Anda di halaman 1dari 11

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 KUNDUR

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

KATA PENGANTAR

                       

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul ”Berani Hidup Jujur”  dengan sebaik
baiknya. Penyusunan makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatannya. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih terutama kepada guru
bidang studi Pendidikan Agama Islam, yaitu Dra Hj. Eulis Nurhasanah dan kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas PAI yang telah
diberikan oleh  Dra Hj. Eulis Nurhasanah Selain itu makalah ini juga di buat sebagai suatu kajian terhadap
pengetahuan mengenai berani hidup jujur. Dengan memaparkan materi antara lain : Berani Hidup Jujur.

Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami meminta maaf
atas segala kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan serta saran
sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam penyusunan makalah ini

                                                                                                          Karawang, 14 Agustus 2022

                                                                                                          Penyusun,

                                                                                                         

                                                                                                         

                                                                                                          Siti Al Khomah S.P

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I............ PENDAHULUAN

1.1.... Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

1.2.... Rumusan Masalah...................................................................................... 1

1.3.... Tujuan........................................................................................................ 1

1.4.... Manfaat...................................................................................................... 1

BAB II.......... PEMBAHASAN

2.1.... Membuka Relung Hati............................................................................... 2

2.2.... Pentingnya Memiliki Sifat Syaja’ah.......................................................... 3

2.3.... Pentingnya Memiliki Sifat Jujur................................................................ 5             

BAB III          PENUTUP

3.1.... Kesimpulan................................................................................................ 7

3.2.... Saran.......................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia
akan hancur dan agama juga menjadi lemah di atas kebongan, khianat serta perbuatan curang. Karena
mulianya orang yang jujur, baik di sisi Allah maupun di sisi manusia, kejujuran harus ditegakkan
meskipun berat dan susah. Ungkapan tentang “orang jujur akan hancur” merupakan keliru. Allah SWT
menyifatkan diri-Nya dengan kejujuran. Ini merupakan bukti kesktian jujur.

Kejujuran dapat membuat hati kita nyaman dan tenteram. Ketika berkata jujur, tidak akan ada
ketakutan yang mengikuti atau bahkan kekhawatiran tentang terungkapnya sesuatu yang tidak
dikatakan.

Akan tetapi, saat ini kejujuran dalam penerapan kehidupan sehari-hari masih kurang seperti perilaku
mencontek yang seolah lazim bagi anak-anak dibangku sekolah.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1         Seberapa penting dan utamanya berperilaku jujur ?

1.2.2         Ada berapa macam bentuk kejujuran ?

1.2.3         Apakah akibat dari perilaku berbohong ?

1.2.4         Bagaimana hikmah dari perilaku jujur ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang dapat kita capai adalah sebagai berikut :

1.3.1         Menambah wawasan baru mengenai pentingnya sikap kejujuran dalam berprilaku.

1.3.2         Menguatkan sifat kejujuran dengan didukung dengan ayat Al-Quran dan Hadits.

1.3.3         Melaksanakan tugas makalah Pendidikan Agama Islam.

1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas , dapat di ambil manfaat sebagai berikut:

1.4.1         Bagi siswa dan guru, makalah ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk cara berperilaku
jujur sebagaimana didukung oleh Al-Quran dan Hadits

1.4.2         Makalah ini juga bisa berfungsi sebagai sumber referensi dalam kegiatan belajar mengajar.
1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Membuka Relung Hati

Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya benar, dapat
dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur
merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai
dengan kenyataan.

Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta adalah
menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Adapula yang berpendapat
bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. Dengan demikian, jujur
berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu berita  sesuai
dengan  keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak maka dikatakan dusta.
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat
tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya,
seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Syari’at Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat jujur dalam segala keadaan, walaupun
secara lahir kejujuran tersebut akan merugikan diri sendiri. Allah SWT telah berfirman dalam Surat An-
Nisaa Ayat 135 yang berbunyi:

۞ ‫و ْا‬++‫ا َفاَل َت َّت ِب ُع‬+ۖ +‫يرا َفٱهَّلل ُ َأ ۡولَ ٰى ِب ِه َم‬+


ٗ +ِ‫ين ِإن َي ُك ۡن َغ ِن ًّيا َأ ۡو َفق‬ َ ۚ ‫ َر ِب‬+‫ش َهدَ ٓا َء هَّلِل ِ َولَ ۡو َعلَ ٰ ٓى َأنفُسِ ُكمۡ َأ ِو ۡٱل ٰ َول ِۡدَي ِن َوٱَأۡل ۡق‬
ُ ِ‫ِين ِب ۡٱلق ِۡسط‬ َ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬
َ ‫ِين َءا َم ُنو ْا ُكو ُنو ْا َق ٰ َّوم‬
١٣٥ ‫ون َخ ِب ٗيرا‬ َ ُ‫ان ِب َما َت ۡع َمل‬ َ ‫ۡٱل َه َو ٰ ٓى َأن َت ۡعدِلُو ۚ ْا َوِإن َت ۡلوُ ۥٓ ْا َأ ۡو ُت ۡع ِرضُو ْا َفِإنَّ ٱهَّلل َ َك‬

Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar-balikan ( kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.” ( Q.S. An- Nisaa’ : 135 ),.

Allah selalu memerintahkan kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan maupun ucapan,
sebagaimana firman-Nya :

١١٩ ‫ِين‬
َ ‫ص ِدق‬ َ ‫ ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬,
َّ ٰ ‫ِين َءا َم ُنو ْا ٱ َّتقُو ْا ٱهَّلل َ َو ُكو ُنو ْا َم َع ٱل‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar” ( Q.S. At-Taubah : 119 )

           Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagai sesorang yang melakukan suatu
perbuatan, tentu sesuai dengan yan,g ada pada batinnya. Ketika berani mengatakan “tidak” untuk
korupsi, maka ia harus berusaha menjauhi korupsi, bukan malah hanya mengatakan tetapi ia sendiri
melakukan korupsi.

Kejujuran merupakan ciri-ciri orang beriman sedangkan lawannya dusta merupakan sifat orang yang
munafik. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad saw. Bersabda “Tanda orang munafik itu ada 3,
yaitu : Apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat.” (HR.
Bukhari Muslim)

Allah Swt. Menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu
menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).

ٰ
َ ‫ ۚ ُه ٰ َذل‬+‫و ْا َع ۡن‬+‫ض‬
‫و ُز ۡٱل َعظِ ي ُم‬+ۡ ‫ك ۡٱل َف‬+ِ ُ ‫ َي ٱهَّلل ُ َع ۡنهُمۡ َو َر‬+‫ض‬ َ ‫د‬+ِ‫ ُر ٰ َخل‬+‫ت َت ۡج ِري مِن َت ۡح ِت َها ٱَأۡل ۡن ٰ َه‬ٞ ‫ِين صِ ۡدقُهُمۡۚ لَهُمۡ َج َّن‬
ِ َّ‫د ۖا ر‬+ٗ +‫ِين فِي َهٓا َأ َب‬ َّ ٰ ‫َقا َل ٱهَّلل ُ ٰ َه َذا َي ۡو ُم َين َف ُع ٱل‬
َ ‫ص ِدق‬
١١٩

Artinya : “Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar" ( Q.S al-
Maidah : 119 )

2.2 Pentingnya Memiliki Sifat Syaja’ah

Pengertian Syaja’ah (Keberanian). Secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya adalah
al-jubn yang berarti pengecut. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang.
Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan
mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya. Tetapi sikap ini bila tidak digunakan
sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.

Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat
bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian
dalam mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani. Selain
itu Syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap
mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.

Sumber keberanian yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu:

1) Rasa takut kepada Allah Swt.

2) Lebih mencintai akhirat daripada dunia.

3) Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang.

4) Tidak menomori satukan kekuatan materi

 5) Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah Swt.

Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika mengancam.
Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian menentang maka itulah
pemberani. Orang yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah pemberani (al-syuja’). Al-syaja’ah
(berani) bukan sinonim ‘adam al-khauf (tidak takut sama sekali)” Berdasarkan pengertian yang ada di
atas, dipahami bahwa berani terhadap sesuatu bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya.
Keberanian dinilai dari tindakan yang berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggung jawab dan
berdasarkan pertimbangan maslahat.

Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:


1) Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian dalam medan
tempur di waktu perang.

2) Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan
kebenaran.

Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-keadaan sebagai berikut:

1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.

2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.

3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.

Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat dituangkan dalam
beberapa bentuk, yakni:

a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya
dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah Swt.

b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.

c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan. Kemampuan
merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah
merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.

d) Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang tidak mau mengakui
kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar batu sembunyi tangan” Orang yang memiliki
sifat syajā’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan
bertanggung jawab.

e) Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap “over confidence”
terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta
kekurangan.

Sebaliknya ada yang bersikap “under estimate” terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak
mampu berbuat apaapa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak
proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya
yang memiliki sisi baik dan buruk.
f) Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu bermujahadah li an-
nafs, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya
padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya. Hikmah Syaja’ah.

Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap muslim, sebab
selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama
berbangsa dan bernegara. Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia,
cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi
apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan
keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan,
ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri,
cemas, kecewa, kecil hati dan sebagainya.

2.3 Pentingnya Memiliki Sifat Jujur

Berperilaku jujur sehari - hari penting, karena jujur adalah sifat ahlakul karimah, yaitu sifat terpuji.
Jika jujur sudah menjadi kebiasaan sehari-hari kita, maka semua pekerjaan akan terasa lebih tenang,
semua masalah akan mudah terselesaikan. Perilaku jujur bisa mendatangkan ketenangan dalam hati
karena tidak ada beban masalah. Jika kita suka berperilaku tidak jujur maka hidup kita akan senantiasa
resah dan gelisah.

Membisakan berperilaku jujur harus dari kecil agar tidak susah melakukannya. Cara membiasakan
berperilaku jujur sejak kacil misalnya diajarkan untuk tidak mengambil barang orang lain tanpa seijin
pemiliknya, mengembalikan kembalian yang terlalu banyak, mengatakan apapun sesuai dengan
kenyataan, dan lain-lain.
   Kita harus menanamkan kesadaran untuk selalu berperilaku jujur dan menyadari apa akibat dari
kebohongan. Jika kita sudah bisa membiasakan berperilaku jujur maka kita mudah mendapat teman,
mudah mendapat pekerjaan, mudah mendapat kesuksesan, dipercaya oleh orang lain, dan lain - lain.

Kita harus menyadari akibat dari kebohongan, sehingga kita bisa menjauhi sifat buruk tersebut.
Contoh akibat dari kebohongan adalah hilangnnya kepercayaan orang lain terhadap kita, susah
mendapatkan teman bahkan tidak memiliki teman, susah mendapat pekerjaan karena tidak dipercaya.

Macam macam jujur itu yaitu:


1. Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri dengan
kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai
pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang
qari’, dan seorang dermawan. Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka
tetapi pada niat dan maksud mereka.

2. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar
dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara
macam-macam kejujuran.

3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah
memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang seperti ini
adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta. Hal ini sebagaimana firman
Allah: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang
menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab: 23)

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah
memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami
termasuk orang-orang yang saleh.’ Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari
karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang
selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. at-Taubah: 75-76)

4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal
lahir dengan amal batin,

5. Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa
takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang
kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna
dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujurat: 15)
6

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

            Kejujuran merupakan sifat yang tertanam pada diri manusia yang pada dasarnya kemauan pada diri
manusia itu sendiri dengan membiasakan diri dan rasa kepercayaan diri yang kuat akan cenderung
berdampak positif dari pada negative. Jika menerapkan sikap jujur, secara tidak langsung kita telah
melatih kemampuan kita. Sampai dimana kemampuan kita? Itu pernyataan yang akan timbul dan
terjawab sendiri dengan hasil yang di peroleh.

3.2  Saran

       Kita sebagai seorang muslim harus bisa berperilaku jujur dalam melakukan pekerjaan dan aktifitas sehari-
hari karena keutamaan berpelrilaku jujur akan berperasaan enak dan hati tenang, jujurmendapatkan
keberkahan dalam usahanya dan dengan jujur kita akan dipercayai orang lain.

Anda mungkin juga menyukai