Anda di halaman 1dari 2

SERI TAUJIHAT RI’AYAH MA’NAWIYAH KADER PK-SEJAHTERA 1424 H

TAUJIHAT DUA PEKANAN


Seri 31/67
Kewajiban Lebih Banyak Dari Waktu Yang Dimiliki
‫السلما هلعليكم هلورحةم هلال هلوبركاته‬
‫ هلأما هلبعد‬،‫ هلوعلى هلآله هلوصحبه هلومن هلتبع هلهداها هلووالها‬،‫ هلوالصلةا هلوالسلما هلعلى هلرسول هلال‬،‫ هلالمحد هلل‬،‫بسم هلال‬:
Memahami Kewajiban
Kebanyakan orang memahami kewajiban sebagai beban berat yang harus dipikul dan
dipertanggungjawabkan di hadapan pemberi kewajiban itu. Sehingga yang terbayang adalah
pemberat-pemberat yang ada di pundak. Dan semakin banyak kewajiban yang ada maka semakin
terasa berat pula beban hidupnya. Sungguh kasihan hidup yang penuh beban, selalu merasa dalam
penderitaan dan tekanan.
Berbeda dengan orang beriman, ia memahami kewajiban yang telah Allah tetapkan dengan
pemahaman yang indah dan menyenangkan, ia memahami kewajiban itu sebagai :
1. Peluang terbesar untuk mendekatkan diri kepada-Nya,
2. Peluang untuk meningkatkan kualitas diri, dan
3. Tangga untuk memperoleh cinta Allah, yang dengan cinta itu manusia akan
terjaga dirinya,
4. Menjauhkan diri dari tarikan dunia dan menfokuskan diri pada sikap rabbani.
Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah swt berfirman dalam hadits Qudsi.

Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku nyatakan perang kepadanya. Dan
tidak ada amal ibadah yang dilakukan hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku
lebih Aku cintai dari pada kewajiban yang telah Aku tetapkan atasnya. Dan hamba-Ku
akan terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku
mencintainya. Maka ketika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia
gunakan untuk mendengar, mata yang dipergunakan untuk melihat, tangan yang
dipergunakan untuk memegang, kaki yang dipergunakan untuk berjalan. Jika ia meminta-
Ku pasti akan Aku berikan, dan jika ia meminta perlindungan-Ku pasti akan Aku lindungi.
HR Bukhari

Kadar kewajiban
Allah swt telah mendistribusikan kewajiban bagi manusia ini sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan setiap orang, Firman Allah:
‚W ñÈPYÕVÑSTÿ JðS/@… †[©pTÉWTß ‚PVMX… &†WäWÅóªSè
Dan Allah tidak membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan apa yang dimampui.
QS. 2/Al Baqarah: 286

Kewajiban guru berbeda dengan kewajiban murid, kewajiban imam berbeda dengan kewajiban
makmum, kewajiban orang miskin berbeda dengan kewajiban orang kaya dst masing-masing telah
mendapatkan porsi kewajiban yang sebanding dengan kebutuhan kebaikan yang hendak dicapai.
1. Kewajiban dzatiyah (pada diri sendiri) menjadi kebutuhan orang untuk mendapatkan
kualitas pribadi yang unggul, sehingga ia menjadi shalih bagi dirinya secara fisik,
intelektual, dan spiritual.
2. Kewajiban kepada Allah, berfungsi untuk tautsiqushshilah (menguatkan hubungan
dengan Allah), sehingga setiap saat pertolongan Allah dapat diraih untuk mendapatkan
sukses hidup dunia dan akhirat.
3. Kewajiban kepada sesama manusia berfungsi untuk menata harmoni kehidupan
dalam ikatan nilai dan kebaikan. Kewajiban itu mencakup:
a. Kewajiban kepada kedua orang tua.

1
b. Kewajiban suami isteri
c. Kewajiban kepada anak
d. Kewajiban kepada kerabat
e. Kewajiban kepada tetangga
f. Kewajiban kepada saudara
g. Kewajiban kepada manusia pada umumnya.

Dimana posisi kita dari semua kewajiban itu?


1. Jika kita hanya dapat menunaikan kewajiban dzatiyah maka, kita baru dapat
menshalihkan diri sendiri, secara fisik, intelektual, dan spiritual. Dan jika kita tidak mampu
menshalihkan diri dalam apek-aspek penting itu, bagaimana mungkin kita akan mampu
meshlihkan orang lain.
2. Jika kewajiban kepada Allah tidak terpenuhi dengan baik, maka akankah ada
kedekatan jarak dengan Allah? Jika tidak dekat dengan Allah, akankah pertolongan Allah
dapat diterima.
3. Jika kewajiban kepada sesama manusia dalam berbagai statusnya tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, akankah mereka bersimpati dan berbaik sikap dengan kita?
Rasulullah saw yang senantiasa bersikap baik, menunaikan kewajiban kemanusiaan kepada
siapapun masih saja mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan.
a.Bagaimana mungkin orang tua akan bersimpati dan mau mendengar ucapan
anaknya, jika sang anak tidak menunaikan kewajibannya kepada kedua orang
tuanya?
b. Bagaimana mungkin pasangan hidup akan mau menerima dengan
utuh pasangannya jika ia tidak menunaikan kewajibannya dengan baik?
c.Akankah anak menghargai dan menghormati kedua orang tuanya dengan
ikhlas, jika kedua orang itu tidak menunaikan kewajibannya dengan baik?
d. Akankah kerabat akan bersimpati jika kewajiban kepada mereka tidak
terpenuhi?
e.Akankah tetangga akan menjadi saksi dan pembela yang ikhlas kepada kita,
jika kewajiban kepada mereka tidak ditunaikan?
f. Akankah sanak saudara mau menjadi penolong kesulitan kita, jika kewajiban
kepada mereka tidak dilaksanakan?
g. Akankah publik mau memilih kita menyisihkan yang lainnya, jika
kewajiban kepada mereka tidak kita berikan?
Dan kita membutuhkan mereka semuanya, untuk kepentingan dakwah dan penataan kehidupan
yang lebih baik dan lebih mulia. Tidak akan berarti apa-apa keshalihan pribadi yang kita bangun
tinggi jika tidak memberi dampak bagi keshalihan lingkungan.
Semakin banyak peran yang ingin kita mainkan, maka semakin banyak pula kewajiban yang
harus kita tegakkan. Banyak peran dengan sedikit kewajiban tertunaikan adalah kebangkrutan, dan
banyak kewajiban tanpa peran adalah kemandulan. Dan kita hanya ingin memiliki kader yang
berperan aktif, produktif, dan dinamis. Dan untuk semua itu, kewajiban di semua tingkatan harus
terpenuhi. Wallahu a’lam.
ÃóÞõæúáõ Þóæúáöíú åóÐóÇ æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõæúÇ Çááåó áöíú
æóáóßõãú - æÇáÓáÇã Úáíßã æÑÍãÉ Çááå æÈÑßÇÊå
Seri Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terdiri dari Khithab Qiyadi, Taujihat Lailatul Katibah dan Taujihat Dua Pekanan.
Taujihat tersedia dalam bentuk audio, vcd dan tulisan.
Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terbit secara berkala dalam rangka penyiagaan kader menghadapi agenda Dakwah 1424 H.
kaderisasi@pk-sejahtera.org

Anda mungkin juga menyukai