Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN ISLAM DISIPLIN ILMU

BAB 1 (Pengantar Islam untuk Disiplin Ilmu)

A. Definisi Islam untuk Disiplin Ilmu (IDI)

IDI adalah Suatu upaya untuk menyajikan ajaran Islam yang berkaitan dengan disiplin ilmu. Atau
mencoba mengukur kebenaran ilmu dengan alat ukur kaidah Islam.

B. Latar Belakang Lahirnya IDI

1. Semakin pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang belum atau tidak sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam.

2. Semakin banyak teori ilmu pengetahuan yang perlu ditinjau secara kritis oleh pandangan Islam.

3. Terjadinya stagnasi pemikiran di kalangan umat Islam

4. Terjadinya pemisahan (dichotomi) antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum

5. Banyak kaum oreintalis yang mempelajari Islam dengan motivasi:

a. ekonomi
b. politik
c. akademik

C. Tujuan IDI

a. Membuktikan kebenaran Islam dalam disiplin ilmu.


b. Membenarkan formula ilmu sebagai produk pemikiran yang sesuai dengan tata nilai dan
norma Islam.
c. Menyanggah formula “ilmu” sebagai ilmu yang tidak memiliki hakekat kebenaran, tetapi
masih merupakan “zhan” atau hipotesis.

D. Ruang Lingkup IDI

Ruang Lingkup IDI adalah menjelajahi seluruh ilmu yang berorientasi bukan sekedar “ilmu untuk
diterapkan” (science for application) apa lagi “ilmu untuk ilmu” (science for science), tetapi ilmu
sebagai karunia Allah untuk mencapai kemuliaan dan ridha-Nya yang terrefleksikan dalam
peningkatan budaya (cultural) dan peradaban (civilization) selama di dunia.

Secara fungsional IDI dapat diklasifikasikan ke dalam :

1. Ilmu untuk melaksanakan Ibadah ritual. (Q.S.51 : 56 ; 2 : 21 ; 4 : 36 )

2. Imu untuk mengembangkan pribadi manusia demi mencapai ahsani taqwim. (Q.S. 95 : 4)

3. Imu untuk hidup berbudaya dengan sesama (Q.S. 49:13)

4. Ilmu untuk memelihara, mengembangkan, Dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik.
(Q.S. 11 : 60 )
(ISLAM DISIPLIN ILMU)

 Islam dengan Teknolog


 Islam dengan Kesehatan
 Islam dengan Pendidikan
 Islam dengan Ekonomi
 Islam dengan Sosial Masyarakat
 Islam dengan Budaya
 Islam dengan Media

BAB 2 (WAWASAN ISLAM TENTANG UMAT ISLAM)

A. Integralitas Umat dan Ajaran Islam

Kebahagiaan yang hakiki adalah kesejahteraan lahir dan batin. Kesejahteraan lahir dalah
terpenuhnya kebutuhan hidup manusia, sedangkan kesejahteraan batin adalah merasakan
ketenangan, ketentraman dan kedamaian.

Islam mengajarkan manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan lahiriahnya dengan bekerja keras
tanpa melahirkan nilai dan aturan moral yang diajarkan oleh Allah berupa kebaikkan. Al-Quran
menyebutkan umat Islam itu sebagai masyarakat murhamah, masyarakat yang mewujudkan suasana
damai, saling peduli dan mengembangkan kasih sayang.

B. Konsep Umat sebagai Komunitas

Islam merupakan nilai-nilai dasar yang diturunkan Allah untuk menjadi pedoman hidup manusia
dimuka bumi. Seseorang yang menerima dan menyatakan diri sebagai penganut Islam disebut
muslim atau bisa disebut dengan umat Islam.

Umat merupakan kelompok orang-orang beriman yang bersatu atas dasar politik dan agama dan
bersumber pada firman Tuhan serta sama-sama merasa bangga wahyu yang terakhir kali diturunkan
kepada Rasul-Nya.

Istilah yang sepadan dengan kata umat adalah sebagai berikut :

1. Qabilah yang artinya menunjukkan sekumpulan individu manusia yang memilih tujuan yang
sama.
2. Qanum adalah kehidupan kelompok yang dibangun atas dasar menegakkan individu dengan
berserikat dan bersatu dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan.
3. Sy’abi dan insyi’ab yang artinya setiap anak manusia yang hidup dimuka bumi ini hidup
bercabang-cabang.
4. Thabaqah adalah sekelompok manusia yang kehidupannya hampir sama.
5. Mujtama’atau jami’ah artinya sekumpulan manusia atau sesuatu masyarakat disuatu tempat.
6. Tha-ifah adalah perkumpulan manusia yang melingkari suatu proses tertentu atau
mengelilingi zona tertentu.

Secara etimologis, umat cenderung bersifat statis yang mengandung pengertian sebagai berikut:

 Kesamaan visi dan misi.


 Perjalanan ke arah visi dan misi tersebut.
 Keharusan adanya kepemimpinan dan petunjuk yang sama.
Dari pengertian tersebut, maka umat merupakan kumpulan manusia yang sepakat dalam tujuan yang
sama dan saling membantu agar bergerak kearah tujuan yang diharapkan berdasarkan kepentingan
yang sama.

C. Karakeristik Umat Islam

Islam memiliki keistimewaan dan karakteristik tersendiri yang berbeda dengan agama lainnya.
Keistimewaan tersebut adalah :

1. Islam merupakan agama universal, ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan umat
manusia yang berlaku disetiap tempat dan masa.
2. Islam merupakan agama yang memiliki keseimbangan orientasi hidup, yaitu kehidupan dunia
dan akherat.
3. Penamaan Islam sebagai agama, langsung diberikan oleh Allah melalui wahyu-Nya ( Al-
Quran).

Karakteristik atau ciri-ciri pemeluknya (umat Islam) yang meliputi sebagai berikut :

1. Umat Islam sebagai umat yang satu (ummatun wahidah). (Q.S Al-Baqarah [2] : 213)
2. Umat Islam merupakan umat multiras, suku dan bangsa. Islam tidak membedakan ras, suku
dan bangsa. (Q.S Al-Hujurat [49] : 13)
3. Umat yang menekankan kesamaan dan kesetaraan. (Q.S An-Nahl [16] : 97)
4. Umat yang mendorong tegaknya masyarakat dalam segala urusan Islam. (Q.S Asy-Syura [42] :
38)
5. Umat yang mencintai keadilan. (Q.S Al-Maidah [5] : 8)
6. Persatuan dan kebersamaan (kejam’ahan). (Q.S Ali Imran [3] : 103)
7. Adanya peimpin yang berwibawa. (Q.S An-Nisaa [4] : 59)
8. Saling menghargai (Q.S Al-Hujurat [49] : 11)

D. Problema Umat Islam

Kesejahteraan lahir dan batin umat Islam masih jauh dari harapan. Kondisi umat berada dalam
kekuasaan orang-orang nonmuslim. Umat Islam hanya menjadi objek penderita.

Dalam bidang sosial politik kondisi umat berada dalam posisi daya tawar yang sangat rendah.

Dalam bidang budaya, persentasi budaya barat terhadap tradisi umat Islam semakin kuat. Kemajuan
Barat dalam teknologi komunikasi yang mampu menyebarkan informasi sepihak dalam wilayah
negara-negara mayoritas muslim sehingga budaya umat Islam yang menjadi gambaran prilaku Islami
menjadi pudar dalam kehidupan umat Islam sendiri.

Kelemahan dan ketidakberdayaan umat Islam ini

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain terdapat kesalahpahaman terhadap ajaran Islam itu
sendiri, yaitu umat Islam belum memahami Islam secara menyeluruh. Kesalahpahaman tersebut
lebih banyak disebabkan oleh pemikiran umat Islam yang bersifat dikotomis, yaitu pola pikir yang
memisahkan antara agama dengan kehidupan. Agama hanya dipandang sebagai salah satu aspek
hidup, yaitu kebutuhan manusia terhadap penyembahan pada Yang MahaKuasa.

Bagi seorang muslim, Islam menjadi dasar dalam menata kehidupannya, baik ekonomi, politik
maupun budaya sehingga kehidupannya menjelmakan perilaku yang Islami. Allah

berfirman dalam Q.S Al-Baqarah [2] : 208


Manusia yang utuh adalah manusia yang memiliki konsistensi antara keyakinan dalam hatinya yang
mendorongnya untuk melaksanakan aturan sesuai dengan keyakinannya itu sehingga terwujud
kepribadian manusia muslim yang Islami.

Anda mungkin juga menyukai