Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Disusun oleh :

KELOMPOK IV :
ZULFIKAR (180101013)
WAHDANIA (180101023)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI


FAKULTAS TARBIYAH DAM ILMU KEGURUAN
INSITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI
TAHUN AJARAN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Allah kepada allah subhanawata’ala atas berkat rahmat dan
karunianya la kita dapat mengerjakan tugas makalah. Allah Subehana Wataala telah
menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan mengutus nabi Muhammad sebagai
seorang teladan. Beliaulah cerminan dari praktik Al-Qur;an dalam perkara muamalah,
akhlak, dan terlebih lagi akidah dan ibadah.
Karena itu, setiap muslim semestinya menjadi petunjuk Rasulullah sesuai
dengan pemahaman para sahabatnya sebgai rujukan. Jika terdapat perbedaan
pendapat, sepantasnya kita kembali kepada dalil.Untuk itu mari kita beribadah diatas
ilmu. Mari kita beribadah sesuai dengan bimbingan Allah dan Rasul-Nya.
Untuk itu kami selaku kelompok empat, dengan izin Allah dapat
menyelesaikan makalah dengan tepat pada waktunya.
Kami sadar bahwa, makalah yang kami buat ini masih sangat jauh dari yang
namanya kesempurnaan. Untuk itu, kami selaku kelompok empat, berharap agar
teman-teman sekalian dapat memberikan kami saran dan kritikan yang bersifat
membangun agar di lain waktu kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi
dari pada sebelumnya.

Sinjai, Sseptember 2020

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGNTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Maksud dan Tujuan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat, makna dan fungsi puasa..................................................................3
B. Rukun dan syarat puasa.................................................................................7
C. Metode penetapan waktu puasa wajib (ramadhan)........................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman sekarang ini, kita melihat banyak orang yang mengenakan simbol
agama, namun tidak menghidupi makna simbol tersebut. Banyak orang berpeci
dan berbaju koko, namun tidak mencerminkan akhlak nabi yang diutus sebagai
pendidik, penyempurna akhlak. Orang berjilbab namun tidak mencerminkan sikap
yaang diteladankan para ummul mukminin.
Salah satu simbol agama yang juga rawan disalahgunakan adalah puasa.
Tentang hal ini, imam al-ghazali memberikan beberapa penjelasan yang
menuntun kita untuk mendapatkan keutamaan puasa seutuhnya. Hal yang paling
awal beliau sampaikan adalah peringatan agar kita tidak membatasi puasa hanya
sebatas puasa wajib dibulan ramadan. Jika kita memiliki pemahaman yang
demikian, kita akan kehilangan kesempatan untuk memperindah masa depan
akhirat dengan berbagai hal sunah, termasuk puasa sunah. Jarak kita dengan
mereka yang ahli puasa sunah diibaratkan sebagai penduduk bumi dan bintang
yang berpancar indah dilangit. Brpuasa tidaklah sebatas menjaga nafsu dan
syahwat. Namun lebih dari itu brpuasa adalah menjaga diri agar tidak melakukan
berbagai hal yang dibenci allah, baik yang bisa dilakukan oleh mata, lisan,
telinga, atau bagian tubuh yang lain. Menjaga diri agar tidak berkata hal-hal yang
sia-sia, juga agar tidak mendengar apa yang diharamkan oleh allah untuk
dilakukan termasuk dalam makna luas puasa.
Puasa merupakan ibadah yang memiliki keistimewaan dibandingkan
dengan ibadah-ibadah yang lain, seperti dituntutnya pelaku untuk benar-benar
ikhlas melakukannya, karena ibadah puasa boleh dikatakan sebagai ibadah yang
sifatnya rahasia, maka puasa hanya dapat dilaksanakan dengan baik oleh orang-
orang yang beriman saja.

1
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan pendidikan, kepedulian
social dan bulan yang penuh dengan kepekaan diri seorang hamba atas intruksi
Allah Swt. Bagian yang terakhir, merupakan bagian utama yang ingin
dijangkau oleh kalangan hamba Allah Swt., di bulan yang berisikan rahmat,
maghfirah dan pelepasan atau menjauhkan siksa api neraka bagi yang
berpuasa. Ramadhan identic dengan puasa dan merupakan jargon utama dari
aktivitas ibadah lainnya yang dilakukan oleh seorang hamba Allah Swt. Oleh
karena itu, puasa akan memberikan pendidikan, kepedulian sosial, dan jalan
menuju kedekatan diri seorang hamba kepada Allah Swt., melalui kepekaannya
dalam menghubungkan makna ibadah yang telah dilakukannya dengan kondisi
perbuatan individu dan sosialnya sehari-hari

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat, makna, dan fungsi puasa?
2. Bagaiamana rukun dan syarat puasa?
3. Bagaimana metode pnetapan waktu puasa wajib (ramadhan)?
C. Maksud Dan Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat, makna, dan fungsi puasa
2. Untuk mengetahui rukun dan syarat puasa
3. Untuk mengetahui metode penetapan waktu puasa wajib (ramadhan)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat, Makna, dan Fungsi Puasa


1. Hakikat Puasa
Pengertian puasa secara etimologi kata puasa yang dipergunakan
untuk menyebutkan arti dari al Shaum dalam rukun Islam ketiga ini dalam
bahasa arab disebut, ‫وم‬AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA‫ص‬
‫ صيام‬yang berarti puasa1.
Menurut L. Mardiwarsito dalam bahasa kawi
disebut “upawasa” yang berarti berpuasa2. Dalam Bahasa Arab dan alQur’an
puasa disebut shaum atau shiyam yang berarti menahan diri dari sesuatu dan
meninggalkan sesuatu atau mengendalikan diri3. Abi
Abdillah Muhammad bin Qasim al-Syafi’i mengatakan:

)‫ام‬AA‫اك( عن طع‬AA‫ة االمس‬AA‫ا لغ‬AA‫ام )معناهم‬AA‫د ران( لص‬AA‫وم مص‬AA‫و والص‬AA‫وه‬


‫ير‬AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA‫اوآالم اوس‬
Artinya: “Kata shiyam dan shaum keduanya merupakan bentuk
mashdar dari fi'il madhi shaama yang secara lughat
(bahasa) berarti menahan diri dari makan, berbicara, dan
berjalan”4.
Jadi, secara umum pengertian puasa menurut bahasa adalah

1
K.h. adib bisri dan k.h. munawar al-fatah, kamus indonesia arab, arab indonesia,
(surabaya: pusaka progessifme, 1999), hlm. 272.
2
L. Mardiwarsito, kamus jawa kuno(kawi), (indonesia: nusa indah, 1978), hal.380.
3
Mohammad daud ali, pendidikan agama islam, (jakarta: pt. Raja
grafindo persada, 1998), hal. 276.
4
Abi a'bdillah muhammad bin qasim al-syafi`i, tausyah a’'la fath al- qariib
al-mujib, (dar al-kutub al-islamiah, t.th.), hal.110.

3
menahan diri atau mengendalikan diri baik dari makan, bicara, maupun
berjalan.
Secara terminologi, pengertian puasa banyak dikemukakan oleh
para ahli, diantaranya oleh:
Abi Abdillah Muhammad bin Qasim al-Syafi'i

‫الص يام )وش رعا امس اك عن مفط ر( من نح و ش هوتي الف رج‬

‫والبطن لط ا ع ة املولى )بني ة مخصوص ة( آني ة الص وم عن‬

‫رمض ان او آف ارة او ن ذر)جمي ع نه ار( من اول النه ار الى اخ ره‬

) ‫قاب ل للص وم( فخ رج ب ه يوم ا العي د واي ام التش ريق وي وم الش ك بال‬

‫سبب )من مس لم عاق ل( اي مم يز)ط اهر من حيض ونف اس‬

(11 ‫ه‬ ‫كر في بعض‬ ‫اء وس‬ ‫ار ومن اغم‬ ‫ع النه‬ ‫ووالدة جمي‬
Artinya: “Puasa menurut syara' adalah menahan diri dari segala
sesuatu yang dapat membatalkannya seperti keinginan
untuk bersetubuh, dan keinginan perut untuk makan
semata-mata karena taat (patuh) kepada Tuhan dengan
niat yang telah ditentukan seperti niat puasa Ramadlan,
puasa kifarat atau puasa nadzar pada waktu siang hari
mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari
sehingga puasanya dapat diterima kecuali pada hari
raya, hari-hari tasyrik dan hari syak, dan dilakukan oleh
seorang muslim yang berakal (tamyiz), suci dari haid,
nifas, suci dari wiladah (melahirkan) serta tidak ayan dan
mabuk pada siang hari”.
2. Makna Puasa

4
Puasa dalam bahasa arab disebut as-saum atau as-siyam yang berarti
imsak atau “menahan diri dari sesuatu” dengan kata lain, puasa adalah
“menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh dapat dikatakan berpuas
sebab ia menahan diri darinya. Orang yang diam dapat dikatakan berpuasa
sebab ia menahan diri dari berbicara.
Ada makna tersendiri kenapa kita dianjurkan untuk berpuasa karena supaya
kita juga merasakan apa yang saudara-saudara kita yang kelaparan, yang
serba kekurangan.
Ibnu sina, seorang filsuf dan dokter muslim yang termahsyur,
mewajibkan puasa selama tiga minggu untuk beberapa kondisi penyakit yang
ditanganinya. Ada unsur lain yang menyebutkan bahwa ibnu sina
menganggap puasa sebagai unsur penting dalam penymbuhan penyakit cacar
dan penyakit kelamin. Menurutnya, puasa merupakan salah satu sarana
efektif untuk melepaskan beberapa mikroorganisme didalam tubuh, yang
diantaranya adalah mikroorganisme yang terdapat didalam penyakit kelamin.
Ini disebabkan karena puasa mengandung unsur yang dapat menghancurkan
sel-sel yang telah rusak untuk kemudian dibangunnya kembali menjadi sel-
sel yang baru. Inilah yang disebut dengan puasa dalam pengobatan penyakit
kelamin. Terapi ini sendiri merupakan pengobatan cara timur klasik.
Disamping itu, masih banyak lagi kondisi-kondisi yang dapat
dimanfaatkan dari pengobatan cara ini. Sehingga pada masa modern ini,
terapi puasa telah banyak dipergunakan oleh pakar kedokteran5
Pada prinsipnya, ibnu sina adalah sosok dokter jasmani dan psikolog
rohani yang telah menjadi teladan bagi segenap dokter dan psikolog dunia.
Resep obatna tidak melulu obat herbal atau kimia. Justru ibnu sina sering
menelaah sejumlah rutinitas ibadah seperti salat dan puasa yang sengaja
diperintahkan tuhan untuk dijalankan sebagai kewajiban normatif.
Shelton dalam bukunya tentang puasa, “Le Jeunu” dan riset yang
dilakukan oleh Lutzner H dalam bukunya yang berjudul “Kembali Hidup
Sehat Dengan Puasa” yang diterjemahkan oleh Thahir Ismail. Berikut ini
adalah beberapa manfaat puasa, yaitu:
 Puasa adalah bentuk relaksasi agar dapat melakukan perbaikan
terhadap kerusakan yang terjadi dalam anggota tubuh.
 Puasa dapat menghentikan proses penyerapan sisa-sisa makanan
didalam usus lalu membuangnya. Karena tanpa adanya proses
5
Hisyam Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Alqur’an dan hadis, (Jakarta:PT Sapta Sentosa,
Cet.III 2009), Jilid III, h.100.

5
pembuanga sisa-sisa sari makanan ini, maka akan mengakibatkan
penumpukan dan merubahnya menjadi racun. Sebagaimana juga
merupakan satu-satunya cara untuk membersihkan racun yang
tertumpuk didalam tubuh ataupun racun yang baru masuk melalui
makanan yang terkontaminasi.
 Jadi, selain puasa dijadikan sebagai ibadah juga dapat dijadikan
sebagai terapi untuk kesehatan tubuh.
3. Fungsi Puasa
Diantara fungsi puasa antara lain sebagai berikut:
 Membuktikan keimanan seseorang. Puasa merupakan ibadah sulit
kecuali bagi orang-orang yang memiliki keimanan kuat kepada
Rabb-nya. Karena itu dalam ayat yang menerangkan tentang syariat
perintah berpuasa, allah mengawalinya dengan ajakan terhadap
orang-orang beriman. Sebagaimana dalam ayat berikut ini.
١٨٣ ‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُك ِتَب َع َلۡي ُك ُم ٱلِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى ٱَّلِذ يَن ِم ن َقۡب ِلُك ۡم َلَع ۡم وَن‬
‫َّتُق‬‫َت‬ ‫ُك‬‫َّل‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.
(Q.S. Al-Baqarah:183)
 Penyucian diri yaitu jiwa dan rohani dengan menjauhi dari dengki,
hasad dan penyakit-penyakit hati lainnya.
 Berfungsi sebagai iluminasi atau cahaya. Puasa mampu
mendatangkan sinar dan cahaya bagi jiwa seseorang. Hal ini
biasanya terjadi pada orang-orang yang menjalani tarikat. Ketika
puasa, hal-hal yang tidak bisa terlihatpandang dengan mata batin
lama-kelamaan akan terlihat sebab puasa berfungsi sebaga cahaya
bagi mta batin untuk menyingkap hikmah.
 Fungsi kesehatan. Dalam ilmu keshatan jika dalam 1 hari makan 3
kali, berarti orang tersebut akan makan setiap 8 jam. Padahal
makanan yang kita telan diproses selama 4 jam dalam lambung
kemudian dalam usus selama 4 jam. Itu berarti usus dan perut tidak
pernah istirahat. Maka dengan berpuasa, kita memperpanjang masa
istirahat perut dan usus. Sehingga berfungsi sebagai penyehat badan
dan berefek pada kesehatan.sebagaimana disebutkan dalam sebuah
riwayat Shumu tashihhu puasalah kau maka kau akan sehat, meski
kualitas keshahihan hadis ini dikuatkan dengan hadis shahih lain.
Rasulullah SAW bersabda: “Segala sesuatu ada zakatnya dan zakat
tubuh adalah puasa.” (HR. Ibnu Majah)

6
 Fungsi transformatif atau perubahan. Saat puasa yang dilatih adalah
mental dan jiwa. Jika seseorang mengikuti ibadah puasa selama
sebulan; sahur, puasa menahan makan dan minum, lalu buka, maka
ketika kluar dari bulan puasa akan keluar dengan mental yang bagus.
Seperti halnya seseorang sebelum masuk militer tubuhnya berubah
semakin kekar dan kuat.

B. Rukun dan Syarat Puasa


 Puasa terdiri dari dua rukun. Dari dua rukun inilah hakikat puasa
terwujud. Dua rukun tersebut adalah sebagai berikut:
a) Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbitnya
fajar hingga terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan firman Allah s.w.t
“maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan
Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan )
antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian,
sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat al-Baqarah ayat 187.
‫س َّلُهَّۗن َع ِلَم ٱُهَّلل َأَّنُك ۡم ُك نُتۡم‬ٞ‫س َّلُك ۡم َو َأنُتۡم ِلَب ا‬ٞ‫ُأِح َّل َلُك ۡم َلۡي َلَة ٱلِّص َياِم ٱلَّر َفُث ِإَلٰى ِنَس ٓاِئُك ۚۡم ُهَّن ِلَب ا‬
‫َتۡخ َتاُنوَن َأنُفَس ُك ۡم َفَتاَب َع َلۡي ُك ۡم َو َع َف ا َعنُك ۖۡم َفٱۡل َٰٔـ َن َٰب ِش ُروُهَّن َو ٱۡب َتُغ وْا َم ا َكَتَب ٱُهَّلل َلُك ۚۡم َو ُك ُل وْا‬
‫َو ٱۡش َر ُبوْا َح َّتٰى َيَتَبَّيَن َلُك ُم ٱۡل َخ ۡي ُط ٱَأۡلۡب َيُض ِم َن ٱۡل َخ ۡي ِط ٱَأۡلۡس َو ِد ِم َن ٱۡل َفۡج ِۖر ُثَّم َأِتُّم وْا ٱلِّص َياَم ِإَلى‬
‫ٱَّلۡي ِۚل َو اَل ُتَٰب ِش ُروُهَّن َو َأنُتۡم َٰع ِكُفوَن ِفي ٱۡل َم َٰس ِج ِۗد ِتۡل َك ُح ُدوُد ٱِهَّلل َفاَل َتۡق َر ُبوَه ۗا َك َٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ٱُهَّلل‬
١٨٧ ‫َء اَٰي ِتِهۦ ِللَّناِس َلَع َّلُهۡم َيَّتُقوَن‬
Artinya: “Dihalalkan bagikamu, pada malam hari puasa, bercampur
(bersetubuh) Dengan isteri-isteri kamu. isteri-isteri kamu itu
adalah sebagai pakaian bagi kamu dan kamu pula sebagai
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahawasanya kamu
mengkhianati diri sendiri, lalu ia menerima taubat kamu dan
memaafkankamu. Maka sekarang setubuhilah isteri-isteri kamu
dan carilah apa-apa Yang telah ditetapkan oleh Allah
bagikamu; dan makanlah serta minumlah sehingga nyata
kepada kamu benang putih (cahaya siang) dari benang hitam
kegelapan malam), yaitu waktu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sehingga waktu malam (maghrib);
dan janganlah kamu setubuhi isteri-isteri kamu ketika kamu

7
sedang beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas larangan Allah,
maka janganlah kamu menghampirinya. demikian Allah menerangkan ayat-
ayatnya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.(Q.S. Al=Baqarah:187)
b) Niat
Dasar diwajibkannya niat adalah firman allah swt dalam surah al=bayyinah
‫َو َم ٓا ُأِم ُر ٓو ْا ِإاَّل ِلَيۡع ُبُدوْا ٱَهَّلل ُم ۡخ ِلِص يَن َلُه ٱلِّد يَن ُح َنَفٓاَء َو ُيِقيُم وْا ٱلَّص َلٰو َة َو ُيۡؤ ُتوْا ٱلَّز َك ٰو َۚة َو َٰذ ِل َك‬
٥ ‫ِد يُن ٱۡل َقِّيَم ِة‬
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat.yang
demikian Itulah agama yang lurus. (Q.S. Al-Bayyinah:5)
 Syarat Puasa
Syarat pewajibannya ada 4:
a. Islam: tidak diwajibkan kepada orang kafir sampai ia menjadi muslim.
b. Berakal: tidak diwajibkan bagi orang gila berpuasa sampai sadar.
c. Baligh: tidak diwajibkan kepada anak kecil sampai baligh. Tetapi anak
kecil diperintahkan berpuasa jika mampu, untuk membiasakan.
d. Mampu berpuasa: tidak wajib bagi yang lemah karena tua dan sakit
kronis (yang kecil harapan kesembuhannya). Sebagai gantinya, mereka
diwajibkan memberi makan satu orang miskin setiap hari yang
ditinggalkan.
Syarat sahnya puasa ada 6:
a. Islam: tidak sah jika dilakukan oleh orang kafir.
b. Berakal: tidak sah puasa orang gila sampai dia sadar.
c. Tamyiz (dapat membedakan): tidak sah puasa anak kecil sampai bisa
membedakan sesuatu.
d. Selesai dari haid: tidak sah puasa sampai selesai masa haidnya.
e. Selesai dari nifas: tidak sah puasa sampai selesai masa nifasnya.
f. Niat sedari malam bagi puasa wajib. Tidak sah puasanya tanpa niat, dan
tempat niat di hati6.

C. Metode penetapan waktu puasa wajib (Ramadhan)

6
Lihat Dalil at-Thalib oleh Syaikh Mar'i Ibn Yusuf hal.75-76

8
Allah SWT. telah memilih bulan Ramadhan, yaitu bulan
diturunkannya Al-Qur’an untuk berpuasa pada bulan itu kaum muslimin
diperintahkan berpuasa pada siang hari dan berlaku pada malam harinya.
Untuk mengetahui mulainya puasa atau 1 hari bulan Ramadhan. Allah SWT.
dan Rasul menunjukkan jalannya, yaitu melihat bulan. Sebagaimana dalam firman
Allah SWT. Dalam surah Al-Baqarah:185:
‫َش ۡه ُر َر َم َض اَن ٱَّلِذٓي ُأنِز َل ِفيِه ٱۡل ُقۡر َء اُن ُهٗد ى ِّللَّناِس َو َبِّيَٰن ٖت ِّم َن ٱۡل ُه َد ٰى َو ٱۡل ُفۡر َق اِۚن َفَم ن َش ِهَد ِم نُك ُم‬
‫ُد‬AA‫ة ِّم ۡن َأَّياٍم ُأَخ َۗر ُيِر يُد ٱُهَّلل ِبُك ُم ٱۡل ُيۡس َر َو اَل ُيِر ي‬ٞ ‫ٱلَّشۡه َر َفۡل َيُصۡم ُۖه َو َم ن َك اَن َم ِر يًضا َأۡو َع َلٰى َس َفٖر َفِع َّد‬
١٨٥ ‫ِبُك ُم ٱۡل ُع ۡس َر َو ِلُتۡك ِم ُلوْا ٱۡل ِع َّدَة َو ِلُتَك ِّبُروْا ٱَهَّلل َع َلٰى َم ا َهَد ٰى ُك ۡم َو َلَع َّلُك ۡم َتۡش ُك ُروَن‬
Artinya: “Bulan Ramadan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-
Qur’an sbagai petunjuk manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan batil). Karena itu, barangsiapa diantara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sbanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada haru-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan allah
atas petunjuk-Nya yang dibrikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (Q.S Al-
Baqarah:185)7
Quraish Shihab berpendapat bahwa uraian al-Qur'an tentang puasa
Ramadhan, ditemukan dalam surat Al Baqarah ayat 183, 184, 185 dan
187, ini berarti bahwa puasa Ramadhan itu diwajibkan setelah Nabi saw,
tiba di Madinah, karena Ulama’ al-Qur'an sepakat bahwa surat Al Baqarah
turun di Madinah. Para sejarawan menyatakan bahwa kewajiban
melaksanakan puasa Ramadhan ditetapkan oleh Allah Swt pada 10
Sya’ban tahun kedua Hijrah. Uraian al-Qur'an tentang kewajiban puasa di
bulan Ramadhan, dimulai dengan satu pendahuluan yang mendorong umat
Islam untuk melaksanakannya dengan baik, tanpa sedikit kesalahan pun8.
Dalam ayat di atas secara jelas menyatakan bahwa orang mulai
berpuasa sesudah melihat bulan dalam arti sesudah masuk bulan
Ramadhan dan bukan dalam arti sesudah tiap-tiap kita melihat bulan.
Begitu juga dengan hendak berhari raya karena dalam melakukan cara
ru’yah cukup dengan satu keterangan satu saksi saja. Saksi seorang
muslim telah cukup syarat untuk mulai berpuasa tetapi jika ada dua atau
lebih saksi yang mengaku melihat bulan itu adalah lebih baik dan afdhol.
Menurut istilah fiqh ru’yah adalah melihat bulan untuk menetapkan
satu hari bulan Ramadhan sebagai tanda mulai puasa, dan satu hari bulan
7
R.H.A.Soenarjo, SH. et all, Op.Cit., hlm. 45
8
M. Quraish Shihab, MA, Wawasan al-Qur'an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hlm.523.

9
Syawal untuk berhari raya. Sedangkan istilah hisab yaitu menetapkan satu
hari bulan Ramadhan dan satu hari bulan Syawal menurut perhitungan
ilmu falak (hisab).9
Dengan demikian untuk mengetahui jatuhnya waktu puasa dapat
dilakukan dengan melihat bulan (ru’yah) dan dengan ilmu falak (hisab)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian puasa secara etimologi kata puasa yang dipergunakan untuk
menyebutkan arti dari al Shaum dalam rukun Islam ketiga ini dalam bahasa arab

9
H. Abdullah Siddik, SH. Op.Cit., hlm. 146.

10
disebut, ‫وم‬AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA‫ص‬
‫ صيام‬yang berarti puasa.
Puasa dalam bahasa arab disebut as-saum atau as-siyam yang berarti imsak
atau “menahan diri dari sesuatu” dengan kata lain, puasa adalah “menahan diri
dari makan, minum, dan bersetubuh dapat dikatakan berpuas sebab ia menahan
diri darinya. Orang yang diam dapat dikatakan berpuasa sebab ia menahan diri
dari berbicara.
Ada makna tersendiri kenapa kita dianjurkan untuk berpuasa karena supaya
kita juga merasakan apa yang saudara-saudara kita yang kelaparan, yang serba
kekurangan.
Puasa terdiri dari dua rukun. Dari dua rukun inilah hakikat puasa
terwujud. Dua rukun tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menahan diri dari hal-hal yang mmbatalkan puasa
b. Niat.
Syarat Puasa:
 Syarat pewajibannya ada 4
 Syarat sahnya ada 6
Allah SWT. telah memilih bulan Ramadhan, yaitu bulan
diturunkannya Al-Qur’an untuk berpuasa pada bulan itu kaum muslimin
diperintahkan berpuasa pada siang hari dan berlaku pada malam harinya.
Untuk mengetahui mulainya puasa atau 1 hari bulan Ramadhan. Allah SWT.
dan Rasul menunjukkan jalannya, yaitu melihat bulan.
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta kritikan yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

K.h. adib bisri dan k.h. munawar al-fatah, kamus indonesia arab, arab indonesia, (surabaya:
pusaka progessifme, 1999), hlm. 272.

12
L. Mardiwarsito, kamus jawa kuno(kawi), (indonesia: nusa indah, 1978), hal.380.

Mohammad daud ali, pendidikan agama islam, (jakarta: pt. Raja


grafindo persada, 1998), hal. 276.

Abi a'bdillah muhammad bin qasim al-syafi`i, tausyah a’'la fath al- qariib
al-mujib, (dar al-kutub al-islamiah, t.th.), hal.110.

Hisyam Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Alqur’an dan hadis, (Jakarta:PT Sapta Sentosa, Cet.III 2009),
Jilid III, h.100.
Lihat Dalil at-Thalib oleh Syaikh Mar'i Ibn Yusuf hal.75-76
R.H.A.Soenarjo, SH. et all, Op.Cit., hlm. 45
M. Quraish Shihab, MA, Wawasan al-Qur'an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hlm.523.
H. Abdullah Siddik, SH. Op.Cit., hlm. 146.

13

Anda mungkin juga menyukai