Anda di halaman 1dari 2

MASA DEPANKU BUKAN MASA DEPANMU

Oleh : Ega Januardi, S.Pd.

Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk
membimbing orang-orang yang ingin menambah keilmuan. Di dalam pendidikan ada pendidikan
umum atau bisa disebut sekolah reguler dan ada juga pendidikan inklusi dan juga bisa disebut
sekolah inklusi. Pendidikan inklusi adalah sebuah konsep atau pendekatan pendidikan yang
berupaya menjangkau semua anak tanpa kecuali. Mereka semua memiliki hak dan kesempatan
yang sama untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari pendidikan. Hak dan kesempatan itu
tidak di bedakan oleh keragaman karekteristik. Pada hakekatnya tampak bahwa konsep
pendidikan inklusi sejalan dengan filosofi pendidikan nasional indonesia. Tidak membatasi
akses peserta didik untuk memperoleh pendidikan karena perbedaan dan latar belakangnya.
Pendidikan inklusi bukan hanya untuk anak-anak yang membutuhkan layanan khusus atau anak-
anak cacat, pendidikan inklusi adalah untuk semua anak di semua jenjang Pendidikan.
Perbedaan sekolah inklusi dengan sekolah umum lainnya adalah guru-guru tersebut diberi
pelatihan untuk mengetahui apa itu sekolah inklusi dan di berikan sosialisasi tentang pendidikan
inklusi bagaimana cara mendidik dan menghadapi anak berkebutuhan khusus di dalam kelas
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Guru yang mengikuti pelatihan tentang sekolah
inklusi adalah semua guru yang mengajar di sekolah tersebut, perlu nya pengetahuan yang lebih
mendalam untuk masingmasing guru karena sekolah tersebut akan mendidik dan menghadapi
siswa yang sekolah disana bukan hanya anak normal tetapi juga mendidik dan menghadapi anak
berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan atau perbedaan sedemikian rupa
dari anak rata-rata normal dalam segi fisik atau bisa disebut disabilitas mental, emosi, sosial atau
gabungan dari ciri-ciri itu dan menyebabkan mereka mengalami hambatan untuk mencapai
perkembangan yang optimal.
Anak berkebutuhan khusus bukan berarti tidak mempunyai hak dan kebutuhan yang sama
dengan anak normal lainnya. Anak berkebutuhan khusus harus dapat diberikan layanan khusus
disamping layanan yang diberikan kepada anak lainnya dalam pendidikan inklusi. Dalam
layanan khusus tersebut anak berkebutuhan khusus diberikan perhatian yang lebih dalam proses
belajar mengajar, seperti penambahan jam belajar yang diberikan kepada anak lainnya.
Di Indonesia kita sering melihat fenomena-fenomena yang terjadi dalam dunia Pendidikan,
khususnya dalam Pendidikan inklusi. Banyak terjadi diskriminasi terhadap anak berkebutuhan
khusus Bentuk perlakuan diskriminasi yang terjadi di sekolah inklusi tersebut antara lain :
Diejek, dibully, dikucilkan. Diskriminasi adalah suatu tindakan - tindakan tidak adil yang
ditujukan terhadap seseorang. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai
dalam masyarakat atau manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk
membeda-bedakan yang lain. Diskriminasi dapat didasarkan pada banyak ciri lain selain ras
termasuk usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, penghasilan, pendidikan, penyakit,
cacat, agama dan politk. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik
suku, antar golongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau
karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.
Di dalam Islam dijelaskan tentang anak berkebutuhan khusus dalam Qs. An-Nuur ayat 61
ْ‫س ُك ْم َأنْ تَ ْأ ُكلُوا ِمن‬ ِ ُ‫ض َح َر ٌج َوال َعلَى َأ ْنف‬ ِ ‫ج َح َر ٌج َوال َعلَى ا ْل َم ِري‬ ِ ‫س َعلَى األ ْع َمى َح َر ٌج َوال َعلَى األ ْع َر‬ َ ‫لَ ْي‬
ِ ‫ت َأ ْع َم ا ِم ُك ْم َأ ْو بُيُ و‬
‫ت‬ ِ ‫ت َأ َخ َواتِ ُك ْم َأ ْو بُيُ و‬ ِ ‫ت ِإ ْخ َوانِ ُك ْم َأ ْو بُيُ و‬ ِ ‫ت ُأ َّم َه اتِ ُك ْم َأ ْو بُيُ و‬
ِ ‫ت آبَاِئ ُك ْم َأ ْو بُيُ و‬ ِ ‫بُيُوتِ ُك ْم َأ ْو بُيُو‬
‫اح َأنْ تَْأ ُكلُوا َج ِمي ًعا‬ ٌ َ‫س َعلَ ْي ُك ْم ُجن‬ َ ‫ص ِديقِ ُك ْم لَ ْي‬َ ‫ت َخاالتِ ُك ْم َأ ْو َما َملَ ْكتُ ْم َمفَاتِ َحهُ َأ ْو‬ ِ ‫ت َأ ْخ َوالِ ُك ْم َأ ْو بُيُو‬
ِ ‫َع َّماتِ ُك ْم َأ ْو بُيُو‬
‫ت‬ِ ‫ار َك ةً طَيِّبَ ةً َك َذلِ َك يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ُم اآليَ ا‬ ِ ُ‫س لِّ ُموا َعلَى َأ ْنف‬
َ َ‫س ُك ْم تَ ِحيَّةً ِمنْ ِع ْن ِد هَّللا ِ ُمب‬ َ َ‫شتَاتًا فَِإ َذا د ََخ ْلتُ ْم بُيُوتً ا ف‬ ْ ‫َأ ْو َأ‬
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬ 
yang artinya : “Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak
(pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka)
dirumah kamu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-
saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu
yang laki-laki, di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang
laki-laki, di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau
di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau
sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah ) dari rumah- rumah (ini) hendaklah
kamu memberi salam kepada penghuninya (yang berarti memberi salam) kepada dirimu
sendiri), salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.”
Ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu bahwa tidak ada halangan bagi masyarakat
untuk bergabung bersama dengan mereka yang berkebutuhan khusus seperti buta, pincang, bisu,
tuli atau bahkan sakit. Mereka berhak untuk makan bersama, berkumpul bersama layaknya
masyarakat pada umumnya. Asbabunnuzul dari QS. AN-Nuur ayat 61 ini adalah: pada masa itu
masyarakat Arab merasa jijik untuk makan bersama-sama dengan mereka yang berkebutuhan
khusus, seperti pincang, buta, tuli dan lainnya. Hal ini disebabkan cara makan mereka yang
berbeda. Selain itu masyarakat Arab pada masa itu merasa kasihan kepada mereka yang
berkebutuhan khusus tersebut karena mereka tidak mampu menyediakan makanan untuk diri
mereka sendiri. Akan tetapi Islam menghapuskan diskriminasi tersebut melalui QS. An-Nuur
ayat 61. Masyarakat tidak seharusnya membeda-bedakan atau bersikap diskriminasi terhadap
anak berkebutuhan khusus.
Allah menciptakan manusia di muka bumi ini dalam keadaan yang paling sempurna. Tidak ada
istilah cacat di dalamnya, dan seseorang yang disebut cacat oleh masyarakat itu adalah juga
sempurna. Setiap manusia memiliki kekhasannya masing-masing. Sedangkan mereka yang
menyebut seseorang “cacat” berarti mengatakan bahwa Allah telah salah menciptakan manusia,
mahlku-Nya, atau mereka telah mencela ciptaan-Nya. Allah tidak melihat seseorang dari
wajahnya, tubuhnya, akan tetapi Allah melihat seseorang dari hatinya. Kecantikan, ketampanan
dan keindahan tubuh tidak akan berarti apa-apa jika ia tidak memiliki hati yang baik.
Dari pemaparan di atas jelas bahwa Islam tidak mengenal diskriminasi terhadap anak
berkebutuhan khusus. Setiap manusia sama di hadapan Allah kecuali amal perbuatan dan
ketaqwaannya.
Seringkali anak berkebutuhan khusus mendapatkan justifikasi bahwa masa depannya berbeda
dengan anak normal lainnya dengan kata lain bahwa masa depannya lebih suram. Namun perlu
digaris bawahi bahwa hal seperti itu tidak benar dan di tegaskan dalam QS. Ar Ra’d: 11
‫ُوا َما بَِأ ْنفُ ِس ِه ْم‬
Aْ ‫ِإ َّن هّللا َ الَ يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّر‬
Yang artinya : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’d: 11)
Menurut Al Qurthubiy, tentang firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah tidak merubah
Keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri,“  bahwa Allah Ta’ala memberitahukan di ayat ini, bahwa Dia tidaklah merubah keadaan
suatu kaum sampai mereka melakukan perubahan, baik dari kalangan mereka, pengawas
mereka, atau dari salah seorang mereka karena suatu sebab, sebagaimana Allah merubah
keadaan orang-orang yang kalah pada perang Uhud karena sebab sikap berubah yang dilakukan
oleh para pemanah, dan contoh-contoh lainnya yang ada dalam syariat. 
Kita tidak akan pernah mengetahui masa depan seseorang termasuk masa depan anak
berkebutuhan khusus. Masa depan seseorang belum tentu suram dan belum tentu sama, pasti
berbeda-beda. Karena usaha yang dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus bisa saja melebihi
anak normal dan dapat memperoleh hasil maksimal. Tidak menutup kemungkinan bahwa anak
berkebutuhan khusus dapat menjadi orang yang sukses atau menjadi pejabat. Stop diskriminasi,
stop justifikasi, karena itu pembunuhan karakter. Ingatlah masa depan anak-anak berkebutuhan
khusus tidak berarti sama dengan masa depan anak-anak normal.

Anda mungkin juga menyukai