2
PANDUAN PRAKTIS
IKTIKAF DAN SHALAT TASBIH
Diterbitkan
PD. Dewan Masjid Indonesia Kab. Situbondo
Bekerjasama dengan Polres Situbondo
Dan Ma’had Aly PP. Salafiyah Syafi’iyah
Sukorejo Situbondo
Cetakan kedua
2015
3
KATA PENGANTAR
Ketua Dewan Penasehat PD DMI Kab. Situbondo
بِ ْس ِم اهللِ َما َشآءَ اهلل َل ََس ْوق الَْي َر اَِل اهلل
ص ِرف الس ْوءَ اَِل اهلل ِ
ْ ََ بِ ْس ِم اهلل َما َشآءَ اهلل َل
بِ ْس ِم اهللِ َما َشآءَ اهلل َما َكا َن ِم ْن نِ ْع َمة فَ ِم َن اهلل
العلِي الْ َع ِظْي ِم ِ ِ ِ ِ
َ ب ْس ِم اهلل َما َشآءَ اهلل َل َح ْو َل َوَل ُ َوَة اَل باهلل
Alhamdulillah, bersyukur atas segala karunia yang telah
dianugerahkan Allah swt. terutama karunia iman dan Islam, hidayah dan
taufik serta sehat wal-‘afiat di dalam ketaatan dan ibadah.
Shalawat dan salam senantiasa terhatur kepada baginda Nabi
tercinta Muhammad Ibni Abdullah saw. teriring doa semoga limpahan
bening keberkahannya menyirami lahir batin kita.
Ketika dihaturkan kepada kami buku panduan praktis Iktikaf dan
Shalat Tasbih yang telah dirampungkan oleh team Lembaga Kader Ahli
Fiqh Ma’had Aly PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo atas permintaan Dewan
Masjid Indonesia Kab. Situbondo, kami pun menyambut positif seiring
dengan kebutuhan kaum muslimin untuk memahami ibadah sunah.
Beberapa waktu terakhir ini kegiatan Iktikaf dan shalat tasbih
menjadi program rutin beberapa masjid di tanah air terutama kegiatan
yang diadakan PD DMI Kab. Situbondo yang pada biasanya dilaksanakan
di bulan suci Ramadhan yang terkonsep dalam bentuk safari, anjangsana,
berpindah dari satu masjid ke masjid yang lain.
Tentu, buku ini diharapkan dapat menjadi penunjang bagi
bertambah sempurnanya pemahaman dan pengamalan ibadah sunah
tersebut.
4
Dengan adanya sebuah buku panduan yang dapat dibaca kapan pun
dan di mana pun, insyaallah akan memudahkan bagi siapa saja untuk
mendapatkan informasi yang memadai terkait ibadah Iktikaf dan shalat
Tasbih. Namun di dalam mengamalkan suatu ibadah yang terpenting
adalah adanya kesesuaian tata cara pelaksanaan, kontinuitas
(keistikamahan) dan keikhlasan.
Semoga kehadiran buku panduan praktis ini dapat menjadi sarana
untuk mempermudah setiap orang dalam rangka meraih manfaat yang
lebih besar serta meningkatkan amal kebaikannya. Dengan satu harapan
menjemput usia dalam husnul khatimah, menutup episode kehidupan ini
dengan sebuah akhir yang indah. Amin.
5
PENGANTAR
Ketua PD-DMI Kab. Situbondo
6
Akhirnya, kami pulangkan segalanya kepada Allah dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, sembari berharap semoga Allah selalu
memberi kita kemampuan untuk mengamalkannya dan buku ini
bermanfaat bagi izzul islam wal muslimin, Amin.
7
KATA PENGANTAR
KAPOLRES SITUBONDO
8
I’tikaf adalah bentuk taqarrub kepada Allah SWT yang dilakukan di
dalam masjid, letak esensinya justru karena keberaan kita yang berada di
masjid, bila dilakukan di luar masjid tentu istilahnya tidak lagi melekat di
dalamnya, pahala tetap kita terima, namun nama bukan lagi I’tikaf.
Pertanyaanya bolehkah kita tidak sepenuhnya ber’iktikaf selama
10 hari seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bila digunakan untuk
bekerja ?.
Maka jawabannya, tentu boleh. I’tkaf adalah berdiam diri di
masjid dengan melaksanakan amalan-amalan tertentu denga niat karena
Allah, syarat dan rukun I’tikafpun tidak mengharuskan 10 hari berdiam di
masjid. Asal pada saat berada di masjid, berdiam diri maupun pada saat
melaksanakan amalan selama tujuannya karena Allah dan diniatkan I’tikaf,
maka itu sudah dapat dikatakan sebagai I’tikaf.
Pahalanyapun berbeda antara I’tikaf satu jam dengan 10 hari.
Tetapi prinsipnya, bila kita tidak bisa melakukan sesempurna yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW, bukan berarti kita harus meninggalkan
semuanya. Cara Rasulullah SAW adalah cara yang paling ideal dan
sempurna, namun seluruh ulama sepakat bahwa syarata dah I’tikaf itu
tidak harus dilakukan sepanjang 10 hari. Dan Rasulullah SAW sendiri tidak
pernah mewajibkan I’tikaf 10 hari terhadap umatnya, Artinya secara syar’I
hukumnya tidak wajib. Dan orang yang tidak I’tikaf di bulan Ramadhan
tidak menanggung dosa apapun.
Bila kita melihat dari segi keutamaan ibadah, tentunya
melaksanakan I’tikaf itu sangat diutamakan dan dianjurkan, mengingat
besarnya pahala dijanjikan. Namun bila keadaan seseorang tidak bisa
demikian karena masih ada kewajiban lain sehingga tidak bisa lengkap 10
hari 10 malam, tidaklah mengapa dan pahala I’tikaf itu tidak gugur total
9
bila keluar masjid. Tidak seperti orang bayar puasa kaffarat yang harus 2
bulan berturut-turut, bila sekali saja tidak puasa meski sudah hari ke 59,
maka puasa selama 59 hari itu dianggap gugur.
Bahkan Asy-Syafi’I punya pendapat, sesebentar apapun kita
masuk masjid, asal diniatkan beri’tikaf, kita sudah dapat pahalanya. Tentu
tidak sama dengan pahala yang 10 hari 10 malam itu. Namun bila
dilakukan dengan sempurna tentu pahalanya pun akan sama besar
dengan usaha kita melakukannya.
10
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Mustasyar/Penasehat DMI
(KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy)___
Kata Pengantar
Ketua DMI
(KHR. Abdullah Faqih Gufron)___
Kata Pengantar
KAPOLRES SITUBONDO
(HADI UTOMO, SH, M.Hum.)___
Iktikaf
A. Pengertian Iktikaf
B. Dalil Iktikaf
C. Hikmah Iktikaf
D. Hukum Iktikaf
E. Tujuan Iktikaf
F. Macam-macam Iktikaf
G. Rukun-rukun Iktikaf
H. Hal-hal yang membatalkan Iktikaf
I. Hal-hal yang Disunnahkan ketika Iktikaf
J. Hal-hal yang Diperbolehkan ketika Iktikaf
Shalat Tasbih
A. Dasar Hukum Shalat Tasbih
B. Keistimewaan Shalat Tasbih
C. Tata Cara Shalat Tasbih
11
Doa Masuk Masjid
Niat Shalat Tahiyatul Masjid
Niat I’tikaf
Niat Shalat Hajat
Doa Keluar Mesjid
Doa Sesudah berwudhu
12
IKTIKAF
A. Pengertian
Iktikaf secara bahasa artinya menetapi atau menekuni sesuatu
kebaikan atau keburukan. Allah SWT berfirman;
]25 :َماثِيل الَِت أَنْت ْم ََلَا َعاكِفو َن} [اِلنبياء ِِ ِ ِ ِ ِ ِ َ َُ { إِ ْذ
َ ال ِلَبيه َوَُ ْومه َما َهذه الت
“(ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
"Patung-patung Apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?” (QS.
Al-Anbiyaa’ : 52)
Sedangkan iktikaf menurut syara’ adalah berdiam diri di masjid yang
dilakukan oleh orang-orang tertentu dengan cara tertentu dan disertai
adanya niat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Iktikaf adalah diam
beberapa waktu di masjid sebagai suatu ibadah dengan syarat-syarat
tertentu sambil menjauhkan pikiran dari hal yang bersifat duniawi untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan.
B. Dalil Iktikaf
Dalil al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 187:
)781 : (البقرة...اج ِد
ِ اشروه َن وأَنْتم عاكِفو َن ِف الْمس
ََ ْ َ ْ َ ْ ََولَ ت ب
ِ
“Janganlah kamu (para suami) mencampuri mereka (istri-istri) itu sedang
kamu beriktikaf di dalam masjid”. (QS. al-Baqarah: 187)
Dalil Hadits yaitu riwayat dari Ibnu Umar, Anas bin Malik dan
Sayyidatuna Aisyah Radiyallahu ‘Anhum:
ِ ِ ِ ِ
َ صلَى اهلل َعلَْيه َو َسلَ َم َكا َن ََ ْعتَكف ِف الْ َع ْش ِر ْاِل ََواخ ِر م ْن َرَم
ضا َن مْنذ ُدم َ َب َ ِأَ َن الن
)الْ َم ِدَْنَ ِة إِ َل أَ ْن تَ َوفَاه اهلل تَ َع َال (متفق عليه
13
“Sesungguhnya Nabi saw. melakukan iktikaf pada sepuluh terakhir dari
bulan Ramadlan sejak beliau datang ke Madinah hingga beliau wafat”.
(Muttafaq ‘Alaih)
C. Hikmah Iktikaf
Iktikaf merupakan salah satu bentuk ikhtiar untuk membeningkan
hati dalam rangka bermuraqabah (mendekatkan diri) kepada Allah swt.
Iktikaf adalah suatu upaya meraih kasih sayang Ilahi dengan cara
memfokuskan diri secara total untuk beribadah kepada Allah swt. serta
menjauhkan diri dari kesibukan duniawi yang bisa menghalanginya untuk
mendekatkan diri kepada-Nya.
Mu’takif sebaik mengisi sebagian besar waktu iktikafnya dengan
memperbanyak melaksanakan shalat sunah, karena tujuan
disyariatkannya iktikaf adalah agar seseorang hidup membiasakan
menunggu tibanya shalat berjamaah di dalam masjid. Di samping itu pula
iktikaf dimaksudkan agar si mu’takif hendaknya dapat meniru perbuatan
para Malaikat yang tidak pernah bermaksiat kepada Allah serta
melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya seraya mereka bertasbih siang
malam.
D. Hukum Iktikaf
Hukum asal iktikaf adalah sunah. Namun, pada sepuluh terakhir dari
bulan Ramadlan hukumnya sunah muakkad (sangat dianjurkan)
berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim di atas.
Iktikaf bisa menjadi wajib manakala seseorang bernadzar untuk
melakukannya. Ketika seseorang bernadzar melakukan iktikaf, maka dia
wajib memenuhinya nadzarnya sesuai dengan tatacara iktikaf yang
dinadzarkan. Jika bernadzar iktikaf secara berurutan ()متَتَابِع, maka dia wajib
melaksanakannya secara terus menerus tanpa terputus. Sebaliknya jika
bernadzar iktikaf dengan hanya sekadar menentukan jumlah hari tanpa
harus berurutan () َغْي ر متَتَابِع, maka dia boleh melaksanakan nadzar iktikafnya
14
secara berurutan atau terputus-putus yang penting jumlah harinya sudah
terpenuhi.
E. Tujuan Iktikaf
Tujuan dari iktikaf sebagai berikut:
1. Membersihkan hati dan jiwa.
2. Mendekatkan diri kepada Allah swt.
3. Menggunakan seluruh waktu untuk fokus beribadah.
4. Melepas diri dari kesibukan duniawi.
5. Memasrahkan diri serta mempercayakan segala urusan kepada Allah
SWT.
F. Macam-macam Iktikaf
Iktikaf dibagi menjadi dua macam. Pertaman, iktikaf wajib, yaitu
iktikaf yang dinadzarkan. Bagi seseorang yang bernadzar melakukan
iktikaf, maka wajib baginya untuk melafadzkan niat iktikaf, tidak cukup
niat dengan hati.
Artinya, dia juga berkewajiban untuk melaksanakannya secara
berurutan jika bernadzar iktikaf secara berurutan ()متَتَابِع. Akan tetapi, jika
dia tidak berniat melaksanakannya secara berurutan maka boleh
dilaksanakan secara berurutan atau tidak berurutan () َغ ْي ر متَتَابِع.
Kedua, iktikaf sunah, yaitu seseorang yang berniat iktikaf karena
Allah swt. agar bisa memperoleh derajat di sisi-Nya.
G. Rukun-rukun Iktikaf
Rukun iktikaf ada 4: mu’takif (orang yang beriktikaf), niat, mu’takaf
fihi (tempat iktikaf), dan berdiam diri di masjid.
1. Mu’takif (orang yang beriktikaf)
Iktikaf boleh dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang
telah memenuhi syarat-syarat berikut:
15
a. Islam. Non-muslim tidak sah beriktikaf karena ia tidak ahl al-ibadah.
b. Berakal. Orang gila, orang mabuk serta orang yang sedang
mengalami penyakit epilepsi (mughma ‘alaih) tidak sah beriktikaf
karena niat iktikaf yang dilakukannya tidak sah. Sementara niat
adalah salah satu rukun iktikaf.
c. Tamyiz. Anak kecil yang sudah tamyiz sah iktikafnya karena ia sudah
termasuk ahl al-ibadah, sebagaimana sah pula puasa sunnah yang
dilakukannya.
d. Suci dari janabah , haid dan nifas. Orang junub (disebabkan keluar
mani atau sesudah berhubungan badan), perempuan yang sedang
haid atau nifas tidak boleh beriktikaf karena mereka diharamkan
memasuki masjid.
e. Izin dari suami. Iktikaf seorang istri yang tidak memperoleh izin dari
si suami adalah meskipun iktikaf nadzar (wajib).
2. Niat
Iktikaf merupakan ibadah maqshudah/mahdlah sehingga wajib
untuk berniat, baik iktikaf wajib ataupun iktikaf sunnah. Demikian pula
wajib menyebutkan lafadz “fardlan” atau “sunnatan”, agar bisa
dibedakan antara iktikaf wajib atau sunnah.
Bagi mu’takif yang keluar dari masjid karena ada suatu
kebutuhan maka ketika ia kembali lagi ke masjid untuk beriktikaf
diharuskan untuk memperbarui niat iktikafnya, karena ia dianggap
telah memutus iktikaf yang telah dilakukan.
3. Mu’takaf Fihi (tempat iktikaf)
Iktikaf dilakukan di masjid, baik di serambi, loteng, atau menara
masjid. Masjid Jami’ (masjid yang didirikan shalat berjamaah) lebih
utama daripada masjid yang tidak dilaksanakan shalat berjamaah. Hal
ini sesuai dengan hikmah disyariatkannya iktikaf, yaitu untuk
menunggu shalat berjamaah. Berdasarkan perkataan Ibnu Mas’ud,
“Tidak (sempurna) iktikaf kecuali dilakukan di masjid jama’ah (masjid
yang didirikan shalat berjamaah)”. (HR. Thabrani)
16
4. Berdiam Diri di Masjid
Berdiam di dalam masjid merupakan salah satu dari rukun iktikaf.
Tidak disyaratkan ketika iktikaf si mu’takif diam tidak bergerak, tapi
mu’takif boleh mondar-mandir di dalam masjid.
Namun, mengenai ukuran lama berdiamnya ulama berbeda
pendapat. Ada yang mengatakan satu jam, setengah hari, sehari
semalam, bahkan ada yang mengatakan diam sebentar melebihi
ukuran tuma’ninah (diam sebentar ketika berpidah dari satu rukun ke
rukun yang lain) dalam shalat. Jumhur ulama mengatakan yang
disunnahkan adalah tidak kurang dari sehari semalam, karena tidak
pernah dijumpai Rasulullah Saw beriktikaf kurang dari sehari semalam.
17
inzal (keluar mani). Jika tidak sampai inzal maka tidak membatalkan
iktikaf akan tetapi dimakruhkan
2. Keluar dari masjid tanpa udzur syar’i dan adanya kebutuhan
Keluar dari masjid, dalam waktu lama maupun sebentar dapat
membatalkan iktikaf. Hal ini jika dilakukan tanpa ada hajat (kebutuhan)
atau tanpa alasan yang dapat dibenarkan oleh syariat (udzur syar’i),
baik iktikaf wajib atau sunnah. Sebaliknya, jika keluar karena ada hajat
atau udzur syar’i maka diperbolehkan dan membatalkan iktikaf. Hanya
saja ketika udzur dan suatu hajat sudah terpenuhi maka wajib bagi
mu’takif segera kembali ke masjid untuk melanjutkan iktikafnya.
Adapun hajat (kebutuhan) dan udzur syai’i yang membolehkan
mu’takif keluar dari masjid, di antaranya adalah:
a. Membuang air besar atau kencing
b. Berwudlu’
c. Mandi wajib
d. Mandi untuk shalat Jumat dan shalat ‘Id (Idul Fitri dan Idul Adha)
e. Makan
f. Minum
g. Sedang sakit parah atau tidak parah tapi dikhawatirkan akan
semakin bertambah sakitnya jika tidak keluar mesjid.
h. Menjenguk orang sakit
i. Melaksanakan salat jenazah
j. Menjadi saksi di mana tidak ditemukan saksi lain selain hanya
dirinya.
k. Keluar mesjid karena bangunannya hendak roboh
l. Keluar mesjid karena lupa bahwa dirinya sedang beriktikaf
m. Dipaksa keluar oleh seseorang sementara mu’takif tidak bisa
melawannya.
3. Gila dan Epilepsi
Salah satu di antara hal-hal yang bisa membatalkan iktikaf adalah si
mu’takif gila di saat sedang beriktikaf. Gila yang dapat membatalkan
18
iktikaf ialah gila yang membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Jika
gilanya hanya sebentar maka tidak membatalkan iktikaf dan tidak juga
memutus iktikaf yang dinadzarkan secara berurut ()متَتَابِع. Pada saat ia
sembuh dari gilanya maka cukuplah baginya meneruskan iktikaf yang
sudah dilakukan sebelumnya tanpa harus memulainya dari awal.
4. Murtad
Murtad (keluar dari Islam) dapat membatalkan iktikaf. Namun
apabila ia kembali masuk Islam maka tidak wajib terhadap dirinya
untuk meng-qadla’ iktikaf wajib sekalipun, karena dengan kembalinya
ia memeluk agama Islam maka terhapuslah beban kewajiban
iktikafnya. Allah SWT berfirman:“Katakanlah kepada orang-orang
kafir itu, “jika mereka berhenti (dari kekafirannya) niscaya Allah akan
mengampuni mereka akan dosa-dosa mereka yang telah lalu…” (QS.
al-Anfaal: 38)
5. Mabuk
Demikian pula mabuk bisa menyebabkan iktikaf menjadi batal.
Dengan syarat mabuk yang dialaminya disebabkan adanya unsur
kesengajaan misalnya ia mengkonsumsi barang-barang yang
berpotensi memabukkan, seperti bir, ganja, narkotika, dll.
6. Haid dan Nifas
Perempuan yang sedang haid dan nifas dilarang melakukan iktikaf
karena haram hukumnya baginya berdiam di mesjid.
Jika haid maupun nifas terjadi pada saat sedang beriktikaf, maka
wajib baginya untuk segera keluar dari mesjid.
Bagi perempuan yang sedang mengalami istihadlah (mengalami
pendarahan di luar waktu haid dan nifas) di saat iktikaf, maka jika
dikhawatirkan akan mengotori masjid ia wajib keluar dan iktikafnya
batal. Sebaliknya, jika tidak khawatir mengotori masjid maka ia tidak
boleh keluar.
19
I. Hal-hal yang Disunnahkan ketika Iktikaf
1. Memperbanyak shalat sunnah
2. Menyibukkan diri membaca al-Qur’an
3. Berdzikir; tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar
4. Memperbanyak doa
5. Membaca sholawat
6. Berpuasa
7. Mempelajari ilmu-ilmu syariat, semisal tauhid, tafsir, hadis, sejarah
Nabi, fikih, dll
8. Menjauhkan diri dari hal-hal berbau maksiat dan tidak bermanfaat,
baik perkataan atau perbuatan
9. Memakai pakain yang bagus
20
SHALAT TASBIH
A. Dasar Hukum Shalat Tasbih
Shalat Tasbih termasuk salah satu shalat sunnah. Ciri khas Shalat
Tasbih adalah terdapat bacaan tasbih di dalamnya. Shalat Tasbih terdiri
dari empat rakaat dengan 300 kali bacaan tasbih. Asal mulanya Nabi
Muhammad Saw menganjurkan shalat ini kepada paman beliau, yaitu
Sayyidina Abbas Ibn Abdul Mutthalib, sebagaimana dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud berikut ini:
21
َمَرة فَِإ ْن َلْ تَ ْف َع ْل فَِفى كل َش ْهر َمَرة فَِإ ْن َلْ تَ ْف َع ْل فَِفى كل َسنَة َمَرة فَِإ ْن َلْ تَ ْف َع ْل
» فَِفى عم ِرَك َمَرة
Dari Ibn Abbas: “Sesungguhnya Rasulullah Saw berkata pada
Abbas Ibn Abdul Mutthalib: “Wahai Abbas, pamanku! Maukah Engkau
Kuberi sepuluh perkara. Apabila engkau melakukan hal tersebut maka
Allah akan mengampuni dosa-dosamu dari awal hingga akhir, baik yang
dulu maupun yang sekarang, baik yang disengaja maupun tidak, baik
yang besar maupun kecil, baik yang tersembunyi maupun yang terang-
terangan. Yaitu: Engkau shalat empat rakaat. Dalam setiap rakaat Engkau
membaca al-Fatihah dan satu surat lainnya. Bila Engkau telah selesai
membaca surat itu pada rakaat pertama, maka tetaplah berdiri sambil
membaca Subhanallah wa Alhamdulillah wa Lailahaillallah wa Allahu
Akbar sebanyak 15 kali. Lalu Engkau rukuk sambil membaca tasbih
tersebut 10 kali. Lalu Engkau bangkit dari rukuk (I’tidal) sambil membaca
tasbih 10 kali. Lalu Engkau sujud seraya membaca tasbih 10 kali. Lalu
Engkau bangun dari sujud (duduk di antara dua sujud) seraya membaca
tasbih 10 kali. Lalu Engkau sujud lagi seraya membaca tasbih 10 kali. Lalu
Engkau bangun dari sujud (duduk istirahah) seraya membaca tasbih 10
kali. Sehingga itu semua (bacaan tasbihnya) sebanyak 75 kali dalam satu
rakaat. Lakukanlah itu dalam empat rakaat. Jika Engkau mampu
melakukannya sekali setiap hari, maka lakukanlah. Jika tidak, maka setiap
Jumat sekali. Jika tidak, maka setiap bulan sekali. Jika tidak, maka setiap
tahun sekali. Jika tidak, maka seumur hidup sekali.” (HR. Abu Dawud)
23
ت أَ ْكثَ َر ِم ْن َزبَ ِد الْبَ ْح ِر
ْ َت َخطَاََاه َوإِ ْن َكان
ِ ِِ ِ ِ
ْ َال سْب َحا َن اهلل َوِبَ ْمده مائَةَ َمَرة حط
َ َُ َم ْن
)(رواه البخاري ومسلم
Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallahi wa bi hamdihi 100x maka
Allah dihapuskan kesalahan meskipun kesalahannya itu sebanyak buih
lautan’ (HR Bukhari dan Muslim)
4. Punya perkebunan kurma di surga
ْ ت لَه ََنْلَة ِف ِِ ِ ِ ِ
)اْلَنَة (رواه الرتمذ ِي ْ ال سْب َحا َن اهلل الْ َعظْي ِم َوِبَ ْمده غ ِر َس
َ َُ م ََ ْن
‘Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallahil azhimi wa bi hamdihi,
maka ditanamkan baginya satu pohon kurma di surga’ (HR at-Tirmidzi)
5. Terhindar dari kesedihan dan penyakit-penyakit berat (misal: stroke)
Suatu kali Qabishah al-Makhariq mendatangi Rasulullah dan
berkata, ‘Wahai Rasulullah, ajarkan aku beberapa kalimat (ucapan) yang
dengannya Allah memberi manfaat kepadaku, karena sungguh umurku
sudah tua dan aku merasa lemah untuk melakukan apapun’. Lalu
Rasulullah berkata, ‘Adapun untuk duniamu, maka ketika engkau selesai
shalat Shubuh, maka ucapkanlah tiga kali:
اهلل الْ َعلِي الْ َع ِظْي ِم
ِ ِ ولَ حو َل ولَ ُ َوَة إِلَ ب،اهلل وِِبم ِد ِه سبحا َن اهللِ الْع ِظي ِم
َ َْ َ ْ َ َْ
ِ
ْ َ َ سْب َحا َن
)(رواه ابن السين وأمحد
Jika engkau membacanya, maka engkau terhindar dari kesedihan, kusta
(lepra), penyakit biasa, belang, lumpuh akibat pendarahan otak (stroke)…’
(HR Ibnu as-Sunni dan Ahmad)
6. Senjata menghadapi persoalan besar
Diriwayatkan dari Abu Hurayrah, bahwa jika Rasulullah menghadapi
persoalan penting, maka beliau mengangkat kepalanya ke langit sambil
mengucapkan: Subhanallahil azhim, dan jika beliau bersungguh-sungguh
dalam berdoa, maka beliau mengucapkan: Ya hayyu ya qoyyum (HR at-
Tirmidzi)
24
7. Senjata menghadapi krisis pangan
Rasulullah bersabda,
فَ َم ْن َكا َن،َسبِْيح َوالتَ ْق ِدَْس ِ ِ ِ ِ َ ْ ِطَ َعام الْم ْؤِمن
ْ الت:ْي ِف َزَم ِن ال َد َجال طَ َعام الْ َمالَئ َكة
ِ َمْن ِطقه ََوِمئِذ الت
)ع (رواه اْلاكم َ اْل ْو َ َسبْي َح أَ ْذ َه
ْ ب اهلل َعْنه ْ ْ
‘Makanan orang beriman pada zaman munculnya Dajjal adalah makanan
para malaikat, yaitu tasbih dan taqdis. Maka barangsiapa yang ucapannya
pada saat itu adalah tasbih, maka Allah akan menghilangkan darinya
kelaparan’ (HR al-Hakim)
Melakukan shalat Tasbih bukanlah perbuatan bid’ah, seperti yang
dikatakan oleh segelintir orang. Shalat Tasbih termasuk kebiasaan orang-
orang shalih. Abdullah bin Mubarok dan generasi sesudahnya selalu
melakukannya.
Kata Syaikh Ali al-Khawwash, ‘Sebaiknya shalat tasbih dilakukan
sebelum shalat hajat, karena shalat tasbih ini menghapus dosa-dosa,
dengan demikian menjadi sebab terkabulnya hajat’.
C. Tata Cara Shalat Tasbih
Shalat Tasbih termasuk salah satu shalat sunnah mutlak. Sehingga
shalat Tasbih dapat dilakukan kapan pun, kecuali waktu-waktu yang
dimakruhkan untuk shalat, seperti setelah shalat Ashar, setelah shalat
Shubuh dan waktu Istiwa’ selain hari Jumat.
Shalat Tasbih bila dilakukan pada siang hari, maka ketika itu lebih
baik dilakukan dengan sekali salam (empat rakaat sekaligus). Sedangkan
bila dilakukan pada waktu malam, maka lebih baik dilakukan dengan dua
kali salam (dua rakaat-dua rakaat).
Dalam setiap rakaat membaca tasbih sebanyak 75 kali. Sehingga
dalam empat rakaat bacaan tasbih berjumlah 300 kali (75x4=300).
Bacaan Tasbih:
اْلَ ْمد لِلَ ِه َولَ إِلَهَ إِلَ اللَه َواللَه أَ ْكبَر
ْ سْب َحا َن اللَ ِه َو
Boleh juga ditambah bacaan:
25
َولَ َح ْوَل َولَ ُ َوةَ إِلَ بِاهللِ الْ َعلِي الْ َع ِظْي ِم
Shalat Tasbih bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Cara pertama
Nno Gerakan Shalat Tasbih
1 Di saat berdiri setelah 15
bacaan al-Fatihah dan
surat lainnya
2 Di saat Rukuk 10
3 Di saat I’tidal 10
4 Di saat Sujud 10
5 Di saat duduk di antara 10
dua sujud
6 Di saat Sujud 10
7 Di saat duduk Istirahah 10
dan sebelum bacaan
Tasyahhud rakaat
terakhir
Jumlah 75
Cara kedua
No Gerakan Shalat Tasbih
1 Di saat berdiri Sebelum 15
bacaan al-Fatihah
2 Di saat berdiri setelah 10
bacaan al-Fatihah dan
surat lainnya
3 Di saat Rukuk 10
4 Di saat I’tidal 10
26
5 Di saat Sujud 10
6 Di saat duduk di antara 10
dua sujud
7 Di saat Sujud 10
Jumlah 75
28
ZIKIR, NIAT DAN DO’A
Dzikir I’tikaf
.1أَ ْش َهد اَ ْن َل إِلَهَ إَِل اهلل َواَ ْش َهد أَ َن ُمَ َمدا الَرس ْول اهللِ ×3
َستَ ْغ ِفر اهللَ اْ َلع ِظْيم َوأَت ْوب إِلَْي ِه × 711 .2أ ْ
ِ ِ .3أ ِ
َِّب َوأمى ×77 َستَ ْغفر اهللَ اْ َلعظْيم ِلِ ْْ
َستَ ْغ ِفر اهللَ اْ َلع ِظْيم ِِل ْستَ ِاذ ْى ×77 .4أ ْ
ات ×77 .5أَست ْغ ِفر اهلل اْلع ِظيم لِْلمؤِمنِْي واْملؤِمنَ ِ
َ َ ْ ْ َْ َ ْ َْ
ات ×77 .6أَست ْغ ِفر اهلل اْلع ِظيم لِْلمسلِ ِمْي واْملسلِم ِ
ْ َْ َ ْ َ َ َ ْ َْ
ِ ِ ِ ِ ِ .7أ ِ
ب إِلَ َرب اْ َلعالَم ْ َ
ْي ×3 َستَ ْغفر اهللَ اْ َلعظْيم م ْن كل َذنْب َعظْيم َل ََ ْغفر الذن ْو َ ْ
صلَى اهلل َعلَْي ِه َو َسل م ×711 لى ُمَ َم د َ صلى اهلل َع َ
َ َ .8
ك ََ َارس ْول اهللِ ×711 ص َالة َوال َس َالم َعلَْي َ
.9ال َ
صلَ َوت نَا ِرَة ×77 َ .11
ك اْلقد ْو ِس ×77 .11سبحا َن اْمللِ ِ
َ َْ
.12سب ْوح ُد ْوس َرب نَا َوَرب اْمل َالئِ َك ِة َوالرْو ِح ×77
َ
29
ك ِم ْن ِ أ. أَ ْشهد اَ ْن َل إِلَه إَِل اهلل.13
َ ِاك َواْلَن َِة َونَع ْوذب
َض َ ك ِر
َ نَ ْسئَ ل. ََستَ ْغفر اهلل ْ َ َ
×77 ك َوالنَا ِر َ َس َخ ِط
×77 اعف َعنَا ْ ََك َع ْفو َك ِرْْي ِِتب اْ َلع ْف َو ف
َ اَللَه َم إِن.14
ِِ ِ ِ َ َت سْبحان ِ ِ
×373 ْي َ ْ ِّن كْنت م َن الظَالم ْ كإ َ َ ْ َلإلَ َه إَلأَن.15
ِ لَإِلَه إَِل اهلل ُم َم دا رسول اهلل.16
َ َ َ
... اَل د َعاء.17
Doa Masuk Masjid
اب َر ْمحَتِك ِ
َ اَللَه َم ا ْغف ْرِل ذن ْوِب َوافْ تَ ْح ِ ْل أَبْ َو
“Ya Allah Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosaku dan bukalah pintu-pintu
kaish sayangMu.”
Niat I’tikaf
ِ اف ِِف ه َذا اْملس ِج ِد سنَة ِ
هلل تعال ْ َ َ نَ َوَْت اْ ِلعت َك
“ Saya berniat beri’tikaf di masjid ini untuk melakukan kesunahan karena
Allah Ta’ala.”
Niat Shalat Tasbih
اهلل أكْب.(مأم ْوَما) هللِ تَ َع َال ِ ْ َصلَي سنَةَ التَسبِْيح رْك َعت
َ ْي ْ ْ َأ
30
“Saya berniat melakukan shalat sunah tahiyyatal masjid dua rakaat
karena Allah ta’ala. Allahu Akbar.”
31
DAFTAR RUJUKAN
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari, tt, Shahih al-
Bukhari, Beirut: Maktabah as-Tsaqafiyah.
Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sijistani, 2013, Sunan Abi Dawud,
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah.
Al-Maushu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah, Maktabah as-Syamilah.
Muhammad bin Ali bin Muhammad as-Syaukani, 1999, Nail al-Awthar,
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah.
Sayyid al-Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi al-Mishri, 2007,
I’anatu at-Thalibin, Indonesia: al-Haromain.
Wahbah az-Zuhaili, 2012, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-
Fikr.
Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, 2006, Fath al-Mu’in, Indonesia: al-
Haromain.
Zakariyya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, 2014, Minhaj at-Thalibin wa
‘Umdatu al-Muftin, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah.
32
PENGURUS DAERAH
DEWAN MASJID INDONESIA KAB. SITUBONDO
Sekretariat : Jl. Basuki Rahmad 517 A Situbondo
Bank Jatim No : 143-00-1423190-4
PEMBINA
1. BUPATI SITUBONDO
2. KAPOLRES SITUBONDO.
3. KEPALA KANTOR KEMENAG. KAB. SITUBONDO
MAJLIS MUSTASYAR
KETUA
KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy
ANGGOTA
1. KH. Abdul Hadi Chozin
2. KH. Jaiz Badri Masduki
3. Habib Muhammad bin Abu Bakar Al Muhdhar
PENGURUS HARIAN
Ketua
KHR. Abdullah Faqih Ghufron
Wakil Ketua
KH. Zaini Munim Ridlwan, S.HI
Wakil Ketua
KH. Syafi’ie Chotib, BA
Wakil Ketua
K. Mahrus Ali
33
Sekretaris
Drs. Abd. Rahem, M.Pd.I
Wakil Sekretaris
M. Hanif, S.Ag, M.Pd.I
Wakil Sekretaris
Basridatul Fauzi, S.H.I
Bendahara
H. Anang Haerul Rusdi, SH
Wakil Bendahara
H. Joko Mulyono, SE
BIDANG-BIDANG
1. Pemberdayaan Organisasi dan Idaroh
a. H. Saful Bari, S.Sos, MM
b. H. Rif’an Junaidi, S.Ag, M.Si
c. Drs. H. Laili Hasan, M.Pd.I
2. Latihan dan Dakwah
a. Drs. H. Kaspon, MHI
b. Abu Rawi, S.Pd.I
c. H. Abd Mukti, S.Ag, M.Pd.I
d. Drs. Fauzan Thoha, M.Pd.I
3. Sarana dan Badan Hukum
a. HM. Mansur, SH
b. H. Moh. Arif, S.Ag, M.Pd.I
c. H. Sugiono, SH
d. Joni Zeini Sasmanto, SH, MH
4. Usaha Pemberdayaan Ekonomi Umat
a. Drs. H. Hanafi, MM
b. H. Malikul Irfan
c. Yusriyanto
5. Kepemudaan dan Remaja
a. Moh. Zainal Arifin, S.Pd.
34
b. Nur Cholish, S.Ag
c. Yusuf Qomarul Huda, S,Ag
6. Peranan Perempuan
a. Hj. Lutfiyah Nadifa, S.Pd
b. Rahmatillah, SS, M.Si
c. Rita Ningtyas Galuh Sekar Tadji, S.Pd. Mat
e. Fajriyatul Fitri, SS
7. Kesehatan dan Lingkungan
a. H. Ridwan Sudihardjo, S.Sos, M.Si
b. dr. Hj. Yoni Firosita
c. H. Andy Santoso A. Mk, S.Sos
8. Jaringan Informasi
a. Sugeng Darmo Sucipto, S.Sos
b. Sajidi, S.Sos
c. Sugihartono, S.Pd.I
Ditetapkan di Situbondo
Pada Tanggal 6 Ramadhan 1439 H
21 Mei 2018 M
PENGURUS DAERAH
DEWAN MASJID INDONESIA KAB. SITUBONDO
K E T U A,
35