Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya peningkatan penanaman nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan

akhlak mulia yang dilaksanakan melalui pendidikan formal dan pendidikan

masyarakat, mendorong pemerintah untuk menjadikan keluarga sebagai basis bagi

proses internalisasi nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.

Atas dasar itu pemerintah senantiasa berupaya mengembangkan suatu

program sinergis yang berkembang luas di masyarakat antara pembangunan

ekonomi, upaya pengentasan kemiskinan, pembangunan keluarga, pembangunan

pendidikan, dan pembangunan agama dipadukan dengan peningkatan penanaman

nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam bentuk pembinaan keluarga

sakinah. (Depag, 2001: 10)

Keluarga ”sakinah mawaddah warohmah” adalah sekelompok orang

yang terdiri dari suami-istri dan anak-anaknya yang tenang, damai, saling

mencintai dan menyayangi ( Salam, 2003: 7 ).

Dengan demikian jelasnya bahwa keluarga sakinah, mawaddah,

warohmah, merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh seluruh masyarakat,

beragama dan berbudaya dalam membentuk keluarga. Hal ini dapat dikaji

berdasarkan penerapan syariat Islam melalui berbagai lembaga pendidikan

termasuk lembaga pendidikan luar sekolah, dengan tujuan agar masyarakat

1
2

memahami dan dapat melakukan inplementasi dalam kehidupannya dan secara

obyektif masyarakat Kabupaten Garut dikenal sebagai masyarakat yang religius.

Di dalam melaksanakan fungsi keluarga, masing-masing gender memliliki

perbedaan peran yang harus dilaksanakan dalam mewujudkan keluarga sakinah,

mawaddah, warohmah tersebut. Menurut Oakley (1972) dalam. “sex gender and

society ” , gender berarti perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat

Tuhan. Perbedaan biologis adalah perbedaan jenis kelamin (sex) yang merupakan

kodrat Tuhan dan oleh karenanya secara permanen berbeda. Sedangkan gender

adalah perbedaan prilaku (behavioral differences) antara laki-laki dan perempuan

yang diciptakan oleh manusia (laki-laki dan perempuan) melalui proses sosial dan

kultural yang panjang. Oleh karena gender itu berubah dari masa ke masa.

Perubahan sosial-budaya yang menyangkut relasi gender atau relasi dalam

kaitan interaksi perempuan dan laki-laki yang saat ini pun dijadikan diskursus

yang aktual dan hangat diseluruh lapisan masyarakat sebenarnya dapat di kaji

melalui aktualisasi syariat Islam dilingkungan masyarakatnya (Hasyim: 2002).

Saat ini muncul berbagai wacana kontroversial tentang relasi yang menyangkut

kesetaraan dan keadilan gender dalam Islam, padahal sebenarnya Islam

mendukung terhadap kesetaraan yang proporsional dari relasi gender tersebut.

Di Kabupaten Garut berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu

mengungkapkan bahwa masih terdapat permasalahan yang menyangkut relasi

gender yaitu :

Belum optimalnya inplementasi pemanfaatan potensi gender melalui

pemberdayaan gender dalam pembangunan di Kabupaten Garut, yang mencakup


3

aspek-aspek pembagian kerja antara antara perempuan dan laki-laki, peluang dan

penguasaan perempuan laki-laki terhadap sumber daya, partisipasi permpuan dan

laki-laki dalam lembaga formal dan informal dan pola pengambilan keputusan

dalam keluarga, serta belum siapnya masyarakat untuk menerima keberadaan

perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki dalam pembangunan (BAPEKA dan

LP3M UNIGA : 2002).

Berkaitan dengan indikasi tersebut, Departemen Agama, melalui

Direktorat Urusan Agama Islam di Tingkat Pusat, kemudian di Tingkat Kemenag

Kabupaten/Kota, dan di Tingkat Kecamatan (Kantor Urusan Agama) menjadikan

masalah keluarga sakinah sebagai salah satu tugas pokoknya.

Selama ini, urusan keluarga sakinah tidak terlalu dipedulikan, dan tidak

terdata dengan baik. Data yang seringkali menjadi rujukan tentang keluarga pada

umumnya diambil dari BKKBN dan BPS, berupa data keluarga sejahtera dan pra-

sejahtera, dan parameter yang digunakannya hanya dibidang ekonomi saja.

Sedangkan parameter yang digunakan Kemenag, selain tersebut di atas, terdapat

keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Dengan diserahkannya urusan peningkatan keluarga sakinah ini kepada

Kantor Urusan Agama, menjadikan kepala KUA mempunyai peran strategis untuk

menjadikan keluarga-keluarga sakinah di Kecamatan yang menjadi daerah

tugasnya meningkat.

Sangat penting bila pembinaan keluarga sakinah dilakukan di Tingkat

Kecamatan, mengingat posisi KUA yang langsung berhadapan dengan

masyarakat. Kepala KUA berperan penting dalam pembinaan keluarga sakinah


4

ini, mengingat : Pertama, Kepala KUA adalah Ketua BP-4, yang dalam tugas

sehari-harinya memberikan pembinaan dan penasihatan perkawinan kepada calon

pengantin atau suami-istri yang mempunyai masalah dalam perkawinannya.

Kedua, Kepala KUA sebagai tokoh masyarakat. Ia selalu menjadi pejabat penting

yang perannya di masyarakat tidak hanya mengurusi perkawinan, tapi aktif di

segala bidang keagamaan. Contohnya, memberikan khutbah, ceramah, dan

pembinaan ke Desa-desa. Ketiga, Kepala KUA sebagai kepala kantor dan

penghulu mempunyai staf yang bertugas sebagai pembina keluarga sakinah, yaitu

penghulu, pelaksana bidang keluarga sakinah, dan para pembantu penghulu yang

tersebar di tingkat desa.

Maka peran yang dilakukan oleh Kepala KUA tersebut, sangat penting

bagi peningkatan keluarga sakinah di kecamatan-kecamatan. Hal utama yang

menarik perhatian adalah bagaimana Kepala KUA dalam menggerakkan

pembinaan keluarga sakinah ini dapat berperan aktif, memberikan motivasi

kepada orang lain untuk meningkatkan status keluarga sakinah yang terdapat di

Kecamatan Pasirwangi. Mengingat selama ini data dan fakta keluarga sakinah

selalu diasosiasikan sebagai keluarga sejahtera dan data yang diperoleh adalah

data fisik yang tentu saja berbeda dengan keluarga sakinah yang menempatkan

secara seimbang fisik, mental dan spiritual.

B. Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja Pengadministrasian Nikah.

Tugas pokok Pengadministrasian nikah dan rujuk yaitu melaksanakan

bimbingan, penerangan serta pengarahan kepada masyarakat dalam bidang

keagamaan maupun kemasyarakatan untuk lebih meningkatkan pengetahuan


5

masyarakat akan ajaran agama dan kemudian mendorong untuk melaksanakannya

dengan sebaik-baiknya. Pada hakekatnya ada tiga tugas yang diemban oleh

pengadministrasi nikah dan rujuk, yaitu membimbing umat dalam menjalankan

ajaran agama dan menyampaikan gagasan-gagasan pembangunan kepada

masyarakat dengan bahasa agama dan meningkatkan kerukunan hidup beragama.

Tugas pokok pengadministrasian nikah dan rujuk ada 9 (sembilan) yaitu :

1. Menghimpun dan mengklasifikasi data/bahan/per-UU-an/Juklak Kerja

yang berhubungan dengan NR

2. Melayani permintaan Data NR

3. Menelaah, mengolah data/bahan per-UU-an/Juklak Kerja NR

4. Menyiapkan instrumen pengolahan bahan NR

5. Menerima, mencatat, dan mengarsipkan surat-surat yang berkaitan dengan

NR

6. Menyiapkan bahan pembinaan/bimbingan/orientasi/kajian/analisa/evalusi

masalah terkait dengan bagi pengembangan Kepenghuluan

7. Menyiapkan bahan/materi/penjadwalan Bahtsul Masail tentang Munakahat

dan Kepenghuluan

8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan

9. Melaporkan proses dan pelaksanaan tugas

Fungsi satuan kerja bagi pengadministrasian nikah dan rujuk adalah

merupakan suatu acuan kerja dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kepada


6

masyarakat yang mencakup semua langkah yang tepat dalam melaksanakan tugas

pelaksana administrasian, menentukan sasaran pelaksana administrasian,

menggunakan metode pelaksana administrasian yang tepat sesuai dengan keadaan

dan kondisi sasaran. Agenda ini dilaksanakan untuk menciptakan kerangka aturan

terhadap sistem perencanaan yang jelas dan konsisten.

C. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas dapat ditentukan masalah sebagai berikut :

1. Sejauh mana efektifitas administrasi nikah dan rujuk terhadap peningkatan

pelaksanaan tugas pengadministrasian nikah dan rujuk dalam melaksanakan

bimbingan dan pelaksana administrasiannya kepada masyarakat?

2. Apa kegunaan administrasi nikah dan rujuk bagi pengadministrasian nikah

dan rujuk dalam melaksanakan tugas pokok bimbingan dan pelaksana

administrasiannya?

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam karya

tulis ini adalah “Bagaimana peran pengadiministrasian nikah dan rujuk dalam

meningkatkan efektivitas administrasi nikah di KUA Kecamatan Sukaresmi

Kabupaten Garut”.

E. Pokok Masalah

1. Bagaimana peran Pengadministrasian Nikah dan Rujuk pada pelaksanaan

program KUA Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut?


7

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan keluarga sakinah di

Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukaresmi?

F. Kerangka berfikir

Perubahan penting dalam keluarga yang berada pada masyarakat, terlihat

secara universal adalah pemindahan sebagian besar fungsi keluarga pada unit

sosial lain. Dalam masyarakat tradisional, pemenuhan kebutuhan ekomoni,

kebutuhan emosional, pendidikan dan agama akan dipenuhi dalam keluarga inti.

Masalah yang seringkali dihadapi oleh keluarga antara lain adalah

kurangnya komunikasi dalam keluarga, melemahnya interaksi suami-istri, pola

pengasuhan (sosialisasi) anak yang salah, putus perkawinan karena terjadinya

perselingkuhan, sehingga fungsi-fungsi keluarga tidak dapat dilaksanakan atau

bahkan terjadinya pergeseran fungsi keluarga.

Kantor Urusan Agama (KUA) adalah unit kerja terdepan Kemenag yang

melaksanakan sebagian tugas pemerintah di bidang Agama Islam, di wilayah

Kecamatan (KMA No. 517/2001 dan PMA No. 11/2007).

Dikatakan sebagai unit kerja terdepan, karena KUA secara langsung berhadapan

dengan masyarakat. Karena itu wajar bila keberadaan KUA dinilai sangat urgen

seiring keberadaan Kemenag. Fakta sejarah juga menunjukan kelahiran KUA

hanya berselang sepuluh bulan dari kelahiran Kemenag, tepatnya tanggal 21

Nopember 1946.

Ini sekali lagi, menunjukan peran KUA sangat strategis, bila dilihat dari

keberadannya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, terutama yang

memerlukan pelayanan bidang Urusan Agama Islam (Urais).


8

Konsekuensi dari peran itu, secara otomatis aparat KUA harus mampu mengurus

rumah tangga sendiri dengan menyelenggarakan manajemen kearsipan,

administrasi surat-menyurat dan statistik serta dokumentasi yang mandiri. Selain

itu, KUA juga dituntut betul-betul mampu menjalankan tugas dibidang pencatatan

nikah dan rujuk (NR) secara apik. Pelayanan ini merupakan tugas pokok KUA,

karena pelayanan itu sangat besar pengaruhnya dalam membina kehidupan

beragama, disitulah cikal bakal terbentuknya keluarga sakinah mawadah

warahmah.

Dalam malaksanakan tugas ke-Urais-an ini, KUA tidak sekedar melakukan

pengawasan dan pencatatan nikah/rujuk saja, tetapi juga melaksanakan tugas-

tugas lainnya seperti mengurus dan membina tempat ibadah umat Islam (masjid,

langgar/mushalla) membina pengamalan agama Islam, zakat, wakaf, baitul mal

dan ibadah sosial, pangan halal, kemitraan umat Islam kependudukan serta

pengembangan keluarga sakinah, sesuai kebijakan Dirjen Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berhubung KUA bersentuhan langsung dengan masyarakat yang memiliki

pengetahuan dan kemampuan serta pemahaman yang beraneka ragam dibidang

Urais, termasuk masalah perhajian, maka sesuai hasil Rakernas Penyelenggaran

Haji tahun 2006 di Jakarta menyepakati KUA diikutsertakan sebagai pelayan haji

kepada masyarakat dan calon jemaah haji. Ini dimaksudkan agar KUA secara

intensif mampu memberikan penyuluhan dan penyebarluasan informasi tentang

perhajian.
9

Begitu penting dan strategisnya peran dan fungsi KUA, maka tidaklah aneh

bila sebagian masyarakat berharap KUA mampu memberikan pelayanan prima

terhadap peran dan fungsinya itu. Bahkan pemerintah sendiri berharap besar KUA

dapat mengembangkan perannya lebih dari sekadar peran-peran yang ada.

Adapun peran KUA selama ini antara lain : Pelayanan bidang administrasi.

Sebagai unit pelaksana operasional Kemenag, mekanisme kegiatan perkantoraan

ditandai aktifitas pelayanan administrasi dalam bentuk pelayanan dan bimbingan

agama pada masyarakat sebagai wujud koordinasi baik vertikal maupun

horisontal, meliputi : administrasi NTCR, kemesjidan, perwakafan, bimbingan

keluarga sakinah, zakat dan ibadah sosial, serta adminstrasi keuangan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari 4 (empat) BAB yang terdiri dari :

Bab I adalah Pendahuluan yang berisikan tetang latar belakang, tugas

pokok dan fungsi satuan kerja pengadministrasi nikah dan rujuk, identifikasi

masalah, rumusan masalah, pokok masalah, kerangka berfikir, dan sistematika

penulisan.

Bab II menguraikan tentang fakta dan masalah yang meliputi keadaan

sekarang dan keadaan yang diinginkan.

Bab III menguraikan tentang Pembahasan yang meliputi analisis dan

pemecahan masalah.

Bab IV adalah Penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran, implikasi

dan daftar pustaka.


10

BAB II

FAKTA DAN MASALAH

A. Keadaan Sekarang

Masalah administrasi nikah dan rujuk bagi sebagian pengadministrasian

nikah dan rujuk di Kantor Urusan Agama mungkin dianggap sebagai sesuatu yang

mengawang-awang, terlalu abstrak karena itu bagi pengadministrasi nikah dan

rujuk masalah tersebut di anggap tidak terlalu penting sehingga efektifitasnya

kurang mendapat perhatian, sehingga pada saat ada pengusulan kenaikan pangkat

dan golongan mereka disibukkan dengan masalah pengumpulan data-data atau

bukti fisik hasil bimbingan dan pelaksanaan pengadministrasiannya.

Padahal memahami administrasi nikah dan rujuk bagi pengadministrasian

nikah dan rujuk merupakan modal utama untuk dapat melaksanakan tugas pokok

dan fungsi pengadministrasian nikah dan rujuk secara efektif, kreatif dan inovatif,

apalagi fungsi pengadministrasian nikah dan rujuk tidak sekedar menjadi tukang

(guru ngaji, ceramah, khutbah, memimpin doa dan lain-lain). Lebih dari itu

pengadministrasian nikah dan rujuk juga dituntut dapat menjadi motivator,

dinamisator, pelopor dan bahkan konseptor proses pemberdayaan, khususnya

aspek keberagamaan masyarakat, karena itu setiap pengadministrasian nikah dan

rujuk dituntut dapat memahami dan menjalankan administrasi nikah dan rujuk

10
11

dalam melaksanakan bimbingan dan pelaksanaan pengadministrasiannya sebagai

akademik dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Adapun administrasi yang diperlukan bagi setiap pelaksana administrasi

yaitu adanya penyusunan perencanaan kegiatan, laporan pelaksanaan bimbingan

dan pelaksana administrasian, dan hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan

pelaksana administrasian .

B. Keadaan Yang Diinginkan

Seluruh Pengadministrasian nikah dan rujuk di Kantor Urusan Agama

baik tingkat terampil, Ahli pertama maupun tingkat yang lainnya agar bisa

mengelola administrasi nikah dan rujuk secara terstruktur dan konsisten dalam

setiap melaksanakan bimbingan dan pelaksana administrasian kepada masyarakat

agar memudahkan pelaksana administrasi tersebut di setiap pengurusan kenaikan

pangkat dan gologannya.

Agar terbentuknya kelompok-kelompok diskusi ditiap wilayah dan

kelompok-kelompok diskusi tersebut harus lebih giat melakukan kegiatanya untuk

meningkatkan kompetensi para pelaksana administrasi dengan begitu akan

terjalinnya saling tukar informasi diantara sesama pelaksana administrasi tentang

administrasi nikah dan rujuk.


12

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis

Administrasi nikah dan rujuk di Kantor Kementerian Agama Kabupaten

Garut saat ini kurang mendapat perhatian oleh pelaksana administrasi disebabkan

karena mereka kurang aktif dan kurang memahami betul masalah administrasi

nikah dan rujuk. Ada bagi sebagian pengadministrasi nikah dan rujuk

menganggap hal tersebut tidaklah terlalu penting, kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh pelaksana administrasi tidak atau jarang mempersiapkan

administrasi nikah dan rujuk dalam melaksanakan tugasnya.

B. Pemecahan Masalah

1. Untuk mengefektifkan adminstrasi administrasi nikah dan rujuk maka :

a. Pengadministrasi nikah dan rujuk diharapkan ikut berperan aktif dalam

kegiatan Pokjaluh yang didalamnya ada materi tentang pengadministrasian

rencana dan pelaksanaan program kerja pengadministrasi nikah dan rujuk

Islam.

b. Pengadministrasi nikah dan rujuk diharapkan mengikuti pelatihan-pelatihan

yang diadakan oleh Balai Diklat Kementeriana Agama.


13

c. Pengadministrasi nikah dan rujuk diharuskan membentuk kelompok-

kelompok diskusi ditiap wilayah sebagai wadah dalam merancang kegiatan-

kegiatan pelaksanaan administrasi sebelum terjun ke masyarakat.

12
2. Untuk memudahkan setiap ada pengajuan kenaikan pangkat dan golongan

maka :

a. Pengadministrasi nikah dan rujuk agar mempersiapkan administrasi nikah

dan rujuk yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan pelaksana

administrasian.

b. Pengadministrasi nikah dan rujuk diharuskan konsisten dengan administrasi

nikah dan rujuknya.

c. Pengadministrasi nikah dan rujuk memahami betul masalah administrasi

nikah dan rujuk.


14

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Administrasi nikah dan rujuk adalah penyusunan keterangan-keterangan secara

sisitematis dan pencatatannya secara tertulis dan dilaksanakan dalam bentuk

kegiatan bimbingan dan pelaksana administrasian kepada masyarakat guna

mencapai suatu tujuan. Untuk itu pengadministrasi nikah dan rujuk Islam agar

aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Pokjaluh, mengikuti diklat-

diklat administrasi nikah dan rujuk, dan membentuk kelompok-kelompok

diskusi.

2. Administrasi nikah dan rujuk diperlukan untuk menginventasisasi data,

identifikasi objek pelaksana administrasian sebagai bahan dalam menyusun

rencana kerja operasional dan menyusun konsep tetulis materi bimbingan atau

pelaksana administrasian dalam bentuk naskah. Sehigga dapat menjadi acuan

dalam pengajuan persyaratan kenaikan pangkat dan golongan, diantaranya :

Pengadministrasi nikah dan rujuk agar mempersiapkan administrasi nikah dan

rujuk yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan pelaksana

administrasian. Pengadministrasi nikah dan rujuk diharuskan konsisten dengan


15

administrasi nikah dan rujuknya. Pengadministrasi nikah dan rujuk memahami

betul masalah administrasi nikah dan rujuk.

14
B. Saran-saran

Pengadministrasi nikah dan rujuk di Kantor Kemeterian Agama Kabupaten

Garut di haruskan betul-betul melaksanakan administrasi nikah dan rujuk secara

terstruktur dan konsisten guna memudahkan pelaksana administrasi tersebut

dalam membuat laporan ataupun ditiap ada pengurusan kenaikan pangkat dan

golongan. Peran serta pokjaluh di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Garut

harus lebih ditingkatkan dalam meningkatkan kompetensi sesama

pengadministrasi nikah dan rujuk dalam segala aspek.

C. Implikasi

Hubungan administrasi nikah dan rujuk terhadap pelaksanan bimbingan

dan pelaksana administrasian agama bagi pengadministrasi nikah dan rujuk sangat

erat kaitannya, sebab administrasi nikah dan rujuk merupakan pedoman bagi

pengadministrasi nikah dan rujuk dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan

pelaksana administrasiannya dan memudahkan pelaksana administrasi tersebut

dalam melaksanakan pengurusan pengajuan kenaikan pangkat dan golongannya.

D. Daftar Pustaka
16

1. Panduan Tugas Pengadministrasi nikah dan rujuk Masyarakat, Depag Kanwil

Propinsi Jawa Barat Bidang pendidikan Agama Islam Pada Masyarakat dan

Pemberdayaan Masjid tahun 2009.

2. Teknik penyusunan rencana strategi pengadministrasi nikah dan rujuk Islam,

Depag RI, Balitbang dan Diklat Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan, Jakarta

2007.

3. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengadministrasi nikah dan

rujuk dan Angka Kreditnya, Depag RI, Biro Kepegawaian Sekretariat Jendral,

Jakarta 2003.
17

BAB I

PENDAHULUAN
18

BAB II

FAKTA DAN MASALAH


19

BAB III

PEMBAHASAN
20

BAB IV

KESIMPULAN
21

Anda mungkin juga menyukai