Kelompok 6 :
Perubahan fisik yang signifikan menandai masa remaja, terutama remaja muda. Di antara
perubahan fisik utama pada remaja adalah pubertas dan perubahan pada otak.
Setelah meningkat ke pemikiran yang bersifat formal operasional dari Piaget, remaja mengalami
perubahankognitif yang signifikan ( Byrnes, 2012; Kuhn, 2009, 2011). Salah satu contohnya
adalah egosentris. Egosentris disini berbeda dengan egosentris anak-anak karena memiliki fokus
yang berbeda ( merasa bahwa individu unik dan tidak terkalahkan ) ( Albert & Steinberg, 2011 ).
Perkembangan Sosioemosional pada Remaja
Diantara aspek penting, perkembangan remaja dapat di artikan eksplorasi identitas, serta peran
yang dimainkan oleh orang tua dan teman sebaya terhadap perkembangan remaja.
Identitas
Dalam pencarian identitas, remaja melewati tantangan untuk menemukan siapa dii mereka, apa
yang akan mereka lakukan, dan kemana tujuan hidup mereka. Jika remaja tidak cukup
mengeksplorasi identitas diri pada tahap ini, remaja akan mengalami kebingungan mengenai diri
mereka sendiri.
Teori Marcia Mengenai Status Identitas
Dibangun dari dari teori Erikson, James Marcia mengajukan konsep status identitas untuk
menggambarkan posisi individu dalam pandangan Marcia. 2 dimensi identitas yaitu eksplorasi dan
komitmen, keduanya sangat penting.
o Eksplorasi, proses ktika individu mempelajari berbagai pilihan untuk karier dan nilai-nilai
personal.
o Komitmen, pembuatan keputusan mengenai jalur identitas mana yang akan diikuti dan
membuat investasi personal untuk mencapai identitas tersebut.
Pendekatan Marcia berfokus pada identitas sebagai konstruksi aktif, yaitu hasil dari
memikirkan dan mencoba berbagai identitas yang berbeda ( Klimstra dkk, 2009, 2010).
PERKEMBANGAN KOGNITIF
o Perkembangan Kognitif pada Masa Kanak-kanak
Perkembangan kognitif merujuk pada perubahan proses pikiran, inteligensi, dan Bahasa dari
individu. Secara umum, kognitif diartikan sebagai potensi intektual yang terdiri dari tahap :
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa, dan evaluasi. Menurut KBBI, kognitif adalah
berhubungan dengan atau melibatkan kognis, berdasarkan pada pengetahuan faktual yang empiris.
Menurut Piaget empat taha yang kita jalani untuk memahami dunia. Tahap-tahap tersebut
melibatkan cara yang berbeda secara kualitatif untuk memahami dunia.
Tahap sensoris-motorik
Berlangsung mulai dari lahir hingga usia 2 tahun , adaah tahap pertama menurt
Piaget. Dimana pada tahap ini pertumbuhan kemampuan anak tampak dari
kegiatan motoric( tindakan fisik) Dan sensoris (melihat dan mendengar).
Tahap Praoperasional
Berlangsung pada usia 2-7 tahun, adalah tahap kedua menurut Piaget. Dimana pada
tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia denga teka-teki dan melampaui sejauh
hubungan sederhana antar informasi sensoris dengan tidakan fisik. Tetapi anak-anak
prasekolahini belum mampu melakukan apa yang oleh Piagetsebut sebaga “operasi”
yaitu tindakan mental apa yang sebelumnya dilakukan secara fiski.
Salah satu karakterisktik pemikiran remaja awal, adalah egosentris. Egosentris adalah
ketidakmauan seseorang melihat dari sudut pandang orang lain, dimana dia merasa bahwa dia selalu
benar dan tidak mau mengalah pada orang lain. David Elkind (1976) berpendapa bahwa egosentrisme
remaja mengandung komponen utama-imaginary audience dan personal fable. Audiens imaginar
(imaginary audience) adalah keyakinan remaja bahwa orang lain berminat pada dirinya sebagaimana ia
berminat pada dirinya sendiri, termasuk juga tingkah laku menarik pehatian-berusaha untuk
diperhatikan, terlihat serta berada “dipanggung”. Menurut Elkind, fable pribadi (personal fable) adalah
bagian dari egosentrisme remaja yang mengandung penghayatan bahwa dirinya unik dan tidak
terkalahkan. Dalam suatu penelitian, remaja yang berusia 12-18 tahun ditanya mengenai peluang
mereka untuk meninggal dunia tahun depan dan sebelum usia 20 tahun, mayoritas responden menulok
peluang ini (Fischhoff dkk. 2010)
Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa
Perkembangan Sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social. Untuk mencapai
kematangan sosial, manusia harus belajar tentang cara-cara penyesuaian diri dengan orang lain.
Menurut William James & C.H Cooley, bahwa perkembangan individu manusia erat sekali dengan
perkembangan masyarakat di lingkungan perkembangan sosial ini juga berkembang bersama dengan
emosi.
Manusia berbeda satu sama lain dalam hal sikap emosional sejak awal kehidupan. Pada masa awal
kehidupan, bayi menghadapi sebuah jaringan sosial yang akan memainkan peran penting ketika mereka
mengembangkan pemahaman mereka tentang diri dan dunia.
A. Tempramen
Gaya prilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tangapan. 3 jenis dasar tempramen pada anak
(Stella Thomas, 1977-1996) :
Karakteristik emosional yang dibawa seorang anak kedunia dipandang sebagai dasar atas kepribadian
berikutnya (Casalin dkk. 2012 : Shiner & De Young. 2013)
Erik Erikson (1902-1994) mengajukan 8 tahap perkembangan psikososial semenjak bayi hingga usia tua.
Teori Erikson sangat penting karena membahas perkembangan sosioemosional sebagai suatu proses
dalam kehidupan, yang ditandai dengan pencapaian-pencapaian perkembangan penting pada usia muda
dan dewasa hingga tua.
Satu, kekuatan dan kompetensi yang lebih besar ; yang lain, kelemahan dan kerentanan yang lebih
besar.
Dengan menggunakan tahapan dari Erikson sebagai petunjuk, mari kita pelajari berbagai cara manusia
berkembang dalam hal kemampuan mereka untuk menjalin hubungan interpersonal dan kesejahteraan
emosional pada bayi dan anak-anak.
Pola asuh authoritative mendorong anak untuk menjadi mandiri namun masih menempatkan
batasan dan control terhadap prilaku. Diskusi sangat diutamakan, orang tua pun bersikap hangat dan
membimbing kepada anak. Anak-anak yang memiliki oraang tua authoritative cenderung lebih
kompeten bersosialisasi, percaya diri, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya.
Pola asuh neglectful pola asuh yang ditinjukan dengan kurangnya keterlibatan orang tua dalam
kehidupan anak.
Pola asuh permissive melibatkan pemberian sedikit batasan terhadap perilaku anak. Beberapa
orang tua secara sadar membesarkan anak dengan cara ini karena mereka meyakini bahwa kombinasian
atas keterlibatan yang hangat dan batasan yang sedikit akan menghasilkan anak yang kreatif dan
percaya diri. Mereka sering kali gagal untuk belajar menghormati orang lain, selalu ingin bertindak
sesuai kehendaknya, dan mengalami kesulitan untuk mengontrol perilaku. Anak mungkin memerlukan
bentukan dari orang tua untuk mendapatkan kecakapan-kecakapan ini.
Perkembangan Moral pada Anak
Aspek lain yang dipelajari oleh psikolog adalah cara individu menjadi individu yang berkarakter-
individu yang berperilaku sesuai moral. Perkembangan moral melibatkan perubahan usia yang
berhubungan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku terkait dengan prinsip-prinsip dan nilai yang dapat
memberi petunjuk atas hal yang seharusnya dilakukan oleh individu.
TEORI KOHLBERG
o Pra konvensional => penalaran moral individu terutama berlandaskan pada konsekuensi dari
perilaku dan hukuman serta imbalan dari dunia eksternal.
o Konvensional => individu patuh terhadap standar yang dipelajari dari orang tua atau hukum
masyarakat.
o Pasca konvensional => individu melihat kemungkinan pandangan moral yang lain,
mengeksplorasi pilihan yang ada, dan kemudian mengembangkan kode moral personal yang
semakin baik.
Ide Kohlberg telah menstimulasi berbagai penelitian mengenai cara individu memikirkan masalah
moral. (Lapsley,2013;lapsley& Yaeger,2013;Narvaez,2013;Nucci,2013;L,J.Walker;2013). Pada saat
yang bersamaan teori dari Kohlberg ini mendapatkan banyak kritikan . Salah satu berpendapat
bahwa penalaran moral tidak selalu berarti perilaku moral.
Penelitian yang tertarik pada perkembangan moral yaitu penelitian mempelajari bagaimana,
kapan, dan mengapa anak-anak melakukan hal buruk setiap hari kepada orang lain. ( carlo dkk.2011)
mereka menemukan bahwa pada usia 3 tahun, anak mulai memperlihatkan pertanda
perkembangan kesadaran awal, interaksi orang tua-anak yang jelas, bagaimana orang tua
membesarkan seorang anak yang baik ? Disebabkan oleh pola asuh yang hangat dan suportif serta
tidak terlalu banyak menghukum dan kaku adalah kuncinya. Pola pengasuhan yang melibatkan anak-
anak dalam mengambil keputusan dan menanamkan perilaku moral sehingga meningkatkan
perilaku pro sosial pada anak.