisanpelaporan yang dikaitkandengan
proses asuhan. Metodasimulasilebihseringdigunakan di laboratorium.
Peran Pembimbing adalah memberikan bimbingan saat peserta didik melakukan
kegiatan dan memberikan umpan balik terhadap tugas tertulis yang diberikan
kepada peserta didik.
Petunjuk Penggunaan Penugasan Klinik.
a. Digunakan untuk pengembangan peserta didik secara bertahap
b. Berdasarkan tujuan khusus praktek klinik
c. Alasan pemilihan pengalaman tertentu harus jelas
d. Jika pengalaman dipilih sendiri oleh perserta didik, pembimbing harus
member arahan bahwa pengalaman ini akan mencapai tujuan tertentu.
e. Perhatikan waktu yang diperlukan untuk supervisi
f. Penugasan klinik akan berhasil jika pembimbing dan peserta didik sepakat
akan tujuan, jenis pengalaman, tanggungjawab peserta didik dan lamanya
waktu praktek
g. Persiapan meliputi; tugas baca, praktek laboratorium, kunjungan klinik
h. Konferensi perlu dilakukan untuk menyimpulkan hasil penugasan klinik dan
proses belajar selanjutnya.
15
Petunjuk Penggunaan Simulasi dan Permainan
a. Simulasi atau permainan harus meningkatkan pencapaian tujuan
b. Perhatikan; jumlah peserta, waktu yang diperlukan, alat, biaya, keterbatasan.
c. Pembimbing harus paham jalannyasimulasi / permainan
d. Peserta didik mempunyai latar belakang teori dan ketrampilan untuk ikut
serta dalam permainan dan belajar dari permainan tersebut
e. Peserta didik harus mengerti tujuan keikutsertaan mereka dalam permainan
f. Petunjuk harus lengkap dan jelas (tertulis)
g. Pembimbing bertanggungjawab untuk menyela (interupsi) simulasi apabila
waktu telah lewat, muncul masalah, peserta tidak kompeten
h. Perlu dilakukan konferensi / diskusi setelah simulasi atau permainan.
16
c. Situasi diuraikan untuk penyelesaian masalah atau pengambilan keputusan
sesuai waktu dan kerumitannya untuk mencapai tujuan
d. Informasi yang tidak ada hubungannya dengan kejadian dibuang, uraian harus
berfokus pada faktor yang mempengaruhi kejadian.
3. Konferensi
Konferensi adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik. Konferensi
dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah. Kelompok berupaya
menganalisa masalah secara kritis dan menjabarkan alternative penyelasaian yang
kreatif. Umpan balik dari peserta lain dan pembimbing sangat diperlukan. Ada
empat macam konferensi yang dapat dilakukan, yaitu; konferensi awal, konferensi
akhir, peer riview (penilaian teman), isu dan multi disiplin. Konferensi awal dan
akhir, berkaitan langsung dengan praktek klinik.
a. Konferensi awal membantu menyiapkan peserta didik dalam mengenal
masalah klien, rencana dan hasil evaluasi. Pembimbing dapat menilai minat
dan kesiapan peserta didik terhadap praktek. Bagi peserta didik, konferensi
awal dapat merupakan tempat menyampaikan rencana praktek kliniknya, jika
perserta didik tidak siap pembimbing dapat membatalkan praktek klinik
jika beresiko untuk klien dan atau peserta didik. Konferensi awal terdiri dari 2
fase;
1) Teacher-centered
Berguna untuk mengantisipasi masalah keperawatan yang dikaitkan
dengan focus pembelajaran hari tersebut. Fase ini diarahkan oleh
pembimbing.
2) Student-centered
Berguna untuk member kesempatan peserta didik menguraikan "kasus"
untuk mendapatkan tambahan informasi yang berguna untuk
memperbaiki rencana keperawatan. Pembimbing perlu member
reincorcement pada peserta didik yang berpartisipasi, serta mengarahkan
alur pikir yang realistis, logis dan sistematis.
b. Konferensi akhir berguna untuk mendiskusikan penyelesaian masalah,
membandingkan masalah yang dijumpai, berbagi pengalaman (termasuk isu)
yang dapat mempengaruhi praktek keperawatan. Konferensi akhir merupakan
student centered, dimana peserta didik mengungkapkan berbagai asuhan
keperawatan secara teknis dan professional serta pengalaman afektif.
17
1) Peer review digunakan untuk menilai ulang dan mengkritik tiap pekerjaan.
Metoda ini memungkinkan peserta didik mendapatkan pengalaman dan
ketrampilan mengevaluasi dan member umpan balik tentang proses
keperawatan atau pekerjaan orang lain dalamkelompok.
2) Konferensi multi disiplin (tim kesehatan atau lintas sektor) menekankan
proses kolaborasi dalam pengambilan keputusan. Masing-masing disiplin
member masukan sesuai dengan wewenangnya.
Aplikasi
Konferensi awal dan akhir sebaiknya dilakukan setiap hari, agar peserta
didik siap dengan masalah yang akan dihadapi dan masalah yang baru
dihadapi dapat segera diselesaikan setelah praktek. Metoda ini dapat
dikombinasikan dengan metoda penyelesaian masalah. Peer review
dikaitkan dengan upaya member umpan balik terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan
Pembimbing berperan sebagai pengarah dalam konferensi, sebab konferensi
dilakukan bila anggota kelompok sudah saling mengenal dan sudah terbina
keterbukaan dalam komunikasi. Isu dan multi disiplin dapat dilakukan untuk
perawat dalam membahas penyelesaian masalah suatu kasus, peserta didik
dapat sebagai observer kecuali peserta didik yang senior.
4. Observasi
Obeservasi di lahan praktek atau demonstrasi dapat member gambaran perilaku
yang diharapkan pada peserta didik. Metoda observasi termasuk; observasi
lapangan, kunjungan, ronde keperawatan dan demonstrasi. Observasi lapangan
(lahanp raktek) berguna bagi peserta didik untuk mempersiapkan gambaran
18
praktek klinik, member kesempatan melihat praktek orang lain, dan mengukur
kemampuan mengerjakan suatu ketrampilan.
Kunjungan member peluang peserta didik untuk menambah pengetahuan dan
wawasan yang tidak ditemukan di lahan praktek. Diskusi antara pembimbing,
peserta didik dan petugas merupakan hal yang diperlukan.
Ronde, meliputi observasi dan disertai wawancara singkat dengan klien, umumnya
diikuti dengan diskusi kelompok. Melalui ronde (kunjungan pada klien) peserta
didik dapat mengamati kondisi klien, menilai asuhan yang diberikan, dan
mendapatkan data tentang klien. Selain itu peserta didik dapat mengamati
interaksi antara pembimbing, staf pelayanan dan klien. Setelah ronde, dilakukan
diskusi kelompok tentang hasil pengamatan, meninjau ulang masalah klien dan
alternative pemecahan masalahnya. (sebaiknya diskusitidak di depan klien).
Demonstrasi adalah metode menyajikan suatu prosedur, cara menggunakan alat
atau cara berinteraksi dengan klien. Demonstrasi dapat dilakukan di laboratorium
atau di lahan praktek. Demonstrasi dapat dilakukan langsung atau melalui media
seperti video atau film. Peserta didik dapat melihat dan mendengar prosedur,
langkah-langkah dan penjelasan yang mendasar.
Aplikasi
Pada tahap awal observasi dapat digunakan untuk mengobservasi lahan praktek,
setelah itu observasi dapat berupa kunjungan pada saat atau akhir praktek agar
pembimbing dapat menambah wawasan peserta didik sesuai masalah yang pernah
ditemui.
Ronde dapat diikuti oleh peserta didik yang pada awalnya sebagai orientasi,
kemudian peserta didik dapat berperan aktif misalnya sebagai penanggungjawab
klien/ pasien.
5. Media
Metoda ini dapat menyampaikan pesan kepada peserta didik melalui berbagai
panca indera seperti; melihat slide dan film, mendengar pita suara kaset, meraba
benda tiruan, media cetak (buku penuntun, leaflet dan lain-lain).
Aplikasi
Media dapat dilakukan secara optimal di laboratorium, jika ada dapat pula
ditambahkan di lapangan. Media yang perlu dipelajari di lapangana dalah Protap
(prosedur tetap) suatu tindakan, standar dan lain-lain.
19
Petunjuk penggunaan media
a. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan praktek
b. Media harus selaras dengan tingkat pengetahuan, psikomotor dan pengalaman
klinik peserta didik
c. Kuantitas dan kesesuaian media harus dipertimbangkan
d. Peserta didik memerlukan bantuan untuk menggunakan dan beradaptasi
tentang apa yang dipelajari dari media untuk di aplikasikan di lahan praktek
e. Jelaskan tujuan pemberian media dan kaitannya dengan praktek
f. Diskusi kelompok setelah mempelajari media
20
Aplikasi
Kontrak belajar dapat digunakan untuk peserta didik yang matur atau peserta
didik senior. Belajar mandiri dan instruksi melalui computer dapat digunakan
untuk persiapan sebelum keklinik.
7. Preceptorship (Pembimbingan)
Preceptor adalah seseorang yang membimbing, member pengarahan untuk
mencapai kinerja tertentu. Perceptor diharapkan dapat menampilkan praktek
keperawatan yang berpengalaman dan berperan sebagai narasumber bagi peserta
didik. Perceptor berperan sebagai narasumber, role model dan mentor bagi
peserta didik dan perawat baru di ruangan.
Apabila institusi pendidikanakan menggunakan metoda ini untuk praktek klinik,
maka institusi harus membuat;
a. Rencana pengalaman praktek bersama pembimbing
b. Orientasi peserta didik dengan program bimbingan dan peran pembimbing
c. Bantu pembimbing dalam mengatasi masalah bimbingan
d. Pantau pengalaman dan pencapaian tujuan dari peserta didik
e. Berperanserta pada evaluasi. Staf pengajar (penanggungjawab program
pengajaran) tetap bertangungjawab secara keseluruhan terhadap proses
belajar peserta didik.
Aplikasi
Pada metoda bimbingan, yang perlu ditekankan adalah komunikasi antara peserta
didik, perceptor dan staf pengajar yang efektif agar pengalaman praktek dapat
berhasil sesuai target yang diharapkan.
21
e. Pemilihan preceptor adalah tanggungjawab staf lapangan, tetapi penetapan
berdasarkan kreteria yang spesifik. Agar program preceptor efektif, maka
preceptor perlu membuat jadwal bimbingan agar dapat menjalankan
tambahan tanggungjawab dengan baik.
Aplikasi
Metoda ini masih jarang dilakukan untuk pesertadidik. Eksternship dan Work
study dapat direncanakan untuk peserta didik yang senior, sedangkan Internship
dilakukan untuk orientasi bagi staf baru.
22
tertulis yang berhubungan dengan proses keperawatan (laporan pendahuluan).
Konferensi yang dianjurkan antara lain:
a. Konferensiawal (pre conference)
Diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan masalah klien, rencana
tindakan keperawatan, cara dan strategi pelaksanaan tindakan.
b. Konferensi, dilakukan di tengah kegiatan praktek klinik, antara supervise I dan
II.
c. Konferensi akhir (post conference)
Diskusi tentang penyelesaian masalah klien, membandingkan masalah yang
dijumpai, pengalaman praktek langsung.
Pelaksanaan Konferensi
a. Konferensi dipimpin oleh pembimbing klinik, jikamungkin ditemani oleh
pembimbing klinik lain
b. Upayakan pembimbing yang sama memimpin konferensi awal dan akhir
c. Lama konferensi 30 – 60 menit
d. Pemimpin mengidentifikasi “masalah” atau “kebutuhan” yang ingin di
diskusikan oleh peserta didik
e. Pemimpin memotivasi peserta didik lain member pendapat untuk memenuhi
kebutuhan atau menyelesaikan masalah
f. Pemimpin menyimpulkan dan menambah informasi sehingga peserta didik
mendapat informasi yang lebih lengkap.
2. Simulasi / bermain peran / demonstrasi
Simulasi klien, bermain peran dan demonstarasi adalah metoda bimbingan klinik
untuk meningkatkan pengalaman psikomotor pada praktek keperawatan. Ketiga
metoda ini digunakan dalam membina dan mempertahankan hubungan dengan
klien.
Pelaksanaan Simulasi / Bermain Peran / Demonstrasi
a. Tetapkank egiatan dan tujuan kegiatan
Umumnya dikaitkan dengan proses keperawatan yang diberikan, misalnya
pada kontak awal; kegiatan difokuskan pada perkenalan / kontrak /
pengkajian. Pada fasekerja; kegiatan difokuskan pada berbagai tindakan
keperawatan.
b. Pada awalnya pembimbing dapat member contoh pada situasi nyata,
kemudian diikuti oleh peserta didik.
c. Selanjutnya pembimbing mengobservasi kegiatan yang dilakukan peserta
didik. Pada saat peserta didik melakukan tindakan / kegiatan pada klien
23
gangguan jiwa diharapkan pembimbing yang belum mempunyai hubungan
saling percaya dengan klien tidak ikut campur. Jadi observasi dilakukan dari
jarak jauh. Bila pembimbing telah membina hubungan dengan klien, maka ia
dapat terlibat saat peserta didik melakukan tindakan. Pada rumah sakit umum
pembimbing dapat mendampingi peserta didik.
d. Setelah simulasi / bermain peran / demonstrasi dilakukan diskusi.
3. Penugasan Klinik Tertulis
Penugasan klinik tertulis terutama berkaitan dengan pembuatan pencatatan dan
pelaporan sebagai hasil dari praktek klinik keperawatan
24
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek, di mana penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat
sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.
25
Contoh: Metoda, Strategi dan Media dalam Praktik Klinik
26
pembimbing
5. Demontrasi a. Pembimbing melakukan demontrasi Klien, alat yang
prosedur tindakan dihadapan peserta disesuaikan dengan
didik ketrampilan klinik
b. Peserta didik memperhatikan dan diberi yang dilakukan
keempatan untuk mencoba secara
mandiri
6. Observasi a. Peserta didik mengobservasi kegiatan Klien
klinik yang dilakukan oleh staf di
ruangan Klien
b. Peserta didik mengobservasi kegiatan
klinik yang dilakukan oleh staf ruangan
7. Belajar Peserta didik melakukan kegiatan belajar di Klien, status medis
mandiri klinik saat pembimbing tidak di tempat dan keperawatan
27
Dalam proses pembelajaran klinik di rumah sakit, penetapan tingkat supervise peserta
didik dilakukan oleh staf klinis yang memberikan pendidikan klinis setelah melakukan
evaluasi kompetensi peserta didik dengan menggunakan perangkat evaluasi
pendidikan yang dibuat oleh institusi pendidikan. Beberapa alat evaluasi tersebut
antara lain:
1. Bed Site Teaching
Bedside Teaching merupakan metode mengajar kepada peserta didik, yang
aktivitasnya dilakukan disamping tempat tidur klien dan meliputi kegiatan
mempelajari kondisi klien dan asuhan kebidanan yang dibutuhkan klien
(Nursalam, 2007). Bedside Teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari
keterampilan klinik tidak hanya bias diterapkan dirumahsakit tetapi juga dapat
diterapkan dibeberapa situasi dimana ada pasien (Nair, B., Coughland, J., Hensley,
M, 1998
Prinsip Dasar Bedside Teaching
a. Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta didik
dan klien.
b. Jumlah peserta didik dibatasi idealnya 5-6 orang.
c. Diskusi di awal dan akhir demonstrasi di depan klien dilakukan seminimal
mungkin.
d. Lanjutkan dengan redemonstrasi.
e. Kaji permasalahan peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang
dilakukan.
f. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh
peserta didik sebelumnya, atau apabila peserta didik menghadapi kesulitan
penerapannya
Evaluasi
a. Menilai kemapuan intelektual, teknikal dan interpersonal peserta didik.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menilai cara dan metode
yang dilaksanakan pembimbing.
c. Mencari cara yang lebih efektif yang digunakan untuk meningkatkan metode
pembelajaran.
28
Mini-CEX dapat dilakukan diruang rawat inap (CCU/ICU, bangsal), poliklinik
Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Penilaian Mini-CEX adalah standar untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam menguasai 7 aspek karakteristik kompetensi Mini-CEX:
a. Kemampuan Wawancara Medis (Medical Interview Skills) Memberi salam
memperkenalkan diri, memfasilitasi pasien/orang tua pasien agar dapat
bercerita; bertanya dengan efektif agar dapat memperoleh informasi yang
akurat dan adekuat; berbicara jelas, mendengar aktif, mencatat; bereaksi
secara tepat terhadap sikap dan tanda-tanda non-verbal lainnya.
b. Kemampuan pemeriksaan fisik (Physical Examination skills). Mengikuti urutan
logic efisien; menyeimbangkan langkah skrining dan diagnostik; memberitahu
pasien saat pemeriksaan; peka terhadap kenyamanan pasien dan bersikap
sopan.
c. Kualitas Humanistik/ Profesionalisme (Humanistic Qualities/Professionalism).
Menghargai pasien, menunjukkan empati, belas kasih, menciptakan
kepercayaan; membantu agar pasien nyaman, bias menjaga rahasia, member
informasi.
d. Keputusan klinis (Clinical Judgment). Membuat diagnosis yang tepat dan
memformulasikan rencana penatalaksanaan pasien yang sesui. Selektif
memilih pemeriksaan penunjang diagnostik yang sesuai dengan
mempertimbangan resiko dan manfaat
e. Kemampuan konseling (counseling skills). Menggali harapan pasien, bebas dari
istilah-istilah kedokteran, terbuka, jujur dan empati. Menjelaskan 5
alasan/dasar pemeriksaan dan terapike pada pasien/orang tua pasien.
Memperoleh persetujuan tindakan medic kalau diperlukan kepada
pasien/orang tua pasien (informed consent), member edukasi tentang
penatalaksanaan, pencegahan, dan konseling lain yang terkait dengan
penyakitnya.
f. Organisasi/Efisiensi (Organization/Efficiency). Menentukan Prioritas,
menyesuikan dengan waktu yang tersdia
g. Kompetensi klinis keseluruhan (Overall Clinical Competence). Menunjukkan
bagaimana mencapai keputusan klinis yang memuaskan. Sintesis, peduli
(caring), Efektif efisien dalam menggunakan sumber yang ada
menyeimbangkan resiko dan manfaat, menyadari keterbatasan kita.
Penilaian Performance mahasiswa dalam rentang 9 skala:
Skala 1-3 berarti unsatisfactory
29
Skala 4-6 satisfactory
Skala 7-9 artinya superior
Nilai batas rendah yang harus didapatkan mahasiswa jika ingin lulus adalah
skala 4.
30
e. Kemampansecarateknik(Technical ability)
Dapatmelakukantindakanmediktersebutsecaraberurutan, trempil dan
denganbaik dan benar.
f. Teknik Aseptik (Aseptic technique)
Mampumenunjukkantelahmelakukanteknikaseptikbaik pada sebelum,
selamamaupunsetelahdilakukannyatindamediktersebut.
g. Mencaribantuanbiladiperlukan(Seeks help where appropriate)
Tahukemampuan dan keterbatasandiri dan
mencaribantuanbiladiperlukanbaikdalambentukasistensimaupunpenangananl
ebihlanjutbiladiperlukan.
h. Tatalaksanapaskatindakan(Post procedure management)
Memilikikemampuandalamsegalasesuatu yang
diperlukansetelahmelakukantindakan, misalpembuanganjarumsuntik /benda-
bendatajamsekalipakaidenganbenar dan aman, pembacaanfotoroentgen, EKG,
instruksi yang jelasbaik pada perawatmaupun orang tuapasien, dll.
i. Kecakapankomunikasi(Communication Skills)
Mampumemberikanpenjelasankepadapasien/orang
tua/walitentangtindakmedikdenganbaik, jelas, hormat dan empati.
j. Mempertimbangkankondisipasien/profesionalisme(Consideration of patient/
profesionalism)
Mampumelakukantindakmedikdenganmemperlihatkan rasa hormat,
belaskasih, empati, dan
membangunkepercayaandenganmempertimbangkankondisipasiensaatitu.
Mampumelaksanakantindakmedikdenganmempertimbangkansegietika dan
kesadaranakanlegalitas dan keterbatasandiri.
k. Kemampuansecarakeseluruhandalammelakukantindakmedik(Overall ability to
perform procedure)
Kemampuansecarakeseluruhanmengenaipengetahuan dan
ketrampilandalammelakukantindakmedistersebutdenganmempertimbangkan
butir-butirsepertin yang telahdisebutkan di atas.
31
SedangkanKasuspasiennyatayangdijumpai di
klinikmerupakantopikpemicudiskusi.
Langkah-langkahdalamtutorial klinik:
a. Langkah 1.
Mengidentifikasikanpermasalahan yang dihadapipasien dan
mengajukanpertanyaanklinis.
b. Langkah 2.
Melakukan brainstorming untukmenganalisispermasalahan yang
dihadapipasiendenganmenggunakan prior knowledge.
c. Langkah 3.
Menyusunpenjelasansecaraskematis dan menentukanlearningissues
d. Langkah 4.
BelajarMandiriuntukmemperolehjawabanlearningissue yang
telahditetapkanbersama. Diutamakanmenggunakanprinsipevidencebased
medicine.
e. Langkah 5.
Menjabarkantemuaninformasi yang Anda
perolehsaatmelakukanbelajarmandiri. Sintesakan dan
diskusikandengansesamaanggotakelompokuntukmenyusunpenjelasansecaram
enyeluruh dan pemecahanpermasalahan.
Kegiatandiskusi ini dilakukandalam dua sesi; langkah1-
3dilakukanpadasesipertama dan langkah 5 dilakukanpadasesike 2.
Evaluasipesertadidikdinilai dari kemampuan dari
keaktifanselamapelaksanaandiskusi
32
1) Prilakukognitif
Berdasarkantaksonomikognitive Bloom,
terdapatenamtingkatankognitifberfikir:
Pengetahuan (knowledge): kemampuanmengingat
(misalmengingatrumus)
Pemahaman (comprehension): kemampuanmemahami
(menyimpulkansuatu paragraph)
Aplikasi (application): kemampuanpenerapan
(misalnyamenggunakaninformasiataupengetahuan yang
diperolehnyauntukmemecahkanmasalah).
Analisis (analysis): kemampuanmenganalisissuatuinformasi yang
luasmenjadibagian-bagiankecil (misalnyamenganalisisbentuk,
jenisatauarti)
Sintesis (synthesis):
kemampuanmenggabungkanbeberapainformasimenjadikesimpulan
(misalnyamemformulasikanhasilpenelitian).
Evaluasi (evaluation): kemampuanmempertimbangkan mana yang
baikuntukmengambiltindakantertentu.
2) Prilakuafektif
Mencakuppenilaianperasaan, tingkahlaku, minat, kesukaan, emosi dan
motivasi.
3) Perilakupsikomotorik
Mencakuppenilaiankeahlian.
Penilaianpsikomotorikadalahpenilaianpembelajaran yang
banyakmenggunakanpraktek, matapelajaran yang
tidakterdapatkegiatanpraktek, tidakterdapatpenilaianpsikomotoriknya.
Bentuk instrument yang
digunakanuntukassesmenportofolioadalahtestertulis (obyektif dan non-
obyektif), teslisan (wawancara), tesperbuatan (lembarpengamatan), non-
tes (angket, kuisioner), dan hasilkarya
b. Buku Log (log book)
Berisi catatan setiap langkah/ kegiatan peserta didik selama melaksanakan
praktik klinik, dan dari catatan ini akan banyak hal dapat diungkap. Catatan
yang lengkap akan membantu peserta didik mendeskripsikan apa yang terjadi
selama praktik klinik. Dari buku log ini, peserta didik dapat membahas dan
berkonsultasi dengan pembimbing mengenai suatu hal. Dari catatan kegiatan
33
itu, pembimibing akan bisa memberikan solusi yang akurat bagi permasalan
yang terjadi di lapangan, serta menialai kemampuan dan keaktifan peserta
didik.
34
BAB IV DOKUMENTASI
35