Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN LAKON

WAYANG KULIT TERHADAP WAWASAN NILAI KARAKTER


SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V SD
Pt. Anik Astari1, I Wyn. Sudiana2, Ni Wyn. Rati3
1,2,3
Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

email: astashinobi@gmail.com1, wayansudiana48@yahoo.co.id2,


niwayan_rati@yahoo.com3.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan yang signifikan wawasan nilai
karakter kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran bermain peran
lakon wayang kulit dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran PKn kelas V SD Negeri 1 Sangsit Semester II Tahun
Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 1 Sangsit. Sampel penelitian ini
a b
yaitu siswa kelas V yang berjumlah 41 orang dan siswa kelas V yang berjumlah 40
orang. Data wawasan nilai karakter dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif. Data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan
statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini yaitu: (1) Wawasan nilai karakter siswa
kelompok eksperimen tergolong sangat tinggi dengan rata-rata 34,78. (2) Wawasan nilai
karakter siswa kelompok kontrol tergolong tinggi dengan rata-rata 28,93. (3) Terdapat
perbedaan yang signifikan wawasan nilai karakter kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran bermain peran lakon wayang kulit dan kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran PKn kelas V
SD Negeri 1 Sangsit Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran bermain peran lakon wayang kulit berpengaruh positif
terhadap wawasan nilai karakter siswa.

Kata-kata kunci: bermain peran, wayang, nilai karakter

Abstract
The purpose of this research was to described a significant differences of students
character value which learned by role playing with wayang kulit act theaching method
and students group which learned by conventional theaching method in PKn subject at
the second semester fifth grade of SD Negeri 1 Sangsit in the academic year of
2012/2013. The type of this research was a quasi experiment. The population was all of
a
fifth grade students in SD Negeri 1 Sangsit. The samples were 41 students in V class
b
and 40 students in V class. The data character value was collected by using objective
test. The data gained was analyzed by using descriptive and inferential statistic analysis
technique (t-test). The results of this research that: (1) The students character value
experiment group is in very high category with scored 34.78 in average. (2) the students
character value conventional group is in high category with scored 28.93 in average. (3)
There is a significant differences of students character value which learned by role
playing with wayang kulit act theaching method and students group which learned by
conventional theaching method in PKn subject at the second semester fifth grade of SD
Negeri 1 Sangsit in the academic year of 2012/2013. That’s is mean role playing with
wayang kulit act theaching method give positive effect to students character value.

Keywords: role playing, wayang, character value


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah proses nilai karakter. Coles (2000), berpendapat
yang membantu menumbuhkan, bahwa anak sekolah dasar sedang mencari
mengembangkan, mendewasakan, menata, arah moral. Arah moral yang dimaksud
dan mengarahkan seseorang (Khan, 2010). yaitu menuju pada pembentukan karakter
Pendidikan di Indonesia dijalankan sesuai anak, sehingga guru memiliki tanggung
dengan sistem pendidikan nasional. jawab berkaitan dengan pembentukan
“Pendidikan nasional adalah pendidikan karakter siswa.
yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Pengembangan karakter dalam
undang Dasar Negara Republik Indonesia, proses pembelajaran, sangat dipengaruhi
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai oleh guru. Guru sebagai panutan dalam
agama, kebudayaan nasional Indonesia, pandangan siswa, harus mampu
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam
zaman” (UU RI No. 20 tahun 2003). proses pembelajaran. Adapun nilai-nilai
Pendidikan nasional memiliki fungsi karakter yang diharapkan dimiliki oleh siswa
yaitu: mengembangkan kemampuan dan yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4)
membentuk watak serta peradaban bangsa disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7)
yang bermartabat dalam rangka mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu,
mencerdaskan kehidupan bangsa, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta
bertujuan untuk mengembangkan potensi tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)
siswa agar menjadi manusia yang beriman bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai,
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha (15) gemar membaca, (16) peduli
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18)
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga tanggung jawab (Kemendiknas, 2011).
negara yang demokratis serta bertanggung Upaya-upaya pengembangan nilai
jawab (Permendiknas, 2006). karakter terus dilakukan pemerintah guna
Tujuan pendidikan nasional di atas membentuk generasi muda yang
merupakan gambaran manusia yang harus berkarakter baik. Seperti halnya,
dikembangkan oleh setiap satuan menjadikan mata pelajaran budi pekerti
pendidikan. Oleh karena itu, rumusan sebagai landasan perilaku di setiap jenjang
tujuan pendidikan nasional menjadi dasar sekolah, mulai dari SD, SMP, dan SMA.
dalam pengembangan pendidikan budaya Pada jenjang SMP dan SMA, mata
dan karakter bangsa. Untuk mewujudkan pelajaran budi pekerti berdiri sendiri. Pada
tujuan tersebut, perlu mendapat dukungan jenjang SD selain pengajaran budi pekerti,
dari semua lapisan masyarakat. Pada juga diharapkan adanya penanaman nilai-
permasalahan ini, guru sebagai pendidik nilai karakter yang terintegrasi pada mata
mempunyai tanggung jawab yang besar, pelajaran yang ada di SD.
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional Pentingnya penanaman karakter
tersebut. dilatarbelakangi oleh kondisi Bangsa
Guru sebagai sosok yang digugu dan Indonesia saat ini yang menurut Atmadja
ditiru sudah seharusnya menjadi panutan (2011b) telah mengalami krisis moralitas
perserta didiknya. Guru dalam kamus besar yang berlanjut pada adanya demoralisasi
Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang dan kegagalan sistem pendidikan yang ada
yang pekerjaannya (mata pencahariannya dalam mewujudkan manusia Indonesia
atau profesinya) mengajar. Namun, yang berkarakter ideal sesuai ideologi
tuntutan pada masa ini guru diharapkan Pancasila dan UUD 1945. Dari paparan
tidak hanya mengajar, tetapi juga dapat tersebut, wawasan nilai karakter hendaknya
merancang kegiatan pembelajaran. ditanamkan sejak dini khususnya pada
Pembelajaran diartikan bahwa siswa dalam siswa sekolah dasar.
memperoleh pengetahuannya tidak hanya Namun, pada kenyataannya nampak
bersumber dari guru sebagai pengajar, bahwa belum optimalnya penanaman
tetapi juga melalui sumber belajar. wawasan nilai karakter yang diharapkan
Dalam proses pembelajaran siswa dapat dimiliki setiap siswa tersebut.
juga diharapkan dapat membentuk nilai- Fenomena tersebut salah satunya
disebabkan karena guru sebagai panutan khususnya guru SD/MI sebagai pemula
siswa kurang mampu memberikan pembentukan karakter anak mempunyai
bimbingan dan bahkan pada proses peluang yang cukup besar dalam
pembelajaran guru hanya menekankan membentuk sikap siswa”. Paparan secara
pada aspek kognitif saja. Alasan ini teoretis, dituangkan Ruminiati dalam jurnal
diperkuat dengan hasil observasi yang sekolah dasar tahun 2007. Pada
dilakukan di SD Negeri 1 Sangsit. permasalahan ini, rasanya kurang efektif
Melalui observasi yang dilakukan, apabila diselesaikan secara teori saja,
didapat bahwa masih ada siswa yang dengan demikian perlu diadakannya
kurang tertib dalam berbusana serta penelitian lebih lanjut terkait dengan
terbentuknya kelompok-kelompok kecil penanaman wawasan nilai karakter pada
yang mendominasi dalam pergaulan. Pada siswa sekolah dasar dengan menggunakan
proses pembelajaran di kelas guru juga model yang lebih efektif agar siswa memiliki
cenderung lebih mementingkan aspek nilai karakter lebih baik.
kognitif. Guru kurang kreatif menggunakan Sejalan dengan permasalahan
model pembelajaran yang ada, untuk tersebut, salah satu model pembelajaran
menanamkan wawasan nilai karakter yang cocok diterapkan adalah model
sehingga pembelajaran cenderung pembelajaran bermain peran lakon wayang
monetun menekankan pada aspek kognitif kulit. Joyce & Weil (dalam Santyasa, 2007)
saja. Guru juga jarang menjadikan mendefinisikan model pembelajaran
permasalahan-permasalahan sosial yang sebagai “kerangka konseptual yang
ada di lingkungan sekitar siswa sebagai digunakan sebagai pedoman dalam
bahan untuk menanamkan wawasan nilai melakukan pembelajaran”. Dengan
karakter. Selain itu, dalam penanaman demikian, model pembelajaran merupakan
wawasan nilai karakter guru cenderung kerangka konseptual yang melukiskan
serius, sehingga siswa menjadi tegang dan prosedur yang sistematis dalam
kesulitan menerima makna yang mengorganisasikan pengalaman belajar
disampaikan guru. untuk mencapai tujuan belajar. Selanjutnya
Selain observasi, juga dilakukan bermain peran berarti ”memainkan peranan
pencarian data melalui catatan dokumen, dalam dramatisasi masalah
dan memperoleh beberapa informasi yaitu: sosial/psikologis” (Roestiyah, 1991). Jadi,
(1) jumlah siswa kelas V di SD Negeri 1 dapat diartikan bahwa model pembelajaran
Sangsit adalah 81 orang, yang terdiri dari bermain peran merupakan suatu cara
dua kelas yaitu Va dan Vb, (2) kelas Va menyajikan bahan pelajaran dengan
berjumlah 41 terdiri dari 18 orang laki-laki mempertunjukkan, mempertontonkan, atau
dan 23 orang perempuan, sedangkan kelas mendemontrasikan cara tingkah laku dalam
Vb terdiri dari 18 orang laki-laki dan 22 hubungan sosial.
orang perempuan (3) kriteria ketuntasan Ruminiati (2008), menyatakan bahwa
minimal (KKM) untuk mata pelajaran PKn di model pembelajaran bermain peran
SD Negeri 1 Sangsit adalah 66. Selanjutnya memiliki manfaat yaitu: (1) sebagai sarana
dilakukan wawancara pada tanggal 3 untuk menggali perasaan siswa, (2) untuk
Desember 2012. Melalui wawancara mengembangkan keterampilan siswa dalam
dengan guru pengampu mata pelajaran memecahkan masalahnya, (3) untuk
PKn, diperoleh bahwa dalam penentuan medapatkan inspirasi dan pemahaman
rangking aspek yang paling menentukan yang dapat mempengaruhi sikap, nilai, dan
adalah aspek kognitif dan terkait nilai persepsinya, (4) untuk mendalami isi mata
karakter guru tidak melakukan penilaian pelajaran yang dipelajari, (5) untuk bekal
secara langsung merujuk pada salah satu terjun ke masyarakat di masa mendatang
nilai, tetapi hanya mengamati tingkah laku sehingga siswa dapat membawa diri
saja tanpa melakukan penilaian. menempatkan diri, menjaga dirinya
Berkaitan dengan permasalahan sehingga sudah tidak asing lagi apabila
tersebut, nilai karakter yang ada dalam diri dalam kehidupan bermasyarakat terjadi
siswa semakin dipertanyakan. Ruminiati banyak siswa yang berbeda-beda.
(2007), menyatakan bahwa “guru PKn,
Berdasarkan kelebihan model Atmadja, 2011a) yaitu (1) religius, (2) jujur,
pembelajaran bermain peran tersebut, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6)
diyakini model pembelajaran bermain peran kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa
cocok diterapkan guna menanamkan ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11)
wawasan nilai karakter pada siswa sekolah cinta tanah air, (12) menghargai prestasi,
dasar. Berkaitan dengan hal tersebut, lakon (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta
wayang kulit merupakan pelengkap model damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
pembelajaran bermain peran agar lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18)
pembelajaran lebih menarik dan tanggung jawab.
menyenangkan. Khususnya di Bali, Penanaman 18 nilai karakter efektif di
penanaman nilai-nilai karakter biasanya selipkan dalam pembelajaran PKn. Menurut
terselip dalam pementasan karya-karya Ruminiati (2007), “mata pelajaran PKn
seni, salah satunya dalam pertunjukan mempunyai misi membina nilai, moral, dan
wayang kulit. Dalam pembelajaran, siswa norma secara utuh bulat dan
diajak untuk berkreasi dan berkesinambungan dan juga pada
mengekspresikan diri dalam bermain peran prinsipnya PKn lebih menekankan pada
lakon wayang kulit untuk menanamkan pembentukan aspek moral (afektif) tanpa
wawasan nilai karakter yaitu pada mata meninggalkan aspek yang lain”. Jadi,
pelajaran PKn. Sejalan dengan itu, pendidikan kewarganegaraan merupakan
Ruminiati (2008) menyatakan hal sebagai usaha untuk membekali siswa dengan
berikut. hubungan antar warga negara dengan
Mata pelajaran PKn sangat cocok negara serta pendidikan pengetahuan bela
dijadikan dasar penanaman nilai karakter negara agar menjadi warga negara yang
karena sejalan dengan tujuan mata dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
peajaran PKn yaitu untuk membentuk Untuk mengetahui wawasan nilai
warga negara yang baik, sehingga, mata karakter siswa yang sejalan dengan misi
pelajaran PKn dapat dipergunakan untuk mata pelajaran PKn tersebut tentunya perlu
menanamkan pendidikan nilai, moral, dan didukung dengan memberi perlakuan pada
norma secara terus menerus, sehingga proses pembelajaran. Perlakuan yang
warga negara yang baik dapat terwujud. dimaksud adalah penerapan model
Berdasarkan uraian di atas, dapat pembelajaran bermain peran lakon wayang
dikatakan bahwa model pembelajaran kutit pada kelompok eksperimen dan
bermain peran lakon wayang kulit diduga penerapan model pembelajaran
berpengaruh terhadap wawasan nilai konvensional.
karakter siswa. Namun, seberapa jauh Zubaedi (2011) menyatakan “model
pengaruh model pembelajaran tersebut pembelajaran adalah bentuk pembelajaran
belum dapat diungkapkan. Untuk itu, yang tergambar dari awal sampai akhir
dilakukan penelitian yang berjudul yang disajikan secara khas oleh guru di
“Pengaruh Model Pembelajaran Bermain kelas”. Model pembelajaran bermain peran
Peran Lakon Wayang Kulit terhadap yang dipelopori oleh Shaftel (dalam
Wawasan Nilai Karakter Siswa pada Mata Hamzah, 2009) diasumsikan dapat
Pelajaran PKn Kelas V SD Negeri 1 Sangsit menciptakan suasana yang mengarah pada
Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”. permasalahan kehidupan nyata, kemudian
Penelitian ini didukung beberapa teori, bermain peran dapat mendorong siswa
yaitu wawasan nilai karakter, karakteristik mengekspresikan perasaannya, serta
mata pelajaran PKn, model pembelajaran menjadikan proses psikologis yang
bermain peran lakon wayang kulit, dan melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan.
model pembelajaran konvensional. Selanjutnya Ruminiati (2008), menyatakan
Penjelasan lebih lanjut mengenai landasan bahwa bermain peran (role playing) adalah
teori tersebut dipaparkan sebagai berikut. suatu cara menyajikan bahan pelajaran
Wawasan nilai karakter merupakan dengan mendramatisasikan tingkah laku
suatu cara pandang siswa terhadap 18 nilai dalam hubungan sosial dengan suatu
karakter yang ada. 18 nilai karakter yang masalah, agar siswa dapat memecahkan
dimaksud menurut Zubaedi (dalam masalah sosial. Berdasarkan beberapa
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa METODE
model pembelajaran bermain peran adalah Penelitian ini merupakan penelitian
suatu cara atau langkah yang digunakan eksperimen semu dengan rancangan “Non
dalam proses pembelajaran dengan equivalent Post-test Only Control Group
mengajak siswa untuk berperan sesuai Design. Populasi pada penelitian ini
dengan permasalahan atau cerita yang adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri
diangkat. 1 Sangsit berjumlah 81 orang. Sampel
Terdapat sembilan langkah pada dalam penelitian ini yaitu Kelas Va yang
model pembelajaran bermain peran yaitu:
berjumlah 41 orang terdiri dari 18 orang
1) pemanasan (warning up), 2) memilih
pemain (partisipan), 3) menyiapkan
laki-laki dan 23 orang perempuan, dan
pengamat (observer), 4) menata panggung, kelas Vb yang berjumlah 40 orang terdiri
5) memainkan peran (manggung), 6) dari 18 orang laki-laki dan 22 orang
diskusi dan evaluasi, 7) memainkan peran perempuan. Kedua kelompok diuji
ulang (manggung ulang), 8) diskusi dan kesetaraan untuk mengetahui bahwa
evaluasi kedua, dan 9) berbagi pengalaman kemampuan kedua sampel relatif sama.
dan kesimpulan (Hamzah, 2009). Berdasarkan perhitungan yang dilakukan,
Pada penerapannya bermain peran diperoleh thitung = 0,04, sedangkan ttabel =
dipadukan dengan lakon wayang kulit. 1,99. Hal ini berarti, thitung lebih kecil dari ttabel
Lakon wayang kulit yang digunakan adalah (thitung < ttab) sehingga sampel setara.
lakon wayang kulit versi Bali. Lakon-lakon Setelah sampel dinyatakan setara,
dalam cerita wayang kulit diambil dari cerita dilakukan pemilihan kelas eksperimen dan
Ramayana dan Mahabarata. kelas kontrol dengan teknik undian. Dari
Selanjutnya model pembelajaran undian tersebut diperoleh kelas Va sebagai
konvensional merupakan pembelajaran kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan
yang biasa diterapkan sehari-hari model pembelajaran bermain peran lakon
(Santyasa, 2005). Pembelajaran wayang kulit dan kelas Vb sebagai kelas
konvensional memiliki sintaks yaitu kontro yang dibelajarkan dengan model
pemberian informasi oleh guru, tanya pembelajaran konvensional.
jawab, pemberian tugas oleh guru, dan Variabel dari penelitian ini terdiri dari
pelaksanaan tugas oleh siswa sampai pada variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
akhirnya guru merasa bahwa apa yang bebas dari penelitian ini adalah model
telah diajarkan dimengerti oleh siswa. pembelajaran bermain peran lakon wayang
(Raka Rasana, 2009). kulit. Sedangkan variabel terikat pada
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini adalah wawasan nilai karakter.
rumusan masalah penelitian ini yaitu: Data yang dikumpulkan pada
apakah terdapat perbedaan yang signifikan penelitian ini adalah wawasan nilai karakter
wawasan nilai karakter siswa yang siswa pada mata pelajaran PKn.
dibelajarkan dengan model pembelajaran Pengumpulan data dalam penelitian ini
bermain peran lakon wayang kulit dan menggunakan metode tes. Tes yang
siswa yang dibelajarkan dengan model digunakan dalam penelitian ini adalah tes
pembelajaran konvensional pada mata tipe pilihan ganda. Tes diberikan pada akhir
pelajaran PKn kelas V SD Negeri 1 Sangsit pertemuan yang bertujuan untuk mengukur
Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013? wawasan nilai karakter siswa.
Sejalan dengan rumusan masalah Setelah instrumen tersusun dilakukan
tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk uji coba untuk mendapatkan gambaran
mendeskripsikan perbedaan yang signifikan secara empirik tentang kelayakan
wawasan nilai karakter siswa yang instrumen agar dapat dipergunakan
dibelajarkan dengan model pembelajaran sebagai instrumen penelitian. Uji coba
bermain peran lakon wayang kulit dan instrumen yang dilakukan adalah uji
siswa yang dibelajarkan dengan model validitas teoretik oleh dua pakar.
pembelajaran konvensional pada mata Selanjutnya uji validitas empirik dianalisis
pelajaran PKn kelas V SD Negeri 1 Sangsit
Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.
dengan uji: validitas tes, reliabilitas tes,
taraf kesukaran tes, dan daya beda tes.
Selanjutnya, pelaksanaan penelitian
dilakukan dengan memberikan perlakuan
model pembelajaran bermain peran lakon
wayang kulit pada kelompok eksperimen,
dan model pembelajaran konvensional
pada kelompok kontrol. Setelah diberikan
perlakuan, kedua kelompok diberikan tes
akhir. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif, dengan mencari mean,
median, dan modus dari data sampel.
Sebelum dilakukan uji hipotesis, Gambar 1. Poligon Data Hasil Tes
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat Kelompok Eksperimen
analisis data, yang meliputi uji normalitas
dan uji homogenitas varians. Uji normalitas Berdasarkan poligon di atas, diketahui
sebaran data dilakukan untuk mengetahui modus lebih besar dari median dan median
bahwa sampel benar-benar berasal dari lebih besar dari mean (Mo>Md>M) yaitu
populasi yang berdistribusi normal. Untuk 35,40>35,03>34,78. Dengan demikian,
uji normalitas data wawasan nilai karakter kurva di atas adalah kurva juling negatif
siswa digunakan analisis Chi-Square. yang berarti sebagian besar skor
Sedangkan uji homogenitas dilakukan cenderung tinggi. Skor rata-rata kelompok
untuk mengetahui homogenitas sebaran ekperimen berada pada kategori sangat
data. Uji homogenitas untuk kedua tinggi.
kelompok digunakan uji F. Setelah uji Selanjutnya pada kelompok kontrol,
prasyarat dilanjutkan dengan pengujian dari 40 butir soal wawasan nilai karakter,
hipotesis. Teknik analisis data yang ditemukan skor tertinggi adalah 36 dan skor
digunakan untuk menguji hipotesis dalam terendah adalah 23. Berdasarkan data
penelitian ini, yaitu menggunakan analisis tersebut, dapat dideskripsikan yaitu: mean
uji-t. (M) = 28,93, median (Md) = 28,28, modus
(Mo) = 27,36, varians (s2) = 15,46, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN standar deviasi (s) = 3,93. Data hasil tes
Hasil kelompok kontrol, dapat disajikan ke dalam
Data wawasan nilai karakter pada bentuk kurva poligon seperti pada Gambar
kelompok eksperimen diperoleh setelah 2.
perlakuan model pembelajaran bermain
peran lakon wayang kulit. Dari pelaksanaan
tes terhadap 41 siswa kelompok
eksperimen diperoleh bahwa skor tertinggi
adalah 40 dan skor terendah adalah 28.
Dari skor yang diperoleh dapat
dideskripsikan yaitu: mean (M) = 34,78,
median (Md) = 35,03 modus (Mo) = 35,40,
varians (s2) = 7,03, dan standar deviasi (s)
= 2,65.
Data hasil tes kelompok eksperimen,
dapat disajikan ke dalam bentuk kurva
poligon seperti pada Gambar 1.

Gambar 2. Poligon Data Hasil Tes


Kelompok Kontrol
Berdasarkan poligon di atas, diketahui Selanjutnya dilakukan Uji
modus lebih kecil dari median dan median homogenitas terhadap varians antar
lebih kecil dari mean (Mo<Md<M) yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang
27,36<28,28<28,93. Dengan demikian, digunakan adalah uji-F. berdasarkan
kurva di atas adalah kurva juling positif perhitungan yang dilakukan diperoleh
yang berarti sebagian besar skor bahwa varians data hasil tes kelompok
cenderung rendah. eksperimen dan kontrol adalah tidak
Selanjutnya, data yang diperoleh homogen.
dianalisis dengan uji-t. Namun, sebelumnya Setelah diperoleh hasil dari uji
perlu diuji prasyarat analisis dengan uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan
normalitas dan homogenitas. analisis uji-t dengan rumus separated
Berdasarkan hasil perhitungan uji varians. Rangkuman hasil perhitungan uji-t
normalitas dengan menggunakan rumus antara kelompok eksperimen dan kontrol
chi-kuadrat, diperoleh bahwa data disajikan pada Tabel 1.
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
berdistribusi normal.

Tabel 1. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t

Data Kelompok N X s2 thit ttab (t.s. 5%)


Eksperimen 41 34,78 7,03
Wawasan nilai 7,84 2,021
karakter Kontrol 40 28,93 15,46

Berdasarkan tabel hasil perhitungan karakter siswa yang dibelajarkan dengan


uji-t di atas, diperoleh thit sebesar 7,84. model pembelajaran konvensional adalah
Sedangkan, ttab adalah 2,021. Hal ini 28,93 yang berada pada kategori tinggi.
berarti, thit lebih besar dari ttab (thit>ttab), Berdasarkan analisis data
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. menggunakan uji-t, diketahui thit = 7,84 dan
Dengan demikian, dapat diinterpretasikan ttab= 2,021. Hasil perhitungan tersebut
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab
wawasan nilai karakter kelompok siswa (thit > ttab), sehingga hasil penelitian adalah
yang dibelajarkan dengan model signifikan. Hal ini berarti, terdapat
pembelajaran bermain peran lakon wayang perbedaan yang signifikan wawasan nilai
kulit dan kelompok siswa yang dibelajarkan karakter antara siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran bermain peran
pada mata pelajaran PKn kelas V SD lakon wayang kulit dan siswa yang
Negeri 1 Sangsit Semester II Tahun dibelajarkan dengan model pembelajaran
Pelajaran 2012/2013. konvensional.
Berdasarkan deskripsi data hasil Selain itu, persentase wawasan nilai
penelitian, kelompok siswa yang karater pada kelompok eksperimen juga
dibelajarkan dengan model pembelajaran lebih besar dibandingkan persentase
bermain peran lakon wayang kulit wawasan nilai karater pada kelompok
memperoleh skor wawasan nilai karakter kontrol. Dari masing-masing persentase
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tersebut, ditemukan wawasan nilai karakter
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan yang menonjol pada kelompok eksperimen
model pembelajaran konvensional. yaitu cinta damai dan gemar membaca,
Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor sedangkan pada kelompok kontrol
wawasan nilai karakter siswa. Rata-rata wawasan nilai karakter yang menonjol
skor wawasan nilai karakter siswa yang adalah peduli lingkungan.
dibelajarkan dengan model pembelajaran
bermain peran lakon wayang kulit adalah
34,78 yang berada pada katagori sangat
tinggi dan rata-rata skor wawasan nilai
Pembahasan model pembelajaran bermain peran lebih
Berdasarkan hasil pengujian menarik dan lengkap. Hal tersebut merujuk
hipotesis, adanya perbedaan yang pada lakon wayang kulit yang digunakan
menunjukkan bahwa penerapan model dalam bermain peran, memiliki karakter
pembelajaran bermain peran lakon wayang tersendiri yang dapat diperankan oleh
kulit berpengaruh terhadap wawasan nilai siswa, sehingga secara tidak langsung
karakter siswa. Besarnya pengaruh antara lakon wayang kulit yang memiliki karakter
model pembelajaran bermain peran lakon tersebut dapat membantu siswa dalam
wayang kulit dan model pembelajaran meningkatkan wawasan nilai karakter.
konvensional dapat dilihat dari analisis Karakter yang menonjol pada kelompok
deskriptif. Analisis deskriptif menunjukkan eksperimen yaitu cinta damai, yang dalam
bahwa skor hasil belajar kelompok lakon wayang kulit karakter cinta damai
eksperimen lebih baik dari pada kelompok dimiliki oleh Rama pada cerita Ramayana.
kontrol. Dengan demikian, dapat Faktor kedua, yaitu dari aktifitas
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan siswa. Melalui bermain peran lakon wayang
model pembelajaran bermain peran lakon kulit, siswa menjadi lebih bersemangat
wayang kulit berpengaruh positif terhadap serta antusias dalam mengikuti
wawasan nilai karakter siswa kelas V SD pembelajaran, sehingga penyampaian nilai-
Negeri 1 Sangsit dibandingkan dengan nilai karakter dalam cerita yang disesuaikan
pembelajaran dengan model pembelajaran dengan materi ajar dapat diterima dengan
konvensional. hati senang dan tidak merasa tegang.
Temuan dalam penelitian yang Pembelajaran dengan bermain peran lakon
menunjukkan bahwa model pembelajaran wayang kulit juga dapat memandu pikiran
bermain peran lakon wayang kulit siswa tentang pentingnya memiliki
berpengaruh positif terhadap wawasan nilai wawasan nilai karakter karena dalam
karakter siswa dengan kecenderungan pembelajaran siswa yang sebagai
sebagian besar skor siswa tinggi pengamat menyaksikan langsung dan
disebabkan oleh beberapa faktor. siswa yang berperan dapat mengalami
Faktor pertama, yaitu beranjak dari sendiri lakon-lakon wayang kulit dengan
model pembelajaran bermain peran lakon karakternya masing-masing. Hal tersebut
wayang kulit. Model pembelajaran bermain dapat memudahkan siswa untuk
peran lakon wayang kulit merupakan suatu memahami nilai-nilai karakter.
cara atau langkah yang digunakan dalam Berbeda halnya dalam pembelajaran
proses pembelajaran dengan mengajak dengan model pembelajaran konvensional
siswa untuk berperan sesuai dengan yang membuat siswa lebih banyak
permasalahan atau cerita yang diangkat mendengar ceramah, sehingga siswa
dengan mengangkat lakon-lakon wayang cenderung pasif. Dalam pembelajaran ini,
kulit dalam cerita. Bermain peran menurut guru lebih banyak mendominasi kegiatan
Hamzah (2009) memiliki sembilan langkah pembelajaran. Penanaman wawasan nilai
yang hendak dilalui dalam proses karakter dilakukan dengan ceramah yang
pembelajaran yaitu: 1) pemanasan, 2) cenderung membuat siswa tegang dan sulit
memilih pemain, 3) menyiapkan pengamat, memahami makna dari nilai karakter itu.
4) menata panggung, 5) memainkan peran, Perbedaan cara pembelajaran dengan
6) diskusi dan evaluasi, 7) memainkan model bermain peran lakon wayang kulit
peran ulang, 8) diskusi dan evaluasi kedua, dan model pembelajaran konvensional
9) berbagi pengalaman dan kesimpulan. tentunya akan memberikan dampak yang
Dari Sembilan langkah tersebut guru berbeda pula terhadap wawasan nilai
diharapkan tidak hanya dapat karakter siswa. Pembelajaran dengan
menyampaikan materi pembelajaran tetapi model pembelajaran bermain peran lakon
juga dapat menyelipkan penanaman wayang kulit memberikan pengalaman
wawasan nilai karakter dengan cara yang langsung kepada siswa terhadap wawasan
menyenangkan. Selanjutnya penambahan nilai karakter serta pembelajaran yang
lakon wayang kulit pada model dirancang lebih menyenangkan. Dengan
pembelajaran bermain peran, menjadikan demikian, wawasan nilai karakter siswa
yang dibelajarkan dengan model juga dapat lebih berinovasi dalam
pembelajaran bermain peran lakon wayang pembelajaran guna penanaman wawasan
kulit memperoleh hasil yang lebih baik nilai karakter siswa. Cara yang dapat
dibandingkan dengan siswa yang dilakukan yaitu menerapkan model
dibelajarkan dengan model pembelajaran pembelajaran yang inovatif. Salah satunya
konvensional. dengan model pembelajaran bermain peran
Hasil penelitian ini sejalan dengan lakon wayang kulit yang didukung media
penelitian yang dilakukan oleh yang relevan untuk dapat meningkatkan
Simantupang (2011) pembelajaran bermain wawasan nilai karakter siswa. Disarankan
kepada kepala sekolah yang mengalami
peran menunjukkan perbedaan yang
permasalahan mengenai wawasan nilai
signifikan terhadap kompetensi sosial karakter siswa di sekolah yang dipimpinnya,
kognitif siswa dibandingkan dengan untuk mengambil suatu kebijakan serta
pembelajaran konvensional. Selanjutnya menghimbau guru-guru untuk
Setyowati (2012), menemukan bahwa ada mengimplementasikan model pembelajaran
peningkatan kecerdasan interpersonal anak bermain peran lakon wayang kulit.
Kelompok B TK Pertiwi Bangkal I Werdi Disarankan kepada peneliti lain yang
berminat untuk mengadakan penelitian
Klaten dengan menerapkan pembelajaran
lebih lanjut tentang model pembelajaran
bermain peran, yakni sebelum tindakan bermain peran lakon wayang kulit dalam
43,7%, siklus I mencapai 61,8%, siklus II bidang ilmu PKn maupun bidang ilmu
mencapai 81,9%. Oleh karena itu, hasil lainnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan
penelitian ini berhasil memperkuat pertimbangan untuk perbaikan dan
penelitian-penelitian terkait model penyempurnaan penelitian selanjutnya
pembelajaran bermain peran. serta peneliti lain diharapkan dapat
mengembangkan aspek-aspek lain yang
PENUTUP akan diteliti.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan DAFTAR RUJUKAN
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan Atmadja, Nengah Bawa. 2011a. “Local
wawasan nilai karakter antara siswa yang Genius dan Kearifan Lokal
dibelajarkan dengan model pembelajaran sebagai Modal Budaya dalam
bermain peran lakon wayang kulit dan Pendidikan Karakter”. Makalah
siswa yang dibelajarkan dengan model disajikan dalam Seminar Nasional.
pembelajaran konvensional pada mata Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu
pelajaran PKn kelas V SD Negeri 1 Sangsit Pendidikan, Universitas
Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013, Pendidikan Ganesha. Singaraja 26
yang diperoleh dari hasil perhitungan uji-t,
November 2011.
dengan thit sebesar 7,84. Sedangkan, ttab
dengan db adalah 2,021. Hal ini berarti, thit -------. 2011b. “Pancasilaisasi:
lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 Pembentukan Karakter Bangsa
ditolak dan H1 diterima. melalui Pendidikan”. Makalah
Adanya perbedaan yang signifikan disajikan dalam Wokshop dan
menunjukkan bahwa penerapan model Sosialisasi Penyusunan Standar
pembelajaran bermain peran lakon wayang Operasional Prosedur Karakter
kulit berpengaruh positif terhadap wawasan Mahasiswa Undiksha. Singaraja 9
nilai karakter siswa dibandingkan dengan Desember 2011.
model pembelajaran konvensional.
Saran yang dapat disampaikan Coles, Robert. 2000. Menumbuhkan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kecerdasan Moral Pada Anak.
adalah sebagai berikut. Disarankan kepada Jakarta: PT Gramedia Pustaka
guru-guru di sekolah dasar agar tidak Utama.
hanya mementingkan aspek kognitif, tetapi
Hamzah. 2009. Model-model Pembelajaran SMP dan SMA di Nusa Penida.
Menciptakan Proses Belajar Mengajar Nusa Penida 29 Juni s.d 1 Juli 2007.
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta:
Bumi Aksara. Setyowati, Endang. 2012. “Meningkatkan
Kecerdasan Interpersonal melalui
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Bermain Peran pada Kelompok B
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan TK Pertiwi Brangkal I Wedi Klaten
Karakter (Berdasarkan Pengalaman Tahun Pelajaran 2011/2012”. Tugas
di Satuan Pendidikan Rintisan). Akhir (tidak diterbitkan) Jurusan
Jakarta: Kementerian Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas
Nasional, Badan Penelitian dan Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Universitas Muhammadiyah
Perbukuan. Surakarta. Tersedia pada
http://etd.eprints.ums.ac.id/17931/
Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter (diakses tanggal 18 Mei 2012).
Berbasis Potensi Diri. Yogjakarta:
Pelangi Publishing. Simatupang, Syawal. 2011. Pengaruh
Metode Pembelajaran Bermain
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Peran terhadap Kompetensi Sosial
Republik Indonesia Nomor 22 tahun Kognitif Siswa. Pekbis Jurnal,
2006 tentang Standar Isi untuk Volume 3, No,2. Bandung: STKIP
Satuan Pendidikan Dasar dan Aisyiyah.
Menengah. Jakarta: Mentri
Pendidikan Nasioal. Undang-undang Republik Indonesia
tentang Sistem Pendidikan Nasional
Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Model- nomor 20 Tahun 2003.
model Pembelajaran. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha. Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter
(Konsepsi dan aplikasinya dalam
Roestiyah. 1991. Strategi Belajar Mengajar. lembaga pendidikan). Jakarta:
Jakarta: Rineka Cipta. Kencana Prenada Media Group.
Ruminiati. 2007. “Penggunaan Strategi
Metode, dan Media Pembelajaran
Pkn SD Berbasis Belajar Aktif
melalui Kegiatan Bermain Peran”.
Jurnal Sekolah Dasar, Volume 16,
Nomor 1 (hlm 35-45).

-------. 2008. Pengembangan Pendidikan


Kewarganegaraan. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.

Santyasa, I Wayan, 2005. Belajar dan


Pembelajaran. Singaraja: Jurusan
Pendidikan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.

-----. 2007. ”Model-Model Pembelajaran


Inovatif”. Makalah disajikan dalam
Pelatihan tentang Penelitian
Tindakan Kelas bagi Guru-Guru

Anda mungkin juga menyukai