Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 4: Nanda Aristantian Tobing

Nursyaifah Br Tumangger
Tika Amelia
Judul :

KEBIJAKAN PENDIDIKAN KARAKTER

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang
cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan
atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga
pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam
melaksanakan misi pendidikan tersebut.
Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada

pasal

yang

menyebutkan

bahwa

pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang


bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggumg jawab.
Berdasakan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, jelas bahwa pendidikan di
setiap jenjang termaksuk di sekolah harus diselengggarakan secara sistematis untuk
mencapai tujuan tersebut.

BAB II
1

KEBIJAKAN PENDIDIKAN KARAKTER

A. Apa Itu Pendidikan Karakter ?


a. Pengertian Pendidikan Karakter
Istilah karakter sama sekali bukan satu hal yang baru bagi kita. Seokarno,
salah seorang pendiri republik Indonesia telah menyatakan tentang pentingnya
nation and character building bagi negara yang baru merdeka, Konsep membangun
karakter juga kembali dikumandangkan oleh Seokarno era 1960-an dengan istilah
berdiri diatas kaki sendiri (berdikari).
Karakter berasal bahasa yunani kharakter yang berakar dari diksi kharassein
yang berarti memahat atau mengukir (to inscribe/to engrave), sedangkan dengan
bahasa latin krakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa Indonesia, karakter
dapat diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan/tabiat/watak.
Sedangkan pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nila-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap tuhan
yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan disekola, semua komponen
(stakeholders) harus dilibatkan, termaksud komponen-komponen pendidikan itu
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan
aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan dan
ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan
tindakan melaksanakan nila-nilai tersebut.

Menurut T. Ramli pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama
dengan pendidikan moral dan akhlak. Tujuannnya adalah membentuk pribadi anak,
supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.1
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
adalah sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, penanaman moral atau pendidikan yang
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mewujudkan nilai-nilai
yang baik tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Pendidikan Karakter
Asmani menjelaskan pendapat Doni koesoema A, bahwa tujuan pendidikan
karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan
bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Tujuan jangka panjangnya tidak
lain adalah mendasarkna diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls
natural sosial yang diterimanya, yang padagilirannya semakin mempertajam visi
hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri secara terus-menerus.
Sebagai kebijakan pemerintah, maka pendidikan karakter memiliki tujuan
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Memebentuk manusia Indonesia yang bermoral


Memebentuk manusia Indonesia yang cerdas
Memebentuk manusia Indonesia yang inovatif dan suka bekerja keras
Memebentuk manusia Indonesia yang optimis dan percaya diri
Memebentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot
Pendidikan Karakter juga bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan

hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter


dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan
standar kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuaannya, mengkaji
dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
1 Sri Warnanti, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Famalia, 2011), h. 14-15

Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.


Kecerdasan emosi adalah bakal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong
masa depan. Dengan kecerdasan seorang akan dapat berhasil dalam menghadapi
segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasi secara akademis.
Dikemukakan lebih lanjut bahwa pendapat Daniel Goleman menyataan tentang
keberhasilan seseorang di masyarakat. Menurutnya 80% keberhasilan seseorang di
masyarakat dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20% ditentukan oleh
kecerdasan otak (IQ) menjadi argumentasi bagi urgensi pendidikan karakter.
Dalam konteks ini pendidikan karakter memiliki fungsi-fungsi, yaitu :
1. Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok
yang berhati baik, berpikiran baik dan berprilaku baik.
2. Memperkuat dan membangun prilaku masyarakat yang multikultural
3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia2
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan pendidikan karakter bertujuan
untuk penanaman nilai dalam diri siswa dalam pembaharuan tata kehidupan bersama
yang lebih menghargai kebebasan individu. Kemudian pendidikan karakter nantinya
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuaannya, mengkaji
serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia dalam kehidupan seharihari. Oleh sebab itu pendidikan karakter menjadi tanggung jawab bersama meliputi
orang tua, keluarga, dan masyarakat untuk membina anak menjadi anak yang dewasa
dan cerdas dari intelektual, emosional, spiritual dan sosial.

B. Mengapa Pendidikan Karakter ?


Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar yaitu,
desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era globalisasi
2 Syafaruddin, Inovasi Pendidikan (Medan: Perdana Publishing, 2003), h. 182-183

total yang akan terjadi pada tahun 2020. Kedua tantangan tersebut merupakan ujian
berat yang harus dilalui dan dipersiapkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Kunci
sukses dalam menghadapi tantangan berat itu terletak pada kualitas sumberdaya
manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan
kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara
sungguh-sungguh.
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas
karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu
dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi
pembentukan karakter seseorang, Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian
yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa
dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi
konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam
kehidupan sosial dimasa dewasanya kelak.3
Menurut Kemendiknas (2010) sebagaimana disebutkan dalam buku induk
kebijakan Nasional pembangunan karakter bangsa tahun2010-2025 pembangunan
karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat pancasila dan pembukuan UUD
1945 dilatarbelakangan oleh relita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat
ini, seperti: disoreantasi dan dihayatinya nilai-nilai pancasila, bergesernya nilai etika
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memudarnya kesadaran terhadap nila-nilai
budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa dan melemahnya kemandirian bangsa.
Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana
diamanatkan dalam pancasila dan pembukaan UUD 1945 serta mengatasi
permasalahan kebangsaan saat ini, maka pemerintahan menjadikan pembangunan
karakter sebagai sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional.
Semangat itu secara implicit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015 dimana pendidikan karakter
ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu

3 Muslich, Mansur, Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,


(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 167-178

Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan


beradab berdasarkan falsafah pancasila.
Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang
diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang
dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diamanatkan dalam
undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggung
jawab.
Dengan demikian RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk
melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai
prioritasprogram Kemendiknas 2010-2014 yang dituangkan dalam Rencana Aksi
Nasional Pendidikan Karakter (2010) pendidikan karakter disebutkan sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.4
Dari penjelasan diatas pemakalah menyimpulkan bahwa pendidikan karakter
merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang berwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat.
C. Bagaimana Pendidikan Karakter Saat Ini ?

4 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi,


(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 26-27

Pendidikan karakter yang bakal diterapkan disekolah-sekolah tidak diajarkan


dalam mata pelajaran khusus. Namun, pendidikan karakter yang bakal digencarkan
dan diberi perhatian khusus dalam praksis pendidikan nasional ini dilaksanankan
melalui keseharian pembelajaran yang sudah berjalan disekolah.
Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal di Jakarta Selasa (31/8/2010),
mengatakan pendidikan karakter yang didorong pemerintah untuk dilaksanakan
disekolah-sekolah tidak akan membebani guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang
terkandung dalam pendidikan karakter sebenarnya sudah ada dalam kurikulum,
namun selama ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara tersurat.
Kita mintakan pada guru supaya nilai-nilai yang terkandung dalam mata
pelajaran maupun dalam kegiatan ektrakurikuler itu disampaikan dengan jelas pada
siswa. Pendidikan karakter itu bisa terintegrasi juga menjadi budaya sekolah. Jadi,
pendidikan karakter yang hendak kita terapkan secara nasional tidak membebani
kurikulum yang ada ini, jelas Fasli. Pendidikan karakter yang diminta dapat
membangun wawasan kebangsaan serta mendorong inovasi dan kreasi siswa. Selai
itu, nilai-nilai yang perlu dibangun dalam diri generasi penerus bangsa secara
nasional, yakni kejujuran, kerja keras, menghargai perbedaan, kerja sama, toleransi,
dan disiplin.
Menurut Fasli, sekolah bebas untuk memilih dan menerapkan nilai-nilai yang
hendak dibangun dalam diri siswa. Bahkan pemerintah mendorong munculnya
keragaman bentuk pelaksanaan pendidikan karakter. Kementrian Pendidikan
Nasional, tambah Fasli, telah mengumpulkan contoh-contoh pelaksaan pendidikan
karakter yang sudah berjalan disekolah. Setidaknya ada 139 contoh praktis
pendididikan karakter dari berbagai lembaga pendidikan yang bisa juga diterapkan
disekolah lain.
Program-program disekolah seperti pramuka, kantin kejujuran, sekolah hijau,
olimpiade sains dan seni, serta kesenian tradisional, misalnya, telah sarat dengan
pendidikan karakter. Tinggal guru yang mesti memunculkan nilai-nilai dalam
program itu sebagai bagian dari pendidikan karakter diksekolah. Guru harus
menyadari bahwa dirinya bukan hanya harus menguasai tata pelajran saja, tetapi

harus juga memiliki kepribadian yang utuh sehingga peserta didik akan lebih
menghargainya serta akan mengikuti teladan yang ditunjukkan oleh gurunya sehingga
akan terciptanya lulusan yang bermutu dan berkarakter utuh pula.5

D. Tanggapan Pemakalah
Pendidikan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah
dan stakeholder-nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan
karakter disekolah. Tidak perlu disangsikan lagi bahwa pendidikan karakter
merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan
keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas. Pembentukan dan
pendidikan karakter tersebut, tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan
demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan
pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan.
Disamping itu tidak kalah pentingnya pendidikan dimasyarakat. Lingkungan
masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang.
Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman
nilai-nilai etika, estetika pembentukan karakter.
Oleh karena itu, membangun pendidikan karakter dan watak bangsa melalui
pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat, dengan meneladani pada tokoh yang yang
memang patut untuk dicontoh. Semoga kedepan bangsa kita lebih beradab, maju,
sejahtera kini, esok dan selamanya.

5 Syafaruddin, Peningkatan Kontribusi Manajemen Pendidikan : Dalam pengembangan


sumber daya manusia berkualitas untuk membangun masyarakat ekonomi ASEAN, (Medan:
Perdana Publishing,2015),h. 277.

Anda mungkin juga menyukai