Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PABP

BERANI BERBUAT JUJUR


GURU MATA PELAJARAN : IBU LESIANA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK :
1. Wita Julia
2. Aziza
3. Rendi Saputra
4. Ervansyah
5. Aditiya

PEMERINTAHAN KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

SMK NEGERI 1 TANAH ABANG


TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karuniaNyalah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran PABP,
dengan judul “Berani Berbuat Jujur”

Dengan membuat tugas ini kami diharapkan untuk mampu memahami tentang Kejujuran.
Dalam penyelesaian Makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari Guru Pengampu Mata Pelajaran PABP yang telah memberikan
pengarahan guna penyusunan makalah ini, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
dengan cukup baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif,
guna penyusunan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberikan informasi kepada
pembaca tentang Berani Berbuat Jujur.

Tanah Abang, 2023

Penyusun

ii | S M K N 1 T A N A H A B A N G
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.....................................................................................................................2

A. Membuka Relung Hati.................................................................................................2

B. Pentingnya Memiliki Sifat Syaja’ah............................................................................3

C. Pentingnya Memiliki Sifat Jujur..................................................................................5

BAB III...................................................................................................................................7

PENUTUP...............................................................................................................................7

A. Kesimpulan..................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................8

iii | S M K N 1 T A N A H A B A N G
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia.
Kehidupan dunia akan hancur dan agama juga menjadi lemah di atas kebongan, khianat
serta perbuatan curang. Karena mulianya orang yang jujur, baik di sisi Allah maupun di sisi
manusia, kejujuran harus ditegakkan meskipun berat dan susah. Ungkapan tentang “orang
jujur akan hancur” merupakan keliru. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyifatkan diri-Nya
dengan kejujuran. Ini merupakan bukti kesktian jujur.
Keujuran dapat membuat hati kita nyaman dan tenteram. Ketika berkata jujur, tidak
akan ada ketakutan yang mengikuti atau bahkan kekhawatiran tentang terungkapnya
sesuatu yang tidak dikatakan.
Akan tetapi, saat ini kejujuran dalam penerapan kehidupan sehari-hari masih kurang
seperti perilaku mencontek yang seolah lazim bagi anak-anak dibangku sekolah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Seberapa penting dan utamanya berperilaku jujur ?
2. Ada berapa macam bentuk kejujuran ?
3. Apakah akibat dari perilaku berbohong ?
4. Bagaimana hikmah dari perilaku jujur ?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang dapat kita capai adalah sebagai
berikut :
1. wawasan baru mengenai pentingnya sikap kejujuran dalam berprilaku.
2. Menguatkan sifat kejujuran dengan didukung dengan ayat Al-Quran dan Hadits.
3. Melaksanakan tugas makalah Pendidikan Agama Islam.

1|S M K N 1 T A N A H A B AN G
BAB II
PEMBAHASAN

A. Membuka Relung Hati


Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya
benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai
dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga
disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan.
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta adalah
menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Adapula yang
berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang.
Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi
kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi
kalau tidak maka dikatakan dusta. Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan
juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki
kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan
mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan. Syari’at Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat jujur dalam segala keadaan, walaupun secara
lahir kejujuran tersebut akan merugikan diri sendiri.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman dalam Surat An-Nisaa Ayat 135 yang
berbunyi:

ۚ ِ‫ َرب‬N‫د َۡي ِن َوٱَأۡل ۡق‬Nِ‫ ُكمۡ َأ ِو ۡٱل ٰ َول‬N‫و َعلَ ٰ ٓى َأنفُ ِس‬Nۡ َ‫هَدَٓا َء هَّلِل ِ َول‬N‫ ِط ُش‬N‫وا قَ ٰ َّو ِمينَ بِ ۡٱلقِ ۡس‬
ٗ ِ‫ا َأ ۡو فَق‬Nًّ‫ينَ ِإن يَ ُك ۡن َغنِي‬
۞ُ ‫يرا فَٱهَّلل‬N ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ُ‫وا ُكون‬
١٣٥ ‫يرا‬ ْ ‫وا َوِإن ت َۡل ُٓۥو ْا َأ ۡو تُ ۡع ِرض‬
ٗ ِ‫ُوا فَِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ َما ت َۡع َملُونَ َخب‬ ْ ۚ ُ‫ى َأن ت َۡع ِدل‬ٓ ٰ ‫ُوا ۡٱلهَ َو‬ْ ‫َأ ۡولَ ٰى بِ ِه َم ۖا فَاَل تَتَّبِع‬

Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau
ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang
dari kebenaran. Dan jika kamu memutar-balikan ( kata-kata) atau enggan menjadi saksi,
maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”
( Q.S. An- Nisaa’ : 135 ),.
Allah selalu memerintahkan kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan maupun
ucapan, sebagaimana firman-Nya :
َّ ٰ ‫وا َم َع ٱل‬
١١٩ َ‫ص ِدقِين‬ ْ ُ‫وا ٱهَّلل َ َو ُكون‬ ْ ُ‫ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬,
ْ ُ‫وا ٱتَّق‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar” ( Q.S. At-Taubah : 119 )

2|S M K N 1 T A N A H A B AN G
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagai sesorang yang
melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yan,g ada pada batinnya. Ketika berani
mengatakan “tidak” untuk korupsi, maka ia harus berusaha menjauhi korupsi, bukan malah
hanya mengatakan tetapi ia sendiri melakukan korupsi.
Kejujuran merupakan ciri-ciri orang beriman sedangkan lawannya dusta merupakan
sifat orang yang munafik. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Bersabda “Tanda orang munafik itu ada 3, yaitu : Apabila berbicara dusta, apabila
berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat.” (HR. Bukhari Muslim)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi
seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya
(kebenarannya).

َ‫ُوا ع َۡن ۚهُ ٰ َذلِك‬ ٰ َّ ٰ ‫قَا َل ٱهَّلل ُ ٰهَ َذا يَ ۡو ُم يَنفَ ُع ٱل‬
ِ ‫ت ت َۡج ِري ِمن ت َۡحتِهَا ٱَأۡل ۡن ٰهَ ُر ٰخَ لِ ِدينَ فِيهَٓا َأبَ ٗد ۖا َّر‬ٞ َّ‫ص ۡدقُهُمۡۚ لَهُمۡ َجن‬
ْ ‫ض َي ٱهَّلل ُ ع َۡنهُمۡ َو َرض‬ ِ َ‫ص ِدقِين‬
١١٩ ‫ۡٱلفَ ۡو ُز ۡٱل َع ِظي ُم‬
Artinya : “Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-
orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya.
Itulah keberuntungan yang paling besar" ( Q.S al-Maidah : 119 )

B. Pentingnya Memiliki Sifat Syaja’ah


Pengertian Syaja’ah (Keberanian). Secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani
antonimnya adalah al-jubn yang berarti pengecut. Kata ini digunakan untuk
menggambarkan kesabaran di medan perang. Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong
seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam rangka
membela kehormatannya. Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya
menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.
Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan, yaitu
seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian
menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut
sukar didapatkan sikap sabar dan berani. Selain itu Syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata
berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai
jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
Sumber keberanian yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu:
1) Rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

3|S M K N 1 T A N A H A B AN G
2) Lebih mencintai akhirat daripada dunia.
3) Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang.
4) Tidak menomori satukan kekuatan materi
5) Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika
mengancam. Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian
menentang maka itulah pemberani. Orang yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah
pemberani (al-syuja’). Al-syaja’ah (berani) bukan sinonim ‘adam al-khauf (tidak takut
sama sekali)” Berdasarkan pengertian yang ada di atas, dipahami bahwa berani terhadap
sesuatu bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya. Keberanian dinilai dari tindakan
yang berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggung jawab dan berdasarkan
pertimbangan maslahat.
Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:
1) Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian
dalam medan tempur di waktu perang.
2) Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan
menegakkan kebenaran.
Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-keadaan sebagai berikut:
1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.
2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.
3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.
Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat
dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni:
a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan
mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.
b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang
zalim.
c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan.
Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu
menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.
d) Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang
tidak mau mengakui kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar batu
sembunyi tangan” Orang yang memiliki sifat syajā’ah berani mengakui kesalahan,
mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.
e) Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap “over
confidence” terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak

4|S M K N 1 T A N A H A B AN G
memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap “under
estimate” terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat
apaapa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak
proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam
mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
f) Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu
bermujahadah li an-nafs, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat
mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan
peluang untuk melampiaskan amarahnya. Hikmah Syaja’ah.

Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap
muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan
bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara. Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan
hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan
amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya,
apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat
ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang
mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa,
kecil hati dan sebagainya.

C. Pentingnya Memiliki Sifat Jujur


Berperilaku jujur sehari - hari penting, karena jujur adalah sifat ahlakul karimah,
yaitu sifat terpuji. Jika jujur sudah menjadi kebiasaan sehari-hari kita, maka semua
pekerjaan akan terasa lebih tenang, semua masalah akan mudah terselesaikan. Perilaku
jujur bisa mendatangkan ketenangan dalam hati karena tidak ada beban masalah. Jika kita
suka berperilaku tidak jujur maka hidup kita akan senantiasa resah dan gelisah.
Membisakan berperilaku jujur harus dari kecil agar tidak susah melakukannya. Cara
membiasakan berperilaku jujur sejak kacil misalnya diajarkan untuk tidak mengambil
barang orang lain tanpa seijin pemiliknya, mengembalikan kembalian yang terlalu banyak,
mengatakan apapun sesuai dengan kenyataan, dan lain-lain.
Kita harus menanamkan kesadaran untuk selalu berperilaku jujur dan menyadari apa
akibat dari kebohongan. Jika kita sudah bisa membiasakan berperilaku jujur maka kita
mudah mendapat teman, mudah mendapat pekerjaan, mudah mendapat kesuksesan,
dipercaya oleh orang lain, dan lain - lain.
Kita harus menyadari akibat dari kebohongan, sehingga kita bisa menjauhi sifat
buruk tersebut. Contoh akibat dari kebohongan adalah hilangnnya kepercayaan orang lain

5|S M K N 1 T A N A H A B AN G
terhadap kita, susah mendapatkan teman bahkan tidak memiliki teman, susah mendapat
pekerjaan karena tidak dipercaya.
Macam macam jujur itu yaitu:
1. Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal
tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan
pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang
dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang
dermawan. Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi
pada niat dan maksud mereka.
2. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali
dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang
paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau
Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan
Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga
ragu-ragu atau dusta. Hal ini sebagaimana firman Allah: “Di antara orang-orang
mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada
Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang
menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab:
23)
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, “Dan di antara mereka ada orang yang telah
berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya
kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang
yang saleh.’ Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-
Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-
orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. at-Taubah: 75-76)
4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah
berbeda antara amal lahir dengan amal batin,
5. Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana
jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-
perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat
dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan
dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-
Hujurat: 15)

6|S M K N 1 T A N A H A B AN G
7|S M K N 1 T A N A H A B AN G
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejujuran merupakan sifat yang tertanam pada diri manusia yang pada dasarnya
kemauan pada diri manusia itu sendiri dengan membiasakan diri dan rasa kepercayaan diri
yang kuat akan cenderung berdampak positif dari pada negative. Jika menerapkan sikap
jujur, secara tidak langsung kita telah melatih kemampuan kita. Sampai dimana
kemampuan kita? Itu pernyataan yang akan timbul dan terjawab sendiri dengan hasil yang
di peroleh.

B. Saran

Kita sebagai seorang muslim harus bisa berperilaku jujur dalam melakukan
pekerjaan dan aktifitas sehari-hari karena keutamaan berperilaku jujur akan berperasaan
enak dan hati tenang, jujur mendapatkan keberkahan dalam usahanya dan dengan jujur kita
akan dipercayai orang lain.

8|S M K N 1 T A N A H A B AN G
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Kariim
Shahih Bukhari-Muslim
http://yellokie.blogspot.com/2018/09/makalah-pendidikan-agama-islam-berani.html

9|S M K N 1 T A N A H A B AN G

Anda mungkin juga menyukai