- Ardiansyah Rambe
- Rachmayuniningsih
- Muhammad Zohanda Fahmi
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS TARBIYAH
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Medan,
Oktober 2016
Pemakalah
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
A. Pengertian Gugus Kendali Mutu ................................................................................. 3
B. Ciri-Ciri Gugus Kendali Mutu ..................................................................................... 5
C. Tujuan Gugus Kendali Mutu ....................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gugus Kendali Mutu ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli pengendalian
mutu (kualitas) yaitu Prof. Kaoru Ishikawa pada tahun 1962 bersama dengan Japanese Union
of Scientists and Engineers (JUSE). Perusahaan pertama yang menjalankan konsep Gugus
Kendali Mutu adalah Nippon Wireless and Telegraph Company pada tahun 1962.
Anggota Gugus Kendali Mutu pada umumnya adalah karyawan yang bekerja pada unit
yang sama dengan Jumlah anggota Gugus Kendali Mutu yang ideal sekitar 7 sampai 8 orang
yang masing-masing terdiri dari Fasilitator, Pemimpin Tim (Team Leader) dan anggota
pembentukan Gugus Kendali Mutu ini harus mendapatkan persetujuan dari pihak
manajemen dan melaporkan tujuan Gugus Kendali Mutu serta rencana tindakan pemecahan
masalah yang akan diterapkan kepada Manajemen perusahaan. Keputusan dan penerapan
rencana tindakan pemecahan masalah tersebut harus mendapatkan persetujuan dan dukungan
penuh dari Pihak Manajemen.
Tugas Fasilitator Gugus Kendali Mutu diantaranya adalah memberikan pelatihan kepada
pimpinan tim (Team Leader) dan juga anggota Tim serta mengkordinasi jalannya kegiatan
Gugus Kendali Mutu ini. Fasilitator juga berfungsi sebagai mediator antara Gugus Kendali
Mutu dengan pimpinan Perusahaan (Manajemen). Sedangkan tugas Pimpinan Tim (Team
Leader) adalah memimpin Gugus Kendali Mutu secara aktif, bertanggung jawab penuh
terhadap kegiatan Gugus Kendali Mutu, Mendorong anggota untuk berperan aktif,
menjadwalkan dan mengelola jalannya pertemuan serta bersama dengan Fasilitator
memberikan pelatihan kepada anggota Gugus Kendali Mutu.
Tujuan utama dari Quality Control Circle atau Gugus Kendali Mutu ini adalah untuk
membahas permasalahan yang terjadi di perusahaan dan memberikan rekomendasi solusisolusi terhadap pemecahan masalah tersebut kepada pihak Manajemen. Masalah-masalah
yang dibahas adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan seperti Produk,
Biaya, Waktu, Persediaan, Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan kerja.
Melalui Kegitan Gugus Kendali Mutu, perusahaan juga dapat memotivasi karyawan,
meningkatkan kemampuan karyawan dalam pemecahan masalah, meningkatkan keterlibatan
karyawan serta menanamkan kesadaran karyawan tentang pentingnya pencegahan masalah.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Gugus Kendali Mutu.
2. Untuk mengetahui tujuan Gugus Kendali Mutu.
3. Untuk mengetahui ide dasar perlunya Gugus Kendali Mutu.
4. Untuk mengetahui hubungan Gugus Kendali Mutu.
5. Untuk mengetahui kinerja kerja di jepang.
6. Untuk mengetahui upaya peningkatan mutu di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN GUGUS KENDALI MUTU
Istilah Gugus Kendali Mutu pertama kali lahir sebagai respon terhadap munculnya
persoalan krisis produktivitas. Fenomena ini pertama kali mencuat di dunia industri yang
melibatkan negara-negara industri terutama di Jepang dan Amerika pada tahun 1970-an dan
1980-an. Pada saat itu terjadi banjir barang buatan Jepang di pasar Amerika dan Kanada.
Sementara itu di Amerika Utara berada dalam periode dengan inflasi tinggi dan
pengangguran yang tinggi. Para analis menduga bahwa sumber terjadinya pengangguran
yang tinggi adalah karena krisis produktivitas. Oleh karena itu pemecahannya disarankan
untuk peningkatkan produktivitas.
Gugus Kendali Mutu dimulai di Jepang setelah perang dunia kedua ketika manajemen
Amerika berupa Statistical Quality Control dan ilmu-ilmu lainnya, difungsikan untuk
membantu menbangun kembali negara Jepang. Bertahun-tahun metode ini digunakan untuk
menyiapkan manajemen dan pekerja hingga pada pertengahan tahun 1950, ketika Dr. Kaoru
Ishikawa mulai mengintregrasikan budaya dan ilmu sosial Jepang secara teknik dengan ilmu
statistik yang didasarkan pada konsep, pendekatan dan teknik Quality Circle. Hasil dari
penggabungan metode ini dinamakan Quality Control Circle (QCC). QCC adalah sebuah
proses pemecahan persoalan secara terstruktur yang mengajarkan orang untuk mendifinisikan
persoalan secara lebih mendalam sehingga penyebab persoalan yang sebenarnya dapat
teratasi.
Konsep Gugus Kendali Mutu merupakan sintesis dari pengendalian mutu dengan
menggunakan metode statistik yang berasal dari Amerika dengan kebiasaan organisasi yang
terdapat di Jepang. Jepang mengambil konsep pengendalian mutu dan mengembangkan
secara pragmatis dalam Gugus Kendali Mutu. Dalam penafsiran ulang yang dilakukan di
Jepang, semua orang dalam jenjang organisasi, dari manajemem puncak sampai karyawan
paling bawah, memperoleh latihan dalam hal konsep dan teknik pengendalian dengan
menggunakan statistik1.
Quality Control Circle (QCC) adalah suatu teknik pengawasan kualitas dimana karyawan
dan pimpinan bersama-sama mencoba memperbaiki dan meningkatkan kualitas produksi.
QCC mengubah tujuan dari mengawasi kualitas menjadi meningkatkan kualitas. Melalui
QCC, karyawan dan pimpinan melakukan usaha bersama untuk meningkatkan desain,
1 Ruslan,Faradi, Total Quality Management dan Implementasinya Dalam Dunia
Pendidikan, Jakarta :
Rosdakarya, 2010 h.61
Manajemen Mutu Pendidikan
produktivitas, penekanan biaya produksi, keselamatan kerja, dan pelayanan purna jual. Jika
semula pengawasan kualitas hanya diterapkan pada bagian produksi saja, maka di Jepang
diterapkan di semua bidang dan bagian operasi perusahaan, sehingga disebut Total Quality
Control.
Gugus Kendali Mutu merupakan mekanisme formal yang dilembagakan yang bertujuan
untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan
kreatifitas di antara karyawan. Kelompok kecil pekerja terlibat dalam suatu proses pengkajian
bersaman untuk menyingkapkan dan memecahkan persoalan yang berkaitan dengan
pekerjaan. Gugus Kendali Mutu harus bekerja secara terus menerus dan tidak tergantung pada
proses produksi.
Keanggotaan gugus bersifat sukarela dengan jumlah anggota gugus berlainan tergantung
pada kebijaksanaan organisasi. Biasanya jumlah itu berkisar antara tiga dan dua puluh
karyawan, dengan rata-rata delapan sampai sepuluh orang. Para anggota mengadakan
pertemuan secara teratur dan mempelajari kecakapan pergaulan dan metode statistik yang
berkaitan dengan pemecahan persoalan, memilih dan memecahkan persoalan. Pertemuan
dilakukan secara berkala dan dipimpin oleh kepala kelompok, baik dalam jam kerja normal
atas persetujuan pengawas dan di luar jam kerja biasa berdasarkan inisiatif karyawan sendiri.
Dalam kerangka Gugus Kendali Mutu, kepala kelompok tidak mempunyai kekuasaan
terhadap anggota lainnya tetapi lebih merupakan seorang moderator pembicaraan yang
memperlancar proses pemecahan persoalan. Kebanyakan organisasi juga menggunakan
fasilitator. Fasilitator mempersiapkan program pelatihan, memberikan latihan dan bimbingan
terus menerus bagi para kepala gugus, dan atas permintaan, memberikan latihan bagi anggota
team.
Manfaat penerapan program GKM secara lebih terperinci dapat dilihat dari sisi karyawan
dan organisasi perusahaan. Manfaat bagi karyawan2:
1. Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan pribadi.
2. Mendapat perhatian orang lain.
3. Latihan menganalisis masalah dengan mempergunakan metode-metode statistik yang
praktis.
4. Lebih memahami teknik-teknik pengendalian kualitas.
2Abdul, Hadis, Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2010, h. 57
Manajemen Mutu Pendidikan
11
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
karyawan.
8. Mengembangkan kesadaran akan keamanan yang tinggi.
9. Memajukan karyawan dan mengembangkan kepemimpinan.
10. Mendorong penghematan biaya.
Alasan mengapa kualitas yang ditekankan adalah bahwa dengan tingkat kualitas yang
tinggi berarti menyenangkan pelanggan dan mendorong kemajuan bisnis. Selanjutnya
pengurangan tingkat cacat atau kerusakan berarti mempertinggi produktivitas dan laba, serta
meningkatkan keamanan kerja.
Terdapat beberapa faktor kunci yang menentukan keberhasilan suatu kegiatan gugus
kendali mutu. Kunci sukses tersebut adalah5:
1. Komitmen dari manajemen puncak terhadap kelangsungan kegiatan GKM dengan
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk ambil bagian dalam memecahkan
masalah yang mendorong ke arah peningkatan mutu dan produktifitas, memberikan
pengakuan terhadap keberhasilan GKM, diantaranya dengan menghadiri acara
penyerahan penghargaan bagi GKM yang berhasil.
2. Menjaga keaktifan dan rutinitas GKM dalam mengadakan pertemuan untuk
membahas permasalahan.Dalam hal ini keaktifan anggota dalam diskusi, peran
fasilitator dan ketersediaan sarana dan prasarana sangat diperlukan.
3. Kepastian adanya pelatihan yang memadai. Fasilitator harus mampu mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan yang diperlukan ketua gugus dan anggotanya, dan mengusahakan
bisa mendapatkan pelatihan yang dibutuhkan.
4. Partisipasi aktif dari manajemen menengah, dengan memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk ambil bagian dalam memecahkan masalah yang mendorong ke arah
peningkatan mutu dan produktifitas melalui implementasi program yang disusun
GKM, menjamin terlaksananya pelatihan yang dibutuhkan GKM, mengawasi
kegiatan GKM di tiap departemen, menghadiri konvensi GKM, melakukan evaluasi
5 Husaini, Usman, Manajemen Teori Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009, h.84
Manajemen Mutu Pendidikan
13
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka kesimpulan yang dapat ditarik yaitu Konsep
Gugus Kendali Mutu merupakan sintesis dari pengendalian mutu dengan menggunakan
metode statistik yang berasal dari Amerika dengan kebiasaan organisasi yang terdapat di
Jepang. Jepang mengambil konsep pengendalian mutu dan mengembangkan secara pragmatis
dalam Gugus Kendali Mutu. Dalam penafsiran ulang yang dilakukan di Jepang, semua orang
dalam jenjang organisasi, dari manajemem puncak sampai karyawan paling bawah,
memperoleh latihan dalam hal konsep dan teknik pengendalian dengan menggunakan
statistik.
Ciri khas Gugus kendali mutu : Setiap anggota bekerja sama dan melakukan kegiatan atas
prakarsa mereka sendiri, Setiap anggota selalu berinteraksi untuk saling mempengaruhi,
Setiap anggota kelompok saling mengenal dengan baik, sehingga dapat berdiskusi secara
terbuka, Anggota kelompok mengadakan pertemuan secara rutin untuk mendiskusikan
berbagai masalah guna mencapai tujuan bersama.
Tujuan GKM adalah untuk mendayagunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan /
instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam
arti luas. Objek perbaikan (tema) GKM sangat luas meliputi bahan, proses, produk,
lingkungan dan lain-lain.
B. SARAN
Adapun saran kami kepada pembaca sebaiknya memahami makalah ini agar bisa
mengetahui mengenai gugus kendali mutu dan bisa mengimplementasikan di dalam
kehidupan sehari-hari.
17
DAFTAR PUSTAKA
19