Anda di halaman 1dari 15

Hakikat Pengembangan Nilai Moral dan Agama Islam AUD

Oleh :

Reza Zaidatur Rizqiyyah (22001014004)

Shafira Nuril Firdaus (22001014013)

Mata Kuliah: Pengembangan Moral & Nilai-nilai Agama Islam AUD


Dosen: Dr. Eko Setiawan, M. Pd. 

HAKIKAT PENGEMBANGAN NILAI MORAL DAN AGAMA ISLAM


PADA ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN MORAL AUD PENGEMBANGAN KEAGAMAAN


AUD

Hakikat Moral, Moralitas, dan


Etika Konsep dasar Pengembangan Nilai-
Nilai Keagamaan Pada Anak Usia
Tahapan Perkambangan Moral Dini

Anak Usia 3-4 Tahun Menurut


Para Ahli Tahapan Perkembangan Nilai-Nilai
Tahapan Perkambangan Moral Keagamaan Pada Anak Usia Dini
Anak Usia 5-6 Tahun Menurut
Para Ahli Komeptensi dan Indikator Perkembangan
Nilai-Nilai Keagamaan Pada Anak Usia
Dini

Potret, Esensi dan Target


Perkembangan Nilai Keagamaan
Pada Anak Usia Dini
PENDAHULUAN

Materi yang kami tulis mengenai hakikat Pengembangan Nilai Moral dan
Agama Pada Anak Usia Dini. Materi ini dibutuhkan oleh calon guru pendidikan
anak usia dini untuk memahami tentang moralitas dan perkembangan nilai
keagamaan pada anak usia dini.

Beberapa hal yang kami uraukan dalam materi kali ini yaitu :

a. Membedakan antara pengertian moral, moralitas, dan etika


b. Menguraikan mengenai tahapan perkembangan moral pada anak
c. Menjelaskan tentang hakikat perkembangan nilai-nilai keagamaan pada
anak usai dini
d. Menguraikan mengenai potret esensi, dan target pengembangan nilai-nilai
keagamaan anak usia dini

Dengan dipaparkannya materi diatas memiliki tujuan untuk memudahkan


para calon guru.
A. PENGEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI

1. Hakikat Moral, Moralitas, dan Etika


Menurut KBBI (2016), moral berarti akhlak, budi pekerti, dan
tingkah laku yang susila, sedangkan moralitas memiliki arti sopan
santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adat
sopan santun. Etika diartikan sebagai tata susila atau hal yang
membahas atau tentang nilai-nilai dalam tindakan atau akhlak
perilaku manusia. Ketiga istilah tersebut saling melengkapi dan
menguatkan satu sama lainnya, sehingga dapat digunakan sesuai
dengan konteks dan kebutuhan yang sesuai.
Perkembangan moral manusia berubah seiring dengan perubahan
dan perkembangan zaman, juga tidak lepas dari perubahan tatanan
sosial masyarakat sekitar.
Sebagai sarana pengembangan moralitas manusia fungsi dan
peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan ini. Mulai dari
lingkungan terdekat dan dimulai pada usia dini hingga manusia
tersebut dapat menentukan prilaku yang sesuai dengan tingkat
kedewasaannya masing-masing. Ketika pendidikan tersebut berjalan
dengan optimal atau berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan
maka akan mempermudah untuk membangun kehidupan masyarakat
yang menjunjung tinggi moralitas kemuliaan manusia itu sendiri.

2. Tahapan Perkambangan Moral Anak Usia 3-4 Tahun Menurut


Para Ahli
Tahapan-tahapan perkembangan moral anak dapat disebut
dengan pola perkembangan moral anak. Area yang mencangkup pola
perkembangan anak antara lain adalah psikologi anak dalam
memahami nilai moral dan menerapkan kepada pribadi anak itu
sendiri, perubahan dan perkembangan pola hidup anak yang
mengarah kepada tindakan nilai moral seperti anak mengenal
prinsip, anak selalu mematuhi dan melaksanakan perintah, dan anak
bisa mulai menentukan atau menilai suatu hal.
Di dalam buku Metode Pengembangan Moral dan Nilai Agama
(1999) Fawzia A menjelaskan bahwa lahirnya manusai di dunia ini
tidak membawa nilai moral atau amoral yang artinya pada saat lahir
mereka tidak memiliki akhlak dan skala nilai tertentu. Hal ini
menjadikan pendidikan moral bagi anak sangat penting karena moral
anak di masa depan tergantung dengan apa yang ia pelajari dari kecil
sehingga ketika anak belajar banyak hal positif sedari dini maka anak
akan tumbuh dengan membawa hal positif tersebut begitu pula
sebaliknya ketika anak belajar banyak hal negative sedari dini maka
anak akan tumbuh dengan banyak hal negative di dalamnya.
Beberapa tokoh lainnya juga berpendapat tentang perkembangan
moral bagi anak diantaranya adalah :
a. Piaget
Dalam menganalisis gejala perkembangan moral anak, Piaget
berfokus pada bagaimana anak berpikir tentang masalah
etika. Dia melakukan ini dengan mengamati dan
mewawancarai kelompok anak-anak berusia 4-12 tahun yang
berpartisipasi dalam permainan. Metode/tahap pertama
adalah fase anomali moral yang terjadi pada anak usia 4 tahun
hingga 7 tahun. Pada tahap perkembangan moral ini, anak-
anak melihat keadilan dan hukum sebagai ciri-ciri dunia yang
tidak dapat diubah di luar kendali manusia.
Perbedaan antara kedua tahap perkembangan moral tersebut
dapat dijelaskan secara lebih spesifik sebagai berikut. Pada
tahap anomali, anak mengamati perilaku yang benar dan baik
dengan mempertimbangkan akibat dari perilaku
tersebut, bukan niat pelakunya. Misalnya, seorang anak pada
tahap ini akan secara acak mengatakan bahwa merobek lima
daun dengan tidak sengaja lebih buruk dar ipada merobek
satu daun dengan sengaja.
b. Kohlberg
Lawrence Kohlberg mengembangkan teorinya sendiri tentang
pembenaran moral melalui pendekatan perkembangan
kognitif yang mirip dengan Piaget. Kohlberg memutuskan
untuk melihat penyebab yang mendasari respon moral.
Dengan kata lain, Kohlberg memutuskan untuk
mengeksplorasi struktur proses berpikir yang terlibat dalam
pembenaran moral. Dalam karyanya, Kohlberg
mengembangkan serangkaian cerita imajinatif, semua
melibatkan dilema moral, untuk mengukur pembenaran
moral. Konflik moral dalam cerita-cerita ini adalah pilihan
antara dua alternatif yang tidak dapat diterima secara budaya,
dan beberapa adalah pilihan antara dua alternatif yang dapat
diterima secara budaya. Cerita-cerita ini menempatkan orang
tersebut dalam situasi konflik dan menyajikan berbagai
alternatif yang dapat diterima. Jawaban yang dipilih orang
tersebut tidak begitu penting, melainkan alasan yang dia
gunakan untuk menyelesaikan konflik dianggap lebih penting.
Akibatnya, para peserta ditanya apa yang harus mereka
lakukan dan, sebagai tambahan, mengapa mereka memilihnya.
Penalaran analitis berasal dari tanggapan terhadap
serangkaian cerita. Akhirnya, Kohlberg mampu menilai
pembenaran moral responden. Dari analisis ini, ia menetapkan
bahwa ada enam tingkat perkembangan pembenaran moral
manusia. Keenam tingkat perkembangan moral ini mewakili
urutan universal. Selain itu, keenam tingkat penalaran etis
tersebut dikelompokkan menjadi tiga tingkat sehingga setiap
tingkat terdiri dari dua tahap, seperti yang dijelaskan di
bawah ini.
Level 1: Pembenaran moral konvensional (termasuk periode
hukuman dan orientasi kepatuhan, serta orientasi
individualisme dan instrumental).
Level 2: Pembenaran etika tradisional (termasuk orientasi
pada kesepakatan antarpribadi, serta orientasi pada hukum
dan aturan).
Level 3: Pembenaran moral pasca-konvensional (termasuk
orientasi kontrak sosial dan orientasi moral universal).
Perhatikan bahwa penelitian kami saat ini hanya berfokus
pada perkembangan anak prasekolah di tingkat 1. Pada
tingkat dasar (pembenaran moral biasa), anak-anak
mengekspresikan nilai-nilai dalam diri. moralitas. Gangguan
atau pembenaran moral anak didorong oleh faktor ekstrinsik
seperti penghargaan dan hukuman fisik. Pemikiran moral
anak-anak usia ini didasarkan pada konsekuensi material dan
hedonisme. Ketika seorang anak menciptakan sesuatu yang
menyenangkan atau baik untuk dirinya sendiri, dia
menganggap sesuatu itu benar atau baik. Di sisi lain, sesuatu
dianggap buruk atau buruk ketika menyakiti atau
menyakitinya. Tingkat I dibagi menjadi dua tahap, tahap
berorientasi pada hukuman dan kepatuhan, dan tahap
individualisme dan berorientasi pada tujuan instrumental.
c. Thomas Lickona
Lickona (1991) berpendapat bahwa meningkatkan moralitas
anak-anak ke tingkat perilaku etis memerlukan tiga proses
pengembangan berkelanjutan: (1) dari proses persepsi moral,
(2) dari emosi moral. kebajikan untuk (3) perilaku etis.
Ketiganya harus dikembangkan secara terpadu dan seimbang.
Oleh karena itu, diharapkan potensi siswa dapat
dikembangkan sebaik-baiknya baik dari segi kecerdasan,
kemampuan membedakan yang baik dari yang buruk, yang
benar dari yang salah dan menentukan mana yang
bermanfaat.
3. Tahapan Perkambangan Moral Anak Usia 5-6 Tahun Menurut
Para Ahli
Sejak usia dini, anak-anak dibentuk oleh nilai-nilai orang dewasa.
Bahkan sebelum anak-anak lahir, orang tua menunjukkan nilai-nilai
mereka dengan cara yang mempengaruhi anak-anak mereka.
Mengenai kemampuan kita untuk mengenali tahap-tahap
perkembangan moral pada masa kanak-kanak. Perkembangan moral
juga merupakan salah satu masalah psikologis yang dapat ditemui di
taman kanak-kanak dan taman kanak-kanak.
Oleh karena itu Anda dapat merasakan betapa senangnya kami
belajar dan terlibat langsung dalam memantau perkembangan
berbagai aspek anak, termasuk perkembangan moral masa kanak-
kanak. Pada dasarnya, tahapan perkembangan moral pada usia 56
tahun tidak jauh berbeda dengan tahapan perkembangan moral pada
usia 34 tahun. Semua aspek perkembangan muncul dari setiap anak
sehingga tumbuh. Abdullah Nasih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul
Aulad Fil Islam menjelaskan bahwa salah satu aspek tanggung jawab
pendidik terhadap anak adalah tanggung jawab mencerdaskan
masyarakat.
Ini menyangkut mendidik anak-anak untuk menangani
lingkungan dengan hati-hati dan ketat berdasarkan nilai-nilai Tuhan.
Pada level ini, kemampuan anak untuk mengenali perbedaan
keragaman budaya Indonesia ditingkatkan. Pada saat yang sama,
anak-anak meningkatkan kemampuan mereka untuk berinteraksi
dengan orang lain atau kelompok. Secara umum tujuan pendidikan
anak usia dini adalah untuk mengembangkan berbagai potensi anak
seperti kemampuan mempersiapkan kehidupan dan kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan sejak usia dini. Artinya,
perkembangan moral berkaitan dengan pencapaian tujuan
pendidikan anak usia dini.

B. PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA


DINI
1. Konsep dasar Pengembangan Nilai-Nilai Keagamaan Pada Anak
Usia Dini
Anak merupakan generasi penerus bangsa, anak juga perlu
mendapat pendidikan yang berpotensi lebih baik yang akan
menjadikan mereka orang yang tumbuh dan berkembang memiliki
kepribadian dan etika yang baik.
Berawal dari keinginan orang tua agar anak menjadi penerus
bangsa yang baik, maka bukan hanya lingkungan sekolah saja yang
harus membimbing anak tetapi lingkungan keluarga dan lingkungan
sekitar juga akan ikut membimbing anak hingga dewasa nanti.
2. Tahapan Perkembangan Nilai-Nilai Keagamaan Pada Anak Usia
Dini
Pada nilai keagamaan ada beberapa tahapan ketika pembelajaran
yang harus dimiliki anak usia dini seperti :
a. Unreflective
artinya yaitu ketika anak belajar hal yang abstrak
( pengetahuan, ajaran agama ) maka ketika pendidik dan
orang tua mengajarkan harus sesuai dan juga menjadikan hal
yang serius bagi anak. maksud nya disini yaitu jangan
setengah" karena ketika setengah" mengajarkan nya pada
anak, maka anak akan memikirkan dua kali dan akan
membuat mereka kebingungan.
b. Egosentris
artinya yaitu anak suka mementingkan kemauan sendiri.
Sebagai pendidik dan orang tua kita akan menemukan banyak
sekali anak yang seperti ini, semisal anak suka dan rajin shalat
di masjid, tetapi untuk mengaji dan menghafal anak agak
sedikit kurang nyaman. maka dari itu kita jangan membiarkan
saja tetapi tetap kita bimbing dan kita berikan arahan yang
positif kepada anak.
c. Misundrestand
artinya yaitu orang dewasa ketika kita ajak berdiskusi tentang
ajaran agama belum tentu orang tersebut akan faham 100%
begitu juga dengan anak usia dini. semisal kita membahas
tentang Tuhan itu maha melihat maka yang ada dipikiran
mereka yaitu mata tuhan yang begitu besar atau bisa juga
begitu banyak karena Tuhan maha melihat. sikap sebagai
pendidik/orang tua anak diarahkan yang lebih mengerucut
dan memahamkan lagi bukan menyalahkan atau mencemooh
anak tersebut. karena anak pun juga mencari tau kejelasan
seperti apa jadi jangan sampai pendidik/orang tua juga ikut
mengejek dan mencemooh.
d. Verbalis dan Ritualis
artinya yaitu anak ketika awal belajar berbicara mereka
menyebut kosa kata yang mereka tau semisal ayah atau ibu.
Nah diumur mereka yang tumbuh dan berkembang pasti anak
akan banyak menirukan, berbicara dengan mainan, dan juga
berbicara dengan teman/orang dewasa. Ketika momen itulah
pendidik / orang tua bisa menyelipkan sedikit demi sedikit
tentang agama. misal mengenal kan huruf Hijaiyah,
mengenalkan kosa kata dalam bahasa Arab, mengenalkan
tuhan dan ciptaannya. dan itu harus dilakukan berulang"
supaya anak tersebut bisa mengingat dan mengucapkan nya.
e. Mitative
artinya yaitu anak berkembang bukan hanya ketika disuruh
belajar, tetapi anak akan mengikuti hal hal yang pernah
mereka lihat. semisal melihat orang tua shalat tepat waktu
maka secara otomatis anak anak menirukan nya sedikit demi
sedikit akan mengikuti. Jadi sebagai pendidik atau orang tua
hal yang harus kita lakukan yaitu memberikan contoh yang
baik, bukan hanya didepan saja tetapi dibelakang kita juga
harus memperhatikan nya. dan anak akan mengikuti dan
mengulangi lagi setiap hari. Untuk penekanan juga dibutuhkan
agar keinginan anak lebih besar.
3. Komeptensi dan Indikator Perkembangan Nilai-Nilai
Keagamaan Pada Anak Usia Dini
Dari beberapa pengembang nilai keagamaan dan pengembangan
moral ini mempunyai tujuan yang sangat baik bagi anak usia dini
seperti : Anak mampu mengucapkan dan menirukan ciptaan tuhan,
bacaan doa sehari hari, bacaan shalat, lagu keagamaan, pengalaman
yang baik juga perilaku yang baik dan sopan secara sederhana
4. Potret, Esensi dan Target Perkembangan Nilai Keagamaan Pada
Anak Usia Dini
Setiap perkembangan anak kita harus memiliki tujuan yang jelas dan
program perkembangan yang jelas. Karena ini sangat berpengaruh
besar pada anak dimasa pertumbuhan nanti. Kita jangan hanya fokus
pada perkembangan seni, bahasa, sosial emosional, fisik motorik, dan
kognitif. karena hal yang paling penting bagi anak juga terdapat pada
aspek perkembangan nilai keagamaan dan moral anak tersebut.
Esensi yang dapat dikembangkan pada anak semisal dalam kegiatan
sehari-hari anak sebelum melakukan kegiatan membaca basmalah
dan doa terlebih dahulu . dan juga yang sangat penting pada
penekanan kegiatan sehari hari anak anak. Setiap langkah dan
perilaku anak jika kita seimbangkan dengan nilai agama dan moral
akan mendapatkan anak yang mempunyai Budi pekerti, perilaku dan
jari diri yang baik juga.
Target dari perkembangan nilai keagamaan dan moral anak usia dini
ini sebenernya bisa kita ambil dari hadist Rasulullah yang berbunyi :
" Anak terlahir dengan keadaan suci dan bersih, maka orang tua nya
lah yang menjadikan mereka Nasrani dan Majusi. "
dari hadist di atas sebagai seorang pemeluk agama islam kita harus
mengajarkan agama pada anak sedini mungkin agar mereka
mempunyai pegangan ketika kelak dewasa. Dan itu juga sangat
berpengaruh pada proses perkembangan dan pertumbuhan mereka.
KESIMPULAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral meiliki makna akhlak


dan tingkah laku yang susila, sedangkan moralitas dimaknai dengan
kesusilaan. Etika diartikan dengan tata susila atau suatu cabang filsafat yang
membahas atau menyelidiki nilai-nilai dalam tindakan atau perilaku
manusia. Beberapa ahli melakukan penelitihan mengenai hal ini diantaranya
adalah Piaget. Cara yang dilakukannya adalah mengamati dan mewawancarai
kelompok anak usia 4-12 tahun yang terlibat dalam suatu permainan. Ia
mempelajari bagaimana anak-anak itu menggunakan dan memandang aturan
yang ada dalam permainan tersebut. Dengan kata lain, Kohlberg memilih
mendalami struktur proses berpikir yang terlibat dalam penalaran
moral. Lickona menyatakan bahwa untuk mendidik moral anak sampai pada
tataran moral action, diperlukan tiga proses pembinaan yang
berkelanjutan, yaitu mulai dari proses moral knowing, moral feeling, hingga
moral action. Ketiganya harus dikembangkan secara terpadu dan seimbang

Anak merupakan generasi penerus bangsa, anak juga perlu mendapat


pendidikan yang berpotensi lebih baik yang akan menjadikan mereka orang
yang tumbuh dan berkembang memiliki kepribadian dan etika yang baik. Pada
nilai keagamaan ada beberapa tahapan ketika pembelajaran yang harus dimiliki
anak usia dini seperti :

a. Unreflective
b. Egosentris
c. Misundrestand
d. Verbalis dan Ritualis
e. Mitative

Dari beberapa pengembang nilai keagamaan dan pengembangan moral


ini mempunyai tujuan yang sangat baik bagi anak usia dini seperti : Anak
mampu mengucapkan dan menirukan ciptaan tuhan, bacaan doa sehari hari,
bacaan shalat, lagu keagamaan, pengalaman yang baik juga perilaku yang baik
dan sopan secara sederhana. Target dari perkembangan nilai keagamaan dan
moral anak usia dini ini sebenernya bisa kita ambil dari hadist Rasulullah yang
berbunyi :

" Anak terlahir dengan keadaan suci dan bersih, maka orang tua nya
lah yang menjadikan mereka Nasrani dan Majusi. "

dari hadist di atas sebagai seorang pemeluk agama islam kita harus
mengajarkan agama pada anak sedini mungkin agar mereka mempunyai
pegangan ketika kelak dewasa. Dan itu juga sangat berpengaruh pada proses
perkembangan dan pertumbuhan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, W. Adi. (2003). Born to be Genius. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Obit Satibi Hidayat. (2013), Modul Pokok Metode Pengembangan Moral &
Nilai-nilai Agama. Tangerang Selatan: universitas Terbuka

Djakiri, Kosasih. (1991). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral. Jakarta:


Depdikbud

Putra, P. Yovan. (2008). Total Mind Learning. Bandung: Kaifa


BIODATA PENULIS

1. REZA ZAIDATUR RIZQIYYAH


NAMA : REZA ZAIDATUR RIZQIYYAH
TTL : MALANG, 20 JULI 2001
ALAMAT : JL. NGAGLIK IID/434 RT. 10 RW. 01 SUKUN MALANG
NO. TELP : 087754603738
EMAIL : 22001014004@unisma.ac.id

2. SHAFIRA NURIL FIRDAUS


NAMA : SHAFIRA NURIL FIRDAUS
TTL : BATU, 13 MEI 2001
ALAMAT : JL. TVRI RT.02/RW.01 ORO-ORO OMBO KOTA BATU
NO. TELP : 082233941556
EMAIL : shafiranuril13@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai