Mulyasa (2012) berpendapat bahwa pendidikan karakter bagi anak usia dini
mempunyai makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak hanya
berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan
(habit) tentang berbagai perilaku yang baik dalam kehidupan sehingga anak
memiliki kesadaran dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupn
sehari-hari. Seorang anak yang sejak kecil dikenalkan dan ditanamkan
pendidikan karakter, diharapkan ketika dewasa karakter-karakter yang
diperolehnya akan menjadi kebiasaan bagi dirinya. Oleh karena itu, peran aktif
orang tua, pendidik serta masyarakat untuk bersama-sama menggalakkan nilai-
nilai pendidikan karakter dalam setiap kesempatan, khususnya kepada anak-anak
usia dini baik di dalam keluarga maupun masyarakat yang ada di lingkungannya.1
1
Mulyasa. E, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta:Bumi Aksara. 2012) hal 9
6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
7. Adil dan berjiwa kepemimpinan
8. Baik dan rendah diri
9. Toleran dan cinta damai.
2
Dharma, K., dkk, Pendidikan Karakter : Kajian Teori dan Praktik disekolah. Bandung: Rosda
Karya, 2011), hal 36
Menurut Zubaidi (2011) ada lima tujuan karakter yaitu:
3
Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga
Pendidikan , (Jakarta :Kencana ,2011) hal 60
4
Mulyasa. E, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta:Bumi Aksara. 2012) hal 13
berkaitan dengan norma atau nilai nilai pada setiap bidang perlu dikembangkan,
dan dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari hari. Dengan demikian
pendidikan nilai dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran
kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan
sehari hari.
5
Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga Pendidikan ,
(Jakarta :Kencana ,2011) hal 67
Kesimpulan
Saran