Dok : 05/MT/LKMT/002
LEMBAGA
MINHAJ TARBIYYAH Pokok Bahasan : Kewajiban Orang tua
KAJIAN MANHAJ MARHALAH MUAYYID
terhadap anak
TARBIYAH _________________________
No. Kode P.B. : 2.1.1.05.009
( LKMT) MADAH : Hadits
Status Revisi : 0/0
Jumlah Halaman : 17
I. Tujuan Umum
Menguatkan ikatan dengan sunnah Rasulullah Saw, berdasarkan pada landasan fahm
(pemahaman), cinta, mengerti akan pikiran-pikiran pokoknya, dan ikatan dengan
petunjuk-petunjuknya, beramal dengan hukumnya diiringi dengan pemahaman yang
baik, merumuskan sasaran-sasaran yang tepat sebagai petunjuk untuk segala zaman
dan tempat, dan kembali kepadanya dalam segala hal lebih-lebih ketika terjadi
pertentangan.
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 1
5. punya kepedulian menyebarkannya dan menyeru orang lain kepadanya,
dimulai dari keluarga, kerabat dekatnya dan orang yang berhak
mendapatkannya
6. berusaha untuk teliti (selektif) dalam menyebarkannya pada orang lain
7. menegaskan keshohihan hadits tersebut sebelum meriwayatkannya
8. pintar mengambilnya sebagai dalil dalam kesempatan yang berbeda-beda
9. saling mengasihi antara kita
10. wanti-wanti terhadap sikap gampang marah dan emosi
11. bahwa Allah Swt sangat mengasihi hamba-hamba-Nya
12. kasih sayang terhadap manusia dan lemah lembut terhadap hewan
13. seorang mukmin mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri
14. aktif untuk menyatukan orang-orang mukmin dan menyuruh untuk menolong
mereka
15. menghormati hak-hak kaum muslimin
16. menganjurkan untuk belajar sunnah
17. memperdalam pelajaran yang telah lalu melalui buku-buku hadits dan
syarahnya
18. studi analisa dan tematik untuk menyimpulkan sasaran hadits, baik dilalah
dakwah, tarbiyah, harokah ataupun fikroh
19. menambah hadits yang berhubungan dengan bab itu (pemahaman dan hafalan)
20. bersikap lembut kepada anak laki-laki atau wanita
21. bertawakkal kepada Allah dalam mencari rizki
2. Kegiatan Inti:
a. Kajian tentang tema Kewajiban Orang tua terhadap anak
b. Berdikusi dan tanya jawab tema tersebut ( lihat tujuan Kognitif, afektif dan
psikomotor)
c. Penekanan dari Murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam
kajian tersebut
3. Kegiatan Penutup:
a. Kesimpulan (lihat Tugas mandiri dan lihat kegiatan pendukung)
b. Evaluasi
V. Kegiatan-kegiatan Penunjang
1. Menyiapkan acara televisi yang edukatif untuk menerangkan urgensi
menyayangi anak dan cara yang cocok untuk mendidik anak
2. Menulis cerita yang mengungkapkan bahwa rizki ada di tangan Allah, dan anak
itu dilahirkan dengan membawa rizkinya.
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 2
3. Menulis makalah yang membahas tentang bahaya pembatasan keturunan
dengan berargumen pada berkurangnya sumber daya alam.
IX. Muhtawa
Kewaajiban Orang Tua Terhadap Anak
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 3
" :
:
" :
: . :
: :
. : :
.
"
"
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 4
Pendahuluan
Islam turun sebagai agama rahmatan lil alamin, sebagaimana yang disebutkan Allah
Taala kepada Rasulullah saw.
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya: 107)
Dengan misi yang sangat mulia itulah, dapat dipahami bahwa syariat Islam akan
memberikan perhatian yang sangat tinggi terhadap segala hal yang terkait dengan
tindakan-tindakan yang akan membuahkan hasil berupa rahmatan lil alamin.
Sebagai salah satu dari implementasi misi rahmatan lil alamin Islam sangat
memperhatikan pola hubungan antar manusia (muamalah insaniyah).
Dalam makalah yang ringkas ini, akan dibahas bagaimana Islam memerintahkan umatnya
untuk memuliakan keluarga sebagai bagian dari upaya mewujudkan tata kehidupan sosial
yang penuh dengan kedamaian dan sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan.
A. Memuliakan Keluarga
1. Hubungan suami-istri
Dengan demikian, sakinah, mawaddah dan rahmah merupakan suatu kondisi yang
hendaknya diciptakan oleh pasangan suami isteri di dalam rumah tangganya.Dan ini
memerlukan suatu upaya yang sistematis dan konstruktif dari kedua belah pihak.
Tuntunan interaksi harmonis suami isteri dapat kita lihat dalam beberapa pesan Al-
Quran dan Hadis:
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 5
mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka (Q.S. Al-Baqarah: 187)
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
(QS An Nisaa:19)-padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka... (Q.S. An-Nisaa: 34)
Tidakkah mau aku kabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik
dijadikan bekal seseorang? Wanita shalihah: jika dilihat (suami) menyenangkan
dan jika (suami) meninggalkannya ia menjaga dirinya dan harta suaminya. (H.R.
Abu Dawud dan Nasai)
Janganlah seorang (suami) mukmin membenci seorang (istri) muminah. Jika ia
tidak suka dengan salah satu perilakunya, ia dapat menerima perilakunya yang lain
(H.R. Muslim)
Takutlah kepada Allah dalam (memperlakukan ) wanita karena kamu mengambil
mereka dengan amanat Allah, dan engkau halalkan kemaluan mereka dengan
kalimat Allah. Dan kewajibanmu adalah memberi nafkah dan pakaian kepada
mereka dengan baik
Sesungguhnya aku berdandan untuk istriku, sebagaimana dia berdandan untukku
(Perkataan Ibnu Abbas RA)
2. Memuliakan anak
Memuliakan keluarga juga berarti meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dan
anak. Dalam hal ini, patokan paling utama adalah perintah Allah Taala kepada orang-
orang beriman untuk menjaga keselamatan keluarganya dari api neraka (Q.S. At-Tahrim:
6 ). Sungguh menjadi kewajiban orang tua untuk menjadikan anak-anak mereka orang-
orang yang beriman dan beramal saleh. Memuliakan anak berarti memenuhi hak-hak
mereka, bahkan sejak awal kehidupan mereka dimulai yakni:
a. Menerima kelahiran
Menerima kelahiran mereka dengan penuh sukacita, tidak boleh menolaknya. Sabda
Nabi: Barang siapa yang mengingkari anaknya, sedang anak itu mengetahuinya maka
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 6
Allah akan menutup diri dari orang itu. dan keburukannya akan ditunjukkan di hadapan
orang-orang terdahulu dan kemudian (H.R. Ad Darami).
c. Tahnik,
Yaitu sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW berupa pemberian makanan manis dan
lembut di saat-saat pertama kehidupan anak (bisa dengan kurma atau madu)
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan (Q.S. Al-Baqarah:233)
Imam Ibnu Qayim mengatakan bahwa ada hubungan yang erat antara nama dengan
kualitas anak. Pemberian nama yang baik akan mendorong yang punya nama untuk
berbuat baik sesuai dengan makna yang terdapat di dalam namanya, karena nama yang
diberikan orang tua mengandung doa dan harapan. Sebaliknya seorang anak akan merasa
malu dan rendah diri apabila nama yang disandangnya buruk, atau tiada makna.
f. Aqiqah:
Menyembelih hewan qurban untuk kelahiran mereka pada hari ketujuh. Rasulullah saw.
bersabda, Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua ekor kambing yang memenuhi syarat dan
bayi perempuan cukup dengan satu ekor kambing. (H.R. Ad-Darami)
g. Cukur rambut:
Pada hari yang ketujuh pula dilakukan pencukuran rambut, dan menimbang rambut
tersebut lalu dikonversi dalam satuan emas atau perak yang selanjutnya disedekahkan
kepada faqir miskin. Timbanglah rambut al Husain dan sedekahkanlah perak seberat
itu (H.R. Al-Hakim)
h. Khitan:
Dari segi medis khitan jelas bermanfaat bagi kesehatan. Dengan khitan berarti sejak kecil
ia sudah dipelihara harga diri, kehormatan dan kesehatannya.
Selanjutnya memuliakan anak berarti juga memberikan pendidikan yang baik kepada
mereka. Al Quran secara monumental telah mengisyaratkan pentingnya pendidikan anak
ini melalui kisah Lukman ketika sedang mendidik anaknya:
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 7
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
13) Luqman: besar. (Q.S.
Dengan pendidikan yang benar menurut apa yang diajarkan Allah Taala, maka anak akan
menjadi individu yang mature dewasa dan bertanggung jawab, serta mampu memberikan
kontribusi yang optimal bagi kemaslahatan umat.
Kewajiban orang tua pada akhirnya disempurnakan dengan membantu mereka dalam
membangun keluarga dengan menikahkannya. Orang tua berperan dalam memilih siapa
calon suami/istri putra-putri mereka menurut ukuran kebaikan Islam.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
.Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (Q.S. Al-
Isra: 23-24)
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 8
mati keduanya? Jawab Nabi: Ya, men-sholatkan atasnya, membacakan istighfar
atas keduanya dan melaksanakan janji (wasiat)nya, serta menghubungkan ikatan
yang tidak dapat dihubungkan melainkan karena keduanya, dan menghormati
teman-teman keduanya (H.R. Abu Dawud)
Di antara tindakan-tindakan praktis membina hubungan yang baik kepada orangtua dalam
konteks memuliakan mereka adalah:
a. Selalu menjaga silaturahim dengan cara mengunjungi mereka secara rutin (berkala)
sesuai kemampuan. Bila jarak tempat tinggal jauh, dapat dilakukan melalui telpon
atau surat. Tanyailah keadaan kesehatan mereka, masalah-masalah mereka.
b. Memenuhi kebutuhan mereka, terutama tentu saja kebutuhan hidup sehari-hari
berupa sandang, pangan dan papan.
c. Memelihara kesehatan mereka dengan cara memonitor kesehatan mereka,
menganjurkan bahkan membantunya berobat ke dokter. Menganjurkan mereka
untuk memperbaiki pola makan, pola kerja dan pola hidup agar menjadi sehat.
d. Memberi mereka hadiah sesuatu yang menyenangkan mereka, meskipun cuma
sebuah bingkisan kecil. Janganlah lupa memberikan mereka buah tangan apabila
kita pulang dari bepergian jauh.
e. Menganjurkan mereka meningkatkan ibadah, memperbanyak dzikir dan menghadiri
atau mendengarkan ceramah atau majelis talim yang baik buat mereka. Berikan
pula buku atau majalah yang patut mereka baca.
f. Mendidik anak-anak untuk menghormati dan menggembirakan mereka (kakek-
nenek)
g. Pamit kepada mereka ketika hendak bepergian jauh.
h. Bila memiliki rezeki yang cukup, patutlah kita memberangkatkan mereka ke tanah
suci Mekkah untuk ibadah Haji.
i. Sesekali ajaklah mereka rihlah bersama ke suatu tempat yang baik.
Sungguh indah bagaimana Islam memberikan pedoman-pedoman yang jelas dan rinci
bagaimana sebuah keluarga dibangun dengan cara-cara yang bersahaja dan penuh nilai-
nilai luhur.
Dari Anas bin Malik ra. Berkata: Rasulullah saw menggendong Ibrahim dan
menciuminya. HR Al Bukhari
Ibnu Al Baththal berkata:
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 9
Diperbolehkan mencium anak kecil, di semua anggota badannya. Demikian juga orang
dewasa menurut mayoritas ulama-, kecuali auratnya. Maka tidak boleh hukumnya
mencium aurat anak.
Rasulullah mengambil anaknya Ibrahim- dari ibunya Mariyah Al Qibthiyah,
Dari Abu Hurairah ra- berkata: Rasulullah saw menciumi Al Hasan bin Ali, di hadapan
Al Aqra bin Habis At Tamimiy yang sedang duduk. Lalu Al Aqra berkata:
Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, dan aku belum pernah menciumi seorang pun.
Lalu Rasululahn saw memandanginya dan bersabda: Barang siapa yang tidak
menyayangi maka tidak akan disayangi HR Al Bukhariy
Penjelasan:
Rasulullah saw mencium Al Hasan bin Ali ra. Putra Fathimah ra.
Al Hasan lahir pada tahun 2 (dua) Hijriyah.
Ketika itu Al Aqrabin Habis At Tamimiy sedang duduk berada di hadapan Rasulullah
saw. Ia seorang muallaf, sehingga Islamnya menjadi baik.
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 10
Rasulullah saw melihatnya dengan pandangan yang kurang menyenangkan karena ia
tidak pernah mencium anaknya.
Kemudian Rasulullah saw bersabda, untuk merubah sikapnya terhadap anak-anaknya,
sehingga anaknya merasakan kasih sayangnya dengan menciuminya.
Barang siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak disayangi.
Huruf ya pertama di baca fathah dan ya kedua dibaca dlammah.
Boleh juga kedua ya dibaca rafa (huruf mim dibaca dlammah) dengan menstatuskan
kata Man sebagai isim Maushul. Atau keduanya dibaca jazm (mim dibaca sukun/mati)
dan kata Man berstatus syarat. Namun pada umumnya para rawi membacanya dengan
rafa.
Jawaban Rasulullah kepada Al Aqra menunjukkan bahwa mencium anak itu bertujuan
untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatian, bukan kelezatan atau syahwat.
Kata rahmat kasih sayang dari sesama makhluk adalah kelembutan hati yang membuat
seseorang memuliakan, dan ihsan (berbuat baik). Rahmat dari sesama makhluk adalah
termasuk dalam amal shalih, sedangkan rahmat dari Allah swt adalah balasan atas amal
shalih yang dilakukan.
Sesungguhnya orang yang berfikir dan bersemangat untuk membuat kebaikan pada
dirinya sendiri akan berusaha agar rasa kasih sayang itu menjadi akhlak dan
kepribadiannya, agar mendapatkan rahmat Allah dan kasih sayang sesama manusia.
Barang siapa yang menyayangi ia akan disayangi, dan sebaliknya; barang siapa yang
tidak menyayangi maka tidak disayangi.
Dari hadits di atas dapat disimpulkan antara lain:
1. Masyruiyyah (disyariatkannya) mencium anak, dan hal ini adalah sunnah Nabi
yang mulia.
2. Orang yang tidak menyayangi sesama manusia dan makhluk hidup lainnya akan
terhalang dari rahmat Allah, dan kasih sayang sesama manusia. Karena balasan
itu serupa dengan amalnya.
3. Orang yang menyayangi orang lain mendapatkan keberuntungan rahmat Allah
dan kasih sayang sesama manusia yang akan menjadi penolong di kala sempit dan
pembela pada saat yang dibutuhkan.
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 11
.
Dari Aisyah isteri Rasulullah saw- berkata: Telah datang padaku seorang wanita
bersama dengan dua orang anaknya meminta sesuatu kepadaku. Aku hanya memiliki
sebutir korma, lalu aku berikan padanya. ibu itu kemudian membaginya untuk kedua
anaknya, lalu pergi. Kemudian Rasulullah saw datang dan aku ceritakan kepadanya. Nabi
bersabda: barangsiapa yang dikaruniai anak-anak perempuan lalu berbuat baik kepada
mereka, maka anak-anak itu akan menjadi penghalangnya dari neraka. HR Al Bukhari,
Muslim dan At Tirmidzi
Penjelasan:
Membawa dua anaknya
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 12
lemah dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Berbeda dengan laki-laki, yang secara
fisik lebih kuat, lebih cair dalam berfikir, mampu memenuhi kebutuhannya, pada
umumnya.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:
1. Orang yang sangat membutuhkan diperbolehkan meminta-minta. Seperti yang
dilakukan oleh ibu dari dua anak perempuan tadi kepada Aisyah ra
2. Sebaiknya bersedekah dengan apa yang ada, sedikit atau banyak. Seperti yang
dilakukan oleh Aisyah ra, dengan sebutir kurma. Kurang berharganya sebutir
kurma itu tidak menghalanginya dari bersedekah.
3. Diperbolehkan menceritakan kebaikan yang dilakukan, selama tidak bertujuan
untuk membanggakan diri dan membangkit pemberian. Seperti yang dilakukan
oleh Ummul Mukminin Aisyah ra dalam bercerita kepada Rasulullah tentang
wanita itu dan kedua anaknya.
4. Sesungguhnya menyayangi anak perempuan dan berbuat baik kepadanya akan
menjaga dari apai neraka, yang menjadi pekerjaan orang-orang baik untuk
berusaha terlindung dan selamat darinya.
D. Allah sangat menyayangi anak melebihi kasih sayang ibu terhadap anaknya
Dari Umar bin Al Khaththab ra- berkata: Didatangkanlah para tawanan perang kepada
Rasulullah saw. Maka di antara tawanan itu terdapat seorang wanita yang susunya siap
mengucur berjalan tergesa-gesa sehingga ia menemukan seorang anak kecil dalam
kelompok tawananan itu- ia segera menggendong, dan menyusuinya. Lalu Nabi
Muhammad saw bersabda: Akankah kalian melihat ibu ini melemparkan anaknya ke
dalam api? Kami menjawab: Tidak, dan ia mampu untuk tidak melemparkannya. Lalu
Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya, melebihi
sayangnya ibu ini kepada anaknya, HR. Al Bukhari dan Muslim.
Penjelasan:
Qaf dibaca dhammah, berbentuk Mabni Majhul (didatangkan)
Tawanan dari Hawazin
Ha dibaca fathah dan lam diberi tasydid. Berbentuk mufrad (kata tunggal)
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 13
dibaca rafa sebagai fail; telah mengalir air susu darinya. Al Hafizh Ibnu Hajar berkata
dalam Fathul Bari- siap mengeluarkan susu.
Ain dibaca fathah, dari kata sai (berjalan cepat) mencari anaknya yang hilang.
Ia dapatkan
seorang anak kecil dalam kelompok tawanan itu, ia mengambilnya lalu memeluknya dan
menyusuinya. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Fathul-Bari, setelah kalimat itu
Artinya: Wanita itu bergegas berjalan mencari anaknya yang hilang. Ia resah dengan air
susunya yang telah terkumpul di buah dadanya ketika ia menemukan anak kecil ia
ambil dan ia susuinya, untuk meringankan air susunya, lalu menemukan anak kecil lagi
dan itulah anaknya sendiri- ia ambil dan ia peluk dalam perutnya dan menyusuinya. Lalu
Rasulullah saw bersabda: ta dibaca fathah artinya: apakah kamu menyangka
wanita itu melemparkan anaknya ke dalam api. Kami jawab. Tidak mungkin ia
lemparkan anaknya ke dalam api.
Lalu Rasulullah saw bersabda: lam pertama dibaca, lam taukid (penegasan).
Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya melebihi wanita itu sayang kepada
anaknya. Allah tidak akan melemparkannya ke neraka karena sangat sayang kepada
mereka.
Para hamba yang dimaksudkan adalah kaum mukminin yang bertaqwa yang
beramal shalih. Seperti firman Allah:
156. Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia Ini dan di akhirat; Sesungguhnya
kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan
kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan
Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 14
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami".
157. (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil ....QS. Al Araf.
hadits ini dikuatkan pula oleh riwayat Imam Ahmad dan Al Hakim dari Anas, ra, berkata:
"
Rasulullah saw melintasi sekelompok sahabatnya ada seorang anak kecil di tengah jalan.
Ketika ibunya melihat hal itu, ibu itu ketakutan bahwa anaknya akan jatuh, lalu ia
bergegas menghampiri dan memanggil-manggil: anakku-anakku, ibu itu berjalan cepat,
dan mengambilnya. Para sahabat bertanya: Ibu ini tidak akan melemparkan anaknya ke
dalam api. Rasulullah saw bersabda: Dan Allah tidak akan melemparkan kekasihnya ke
dalam api neraka. Dan Allah tidak akan melemparkan kekasihnya ke dalam api neraka.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:
1. Tidak ada seorangpun yang lebih sayang melebihi Allah. Allah swt lebih sayang
dibandingkan dengan orang yang harus menyayangi. Tidak pernah ada dalam
makhluk Allah yang lebih sayang dari ibunya. Dan Rasulullah saw bersabda:
Allah lebih sayang dari pada ibu itu menyayangi anaknya.
2. Boleh melihat tawanan wanita. Rasulullah saw tidak melarang melihat wanita
dalam hadits di atas. Bahkan dalam hadits tadi termuat pembolehan melihatnya.
3. Penggunaan contoh sebagai alat bantu, sehingga bisa ditangkap secara fisik untuk
hal-hal yang tidak mudah difahami, agar mendapatkan pengertian yang tepat,
meskipun yang dijadikan contoh sesuatu yang tidak akan dapat terjangkau
hakekatnya. Itulah rahmat Allah yang tidak akan terjangkau oleh akal. Walau
demikian Rasulullah saw mendekatkan pemahaman itu kepada para pendengar
dengan keadaan wanita tersebut.
4. Pemanfaatan kesempatan untuk menyampaikan dakwah. Rasulullah saw
memanfaatkan kesempatan perhatian para sahabat terhadap fenomena kasih
sayang ibu kepada anaknya, lalu dialihkan kepada kasih sayang yang lebih besar,
untuk memenuhi kebutuhannya, dan menjadi tempat bergantung dalam semua
urusan.
"
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 15
. "
Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad saw meletakkan anak kecil di pelukannya
kemudian mentahniknya (menyuapi dengan kurma yang telah dukunyahnya), lalu anak
itu kencing di pelukannya, lalu meminta air dan mengguyurnya. HR. Al Bukhariy
Penjelasan:
Isteri Nabi Muhammad saw
Sesungguhnya Nabi Muhammad saw
meletakkan anak kecil, yaitu Abdullah bin Az Zubair, seperti yang diriwayatkan oleh Ad
Daru Quthniy, atau anak itu adalah Al Husain bin Ali seperti dalam riwayat Al Hakim.
Ha dibaca kasrah, ada pula yang membacanya fathah, dan jim dibaca sukun/mati.
Keterangan keadaan ketika Nabi mentahniknya, yaitu menyuapinya kurma setelah
kurma itu dikunyahnya, untuk mendapatkan berkah ludah Nabi Muhammad saw, yang
bercampur dengan rasa kurma yang manis.
Lalu anak itu mengencingi bajunya, lalu Nabi mengguyur bekas
kencing itu dengan air.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran, antara lain:
1. Menyayangi anak kecil, dan memperhatikannya. Nabi Muhammad saw
meletakkan anak itu dalam pelukannya dan mentahniknya
2. Bersabar menghadapi prilakunya, tidak membalasnya, karena belum mukallaf
(bertanggung jawab).
" :
" :
Dari Usamah bin Zaid ra, berkata: Rasulullah saw pernah mengangkatku dan
mendudukkan aku di atas pahanya, dan Hasan bin Ali duduk di paha yang lain, kemudian
Rasulullah saw memeluk kami berdua, dan bersabda: Ya Allah sayangilah keduanya,
karena sesungguhnya aku menyayanginya. HR. Al Bukhariy
Penjelasan:
Dari Usamah bin Zaid bin Haritsah, dipanggil pula
kesayangan putra kesayangan Rasulullah saw, -lalu Rasulullah
mendudukkan aku di atas pahanya dan Al Hasan bin Ali duduk di paha lainnya. Hal ini
menunjukkan perhatian dan cinta Rasulullah kepada keduanya.
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 16
Usamah lebih tua dari Al Hasan. Mayoritas pendapat tentang umur Al Hasan adalah
ketika Rasulullah saw wafat ia berusia 8 (delapan) tahun, sedangkan Usamah ketika itu
berusia 19 (sembilan belas) tahun. Rasulullah saw memeluk keduanya kemudian berdoa:
Ya Allah sayangilah keduanya, karena sesungguhnya kami menyayanginya dan
mengasihinya.
Hadits ini berisi tentang keutamaan Usamah bin Zaid dan Hasan bin Ali, dengan curahan
cinta Rasulullah saw kepada keduanya.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran, antara lain:
Bahwa meletakkan anak kecil di pangkuan adalah salah satu bentuk rahmat dan kasih
sayang. Hal ini membuktikan rasa cinta.
. : " :
: : :
. : : .
"
. ( ) . "
Dari Abdullah bin Masud ra berkata: Aku bertanya: Ya Rasulallah, dosa apakah yang
paling besar? Rasulullah saw menjawab: Engkau menjadikan sekutu bagi Allah padahal
Allah yang telah menciptakanmu. Kemdian apa lagi? Jawabnya: Engkau membunuh
anakmu karena takut ia makan makananmu. Kemudian apa lagi? Jawabnya: Engkau
berzina dengan isteri tetanggamu. Dan Allah turunkan ayat yang membenarkan ungkapan
Rasulullah ini:
68. Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa(nya), QS. AL Furqan
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 17
Penjelasan:
" "
Membunuh anak adalah perbuatan terlarang secara umum, tidak hanya karena takut
makan bersama saja. Akan tetapi jika ada larangan membunuh anak karena takut makan
bersama, maka karena alasan lainnya, lebih harus dilarang.
sekutu,
Hanya Allah yang telah menciptakanmu, lalu bagaimana mungkin
kamu mensekutukannya? Maha suci Allah dari apa yang mereka sekutukan. Lalu Ibnu
Masud menanyakan dosa apa lagi yang lebih besar. Rasulullah saw menjawab:
Engkau bunh anakmu karena takut makan
bersamamu. Kenapa ada ketakutan seperti ini, yang menyebabkan dosa yang sangat
besar? Sedangkan Allah menjamin:
31. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah
yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah suatu dosa yang besar. QS. Al Isra
Ibnu Masud bertanya lagi: Lalu dosa apa lagi yang sangat besar? Jawab Nabi: Kamu
berzina dengan isteri tetanggamu. Karena perbuatan ini mengandung penodaan besar
kepada orang yang seharusnya dihormati, yaitu tetangga.
Allah swt menurunkan ayat yang membenarkan ungkapan Rasulullah ini dalam surah AL
Furqan: 68
68. Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa(nya),
_________________________________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Hadits, pb. Kewajiban orang tua terhadap anak 18