TINJAUAN TEORITIS
Istilah teoritis secara sederhana berarti penggunaan salah satu teori atau
teori-teori yang terkait untuk mendukung rasional (alasan) dilakukan studi dan
memberikan pedoman untuk menganalisa hasilnya. Pada tinjauan teoritis ini
peneliti akan menguraikan tentang konsep dasar teoritis yang meliputi konsep
dasar penyakit dan konsep dasar keperawatan (Nursalam, 2009).
Defenisi
Etiologi
Rasa ingin tahu/coba-coba, Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman sebaya, Melarikan
diri atau mengatasi masalah yang dihadapi,
Penyalahgunaan zat
Toleransi Syndroma putus zat Gangguan fungsi sosial, pendidikan, dan pekerjaan
Tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan Gangguan konsep diri
Bagan 2:1
Skema Proses Terjadinya Masalah
Sumber: Lilik Makrifatul Azizah, Imam Zainuri, Amar Akbar, Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta :Indomedia Pustaka, 2016
Bagan 2:2:
Psikodinamika Sosial Penyalahgunaan NAPZA
Sumber: Lilik Makrifatul Azizah, Imam Zainuri, Amar Akbar, Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta :Indomedia Pustaka, 2016
keluarga
Remaja
Sekolah Masyarakat
Penyalahgunaan Napza
Bagan 2:3
Interaksi kutup dari sudut pandang psikososial penyalahgunaan NAPZA
Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang
berat.Indikator dari rentang respon berdasarkan perilaku yang ditampakkan oleh
remaja dengan gangguan penggunaan zat adiktif. (AH Yusuf dkk, 2015)
Gejala-gejala intoksikasi dan putus zat berbeda untuk masing-masing zat, seperti
pada Gambar 2.1
Berikut akan dijelaskan pengertian rentang respon dari kondisi yang ringan
sampai yang berat sesuai dengan gambar 2:1
1. Eksperimental:
adalah kondisi penggunaan tahap awal, yang disebabkan rasa ingintahu.
Biasanya dilakukan oleh remaja, yang sesuai tumbuh kembangnya ingin
mencaripengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai taraf coba-coba.
2. Rekreasional
adalah penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan
temansebayanya, misalnya waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun,
dan sebagainya.Penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi bersama teman
sebayanya.
3. Situasional
merupakan penggunaan zat yang merupakan cara untuk melarikan diriatau
mengatasi masalah yang dihadapi. Biasanya individu meng gunakan zat bila
sedangdalam konflik, stres, dan frustasi.
4. Penyalahgunaan
adalah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulaidigunakan
secara rutin, paling tidak sudah ber langsung selama 1 bulan, sudah
terjadipenyimpangan perilaku, serta mengganggu fungsi peran di lingkungan
sosialnya,pendidikan, dan pekerjaan. Walaupun pasien menderita cukup
serius akibatmenggunakan, pasien tersebut tidak mampu untuk
menghentikan.
5. Ketergantungan
adalah penggunaan zat yang sudah cukup berat, sehingga telah
terjadiketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai
dengan kondisi toleransi dan sindroma putus zat.
Gambar 2.1 :
Rentang Respons Gangguan Penggunaan Zat Adiktif
Sumber:Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati,Buku Ajar
Keperawatan Jiwa, Jakarta:Salemba Medika, 2015
Zat adiktif yang biasa digunakan ini penting diidentifikasi untuk mengkaji
masalah keperawatan yang mungkin terjadi sesuai dengan zat yang digunakan.
Golongan Jenis
Opioida Morfin, heroin (puthao), candu, kodein,
petidin.
Kanabis Ganja (mariyuana), minyak hasish.
Tabel 2:1
Zat Adiktif yang Disalahgunakan
Sumber:Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati,Buku Ajar
Keperawatan Jiwa, Jakarta:Salemba Medika, 2015
Efek dan CaraPenggunaan
Menurut (Ah. Yusuf dkk, 2015) Efek dan cara penggunaan zat adiktif ini
perlu dikenali agar masyarakat dapat mengidentifikasikarakteristik atau bahan dan
alat yang biasa digunakan oleh penyalah guna zat. Beberapa caradan efek pada
tubuh tampak seperti pada tabel berikut.
Tabel 2:2
Efek dan Cara Penggunaan Zat
Sumber:Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati,Buku Ajar
Keperawatan Jiwa, Jakarta:Salemba Medika, 2015
1. Intoksikasi
Zat adalah sindrom spesifik-zat yang terjadi akibat ingesti atau pajanan
baru-baru ini terhadap zat (APA, 2000).Perubahan kognitif dan perilaku yang
terjadi berkaitan dengan efek zat pada SSP dan sangat beragam, bergantung
pada individu dan jenis zat.Respons umum mencakup suka berkelahi, alam
perasaan labil, hambatan membuat keputusan, dan gangguan koordinasi
motoric.Gangguan zat pertama yang paling sering dialami individu adalah
intoksikasi.
2. Putus Zat
Merupakan respons spesifik-zat.Putus zat terjadi ketika individu
menghentikan atau mengurangi penggunaan zat setelah mengonsumsi zat
dalam jumlah sangat banyak dan jangka panjang.Tanda dan gejala sangat
beragam, bergantung pada jenis zat, dosis, durasi penggunaan, dan kesehatan
individu.“ morning after hangover ” dengan gejala penyerta sakit kepala,
mulut kering, dan tremor dengan getaran halus pada tangan merupakan tanda
putus alcohol ringan.
Kondisi Intoksikasi
Mekanisme Koping
Menurut (Lilik Makrifatul dkk, 2016) Gangguan mental dan perilaku akibat
penyalahgunaan zat psikoaktif (NAPZA) mempunyai etiologi yang multicausal
yang rumit dan kompleksitas serta efeknya yang merugikan semua sendi
kehidupan tidak hanya bagi kesehatan fisik, mental dan social pengguna saja,
tetapi juga keluarga, masyarakat dan Negara.
Untuk itu perlunya penanggulangan secara komprehensif terkoordinir dan
terpadu melalui dua kelompok kegiatan yaitu:
1. mengurangi tersedianya narkotika dan psikotropika (supply reduction)
dengan memberantas peredaran gelap (illicit trafficking), menjaga
kebutuhan narkotika dan psikotropika untuk kepentingan pengobatan (licit
trafficking) terjamin dan terawasi. Upaya supply reduction ini dilakukan
oleh aparat penegak hukum dan instansi terkait dengan security approach
kepada siapa saja yang terlibat dikenai sanksi maksimal bahkan kalau
perlu sampai hukuman mati.
2. mengurangi kebutuhan akan narkotik dan psikotropika (demand reduction)
untuk tujuan bersenang-senang atau tujuan lain selain keperluan
pengobatan dibawah pengawasan dokter. Upaya demand reduction ini
dilakukan oleh kalangan kedokteran dan kesehatan serta masyarakat luas.
Upaya ini dilakukan dengan pendekatan welfare approach yaitu
pendekatan kesejahteraan missal dengan memberi penyuluhan kepada
masyarakat, terapi dan rehabilitasi terhadappara penyalahguna NAPZA.
Teoritis Keperawatan
Menurut (Craven dan Hirnle, 2000) bahwa proses keperawatan memiliki enam
fase yaitu: pengkajian, diagnosa, tujuan, rencana tindakan, implementasi, dan
evaluasi.
Pengkajian
1. Usia
Remaja dan dewasa muda adalah usia yang beresiko terhadap
penyalahgunaan zat dimana upaya mencari identitas diri dan prestige
terhadap kelompok.
2. Jenis Kelamin
Angka kejadian usia Laki-laki lebih banyak daripada wanita.
3. Riwayat Keperawatan:
Autoanamnesa → Tanyakan zat yang pernah dipakai, lama pemakaian zat,
berapa kali dan berapa banyak. Zat yang sedang dipakai, cara pemakaian,
tujuan pemakaian, efek yang diinginkan, hubungan interpersonal, stressor
psikososial, prestasi, penggunaan waktu senggang, penyesuaian social.
Heteroanamnesa → Kita tanyakan perubahan-perubahan yang dialami,
menjadi taat, suka melawan, menyendiri dikamar, sering keluar malan,
penurunan prestasi dan penggunaan uang yang berlebihan.
4. Pemeriksaan Psikologis
Afek emosi, psikomotor, persepsi, daya ingat dan atensi . Kepribadian,
intelegensi, minat dan bakat.
5. Pemeriksaan Khusus
Tes Naloxone → antagonis opium Tes Nembutal → Derajat toleransi
barbiturat Tes Urine Narkoba.
Pohon Masalah
Koping Maladaktif
Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
2. Gangguan komunikasi verbal
3. Tidak efektif koping individu
4. Tidak efektif koping keluarga
5. Resiko injuri
6. Gangguan konsep diri.
Masalah keperawatan pada Overdosis:
Rencana Keperawatan
Intervensi :