Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOSI DASAR

PROBLEM SOLVING DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DISUSUN OLEH :

ANITA YEFTI ARUMSARI 21.0101.0004

BUDI PRIHANTO 21.0101.0015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PARAREL 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah menganugerahkan segala rahmat dan hidayah-
Nya, karena hanya dengan karunianya makalah yang berjudul “Problem Solving dan Pemeca
han Masalah” ini dapat selesai tanpa hambatan yang berarti. Shalawat dan salam semoga terc
urahkan kepada Nabi Muhammad SAW. utusan dan manusia pilihan-Nya yang mengantarkan
umat manusia minadzdzulumati ilan-nuur, yakni addinul Islam (dari zaman kegelapan menuj
u zaman yang bercahaya, yakni agama Islam).

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Wahyu Anggit Prasetya, SE. M.Sc sebagai dosen pembimbing matakuliah Psikologi Dasar.
Rekan-rekan yang memberikan saran-sarannya dan semangat pada pemakalah agar dapat men
yusun makalah ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan dengan senang hati men
erima kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

Magelang , 8 November 2022

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................................

Daftar Isi............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................

C.Tujuan...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Apa kaitan penyelesaian masalah dengan pengambilan keputusan……………………..

2. Bagaimana tahapan pemecahan masalah………………………………………………..

3. Apa saja sifat pemecahan masalah dan cara menanganinya…………………………….

4. Apa saja perubahan yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian masalah…………….

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................................

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masalah adalah bunga kehidupan bagi manusia, karena tanpa masalah, kehidupan aka
n menjadi hambar dan kurang menarik. Manusia tidak pernah sepi akan masalah, bahkan pen
yelesaian masalah tertentu kadang memunculkan masalah baru, yang perlu dicari pemecahan
nya. Demikian seterusnya hidup manusia senantiasa berhadapan dengan masalah. Apapun be
ntuk masalah yang dihadapi, setiap masalah perlu diselesaikan agar tidak menghambat roda p
erjalanan hidup pribadi dan roda perjalanan hidup organisasi. Masalah yang tidak ditangani d
engan semestinya oleh SDM organisasi akan menjadi duri bagi perjalanan hidup pribadi dan
perjalanan organisasi di hari-hari selanjutnya. Dalam hal penyelesaian masalah (problem solv
ing) memunculkan masalah baru, maka masalah perlu dianggap sebagai tantangan dan peluan
g yang memungkinkan organisasi datang pada jalan keluar (solution) baru, yang membuat an
ggota organisasi dapat belajar sesuatu yang baru yang belum dikenal sebelumnya. Dengan kat
a lain, masalah perlu disikapi oleh SDM – baik pribadi maupun dalam kapasitas anggota orga
nisasi – sebagai kesempatan memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru untuk menanga
ni dan menjalankan roda organisasi.. Untuk mengetahui tentang apa itu pemecahan masalah d
an pengambilan keputusan akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa kaitan penyelesaian masalah dengan pengambilan keputusan?

2. Bagaimana tahapan pemecahan masalah?

3. Apa saja sifat pemecahan masalah dan cara menanganinya?

4. Apa saja perubahan yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian masalah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penyelesaian masalah dengan pengamnilan keputusan

2. Untuk memahami tahapan pemecahan masalah

3. Untuk mengetahui sifat pemecahan masalah dan cara menanganinya

4. Untuk mengetahui perubahan yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian masal

BAB II
PEMBAHASAN

1.Definisi Masalah

Masalah adalah bunga kehidupan bagi manusia, karena tanpa masalah, kehidupan aka
n menjadi hambar dan kurang menarik. Manusia tidak pernah sepi akan masalah, bahkan pen
yelesaian masalah tertentu kadang memunculkan masalah baru, yang perlu dicari pemecahan
nya. Demikian seterusnya hidup manusia senantiasa berhadapan dengan masalah. Apapun be
ntuk masalah yang dihadapi, setiap masalah perlu diselesaikan agar tidak menghambat roda p
erjalanan hidup pribadi dan roda perjalanan hidup organisasi. Masalah yang tidak ditangani d
engan semestinya oleh SDM organisasi akan menjadi duri bagi perjalanan hidup pribadi dan
perjalanan organisasi di hari-hari selanjutnya. Dalam hal penyelesaian masalah (problem solv
ing) memunculkan masalah baru, maka masalah perlu dianggap sebagai tantangan dan peluan
g yang memungkinkan organisasi datang pada jalan keluar (solution) baru, yang membuat an
ggota organisasi dapat belajar sesuatu yang baru yang belum dikenal sebelumnya. Dengan kat
a lain, masalah perlu disikapi oleh SDM – baik pribadi maupun dalam kapasitas anggota orga
nisasi – sebagai kesempatan memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru untuk menanga
ni dan menjalankan roda organisasi. Secara sederhana, masalah merupakan perbedaan antara
harapan dan kenyataan serta perbedaan antara harapan dan kemampuan. Harapan yang tidak s
ama – lebih tinggi atau lebih rendah – dari capaian merupakan masalah. Apabila harapan lebi
h tinggi dari kenyataan itu berarti tidak mencapai target, tidak bekerja maksimal dan tidak me
manfaatkan peluang yang ada. Sementara harapan yang lebih rendah dari capaian menjadi ma
salah karena itu berarti harapan yang ditetapkan terlalu sepele, terlalu ringan, kurang menanta
ng dan karena itu perlu ditingkatkan. Perbedaan kemampuan dengan harapan menjadi masala
h karena harapan yang lebih tinggi dari apa yang dapat dilakukan, terdapat suatu kesenjangan
antara yang diinginkan dengan yang dapat dilakukan, seperti kata pepatah: “Maksud hati me
meluk gunung, apa daya tangan tak sampai”. Penyelesaian masalah seperti ini adalah dengan
membuat harapan yang lebih realistis

A.Kaitan dengan pengambilan keputusan

Setiap saat manusia diperhadapkan pada persoalan yang membutuhkan jalan keluar. P
ilihan atas jalan keluar tentang setiap persoalan merupakan pengambilan keputusan, karena it
u pemecahan persoalan (problem-solving) tidak terpisahkan dari pengambilan keputusan. Pen
gambilan keputusan terus-menerus terjadi di dalam organisasi, sehingga organisasi disebut se
bagai a decision making machine (Jones, 2007).

Pengambilan keputusan sangat penting dalam organisasi, bahkan dapat diidentikkan d


engan pengelolaan organisasi. Ini beralasan karena keputusan yang diambil sangat menentuka
n perjalanan hidup organisasi. Kast dan Rosenzweigh (1985) menyebut bahwa pengambilan k
eputusan merupakan keharusan di setiap aras organisasi supaya tugas-tugas strategis, koordin
atif dan operasional, termasuk di aras nonmanagerial dapat ditangani dengan baik (Dongoran,
2005). Wood et al (1998) mengatakan bahwa problem solving dan decision making merupaka
n dua hal yang saling terkait, di mana pemecahan masalah memerlukan keterampilan pengam
bilan keputusan, dan selanjutnya pengambilan keputusan akan memunculkan masalah baru ya
ng perlu diselesaikan lebih lanjut. solving Decision making Menurut Robbins (2001), setiap o
rang memerlukan problem-solving dan decision making skills agar “dapat mengidentifikasi p
ersoalan, mencari dan memperoleh alternatif, menilai semua alternatif yang tersedia, dan me
mbuat pilihan yang kompeten” (p.265).

Jadi pengambilan keputusan yang competent menurut Robbins (2001) merupakan akh
ir penyelesaian masalah. Jauh sebelumnya, Duncan (1981) menyebut bahwa persepsi dan bel
ajar memimpin ke arah membuat pilihan yang perlu atau pemecahan masalah. Persepsi meny
ediakan informasi dan membantu mengetahui kapan menghadapi masalah, sementara itu kegi
atan belajar membantu mengkaitkan informasi terbaru yang dipersepsi dengan pengalaman di
masa lalu, dan setelah itu, pilihan harus dibuat (p.123). Selanjutnya Duncan mengatakan bah
wa pemecahan masalah merupakan serial tindakan seperti pencarian informasi, pilihan, danse
bagainya, di mana pilihan aktual atas jalan keluar merupakan keputusan. Menurutnya (Dunca
n, 1981), untuk memahami pemecahan masalah, perlu mengikuti sejumlah langkah, yakni:

(a) memperoleh informasi

(b) bertindak dalam pengambilan keputusan

(c) ketidak sesuaian dengan kesadaran/ cognitive dissonance (p.124-128).

Dari pendapat Duncan jelas bahwa pengambilan keputusan merupakan pilihan jalan kelua
r atas persoalan (the actual choices of solution), namun dia menambahkan langkah yang ketig
a, yakni cognitive dissonance sebagai konsekuensi dari setiap keputusan. Artinya.penyelesaia
n masalah lebih luas dari pengambilan keputusan, karena masih harus mempertimbangkan ko
nsekuensi keputusan yang diambil. Agar tidak kehilangan maksud Duncan, ada baiknya ke ti
ga langkah yang dia sebutkan diuraikan lebih lanjut. Menurut Duncan (1981), seberapa banya
k pencarian informasi tergantung pada:

(i) the information from which one begins: lebih sedikit informasi untuk mengambil
keputusan apabila persoalan sudah biasa dibanding persoalan baru dan belum bias
a dihadapi. Badingkan misalnya keputusan untuk memperluas investasi pada bida
ng yang sangat menguntungkan versus menutup pabrik di kota kecil
(ii) related to the uncertainty in a situation. Aturan umum: semakin besar ketidak past
ian, semakin besar pencarian yang diperlukan. Sumber ketidak pastian: stimulus y
ang belum dikenal, unik, mengejutkan, ketidak pastian yang meningkat.
(iii) personality and background of the problem solver: orang yang terlibat dalam pem
ecahan masalah memiliki gagasan seberapa banyak kebebasan yang mereka miliki
dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya Duncan mengatakan bahwa pilihan ya
ng diambil seseorang merupakan elemen umum dari semua perilaku .Setiap pagi o
rang harus mengambil keputusan. Hanya saja keputusan pribadi lebih sederhana di
banding keputusan organisasi, dan ada yang diputuskan dengan cepat ada yang ag
ak lambat karena membutuhkan berbagai pertimbangan. Pilihan bukan akhir dari
pemecahan masalah. Implikasi psikologis setiap keputusan terus berlanjut, dan ini
yang biasa disebut sebagai cognitive dissonance (istilah yang diperkenalkan Leon
Festinger), post decision consequences.

Menurut Festinger (Duncan, 1981), setiap orang memiliki harapan/ expectation dan pe
ngalaman/experiences tentang pribadi masing-masing, orang lain dan lingkungan. Kadang
bisa terjadi kekuatiran setelah mengambil keputusan. Misal menolak ajakan orang, padah
al kita masih ingin berlanjut hubungan dengan yang bersangkutan. Kekuatiran tersebut m
ungkin akan lebih besar apabila menyangkut investasi besar. Misal: memilih lokasi pabrik
di tempat tertentu padahal terdapat sejumlah alternatif yang baik, dibanding hanya ada sat
u alternatif terbaik dari berbagai alternatif yang mungkin. Hubungan pengambilan keputu
san dengan pemecahan masalah dapat diuraikan sebagai berikut (Kast and Rosenzweig, 1
985, p.423)

Pengambilan keputusan mencakup:

(a) kegiatan mengidentifikasi persoalan, memberi batasan atas persoalan dan mendiagnosa pe
rsoalan

(b) kegiatan menemukan berbagai alternatif pemecahan atas persoalan

(c) kegiatan menilai berbagai alternatif pemecahan dan memilih dari berbagai alternatif peme
cahan tersebut

(d) pelaksanaan alternatif pemecahan yang telah dipilih

(e) kegiatan memelihara, memonitoring dan mereview program pemecahan tersebut.

Dari berbagai kegiatan di atas, jelas bahwa pemecahan masalah lebih luas dari penga
mbilan keputusan. Selanjutnya, Kast and Rosenzweig (1985) menyebut bahwa dalam pemeca
han masalah perlu diperhatikan dua hal, yaitu diagnosis dan tindakan. Keduanya harus seimb
ang dan dijalankan dengan baik dan benar. Over-diagnosis menyebabkan “paralysis by analys
is”, di mana organisasi tidak berani dan tidak pernah bertindak, dan under-diagnosis yang aka
n menghasilkan “extinction by instinct”, di mana organisasi terlalu cepat bertindak .Jadi yang
diperlukan dalam pemecahan masalah adalah obyektifitas penilaian akan segala aspek permas
alahan yang dihadapi dan mengambil keputusan yang realistis untuk dijalankan agar konseku
ensi keputusan yang akan dihadapi dapat diantisipasi dengan baik dan semestinya. Tahap-tah
ap pemecahan masalah Dari uraian sebelumnya tentang kaitan pemecahan masalah dengan pe
ngambilan keputusan sebenarnya telah dapat dikemukakan tahap-tahap yang dilalui dalam pe
mecahan masalah. Namun untuk melengkapi uraian tersebut,

Kast dan Rosenzweig (1985) mengemukakan bahwa dalam pemecahan masalah biasa
nya dilalui tahap-tahap berikut :

(1) Problem sensing, mengidentifikasi kesenjangan antara situasi yang dipersepsi dengan situ
asi yang diharapkan
(2) Refining the problem untuk meyakinkan bahwa anggota organisasi sepakat dan sepaham t
entang batasan persoalan yang dihadapi. Misalnya, siapa yang terlibat, siapa penyebabnya, m
acam persoalan, tujuan penyelesaian persoalan, dan bagaimana menilai hasilnya

(3) The generation of alternative solutions, yakni bertukar pikiran untuk menganalis setiap alt
ernatif pemecahan

(4) The evaluation phase, yang mencakup identifikasi tahapan tindakan tentatif, mengantisipa
si dampak yang mungkin terjadi, merefining dan memilih solusi terbaik

(5) Planning action steps

(6) Implementing action steps

(7) Following up.

B.Karakteristik masalah

Karakter masalah yang perlu dicari penyelesaian Secara sederhana, karakteristik masa
lah yang dihadapi dapat dilihat dari dimensi seberapa sulit dan seberapa mendesak masalah te
rsebut harus diatasi. Berdasarkan dua dimensi tersebut, dapat dibuat tipologi masalah sebagai
berikut:

(1) mudah dan segera

(2) sulit tetapi harus segera

(3) mudah dan bisa ditunda

(4) sulit dan bisa ditunda

Dengan pola berpikir yang sama, tipologi masalah yang harus dicari solusi tentangnya
juga bisa dibuat berdasarkan seberapa sulit dan seberapa mendasar masalah tersebut. Berdasa
rkan kedua dimensi tersebut, maka dapat dibuat tipologi masalah sebagai berikut:

(1) mudah dan mendasar

(2) sulit dan mendasar

(3) mudah dan tidak mendasar

(4) sulit dan tidak mendasar.

Yang tidak mendasar pada umunya bisa ditunda, sedangkan yang mendasar ada yang
perlu segera ditangani (misalnya fitnah), tetapi ada yang bisa ditunda seperti membuat peratur
an atau UU atau suplemen UUD.
C.Sumber dan penyelesaian masalah

Sumber masalah pada umumnya adalah ketidakpastian, kelangkaan, harapan, kemamp


uan dan keterampilan, upaya dan motivasi, kesempatan, ketidakmampuan untuk berkembang
lebih lanjut/obsolescent, stagnasi, dan kedewasaan kelompok/maturity of group yang memun
culkan pikiran kelompok/group-think, konflik yang kronis, perubahan kelompok/group-shift,
kemalasan sosial/social loafing, dampak buruk kepada sesama karena kehadiran seseorang da
lam kelompok/negative social facilitation effect, dan persepsi (Gibson, et al, 2003; Hughes, et
al, 2002; 2009; Robbins, 2001; Robbins and Judge, 2009). Carnall (2007) menyebut ketika be
rusaha melanjutkan efektifitas organisasi, ada sejumlah hambatan dalam pemecahan masalah,
yang disebutnya sebagai block to problem solving and change. Berbagai hambatan dimaksud
mencakup: perceptual blocks, emotional blocks, cultural blocks, environmental blocks, dan c
ognitive blocks (p. 121–123). Penyelesaian masalah harus disesuaikan dengan masalah yang
dihadapi seperti:

(i) masalah yang mudah dan tidak berdampak berarti pada organisasi (bukan hal prin
sip) bisa diabaikan atau ditangani sambil lalu,
(ii) masalah mudah berupa penyimpangan ditangani dengan single loop learning seke
dar mengembalikan kepada keadaan semula
(iii) persoalan berkaitan dengan hal prinsip dan sulit, ditangani dengan double loop lea
rning sebagaimana dikemukakan Peter Senge (Luthans, 2008).

Mengatasi hambatan sebagaimana dikemukakan Carnall di atas, Carnall mengemukak


an sejumlah tindakan yang mendorong kreatifitas dalam pemecahan masalah, yang menca
kup: stay loose or fluid your thinking until rigour is needed; protect new ideas from critici
sm; acknowledge good ideas, listen, show approval; eliminate status or rank; be optimism;
support confusion and uncertainty; value learning from mistakes; focus on the good aspe
ct of an idea; share the risks; suspend disbelief; build on ideas; and do not evaluate too ear
ly.

Selain cara penyelesaian di atas, ada beberapa cara lain yang dapat digunakan untuk pemecah
an masalah, yaitu Model Pembelajaran dari Kolb (Emory, 1985) dan Jendela Johari (Randolp
h, 1985) sebagaimana diuraikan di bawah ini. Penyelesaian masalah menurut Kolb adalah me
lalui pembelajaran (Emory, 1985). Model pembelajaran Kolb mencakup:

(i) Pengalaman nyata/Concrete experience


(ii) Pengamatan dan refleksi/ Observation and reflection
(iii) Pembentukan konsep secara abstrak dan perampatan/ Formation of abstract conce
pts and generalization
(iv) Menguji hipotesa di masa depan/Testing of hypotheses in future situation

Literatur terbaru mengusulkan pemecahan masalah sebagai berikut. Daphne (2009) meng
emukakan empat tahap dalam menyelesaikan masalah, yaitu:
Pertama, analisis data dan informasi atas masalah yang ada. Dalam hal ini, team yang bert
ugas untuk menyelesaikan masalah tersebut mengeksplorasi masalah secara mendalam, ta
npa ada pikiran mencari solusi atas masalah tersebut.

Ke dua, menemukan insight in to the problem, yang diperoleh melalui tukar pikiran (brain
storming) untuk mendapat sebanyak mungkin solusi atas masalah yang dihadapi.

Ke tiga, tim mengidentifikasi dan memberi batasan yang jelas atas masalah serta memberi
kriteria pembobotan (weight) untuk solusi yang baik atas masalah dimaksud.

ke empat, tim secara sistematis menilai solusi potensil sesuai kriteria yang digunakan.

Penulis lain, yakni Sims (2011) memberi tujuh aturan sederhana untuk penyelesaian
masalah, yakni:

(1) Don’t implement the solution before you’ve identified the problem

(2) Don’t rule it out before testing it out

(3) Don’t jump to conclusions

(4) Make sure you’ve gotten the root

(5) One is (almost) never enough

(6) What is change

(7) Throughly test your hypothesis.

A. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

1. Pengertian Pengambilan Keputusan (Decision Making)


Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang harus dihadapi den
gan tegas. Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan pengambilan keputusan (Decision Making)
didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas kriteria tertent
u. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih karena seandainya hanya terdapat satu alternati
f tidak akan ada satu keputusan yang akan diambil.

1Menurut J.Reason, Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran
dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia.

2 Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. G. R. Terry m
engemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan krite
ria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.

3 Sedangkan Claude S. Goerge, Jr Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan


oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimb
angan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.

Dasar-dasar Pengambilan Keputusan

George R. Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku, antara la
in :

a. Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yait
u mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputus
uan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :

(1) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.

(2) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan. Pengam
bilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-
masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intui
tif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenara
nnya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambi
lan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering dia
baikan.

b.Pengalaman

Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesai
kan masalah.Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan p
raktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang
masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemeca
han masalah

C.Fakta Keputusan
yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupa
kan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sang
at sulit.

d. Wewenang Keputusan

yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan me
ngasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh
pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi
kabur atau kurang jelas.

e. Rasional Keputusan

yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi
merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional.Keputusan yang dibuat berdasark
an pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional
dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai m
asyarakat yang di akui saat itu.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Menurut Terry faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, yait


u:

a. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasion
al perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
b. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan Setiap keputusan jan
gan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan
c. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandinga
n.
d. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi
tindakan fisik.
e. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
f. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
g. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
h. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai ber
ikutnya

Sedangkan menurut Kotler, faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan antara


lain:

a. Faktor Budaya, yang meliputi peran budaya, sub budaya dan kelas sosial
b. Faktor sosial, yang meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status c. Faktor pribadi,
yang termasuk usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepriba
dian dan konsep diri
c. Faktor Psikologis, yang meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian
Engel, Blackwell, dan Miniard menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan seseorang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, faktor perbedaan individu dan proses psikologi.

a. Faktor lingkungan tersebut, antara lain :

1. Lingkungan sosial

Dalam lingkungan sosial, pada dasarnya masyarakat memiliki strata sosial yang berbe
da-beda.Statifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan dan sebagainya. Keberadaan lingkungan sosial memegang peranan kuat terhadap
proses pengambilan keputusan seseorang untuk melakukan perilaku baik yang positif ataupun
negatif. Karena dalam lingkungan sosial tersebut individu berinteraksi antara satu dengan lain
nya.

2. Lingkungan

keluarga Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua atau lebih orang yang berhu
bungan melalui darah, perkawinan, adopsi serta tinggal bersama. Lingkungan keluarga sangat
berperan penting pada bagaimana keputusan untuk melakukan perilaku negatif seperti seks pr
anikah, minum-minuman keras, balap motor dan sebagainya itu dibuat karena keluarga adala
h lingkungan terdekat individu sebelum lingkungan sosialnya.

b. Faktor Perbedaan Individu, antara lain :

1. Status Sosial

status sosial merupakan kedudukan yang dimiliki seseorang dalam hubungannya deng
an atau untuk membedakannya dari anggota-anggota lainnya dari suatu kelompok sosial. Stat
us sosial dapat dijadikan alasan seseorang melakukan perilaku negatif. Sedangkan menurut K
otler, status sosial merupakan kelompok yang relatif homogen dan tetap dalam suatu masyara
kat yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang mi
rip. Status sosial akan menunjukkan bagaimana seseorang tersebut berperilaku dalam kehidup
an sosialnya.

2. Kebiasaan

Kebiasaan adalah respon yang sama cenderung berulangulang untuk stimulus yang sa
ma.Kebiasaan merupakan perilaku yang telah menetap dalam keseharian baik pada diri sendir
i maupun lingkungan sosialnya.

3. Simbol pergaulan

Simbol pergaulan adalah segala sesuatu yang memiliki arti penting dalam lingkungan
pergaulan sosial. Lingkungan pergaulan yang terdiri dari mahasiswa yang senang gonta-ganti
pasangan dan melakukan perilaku beresiko menunjukkan simbol dan ciri pada kelompok ters
ebut. Sehingga apabila seseorang ingin menjadi salah satu kelompoknya, mau tidak mau haru
s mengikuti kebiasaan dalam kelompok tersebut.
4. Tuntutan

Adanya pengaruh dominan dalam keluarganya, baik itu lingkungan keluarga, pergaula
n maupun lingkungan sosialnya, maka dengan kesadaran diri ataupun dengan terpaksa seseor
ang akan melakukan prilaku beresiko.

c. Faktor Psikologi, antara lain :

1. Persepsi Menurut Walgito, persepsi merupakan yang didahului oleh proses penginderaan, y
aitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera.Sedangkan men
urut Rakhmat,persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan dan kebutuhan
yang sifatnya individual sehingga antara individu satu dengan yang lainnya dapat terjadi perb
edaan individu terhadap objek yang sama.
2. Sikap Menurut Notoatmojo, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari s
eseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap merupakan kesiapan terhadap reaksi terha
dap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
3. Motif Motif adalah kekuatan yang terdapat pada diri organism yang mendorong untuk berb
uat.Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi motif dapat diketahui atau terinferensi da
ri perilaku. Motif merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbu
at sesuatu, melakukan tindakan, dan bersikap tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
4. Kognitif Menurut Rakhmat, kognisi adalah kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimili
ki seseorang.
5. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek

Kesimpulan

Dari uraian di atas nampak bahwa sangat penting bagi organisator dan SDM organisas
i pada umumnya untuk memahami dengan benar peranan pemecahan masalah dalam bero
rganisasi. Maksudnya, dapat mengenali setiap masalah penting dan mencari jalan keluar t
erbaik untuk setiap masalah tersebut serta didukung oleh pengetahuan dan keterampilan
memadai serta komitmen mewujudkannya lewat pengambilan keputusan yang dilaksanak
an dengan benar dan sungguh-sungguh di dalam kehidupan organisasi. Dengan cara itu, o
rganisasi dapat ditata dan dikelola lebih baik, yang pada akhirnya memiliki kinerja yang
memuaskan.

Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang harus dihadapi den
gan tegas. Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan pengambilan keputusan (Decision Mak
ing) didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas kriter
ia tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih karena seandainya hanya terdapat s
atu alternatif tidak akan ada satu keputusan yang akan diambil.

Daftar Pustaka

file:///C:/Users/user/Downloads/PROS_Johnson%20D_Pemecahan%20Masalah%20dan%20
Pengambilan_Full%20text%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai