Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH 

FILSAFAT SEBAGAI ILMU KRITIS 


 
Ditunjukkan untuk memenuhi tugas makalah Filsafat umum 
 
Dosen pengampu: 
Muhammad Hormus M.Pd.I 
 

 
Nama:Naila rahmaniah 
NIM: 126308201038 

IAIN TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Faisafah atau filsafat dalam bahasa indonesia merupakan kata serapan dan bahasa Arab
yang juga d ambi dan
bahasa Yunani, philosophia Kala ini berasal dan dua kata Phiko dan Sopha Philo = limu
atau cinta dan Sophia= kebijaksanaan. Sehingga arti harfiahnya adalah ilmu tentang
kebijaksanaan ataupun seseorang yang cinta
hebijakan
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem faisafi pula Tetapi paling
tidak bisa dikatakan bahwa fisafat adalah studi y ang mempelajan seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusa secara kritis (Irmayanti Meliono, dkk 2007 MPKT Modul I
Jakarta Lembaga Penerbitan FEUI ha 1) Terlepas dan berbagai defnsi yang benusaha
menejemahkan Filsatat secara global Pada dasarnya Filsafat selain
membahas dan menyimpukan sesuatu yang menjad dasar Filsafat adalah ibu dan segala
imu yang hadir di bumi ini .
Logika dan perasaan meliput segenap ruang Filsafat, sehingga memeriukan konsentrasi
yang lebih untuk memahaminya lebih dan sekedar sebuah ilmu biasa.
Pengontokan kategon Fisatat sebetulnya terjadi belakangan ini Karena pada intinya
pembahasan yang dibahas
dalam setiap kategori filsafat.
berpegang pada penerjemahan dari dasar pijakan setiap elemen ilmu . Menurut
salah satu pemerhati filsatat bahwa filsafat adalah sebuah ilmu yang membahas mengenai
ontologi
(keberadaan), epistemonology (sumber atau dasar) dan aksioiogi(nilai atau norma) dan
sesuatu .
Berdasarkan pijakan itu. dikemudian hari, maka munculah berbagai klasifikası Filsafat
berdasarkan lingkup yang lebih kecil
seperti hadirnya Filsaftat Timur atau Filsatat islam.
Sejarah awal tumbuhnya Filsafat berasal dari Yunani pada sekitar abad ke 7 SM Tentu saja
ada nama-nama seperti Sokrates kemudian Plato sebagai mund Sokrates, dan Anstoteles
sebagai mund Plato Namun ada juga
yang beranggapan bahwa Fitsafat lahir di bumi barat. bahkan pada nusa sebelum era
Sokrates Ada beberapa
tokah yang disebutkan pada zaman ini diantaranya adalah seperti Thales, Anaximander dan
Phytagoras.
Keakuratan sejarah Filsafat sepertinya tidak menjadi nalangan untuk perkembangan ilmu ini.
Bahkan hingga saat ini , ada istilah Filsafat kontemporer yang tumbuh di era Jean Paul
Sartre atau Jurgen Habermas Dan semua
Filsafat yang ita kenal dengan segala ragam coraknya, ada satu inti yang dapat kita
simpulkan. Bahwa
berfilsatat berarti mencan kebenaran Lalu akankah kita temukan kebenaran itu ?) Ataukah
kita akan berpegang
pada kesimpulan Sokrates, bahwa kebenaran hakiki akan kita temui saat nyawa kita
meregang dan jasadnya Dan kita akan bertemu Sang Kebenaran.
Filsafat ilmu secara umum dapat dipahami dan dua sisi. yaitu sebagai disiplin ilmu dan
sebagai landasan fiosofis bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disipin ilmu filsatat ilmu
merupakan cabang dan ilmu filsatat yang
membicarakan obyek khusus. yaitu ilmu pengetahuan yang memliki sifat dan karakteristik
tertentu hampir sama
dengan filsafat pada umumnya Sementara itu, filsafat iimu sebagai landasan filosofis bagi
prosos keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dan proses kedmuan itu sendiri. Secara
sederhana filsafat dapat diartikan sebagai
berfikir menurut tata tertib dengan bebas dan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar
suatu persoalan yaknı berfikir yang mempunyai ciri-ciri khusus seperti analitis pemahaman
deskriptif evaluatif interpretatif dan spekulatif. Sejalan dengan ini, Musa Asy ari menyatakan
bahwa filsafat adalah berfikir bebas, radikal dan berada pada dataran makna Bebas artınya
tidak ada yang menghalang-halangi kerja pikiran. Radikal artınya berfikir sampai ke akar
akar masalah (mendalam bahkan sampa melewat batas batas fisik kata yang disebut
metafisis Sedang berfikir dalam tahap makna berarti menemukan makna terdalam dan
Suatu yang terkandung didalamnya Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti
kebenaran, keindahan maupun kebaikan.
B. Rumusan Masalah
● Apa pengertian filsafat sebagai ilmu kritis?
● Metode-metode apa saja dalam filsafat?
● Bagaimana sistem dalam filsafat?
● Bagaimana kebenaran dalam filsafat?
C. Manfaat
● Agar mahasiswa melihat objek yang terkandung dalam filsafat.
● Agar mahasiswa tahu kebenarannya, metode yang terdapat dalam fisalat
● Agar mahasiswa dapat melihat sistem dalam fisa lemak
● Agar mahasiswa tahu tentang kebenaran dalam filsafat baru.

​BAB II
FILSAFAT SEBAGAI ILMU KRITIS

1.Pengertian​ ​filsafat

Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa arab dengan istilah falsafah dan dalam bahas
inggris Falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal istilah Phylosophy serta dalam bahasa
Yunani dengan istilah Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang berarti
cinta (love) dan sophia yang berarti kebijasanaan (wisdom) sehingga secara etimologis
istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Dengan
demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan (Suaedi.2016).

Prof. Dr. Harun Nasution, menyatakan bahwa intisari filsafat ialah “berfikir menurut tata tertib
(logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan
sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya”.
filsafat bersifat menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Menyeluruh, artinya pemikiran
yang luas karena tidak membatasi diri dan tidak hanya ditinjau dari satu sudut pandang
tertentu.
Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai pada hasil yang fundamental atau esensial
objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan
keilmuan. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran
selanjutnya. Hasil pemikiran berfilsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusuri
bidang-bidang pengetahuan yang baru.

2. Berfikir Kritis

Berfikir kritis menurut beberapa pengertian yakni:

- Perry dan potter (2005) menyatakan bahwa Berfikir kritis adalah suatu proses dimana
seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi
untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan
ilmu pengetahuan dan pengalaman.
- Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional
terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan
tindakan.

- Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan
pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta
mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang
adanya perspektif/ pandangan baru.Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik
yang penting bagi seorang profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam
memenuhi kebutuhan klien. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya ataupun
layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara rasional tentang
semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan
dan mengambil suatu keputusan.

3. Aspek-Aspek Berpikir Kritis

Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku
selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari
beberapa aspek :

- Relevance : Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.

- Importance : Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.

- Novelty : Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi
baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.

- Outside Material : Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang


diterimanya dari perkuliahan (refrence).

- Ambiguity clarified : Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada
ketidak jelasan.

- Linking ideas: Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data
baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.

- Justification : Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau
kesimpulan yang diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa memberi penjelasan
mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.

- Critical assessment : Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating
dari dalam dirinya maupun dari orang lain.

- Practical utility: Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/
kegunaanya dalam penerapan.
- Width of understanding: Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan
isi atau materi diskusi.

4. Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis

Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat

menjadi FRISCO :

- F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.

- R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan


yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.

- I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting


dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan,
pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.

- S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci,
bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.

- C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.

- O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang


diambil.

Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan perihal kebijaksanaan. Kebijaksanaan
merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia, karena ia dapat menjadikan manusia untuk
bersikap dan bertindak atas dasar pertimbangan kemanusiaan yang tinggi (actus humanus),
bukan asal bertindak sebagaimana yang biasa dilakukan manusia (actus homini).
(Munir:2001:1)

“Dengan demikian filsafat adalah seni kritik. Kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah
puas diri, tidak pernah membiarkan sesuatu sebagai sudah selesai, tidak pernah memotong
perbincangan, selalu bersedia, bahkan senang untuk membuka kembali perdebatan dan
secara hakiki bersifat dialektis dalam arti bahwa setiap kebenaran menjadi lebih benar
dengan setiap perputaran tesis-antitesis dan antitesisnya antitesis.” (Suseno, 1992 :21)

Contoh lain filsafat sebagai ilmu kritis juga mengkritisi ideologi serta politik. Ideologi
menuntut sesuatu yang tidak boleh dipertanyakan. Sedangkan filsafat menanyakan segala
sesuatu yang ada serta pertanggung jawaban. Filsafat sering difitnah sebagai sekularistik,
ateis dan anarkis karena suka menyobek selubung-selubung ideologis kepentingan duniawi
bikinan manusia. Adanya filsafat politik dalam kehidupan masyarakat ini tidak akan
membiarkan segala macam klaim terhadap wewenang dan kekuasaan menjadi mapan dan
terpenuhi. Filsafat politik menuntut agar segala macam legitimasi untuk tetap pada jalur
serta pertanggungjawaban pada legitimasi itu sendiri. Hal ini juga mempersulit legitimasi
yang merajalela, legitimasi yang ideologis untuk berkembang di kalangan masyarakat.

“Dengan demikian filsafat politik merupakan ragi dalam adonan masyarakat yang mendesak
terus-menerus agar segala usaha pembangunan di hadapkan pada tuntutan legitimasi yang
normatif dan demokratis.” (Suseno 1992:24)

Filsafat sebagai ilmu kritis, menjadikan ilmu pengetahuan berkembang. Menjadi


ilmu-ilmu baru yang datang dari hasil pemikiran-pemikiran kritis yang melihat secara holistik.
Dengan adanya filsafat, penemuan baru dan ilmu pengetahuan akan terus diuji, diteliti dan
berusaha mencari suatu kebenaran di atas kebenaran. Filsafat sebagai ilmu kritis tidak akan
pernah berhenti untuk mengkritisi, dan akan selalu menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang tak akan pernah habis.

4.Perkembangan Filsafat

Perkembangan filsafat menjadi sebuah ilmu yang kritis dapat di lihat dari
perkembangan zaman yang terbagi menjadi lima. Pada zaman Yunani Kuno, filsuf yang
terkenal salah satunya adalah Aristoteles yang mengatakan bahwa hal terpenting dalam
pengetahuan objektif adalah menemukan penjelasan tentang sebuah sebab dan asal mula
atau prinsip pertama dari segala sesuatu.(White,1987: 31 dalam Koentowibisono,dkk). Pada
zaman ini, manusia memfokuskan pengamatan terhadap gejala kosmik dan fisik untuk
menemukan sesuatu asal mula yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala.

Zaman pertengahan (2 M-14 M) yang ditandai dengan tampilnya para theolog


dilapangan ilmu pengetahuan. Yang mengakibatkan pemikiran-pemikirannya terkait dengan
aktivitas keagamaan. Contohnya adalah Thomas Aquinas yang mendalami pemikiran dari
filsuf Aristoteles. Thomas Aquinas mengatakan bahwa terjadinya alam semesta menganut
teori penciptaan, yang artinya Tuhan menciptakan alam semesta. Doktrin-doktrin kritiani
menjadi dasar Thomas Aquinas dalam mengungkapkan pemikirannya.

Zaman ke tiga yaitu Zaman Renaissance (14 M-17 M), zaman yang sangat menaruh
perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada zaman ini berbagai gerakkan menjadi satu untuk
menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis sehingga menghasilkan
sebuah perubahan yang revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola
pemikiran yang baru dalam filsafat, dan terkenal menjadi era kelahiran kembali kebebasan
manusia dalam berpikir. Contohnya adalah Nicholaus Copernicus yang dapat menentang
pemikiran Ptlomeus yang pada saat itu di dukung oleh gereja.

Zaman Modern (17 M- 19 M) ditandai dengan berkurangnya kekuasaan gereja dan semakin
bertambahnya ilmu pengetahuan. Filsuf modern mengatakan bahwa pengetahuan berasal
dari diri sendiri. Di mana aliran rasionalisme dan empirisisme di tentang oleh aliran
kritisisme. Aliran Positivisme, idealisme dan marxisme juga menjadi tanda perkembangan
filsafat zaman modern. Sedangkan zaman kontemporer (20 M- sekarang), Menurut
Wittgenstein dalam Suseno, apa yang dihasilkan oleh sebuah karya filsafat bukan melulu
sederetan ungkapan filsafati melainkan upaya membuat ungkpan-ungkapan itu menjadi
jelas. Tujuan filsafat ialah penjelasan logis terhadap pemikiran-pemikiran. Filsafat bukanlah
doktrin melainkan aktivitas.

Filsafat memang harus mencari jawaban-jawaban tetapi jawaban yang tak pernah
abadi. Karena itu filsafat tak pernah selesai dan tak pernah sampai pada akhir sebuah
masalah. Dari penjelasan dan uraian zaman-zaman tersebut dapat di lihat bahwa filsafat
digunakan untuk mengkritisi pendapat atau penemuan serta ilmu yang telah di temukan.

5.Berfikir Kritis dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan (Science)

Dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bidang apapun, manusia selalu terlibat dalam
berbagai masalah yang mengharuskannya untuk mengambil keputusan yang tepat.
Berdasarkan tinjauan filosofis dalam pengambilan keputusan memungkinkan kita menarik
kesimpulan yang lebih independen dan objektif. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan
cara berfikir kritis. berpikir kritis merupakan suatu teknik berpikir yang melatih kemampuan
dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya
ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara
rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian
merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan. Dalam hal ini, seorang magister
fisika (scientiest) sangat dituntut untuk berfikir kritis dalam segala hal yang terkait dengan
science. Science atau ilmu pengetahuan adalahkerangka konseptual atau teori yang saling
berkaitan yang memberi tempat untuk pengkajian dan pengujian secara kritis dengan
metode ilmiah oleh ahli-ahli dalam bidang yang sama yang bersifat sistematik, objektif dan
universal. Berdasarkan pernyataan di atas, perkembangan ilmu pengetahuan terwujud
karena adanya cara berfikir kritis yang bersifat sistematik, objektif dan universal. Berfikir
kritis diperoleh melalui pembelajaran filsafat dimana mengajarkan cara berfikir yang sangat
mendalam sampai hakikat, global, dan melihat berbagai sudut pandang pemikiran atau
sudut pandang ilmu pengetahuan.

Kata Kunci : Berfikir Kritis, ilmu pengetahuan, Filsafat

C. Kesimpulan

Manusia memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi sehingga senantiasa mencari jawaban
atas pertanyaan yang timbul dalam kehidupannya. Dalam mencari ilmu pengetahuan,
manusia
melakukan telaah yang mencakup 3 hal, antara lain:
1) objek yang dikaji;
2) proses menemukan ilmu;
3) manfaat atau kegunaan ilmu tersebut.
Untuk itu, manusia akan selalu berpikir
kritis, dengan berpikir kritis akan muncul pertanyaan, dan dengan bertanya maka akan
ditemukan jawaban yang mana jawaban tersebut adalah suatu kebenaran. Seiring dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan tidak terlepas dari filsafat. Filsafat mengajarkan
manusia untuk berfikir kritis yang menuntut mereka untuk membuat metode secara empiris
sehingga diperoleh suatu kebenaran ilmu pengetahuan
D.Daftar pustaka

Suseno. 1992. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Kanisius : Yogyakarta

Munir,Misnal. 2001. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Danny Rusmono. 2018. Filsafat Ilmu - Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan. Didownload di

Https://Www.Researchgate.Net/Publication/327304253

Qosim. 1997. Filsafat Ilmu Dan Beberapa Pokok Ajaran Fenomenologi. Malang: Al-Farabi.

Suaedi Fachruddin. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Universitas Cokroaminoto Palopo.

didownload di Https://Www.Researchgate.Net/Publication/298787398

Anda mungkin juga menyukai