Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROBLEM SOLVING REMAJA


DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATERI BIMBINGAN DAN KONSELING

GURU PEMBIMBING:

Drs. H Syaiful Bakhri

KELOMPOK 05

KELAS XI MIPA 1

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

KETUA: Fina Nur Fitasari (16)

SEKRETARIS: Muhamad Yusuf Arohman (24)

ANGGOTA: (1.) Dian Mufita (08)

(2.) Endang Gayatri (14)

(3.) Astri Ramadhanti (04)

(4.) Nurul Faiqotul Himmah (28)

(5.) Beni Dwi Yuli Yanto (06)

SMA NEGERI KESAMBEN

TAHUN 2022

1
DAFTAR ISI:

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga kami dapat menyusun
makalah tentang "PROBLEM SOLVING REMAJA" dengan sebaik-baiknya.
Tulisan ini dibuat untuk membagikan pengetahuan tentang pemanasan global dan penyebabnya,
agar pembaca mengerti dan dapat ikut berperan serta dalam menyelematkan bumi. Saya ucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memberi masukan, dan mendukung
penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT
dengan ganjaran yang berlimpah.
Kami sadar bahwa tulisan ini belum sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun tentu
akan penulis terima dengan senang hati demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menambah referensi keilmuan kita semua yang
diberi kesempatan untuk membaca makalah ini Amin.

Jombang, Februari 2022

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1 1.2.
Rumusan Masalah...............................................................................2 1.3.
Tujuan.................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1. Pengertian Problem Solving..............................................................3 2.2.
Tujuan Problem Solving dalam Konseling..........................................4 2.3.
Tahapan Problem Solving dalam Konseling.......................................4 2.3.
Cara Menumbuhkan Problem Solving Skill dalam Konseling.............7 2.4.
Kelebihan Problem Solving dalam Konseling....................................9

BAB III.............................................................................................................10
PENUTUP........................................................................................................10
3.1. Simpulan........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia.Hampir setiap


hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu dicari jalan
keluarnya.Masalah sering kali disebut orang sebagai kesulitan, hambatan,
gangguan, ketidak puasan atau kesenjangan. Ander Son (dalam Suharnan, 2005)
mengemukakan bahwa secara umum dan hampir semua ahli psikologi kognitif
sepakat bahwa masalah adalah suatu kesenjangan antara situasi sekarang dengan
situasi yang akan datang atau tujuan yang diinginkan.

Penggunaan metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisiensi dalam
melakukan keputusan dalam menyelesaikan masalah. Maka dari itu, metode
pemecahan masalah harus dipilih sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh
seseorang.Salah satunya adalah metode pemecahan masalah (problem
solving).Jika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, melainkan juga belajar
sesuatu yang baru.Maka dari itu, problem solving memiliki peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu.

Pemecahan masalah ini dihadapkan pada persoalan yang mendesak dan perlu
melakukan solusi dengan cara berfikir kritis. Pemecahan masalah merupakan
proses berfikir, belajar, mengingat serta menjawab atau merespon dalam bentuk
pengambilan keputusan. Jadi kemampuan menyelesaikan masalah dapat diartikan
sebagai sebuah kemampuan aktivitas kognitif dan kecakapan individu dalam
menyelesaikan permasalahan secara efektif yang meliputi usaha individu untuk
memikirkan, memilih dan mempertahankan alternatif jawaban kepada satu
pemecahan atau solusi yang ideal dengan meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkan.

Pemecahan masalah ini merupakan salah satu cara untuk mencari atau
menemukan jalan yang menjembatani antara keadaan yang sedang dihadapi

4
dengan keadaan yang diinginkan (Hayes, dalam Suharnan, 2005). Jadi, ruang
masalah (problem solving) sebagai jurang atau kesenjangan sangat menentukan
tingkat kemudahan atau kesulitan pencarian masalah seseorang.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan problem solvingdalam konseling?

2. Bagaimana tahapan problem solving dalam konseling ?

3. Bagaimana cara menumbuhkan problem solving skill dari peserta didik?

4. Apa saja kelebihan problem solving dalam mengatasi masalah?

1.3.Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian problem solving dalam


konseling

2. Mahasiswa mengetahui dan memahami tahapan problem solving dalam


konseling

3. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara menumbuhkan problem solving


skill dalam konseling

4. Mahasiswa mengetahui dan memahami kelebihan problem solving dalam


mengatasi masalah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Problem Solving Problem solving merupakan proses dari


menerima tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai
menemukan penyelesaiannya. Menurut Syaiful Bahri Djamara (2006: 103)
bahwa :“ Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi
juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan”.

5
Menurut Gulo (2002: 111) problem solving adalah metode yang mengajarkan
penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya
suatu masalah secara menalar.

Problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL).


Menurut Arends (2008: 45) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang
outentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri. Pada
pembelajaran berbasis masalah peserta didik dituntut untuk melakukan
pemecahan masalah – masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyakbanyaknya, kemudian di analisis dan dicari solusi dari permasalahan
yang ada. Solusi dari permasalahn tersebut tidak mutlakk mepunyai satu jawaban
yang benar artinya peserta didik dituntut pula untuk belajar secara kritis.

Keterampilan pemecahan masalah dalam konseling adalah keterampilan untuk


membantu konseli memecahkan masalah dan memandu konseli mengeksplorasi
masalah. Pemecahan masalah adalah suatu alat, keahlian, dan suatu proses.
Pemecahan masalah sebagai alat yang membantu memecahkan masalah atau
mencapai tujuan. Pemecahan masalah sebagai keterampilan, artinya
keterampilanini dapat digunakan berulang kali dan perlu diasah. Dan pemecahan
masalahsebagai proses melibatkan sejumlah langkah yanga harus dilalui.

2.2. Tujuan Problem Solving dalam Konseling

Adapun tujuan problem solving dalam konseling antara lain:

1. Konseli menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian


menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam diri konseli

3. Potensi intelektual konseli meningkat.

4. Konseli belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses


penemuan.

2.3. Tahapan Problem Solving dalam Konseling

6
Dalam situasi konseling, penggunaan keterampilan memecahkan masalah dpat
memandu konseli melewati tahap-tahap pemecahan masalah. Hal inidiharapkan
dapat memberikan pembelajaran mengenai cara-cara memecahkanmasalah.
Keterampilan ini menjadi aset yang tak ternilai yang memungkinkankonseli untuk
mengatasi masalahnya dengan membuat pilihan dan keputusan yangterbaik yang
tersedia. Tahapan problem solving atau pemecahan masalah dapat dilakukan
melalui beberapa langkah.Berdasarkan pendapat para ahli tahapan problem
solving dapat diringkas sebagai berikut.

1. Menemukan Permasalahan

Sebelum mengambil langkah-langkah untuk memecahkan masalah, hal yang perlu


dilakukan konselor adalah yakin tentang apa masalah yang
sesungguhnya.Problem solvers harus menentukan seputar akibat dan
menggambarkan langkah apa yang akan dipilih. Pertama problem solver
harusmeminimalisir bias yang mungkin ditimbulkan. Tahap ini menuntut konseli
untuk menyusun info sebaik mungkin, meminimalisir bias terhadap apa yang
dipilih.

2. Identifikasi Permasalahan

Problem solver mengidentifikasi objek yang dipelajari dan menentukan kendala


dan penghalang yang mungkin menjadi penyebab permasalahan. Brainstorming
sangat dibutuhkan pada tahap ini, dengan tujuan mengelompokkan aspek-aspek
penting dari permasalahan kemudian menentukan asosiasi dan hubungan.
Terdapat dua cara yakni fleksibel dan fluency. Fleksibel adalah konstruksi dari
keragaman solusi. Fluency adalah konstruksi dari banyaknya solusi yang
ditawarkan. Cara efektif lain adalah memecah permasalahan menjadi bagian-
bagian kecil, dimana bisa jadi lebih terorganisir dan akan lebih mudah diselesaikan

3. Merancang Beberapa Alternatif Hipotesis

Hipotesis adalah bagian terpenting dalam menyeesaikan permasalahan. Studi


yang dilakukan oleh Chi, Gaser, dan farr (1989) menemukan bahwa fisikawan
profesional menentukan hubungan antara konsep dan delevop, refine, dan
simulasi multipel test dari hipotesis. Untuk membangun hipotesis problem solver
7
harus mengakses prior knowledge dan menggunakan pengetahuan baru (dari ahli
dan sumber lain) untuk menggeneralisasi ide dan mengidentifikasi solusi
potensial. Setelah menentukan solusi yang berpotensi, problem solver harus
menentukan pilihan.

4. Membuat Penilaian dan Keputusan mengenai Hipotesis yang akan digunakan.

Problem solver harus mempertimbangkan kembali karakter dari tujuan


problem solving mereka dalam rangka memastikan apakah penyelesaian mereka
tetap pada jalur. Problem solver harus menghasilkan argumen-argumen
pendukung untuk mendukung pilihan mereka. Peneliti meyakini
bahwascaffolding dapat meningkatkan kualiats dari argumen yang diajukan.
Scaffolding bisa juga jadi pilihan bagaimana menerapkan solusi yang dipilih.

5. Evaluasi dan Pengujian Solusi

Ketika mencoba efisiensi dari solusi, problem solver harus menganalisis dan acces
hasil dan menjelaskan mengapa solusi bekerja atau tidak. Jika solusi yang dipilih
tidak berhasil atau kurang, problem solver harus memilih alternatif lain dengan
mempertimbangkan apa yang sudah di lakukan dan mengulangi proses hingga
solusi ditemukan.

Adapun tahap-tahap metode problem solving beserta kemampuan yang


diperlukan dalam penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo
(2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :

Tahap – Tahap Kemampuan yang diperlukan

1. Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas

2. Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci menganalisa


masalah dari berbagai sudut

3. Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-


akibat dan alternative penyelesaian

8
4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk
diagram,gambar dan tabel

5. Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan


menghubung-hubungkan dan menghitung Ketrampilan mengambil keputusan
dankesimpulan

6. Menentukan pilihan penyelesaian

Kecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan


akibat yang terjadi pada setiap pilihan

2.3. Cara Menumbuhkan Problem Solving Skill dalam Konseling

Terdapat beberapa kondisi yang dapat diusahakan untuk membantu problem


solving. Beberapa kondisi tersebut antara lain:

1. Stimulus

Berbagai macam stimulus fisik dapat digunakan sebagai bagian dari bantuan
untuk problem solving. Namun tidak mungkin untuk mengklasifikasikan stimulus
fisik seperti apa yang dapat membantu problem solving. Selain stimulus fisik,
stimulus lingkungan seperti kebisingan, temperatur yang ekstrim, tekanan
oksigen, dan kondisi lain di sekitarnya juga dapat diperkirakan berpengaruh dalam
problem solving.

2. Petunjuk Verbal

Bagian lain dari kondisi yang dapat membantu problem solving adalah petunjuk
verbal. Petunjuk verbal bertujuan untuk menghadapkan individu kepada masalah
yang dihadapi. Petunjuk verbal disini berbeda dengan instruksi, yang akandibahas
selanjutnya. Petunjuk verbal hanya memberikan beberapa hal penting tentang
problem solving.Namun tidak menyampaikan isi dari masalah, seperti halnya
instruksi.

3. Instruksi

9
Instruksi berbeda dengan petunjuk verbal.Instruksi memiliki fungsi memunculkan
proses mediasi untuk pemecahan masalah. Instruksi dapat merangsang ingatan
mengenai konsep-konsep, mengaitkan konsep satu dengan yang lain, atau
menentukan strategi yang berperan dalam penemuan solusi untuk suatu masalah.
Cara kerja sebuah instruksi dalam membantu problem solving adalah sebagai
berikut:

a. Menginformasikan kepada pemecah masalah mengenai solusi seperti apa yang


pada dasarnya diperlukan untuk problem solving.

b. Membedakan aspek yang relevan dari situasi stimulus.

c. Mengingat konsep atau hukum-hukum yang sesuai.

d. Membimbing proses berpikir ke arah yang tertentu

Pendekatan Behavior Sebagai Problem Solving dalam Konseling Dalam proses


konseling, pendekatan behavior merupakan suatu proses di manakonselor
membantu konseli untuk belajar memecahkan masalah interpersonal,
emosionaldan keputusan tertentu yang bertujuan ada perubahan perilaku pada
konseli. Pemecahan masalah dan kesulitannya dengan keterlibatan penuh dari
konselor. Pendekatan behavioristik dalam konseling dipengaruhi oleh ; kelebihan
dan perilaku konseli, jenis problematika, jenis penguatan yang dilakukan dan
orang lain yang memiliki arti tertentu bagi kehidupan konseli dalam perubahan
perilakuknya. Dalam pelaksanaannya, pendekatan behavioristik memiliki
kontribusi yang cukup berarti dalam konseling dan psikoterapi. Muhammad Surya
(2003) mengemukakan bahwa beberapa sumbangan terapi behavior adalah ;
secara epistemologis menjadikan sebagai salah satu komponen dalam
mengembangkan konseling, mengembangkan perilaku spesifik sebagai hasil
konseling yang dapat diukur sebagai manifestasi dari penetapan tujuan yang
konkrit, memberikan ilustrasi bagaimana mengatasi keterbatasan lingkungan,
serta penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku
sekarang dan bukan kepada perilaku yang terjadi pada masa lalu. Sementara itu
kekurangan dari pendekatan behavioristik adalah ; kurang menyentuh aspek
pribadi, bersifat manipulatif dan mengabaikan hubungan antar pribadi, lebih 8

10
terkonsentrasi kepada teknik, seringkali pemilihan tujuan ditentukan oleh
konselor, konstruk belajar yang dikembangkan dan digunakan tidak cukup
komprehensif untuk menjelaskan belajar dan hanya dipandang sebagai suatu
hipotesis yang harus di tes, serta perubahan pada konseli hanya berupa gejala
yang dapat berpindah kepada bentuk perilaku lain.

2.4. Kelebihan Problem Solving dalam Konseling

Problem solving dalam konseling dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang


ada. Adapun kelebihan problem solving dalam konseling diantaranya adalah :

a. Melatih konseli untuk mendesain suatu penemuan .

b. Berpikir dan bertindak kreatif.

c. Memecahkan masalah secara realistis.

d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan (solusi yang diambil)

f. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir konseli untuk menyelesaikan


masalah yang dihadapi dengan tepat.

Namun, untuk memecahkan masalah membutuhkan alokasi waktu yang lebih


panjang dalam menyelesaikannya

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan 1. Metode problem solving adalah suatu keadaan yang


menghadapkan seseorang pada persoalan yang harus dipecahkan atau
diselesaikan untuk mencapai tujuan.Keterampilan pemecahan masalah dalam
konseling adalah keterampilan untukmembantu konseli memecahkan masalah
dan memandu konseli mengeksplorasimasalah.

11
2. Problem solving memiliki tujuan agar seseorang (konseli) menjadi terampil
dalam menyelesaikan permasalahan melalui proses penemuan (adanya solusi).

3. Tahapan problem solving terdiri dari menemukan masalah,


mengidentifikasi masalah, merancang beberapa alternatif hipotesis, membuat
penilaian dan keputusan mengenai hipotesis yang akan digunakan, evaluasi dan
pengujian solusi.

4. Cara menumbuhkan problem solving skill konseli melalui stimulus, petunjuk


verbal, dan instruksi. 5. Kelebihan problem solving adalah melatih seseorang
(konseli) memecahkan masalah secara realistis.

DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/
196211211984031DUDI_GUNAWAN/Penelitian_6_BK.pdf . Diakses pada tanggal
03 Maert 2016 2. http://digilib.unila.ac.id/1927/7/BAB%20II.pdf . Diakses pada
tanggal 03 Maert 2016 3.
https://erlisilitonga.files.wordpress.com/2011/12/pengertiandasarproblemsolving
_smd .pdf . Diakses pada tanggal 03 Maert 2016 4.
https://www.academia.edu/9083884/Problem_Solving . Diakses pada tanggal 03
Maert 2016 5. http://dokumen.tips/documents/makalah-problem-
solvingpdf.html. Diakses pada tanggal 03 Maert 2016 6.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/(C)%20KETERAMPILAN
%20%20%20KONSELING%202010_0.pdf. Diakses pada tanggal 09 Maert 2016 7.

12

Anda mungkin juga menyukai