Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT SEBAGAI ILMU KRITIS


Ditunjukkan untuk memenuhi tugas makalah Filsafat umum
Dosen pengampu:
Muhammad Hormus, M.Pd.I

Disusun oleh :

Naila Rahmaniah
NIM: 126308201038

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan makalah Filsafat Sebagai Ilmu Kritis ini dapat diselesaikan
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini saya membahas mengenai
pengertian Filsafat, berfikir kritis, aspek-aspek berfikir kritis, unsur-unsur berfikir
kritis, perkembangan filsafat, dan berfikir kritis dan ilmu pengetahuan.

Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum. Makalah
ini dapat terselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak, terutama kepada Bapak Dosen Muh. Hormus, M.Pd.I. yang telah
memberi bimbingan kepada saya.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu yang terkait, serta menambah wawasan bagi para pembacanya. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, semua kritik dan
saran pembaca akan saya terima dengan senang hati demi perbaikan makalah ini.

Tulungagung, 08 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Manfaat ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat………………………………………………….…………….….3
B. Berfikir Kritis……………………………………………………………………..…3
C. Aspek-Aspek Berfikir Kritis…………………………………………………….…..4
D. Unsur-Unsur Berfikir Kritis…………………………………………………….…. 5
E. Perkembangan Filsafat………………………………………………………………6
F. Berfikir Kritis dan Ilmu Pengetahuan…………………………………………....…7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….....9
B. Saran…………………………………………………………………………….…..9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..………10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Faisafah atau filsafat dalam bahasa indonesia merupakan kata serapan dan bahasa
Arab yang juga d ambi dan bahasa Yunani, philosophia Kala ini berasal dan dua kata
Phiko dan Sopha Philo = limu atau cinta dan Sophia= kebijaksanaan. Sehingga arti
harfiahnya adalah ilmu tentang kebijaksanaan ataupun seseorang yang cinta kebijakan.
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem faisafi pula tetapi paling
tidak bisa dikatakan bahwa fisafat adalah studi yang mempelajan seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusa secara kritis (Irmayanti Meliono, dkk 2007 MPKT
Modul I Jakarta Lembaga Penerbitan FEUI ha 1). Terlepas dan berbagai defnsi yang
benusaha menejemahkan Filsatat secara global Pada dasarnya Filsafat selain membahas
dan menyimpukan sesuatu yang menjad dasar Filsafat adalah ibu dan segala imu yang
hadir di bumi ini.

Logika dan perasaan meliput segenap ruang Filsafat, sehingga memeriukan


konsentrasi yang lebih untuk memahaminya lebih dan sekedar sebuah ilmu biasa.
Pengontokan kategon Fisatat sebetulnya terjadi belakangan ini Karena pada intinya
pembahasan yang dibahas dalam setiap kategori filsafat berpegang pada penerjemahan
dari dasar pijakan setiap elemen ilmu. Menurut salah satu pemerhati filsatat bahwa
filsafat adalah sebuah ilmu yang membahas mengenai ontology (keberadaan),
epistemonology (sumber atau dasar) dan aksioiogi(nilai atau norma) dan sesuatu.
Berdasarkan pijakan itu. dikemudian hari, maka munculah berbagai klasifikası Filsafat
berdasarkan lingkup yang lebih kecil seperti hadirnya Filsaftat Timur atau Filsatat islam.
Sejarah awal tumbuhnya Filsafat berasal dari Yunani pada sekitar abad ke 7 SM tentu saja
ada nama nama seperti Sokrates kemudian Plato sebagai mund Sokrates, dan Anstoteles
sebagai mund Plato Namun ada juga yang beranggapan bahwa Fitsafat lahir di bumi
barat. Bahkan pada nusa sebelum era Sokrates Ada beberapa tokah yang disebutkan pada
zaman ini diantaranya adalah seperti Thales, Anaximander dan Phytagoras.

Keakuratan sejarah Filsafat sepertinya tidak menjadi nalangan untuk


perkembangan ilmu ini. Bahkan hingga saat ini , ada istilah Filsafat kontemporer yang
tumbuh di era Jean Paul Sartre atau Jurgen Habermas Dan semua Filsafat yang ita kenal

1
dengan segala ragam coraknya, ada satu inti yang dapat kita simpulkan. Bahwa berfilsatat
berarti mencan kebenaran Lalu akankah kita temukan kebenaran itu ?) Ataukah kita akan
berpegang pada kesimpulan Sokrates, bahwa kebenaran hakiki akan kita temui saat
nyawa kita meregang dan jasadnya Dan kita akan bertemu Sang Kebenaran. Filsafat ilmu
secara umum dapat dipahami dan dua sisi. yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai
landasan fiosofis bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disipin ilmu filsatat ilmu
merupakan cabang dan ilmu filsatat yang membicarakan obyek khusus. yaitu ilmu
pengetahuan yang memliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat
pada umumnya Sementara itu, filsafat iimu sebagai landasan filosofis bagi prosos
keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dan proses kedmuan itu sendiri.

Secara sederhana filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib
dengan bebas dan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar suatu persoalan yaknı
berfikir yang mempunyai ciri-ciri khusus seperti analitis pemahaman deskriptif evaluatif
interpretatif dan spekulatif. Sejalan dengan ini, Musa Asy ari menyatakan bahwa filsafat
adalah berfikir bebas, radikal dan berada pada dataran makna Bebas artınya tidak ada
yang menghalang-halangi kerja pikiran. Radikal artınya berfikir sampai ke akar akar
masalah (mendalam bahkan sampa melewat batas batas fisik kata yang disebut metafisis
Sedang berfikir dalam tahap makna berarti menemukan makna terdalam dan Suatu yang
terkandung didalamnya Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti kebenaran,
keindahan maupun kebaikan

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat sebagai ilmu kritis?
2. Metode-metode apa saja dalam filsafat?
3. Bagaimana sistem dalam filsafat?
4. Bagaimana kebenaran dalam filsafat?

C. Manfaat
1. Agar mahasiswa melihat objek yang terkandung dalam filsafat.
2. Agar mahasiswa tahu kebenarannya, metode yang terdapat dalam fisalat
3. Agar mahasiswa dapat melihat sistem dalam fisa lemak
4. Agar mahasiswa tahu tentang kebenaran dalam filsafat baru.

2
BAB II

PEMBAHASAN

FILSAFAT SEBAGAI ILMU KRITIS

1. Pengertian filsafat

Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa arab dengan istilah falsafah dan
dalam bahas inggris Falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal istilah Phylosophy serta
dalam bahasa Yunani dengan istilah Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata
philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijasanaan (wisdom) sehingga
secara etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti
yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari
kebijaksanaan (Suaedi.2016). Prof. Dr. Harun Nasution, menyatakan bahwa intisari
filsafat ialah “berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi,
dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar
persoalannya”. Filsafat bersifat menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Menyeluruh,
artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan tidak hanya ditinjau dari satu
sudut pandang tertentu. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai pada hasil yang
fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar
berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang
diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran berfilsafat selalu
dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusuri bidang-bidang pengetahuan yang baru.

2. Berfikir Kritis

Berfikir kritis menurut beberapa pengertian yakni :


a. Perry dan potter (2005) menyatakan bahwa Berfikir kritis adalah suatu proses dimana
seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi
informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan
kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
b. Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah,
kepercayaan dan tindakan.
c. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan

3
menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk
mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikirsistematik yang penting bagi seorang
profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau
melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu
gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara rasional tentang semua informasi,
masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil
suatu keputusan.

3. Aspek-Aspek Berpikir Kritis


Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa
perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat
dilihat dari beberapa aspek :

a. Relevance : Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.


b. Importance : Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
c. Novelty : Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru
maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
d. Outside Material : Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang
diterimanya dari perkuliahan (refrence).
e. Ambiguity clarified : Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan
ada ketidak jelasan.
f. Linking ideas: Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari
data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
g. Justification : Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau
kesimpulan yang diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa memberi penjelasan
mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau
solusi.
h. Critical assessment : Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang
dating dari dalam dirinya maupun dari orang lain.
i. Ractical utility: Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut
keperaktisan/ kegunaanya dalam penerapan.

4
j. Width of understanding: Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan
isi atau materi diskusi.

4. Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis


Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang
disingkat menjadi FRISCO :

 F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus
bias memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu
mengenai apa.
 R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-
putusan yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.
 I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian
penting dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari
pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.
 S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan
membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah
kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
 C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
 O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang
diambil.

Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan perihal kebijaksanaan.


Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia, karena ia dapat
menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar pertimbangan kemanusiaan
yang tinggi (actus humanus), bukan asal bertindak sebagaimana yang biasa dilakukan
manusia (actus homini). (Munir:2001:1) “Dengan demikian filsafat adalah seni kritik.
Kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah puas diri, tidak pernah membiarkan sesuatu
sebagai sudah selesai, tidak pernah memotong perbincangan, selalu bersedia, bahkan
senang untuk membuka kembali perdebatan dan secara hakiki bersifat dialektis dalam arti
bahwa setiap kebenaran menjadi lebih benar dengan setiap perputaran tesis-antitesis dan
antitesisnya antitesis.” (Suseno, 1992 :21) Contoh lain filsafat sebagai ilmu kritis juga
mengkritisi ideologi serta politik. Ideologi menuntut sesuatu yang tidak boleh
dipertanyakan. Sedangkan filsafat menanyakan segala sesuatu yang ada serta pertanggung
jawaban.
5
Filsafat sering difitnah sebagai sekularistik, ateis dan anarkis karena suka
menyobek selubung-selubung ideologis kepentingan duniawi bikinan manusia. Adanya
filsafat politik dalam kehidupan masyarakat ini tidak akan membiarkan segala macam
klaim terhadap wewenang dan kekuasaan menjadi mapan dan terpenuhi. Filsafat politik
menuntut agar segala macam legitimasi untuk tetap pada jalur serta pertanggungjawaban
pada legitimasi itu sendiri. Hal ini juga mempersulit legitimasi yang merajalela, legitimasi
yang ideologis untuk berkembang di kalangan masyarakat. “Dengan demikian filsafat
politik merupakan ragi dalam adonan masyarakat yang mendesak terus-menerus agar
segala usaha pembangunan di hadapkan pada tuntutan legitimasi yang normatif dan
demokratis.” (Suseno 1992:24) Filsafat sebagai ilmu kritis, menjadikan ilmu pengetahuan
berkembang. Menjadi ilmu-ilmu baru yang datang dari hasil pemikiran-pemikiran kritis
yang melihat secara holistik. Dengan adanya filsafat, penemuan baru dan ilmu
pengetahuan akan terus diuji, diteliti dan berusaha mencari suatu kebenaran di atas
kebenaran. Filsafat sebagai ilmu kritis tidak akan pernah berhenti untuk mengkritisi, dan
akan selalu menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tak akan pernah habis.

5. Perkembangan Filsafat

Perkembangan filsafat menjadi sebuah ilmu yang kritis dapat di lihat dari
perkembangan zaman yang terbagi menjadi lima. Pada zaman Yunani Kuno, filsuf yang
terkenal salah satunya adalah Aristoteles yang mengatakan bahwa hal terpenting dalam
pengetahuan objektif adalah menemukan penjelasan tentang sebuah sebab dan asal mula
atau prinsip pertama dari segala sesuatu.(White,1987: 31 dalam Koentowibisono,dkk).

Pada zaman ini, manusia memfokuskan pengamatan terhadap gejala kosmik dan
fisik untuk menemukan sesuatu asal mula yang merupakan unsur awal terjadinya segala
gejala. Zaman pertengahan (2 M-14 M) yang ditandai dengan tampilnya para theolog
dilapangan ilmu pengetahuan. Yang mengakibatkan pemikiran-pemikirannya terkait
dengan aktivitas keagamaan. Contohnya adalah Thomas Aquinas yang mendalami
pemikiran dari filsuf Aristoteles. Thomas Aquinas mengatakan bahwa terjadinya alam
semesta menganut teori penciptaan, yang artinya Tuhan menciptakan alam semesta.
Doktrin-doktrin kritiani menjadi dasar Thomas Aquinas dalam mengungkapkan
pemikirannya. Zaman ke tiga yaitu Zaman Renaissance (14 M-17 M), zaman yang sangat
menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada zaman ini berbagai gerakkan menjadi satu untuk

6
menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis sehingga menghasilkan
sebuah perubahan yang revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu
pola pemikiran yang baru dalam filsafat, dan terkenal menjadi era kelahiran kembali
kebebasan manusia dalam berpikir. Contohnya adalah Nicholaus Copernicus yang dapat
menentang pemikiran Ptlomeus yang pada saat itu di dukung oleh gereja. Zaman Modern
(17 M- 19 M) ditandai dengan berkurangnya kekuasaan gereja dan semakin
bertambahnya ilmu pengetahuan. Filsuf modern mengatakan bahwa pengetahuan berasal
dari diri sendiri. Di mana aliran rasionalisme dan empirisisme di tentang oleh aliran
kritisisme. Aliran Positivisme, idealisme dan marxisme juga menjadi tanda
perkembangan filsafat zaman modern. Sedangkan zaman kontemporer (20 M- sekarang),
Menurut Wittgenstein dalam Suseno, apa yang dihasilkan oleh sebuah karya filsafat
bukan melulu sederetan ungkapan filsafati melainkan upaya membuat ungkpan-ungkapan
itu menjadi jelas. Tujuan filsafat ialah penjelasan logis terhadap pemikiran-pemikiran.
Filsafat bukanlah doktrin melainkan aktivitas. Filsafat memang harus mencari jawaban-
jawaban tetapi jawaban yang tak pernah abadi. Karena itu filsafat tak pernah selesai dan
tak pernah sampai pada akhir sebuah masalah. Dari penjelasan dan uraian zaman-zaman
tersebut dapat di lihat bahwa filsafat digunakan untuk mengkritisi pendapat atau
penemuan serta ilmu yang telah di temukan.

6. Berfikir Kritis dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan (Science)

Dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bidang apapun, manusia selalu terlibat
dalam berbagai masalah yang mengharuskannya untuk mengambil keputusan yang tepat.
Berdasarkan tinjauan filosofis dalam pengambilan keputusan memungkinkan kita
menarik kesimpulan yang lebih independen dan objektif. Untuk mencapai hal tersebut,
dibutuhkan cara berfikir kritis. Berpikir kritis merupakan suatu teknik berpikir yang
melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang
tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan
analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada,
kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.

Dalam hal ini, seorang magister fisika (scientiest) sangat dituntut untuk berfikir
kritis dalam segala hal yang terkait dengan science. Science atau ilmu pengetahuan adalah
kerangka konseptual atau teori yang saling berkaitan yang memberi tempat untuk

7
pengkajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah oleh ahli-ahli dalam bidang
yang sama yang bersifat sistematik, objektif dan universal.

Berdasarkan pernyataan di atas, perkembangan ilmu pengetahuan terwujud


karena adanya cara berfikir kritis yang bersifat sistematik, objektif dan universal. Berfikir
kritis diperoleh melalui pembelajaran filsafat dimana mengajarkan cara berfikir yang
sangat mendalam sampai hakikat, global, dan melihat berbagai sudut pandang pemikiran
atau sudut pandang ilmu pengetahuan.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manusia memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi sehingga senantiasa mencari
jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam kehidupannya. Dalam mencari ilmu
pengetahuan, manusia melakukan telaah yang mencakup 3 hal, antara lain:

1. Objek yang dikaji


2. Proses menemukan ilmu
3. Manfaat atau kegunaan ilmu tersebut

Untuk itu, manusia akan selalu berpikir kritis, dengan berpikir kritis akan muncul
pertanyaan, dan dengan bertanya maka akan ditemukan jawaban yang mana jawaban
tersebut adalah suatu kebenaran. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan
tidak terlepas dari filsafat. Filsafat mengajarkan manusia untuk berfikir kritis yang
menuntut mereka untuk membuat metode secara empiris sehingga diperoleh suatu
kebenaran ilmu pengetahuan

A. SARAN

Filsafat menjadi sebuah ilmu yang memili ciri khas yaitu tentang spekulasi,
keraguan, rasa penasaran, proses berfikir, dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti
perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh
disiplin ilmu lain dengan sikap skeptic yang mempertanyakan segala hal. Jadi ilmu
filsafat adalah ilmu yang tinggi yang perlu pemahaman tinggi untuk memahaminya. Jika
ada kesalahan atau ketidaksamaan pendapat dalam makalah ini, pembaca dapat
memberikan masukan atau kritikan yang membangun pada kami.

9
DAFTAR PUSTAKA

Danny Rusmono. 2018. Filsafat Ilmu - Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan. Tersedia :

Https://Www.Researchgate.Net/Publication/327304253. html. (7 November 2020). 15.23.

Munir, Misnal. 2001. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Qosim. 1997. Filsafat Ilmu Dan Beberapa Pokok Ajaran Fenomenologi. Malang : Al-Farabi.

Suaedi, Fachruddin. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Universitas Cokroaminoto Palopo. Tersedia :

Https://Www.Researchgate.Net/Publication/298787398. html (7 November 2020). 10.12.

Suseno. 1992. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta : Kanisius.

10

Anda mungkin juga menyukai