BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Orang tua dapat diartikan sebagai orang yang lebih tua atau orang
yang dituakan, terdiri dari ayah, ibu yang merupakan guru dan contoh utama
merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun pada
ibu, orang tua sebagai pihak yang terkait dengan peran pembimbing
penjelasan diatas dapat diketahui pengertian dari orang tua adalah orang
yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu, serta memiliki peran dalam
Peran ayah dan ibu merupakan satu kesatuan peran yang penting dalam
7
SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP ... JUPITA AYU P
8
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
1. Modelling
Orang tua adalah contoh atau teladan bagi seorang anak baik dalam
kehidupan anak karena tingkah laku dan cara berpikir anak dibentuk oleh
tingkah laku dan cara berpikir orang tuanya baik positif maupun negatif.
Peran orang tua sebagai modelling tentunya dipandang sebgai suatu hal
serta seorang anak akan belajar tentang sikap peduli dan kasih sayang.
2. Mentoring
Orang tua adalah mentor pertama bagi anak yang menjalin hubungan,
bersikap terbuka dan mau menerima pengajaran. Selain itu orang tua
3. Organizing
memenuhi semua kebutuhan keluarga. Orang tua harus bersikap adil dan
4. Teaching
yaitu mereka mengalami tentang apa yang mereka kerjakan dan alasan
Selain itu orang tua adalah pendidik utama anak, pengamat, pendengar,
dalam memahami apa yang sedang terjadi karena anak mudah mempunyai
2005).
masa dewasa dalam rentang usia 10-19 tahun. Sedangkan Batubara (2010)
terjadi suatu periode kematangan kerangka dan seksual secara pesat dan
terjadi pada usia 10 tahun 6 bulan pada perempuan yang ditandai dengan
datangnya haid pertama (menarche) dan usia 12 tahun 6 bulan pada laiki-
2003).
ke masa pubertas. Seorang anak, pada masa ini telah tumbuh atau
lebih dominan. Seorang anak tidak lagi reaktif namun juga sudah mulai
masa depan.
Anak atau remaja pada masa adolesen secara psikologis mulai stabil
1. Perubahan Hormon
2. Perubahan Fisik
3. Perubahan Psikososial
akhir (late adolescent). Periode pertama disebut remaja awal atau early
adolescent, terjadi pada usia usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal
1) Krisis identitas,
berlaku kasar,
3) Mampu bergaul
suatu pekerjaan. Bentuk persiapan diri yang dapat dilakukan dengan memilih
Konseling yang diberikan pada remaja akhir dapat berasal dari orang tua dan
sekolah. Keterlibatan orang tua menjadikan remaja akan lebih mudah dalam
menentukan masa depannya karena adanya penunjuk arah yang diberikan dari
orang tua dalam bentuk nasehat dan bimbingan. Hill dan Tyson (dalam
perguruan tinggi.
merupakan salah satu wujud upaya pendidikan karier yang berorientasi pada
pada jenjang persiapan karier antara lain informasi karier, cara mengambil
menyesuaikan minat atau bakat dan nilai sosial masyarakat dalam memilih
suatu bidang karier pekerjaan. Tahap ini dicapai pada masa remaja awal
sosial ekonomi orang tua, maupun keadaan sosial masyarakat. Tahap ini
dicapai pada masa remaja akhir dan dewasa muda dari usia 18 hingga 25
tahun.
1. Orang tua
cepat menghasilkan nilai materi agar masa depan anaknya terjamin. Dalam
kehidupan nyata, tak selamanya yang menjadi pilihan orang tua akan
2. Teman sebaya
pengaruh pada diri seorang individu dalam memilih jurusan program studi
3. Jenis kelamin
diketahui melalui tes psikologis yang kemudian nanti hasilnya dapat digunakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal dan juga faktor eksternal.
sedangkan faktor eksternal terdiri dari orang tua, teman sebaya, dan lingkungan
sangat tergantung dari pengarahan orang tua dan iklim psikologis serta sosial.
tua pada remaja tentang jurusan yang akan dipilih telah membentuk persepsi
2.4 Harapan
penelitian selama tiga tahun terakhir. C.R Snyder (1994) dalam (Lopez,
Pada teroi harapan yang dikemukakan oleh Snyder dalam (Lopez, Pedrotti
1. Goal
pencapain tujuan, ada beberapa yang sangat mudah dan ada yang sangat
perencanaan dan upaya yang gigih (Lopez, Pedrotti and Snyder, 2015).
2. Pathway Thinkig
Menurut Snyder dalam (Lopez, Pedrotti and Snyder, 2015), seseorang untuk
pernyataan pesan internal yang meyakinkan diri sendiri seperti dirinya akan
lebih cara yang berguna untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Beberapa
dan orang yang memiliki arapan yang tinggi merasa dirinya mampu
3. Agency Thinking
Menurut Irving, dkk (Snyder et al., 2002) komponen motivasi pada teori
Agency Thinking
2.5 Persepsi
stimulus oleh alat indra dan terdapat proses penerjemahan oleh otak
tersebut mendapat rangsangan dari lingkungan dan dari dalam dirinya yang
diterima oleh panca indera sebagai informasi sensorik dan kemudian terjadi
keadaan tersebut.
adanya rangsangan dari luar diri seseorang dan objek yang dipersepsikan
berasal dari luar individu, sedangkan persepsi diri merupakan persepsi yang
muncul akibat adanya rangsangan dari dalam diri individu tersebut dan
dan sebagainya. Persepsi terhadap penampilan, karakter dan sifat diri sendiri
Persepsi positif adalah persepsi yang muncul karena adanya stimulus yang
berbicara dengan nada suara tinggi akan dipersepsikan sebagai orang yang
tidak baik. Febriani (2010) juga menambahkan bahwa akan ada perbedaan
oleh saraf sensoris yang disebut proses fisiologis. Proses terakhir, yakni
Stimulus itu akan diteruskan ke otak yang jika dilanjutkan akan dibawa
persepsi tidak selalu sama untuk orang yang berbeda meskipun dengan objek
yang sama (Robbins, 2007). Hal ini dapat disebabkan oleh berbedanya faktor
yang pernah ia lihat, namun orang lain mengatakan bahwa pohon itu tinggi tapi
tidak yang tertinggi. Individu yang pertama belum pernah melihat pohon yang
tingginya sama atau lebih besar dari pohon yang ada di hadapannya saat itu,
tapi individu kedua sudah pernah melihat pohon yang lebih tinggi. Hal ini
membuktikan bahwa persepsi yang berbeda dapat tercipta meski dengan objek
individu tersebut.
seseorang, yakni faktor pelaku persepsi, target persepsi dan situasi persepsi.
Faktor pelaku persepsi meliputi sikap, motif atau kebutuhan, kepentingan atau
minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Hal baru, gerakan, bunyi,
persepsi, yakni faktor yang terdapat pada stimulus. Faktor ketiga adalah situasi
persepsi yang meliputi waktu, keadaan fisik, dan keadaan sosial di lingkungan
pembuat
individu. Faktor struktural merupakan faktor yang timbul dari stimulus atau
1. kebutuhan.
kebutuhannya.
2. kepercayaan.
3. emosi.
emosi negatif seperti marah, takut, sedih, atau depresi dapat memperkuat
4. ekspektasi
mencapai cita-citanya.
Seseorang dengan orang yang lain akan berbeda dalam melihat dan
6. pengalaman dahulu
persepsinya.
Harapan orang tua adalah adanya sesuatu yang diharapkan dan diminta
oleh orang tua pada anaknya sesuai dengan pemikiran dan kemauan orang tua
bahwa harapan orang tua adalah keinginan orang tua agar anak melakukan
tua adalah sesuatu yang diinginkan oleh orang tua terhadap anak agar anak
biasanya orang tua berharap akan prestasi akademik yang bagus di sekolah.
Selain prestasi akademik, orang tua biasanya memiliki harapan agar anaknya
mencari pekerjaan.
Menurut (Gunarsa and Gunarsa, 2010) terdapat dua macam harapan orang
Segala sesuatu yang diberikan oleh orang tua kepada anak harus diingat
kegiatan yang dipandang baik oleh orang tua, karena hal tersebut dapat
baik dalam aktivitas anak meliputi suksesnya belajar dan tercapainya cita-
perilaku :
bahwa persepsi terhadap harapan orang tua terbagi dalam empat dimensi :
3. Harapan karir, yaitu harapan orang tua mengenai karir dan cita-cita anak
dimasa depan.
Harapan orang tua yang terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan kemampuan
kebutuhan sehari-hari yang ada dalam dirinya. Stres adalah gangguan pada
tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan
pandangan seseorang terhadap hidup, dan status kesehatan (Potter & Perry,
2005).
kadar tertentu untuk tetap giat, awas, dan bersemangat. Tetapi ketika
stres naik
respon atau reaksi tubuh manusia yang bersifat tidak spesifik karena adanya
antara lain:
1. Stres fisik merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik seperti
temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang
neurohormonal;
1. Sifat stresor
2. Durasi stresor
singkat.
3. Jumlah stresor
Jumlah stresor yang banyak akan semakin besar pula dampaknya pada
5. Tipe kepribadian
sebagai berikut:
1. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai dengan
yang dimiliki;
2. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai dengan keluhan karena
cadangan energi yang sudah mulai habis dan tidak memadai. Gejala yang
muncul dari stres tahap ini adalah rasa letih ketika bangun pagi, merasa
lelah setelah makan siang dan menjelang sore, perut tidak nyaman, tidak
tengkuk;
3. Stres tahap ketiga, yaitu stres dengan keluhan namun keluhan yang ada
muncul pada tahap ini antara lain gangguan lambung dan usus (gastritis,
maag, atau diare), gangguan emosional, gangguan pola tidur (sulit tidur
4. Stres tahap keempat, yaitu stres dengan keluhan seperti tidak mampu
situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan rutin lainnya, gangguan pola tidur,
5. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan
6. Stres tahap keenam merupakan paling berat dimana stres tahap akhir dan
enam antara lain jantung berdebar sangat keras, keringat dingin, sesak
Potter dan Perry (2005) membagi respon terhadap stres menjadi dua bagian,
respon tubuh terutama jaringan dan organ terhadap stres akibat trauma,
tubuh terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin. GAS terdiri
2. Perilaku menarik diri adalah menarik diri secara fisik atau emosional
dari stresor;
metode koping terhadap stres secara tidak langsung yang bertujuan untuk
stres (Potter & Perry, 2005). Contoh dari mekanisme pertahanan ego antara
lain:
diri dengan secara kuat menekan suatu gambaran yang dianggap sebagai
aset;
mengakibatkan ansietas;
terhadap stres diukur dengan menggunakan skala Miller dan Smith. Skala
PSS dipublikasikan oleh Sheldon Cohen pada tahun 1983. PSS mengukur
tingkat stres pada keluarga yang terjadi pada satu bulan yang lalu. PSS
sangat sering. Penelitian yang telah dilakukan oleh Cohen nilai tertinggi
SLSI dipublikasikan oleh Gadzella pada tahun 1991. SLSI terdiri dari
dua dimensi yaitu dimensi stresor dan reaksi terhadap stresor. Dimensi
SSS merupakan adaptasi dari skala Holmes dan Rahe. Seorang pelajar
dengan nilai 300 akan mengalami resiko tinggi terhadap kesehatan. Nilai
total diperoleh dari kalkulasi masing-masing poin pada tiga waktu yang
berbeda.
2.7 Asertivitas
Asertif atau asertivitas berasal dari bahasa inggris “to assert”, yang
diartikan sebagai ungkapan sikap positif, yang dinyatakan dengan tegas dan
jelas, spesifik, dan tidak taksa (multi-taksir), sekaligus tetap peka terhadap
kebutuhan orang lain dan reaksi mereka dalam setiap peristiwa. Sikap asertif
juga berarti kemampuan untuk tidak sependapat dengan orang lain tanpa
pernyataan diri yang positif yang menunjukan sikap menghargai orang lain.
hak pribadi tanpa mengabaikan hak-hak orang lain. Sikap asertif salah
diungkapkan secara langsung, jujur, tepat, dan tidak melanggar hak asasi
orang lain.
bahwa asertivitas sebagai pernyataan diri yang positif yang menunjukan sikap
apabila diperlukan.
orang lain.
Rathus dan Nevid (1983, dalam Hapsari, 2008) menyatakan bahwa perilaku
tersebut:
1) Bicara asertif,
4) Ketidak sepakatan,
5) Menanyakan alasan,
8) Menolah untuk menerima begitu saja pendapat orang yang suka berdebat,
berikut :
7. Mampu meminta tolong pada orang lain pada orang lain pada
saat membutuhkannya,
tidak sepaham,
1. Keluarga
2. Sekolah
Anak yang pendiam dan berperilaku baik serta tidak banyak bertanya
Sehingga sikap asertif tidak dapat dimiliki oleh anak. Oleh karena itu,
saat ini para pengajar dituntut untuk dapat mendorong setiap individu
agar dapat bersikap asertif kepada diri sendiri dan juga orang lain.
1. Usia
2. Jenis
3. Konsep Diri
Konsep diri dan perilaku asertif mempunyai hubungan yang sangat erat.
masalah.
tentu sama pada budaya lain. Karena setiap budaya mempunyai etika dan
keluarga dan sekolah. Ada pula faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor usia, jenis kelamin, dan konsep diri. Faktor
eksternal yaitu pola asuh orang tua dan kondisi sosial budaya.
memimpinnya.
3. Kesadaran diri, orang yang asertif akan belajar untuk mengenal dirinya
4. Percaya diri, orang yang asertif memiliki rasa percaya diri dan memiliki
diinginkan.
Galassi dan Galassi (1997) menyebutkan bahwa perilaku yang asertif terdiri
pujian atau
pujian.
atau suka pada siapapun dengan cara yang sesuai. Bagi kebanyakan
1) Mempertahankan hak.
Sikap ini penting untuk berbagai macam situasi dimana hak pribadi
2) Menolak permintaan
3) Mengungkapkan pendapat
pendapat pada orang lain dapat membuat individu merasa lebih baik
2) Mengungkapkan kemarahan
perasaan ini bukanlah untuk memaksa orang lain untuk meminta maaf.
adalah penting dalam proses ini. Seseorang biasnaya akan merasa lebih
perbedaannya tidak
signifikan. Juga, terlihat
bahwa tingkat asertif
siswa meningkat pada
akhir tahun kedua dan
ketiga dibandingkan
awal tahun.
6. Effects of assertiveness D : Quasi-experiment Hasilnya menunjukkan
training on test anxiety S : 74 responden bahwa pelatihan
of girl students in first V : Pelatihan asertivitas menurunkan
grade of guidance asertivitas, tingkat kecemasan pada
school (Niusha,
Farghadani and Safari, kecemasan siswa secara signifikan,
2012) I : Kuisioner dan sop dan pengurangan
A : ANOVA kegelisahan setelah
pelatihan tetap stabil
dari waktu ke waktu
7. Hubungan antara D : Korelasi harapan orangtua dan
harapan orang tua dan S : 89 responden keyakinan diri secara
keyakinan diri dengan V : Harapan orang bersamaan memiliki
stres akademik siswa tua, keyakinan diri, hubungan yang sangat
kelas unggulan
stres akademik signifikan dengan stres
I : Skala harapan akademik siswa kelas
orang tua, skala unggulan, stres
keyakinan diri, dan akademik siswa kelas
skala stres akademik unggulan dipengaruhi
A : Korelasi regresi oleh harapan orangtua
dan keyakinan diri