Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Konsep Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Pada Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Semester 1

Tahun akademik 2020/2021

Disusun oleh:

1. Moh. Rizqi Lutviansyah (2008108005)


2. Ismi Siti Humairoh (2008108003)
3. Wafiq Nur Afifah (2008108002)

Dosen Pengampu:

Durtam Sayidi Ag,M.Pd.I

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Konsep
Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dosen
Durtam Sayidi Ag,M.Pd.I pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi kami dan teman-teman
semua tentang apa itu “Konsep Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam”

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Cirebon, 28 Oktober 2020

Kelompok 3

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................I

DAFTAR ISI......................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
A. Pengertian Peserta Didik.................................................................................................2

B. Pengertian Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.........................................................2

C. Kebutuhan-kebutuhan Peserta Didik...............................................................................3

D. Karakteristik Peserta Didik.............................................................................................6

E. Sifat-Sifat Dan Kode Etik Peserta Didik.........................................................................7

BAB III PENUTUP..........................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................................9

B. Saran..............................................................................................................................10

II
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan jasmaniah
dan rohaniah ke arah kedewasaan. Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup,
harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat
anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan
memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama peserta didik.
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu
dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan
itu di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana anak
tersebut berada.
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang
pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi
yang terdapat di dalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau
seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan membahas mengenai masalah peserta didik dalam pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud peserta didik?
2. Apa yang dimaksud dengan peserta didik dalam pendidikan Islam?
3. Apa kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam pendidikan Islam?
4. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pendidikan Islam?
5. Bagaimana sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan Islam?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini untuk memahami tentang konsep peserta didik dalam
pendidikan islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik


Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran
ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang
mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan
dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural
proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang
tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan
mental maupun fikiran.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi (1991: 251) juga menjelaskan tentang
pengertian peserta didik yaitu “Peserta didik adalah orang yang belum dewasa,
yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa,
guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat
manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu
pribadi atau individu”
Jadi, dapat disimpulkan  bahwa peserta didik adalah seseorang yang
mengembangkan potensi dalam dirinya melalui proses pendidikan dan
pembelajaran pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik
bertindak sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan dari proses
pembelajaran, dan untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan
seorang pendidik/guru.

B. Pengertian Peserta Didik dalam Pendidikan Islam


Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa” maka istilah yang
tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan
anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-
anak, tetapi juga pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya
dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini
juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan

2
formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti Majelis Taklim, TPA,
PAUD, dan sebagainya.
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki” sedangkan
menurut arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan
arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid). Penyebutan murid ini juga dipakai
untuk menyebut peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara
untuk perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa.
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidikannya. Jika ia dibiasakan untuk
melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik. Sebaliknya,
jika peserta didik dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa
pendidikan dan dilepaskan begitu saja dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi
seorang yang celaka dan binasa.
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan Islam adalah
individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan
religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Definisi tersebut
memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang
karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa.
Dengan demikian dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar, mendidik,
dan memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk meraih surga.
Sebaliknya, menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan menjerumuskan diri ke
dalam neraka. Jadi, kita tidak boleh melalaikan tugas ini terlebih lagi Nabi bersabda:

‫َأ ْك ِر ُم ْوااَ ْبنَا َء ُك ْم َوَأحْ ِسنُ ْوا اَ َدبَهُ ْم‬


“Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik” (hadits
diketengahkan oleh Ibnu Majah 2/1211, tetapi Al-Albani menilainya dha’if)

C. Kebutuhan-kebutuhan Peserta Didik


Kebutuhan peserta didik adalah suatu kebutuhan yang harus didapatkan oleh
peserta didik untuk mendapatkan kedewasaan ilmu. Kebutuhan peserta didik tersebut
wajib dipenuhi atau diberikan oleh pendidik kepada peserta didiknya. Menurut
Ramayulis, ada delapan kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi, yaitu:

3
a. Kebutuhan Fisik
Fisik seorang anak didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Proses pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan:
1)        Peserta didik pada usia 0-7 tahun, pada masa ini peserta didik masih
mengalami masa kanak-kanak
2)        Peserta didik pada usia 7-14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik
tengah mengalami masa sekolah yang didukung dengan peralihan pendidikan formal.
3)        Peserta didik pada usia 14-21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai
mengalami masa pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.

b.        Kebutuhan Sosial

Adalah kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar


peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungan. Begitu juga supaya
dapat diterima oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya dan
pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu agar peserta didik dapat memperoleh kebutuhan,
dapat memperoleh posisi dan berprestasi dalam pendidikan.

c. Kebutuhan Untuk Mendapatkan Status

Dalam proses kebutuhan ini biasanya seorang peserta didik ingin menjadi
orang yang dapat dibanggakan atau menjadi seseorang yang benar-benar berguna dan
dapat berbaur secara sempurna di dalam sebuah lingkungan masyarakat.

d.        Kebutuhan Mandiri

Kebutuhan mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu untuk
menghindarkan sifat pemberontak pada diri peserta didik, serta menghilangkan rasa
tidak puas akan kepercayaan dari orang tua atau pendidik karena ketika seorang
peserta didik terlalu mendapat kekangan akan sangat menghambat daya kreativitas
dan kepercayaan diri untuk berkembang.

e.         Kebutuhan Untuk Berprestasi

Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan untuk mendapat


status mandiri. Artinya, dengan terpenuhinya kebutuhan untuk memiliki status atau
penghargaan kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat peserta didik giat
mengejar prestasi. Dengan demikian, kemampuan untuk berprestasi terkadang sangat

4
erat dengan perlakuan yang mereka terima baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
maupun di masyarakat.

f.         Kebutuhan Ingin Disayangi Dan dicintai

Rasa ingin dicintai dan disayangi merupakan kebutuhan yang essensial, karena
dengan terpenuhi ini akan mempengaruhi sikap mental pesrta didik. Banyak anak-
anak yang tidak mendapatkan kasih sayang orang tua, guru dan lainnya yang
mengalami prestasi dalam hidup. Dalam agama cinta kasih yang paling tinggi
diharapkan dari Allah SWT. Itu sebabnya setiap orang berusaha mencari kasih sayang
dengan mendekatkan diri kepadanya.

g.        Kebutuhan Untuk Curhat

Kebutuhan untuk curhat terutama remaja yang dimaksudkan untuk dipahami


ide-ide dan permasalahan yang dihadapinya. Peserta didik mengharapkan agar apa
yang dialami, dirasakan terutama dalam masa pubertas. Sebaliknya jika mereka tidak
mendapatkan kesempatan untuk mengkomunikasikan permasalahan-permasalahannya
tersebut apalagi dilecehkan, ditolak, atau dimusuhi, dapat membuat mereka kecewa,
marah, bahkan mereka merasa tidak aman, sehinga muncul tingkah laku yang bersifat
negatif dan perilaku menyimpang.

h.        Kebutuhan Untuk Memiliki Filsafat Hidup

Peserta didik memiliki beberapa dimensi penting yang mempengaruhi akan


perkembangan peserta didik. Dimensi ini harus diperhatikan secara baik oleh pendidik
dalam rangka mencetak peserta didik yang berakhlak mulia dan dapat disebut insan
kamil dimensi fisik (jasmani), akal, keberagamaan, akhlak, rohani (kejiwaan), seni
(keindahan), sosial.
Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah
objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan
sebagai subjek atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan sesuai
dengan keberadaan individu itu sendiri. Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang
peserta didik akan mengenal lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk

5
kepribadian sesuai dengan lingkungan yang dipilihnya dan mampu
mempertanggungjawabkan perbuatannya pada lingkungan tersebut. Adapun hal-hal
yang harus dipahami adalah:
 Kebutuhannya
 Dimensi-dimensinya
 Intelegensinya
 Kepribadiannya.

D. Karakteristik Peserta Didik


Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik
adalah:
1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,
sehingga metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan orang dewasa.
Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi
segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan dunianya.
2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan
itu semaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow, terdapat
lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: (1)
kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa
aman dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2)
metakebutuhan-metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung
dalam aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan,
dan lain sebagainya. Sekalipun demikian, masih ada kebutuhan lan yang tidak
terjangkau kelima hierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada
Tuhan. Individu yang melakukan ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan
kelima hierarki kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan
dan ridha dari Allah SWT.
3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,
baik perbedaan yang disebabkan dari factor endogen (fitrah) maupun eksogen
(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan
lingkungan yang mempengaruhinya. Pesrta didik dipandang sebagai kesatuan sistem
manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk

6
monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari banyak segi
merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa).
4. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang
dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki
aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam
pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya
menerima, mendengarkan saja.
5. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam
pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola
dan tempo, serta irama perkembangan peserta didik. Kadar kemampuan peserta didik
sangat ditentukan oleh usia dan priode perkembangannya, karena usia itu bisa
menentukan tingkat pengetahuan, inte lektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik
dilihat dari dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.

E. Sifat-Sifat Dan Kode Etik Peserta Didik


Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Al-Ghazali yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman. Merumuskan
sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu:

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangaka taqarrub kepada Allah SWT, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik di tuntut untuk menyucikan jiwanya dari
akhlak yang tercela dan mengisi dengan akhlak yang terpuji.
2. Mengurangi kecendrungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi.
Artinya, belajar tak semata mata untuk mendapatkan pekerjaan, tapi juga belajar ingin
berjihad melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi, baik di
hadapan manusia dan Allah SWT.
3. Bersikap tawaddlu’ dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk
kepentingan pendidiknya. Sekalipun ia cerdas tapi ia bijak dalam menggunakan
kecerdasan itu pada pendidiknya termasuk juga bijak pada teman-temannya yang IQ-
nya lebih rendah.

7
4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia
fokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan mendalam dalam belajar.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik untuk ukhrawi maupun duniawi serta
meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah). Ilmu terpuji dapat mendekatkan
diri kepada Allah sementara ilmu tercela akan menjauhkan dirinya dan mendatangkan
permusuhan antar sesamanya.
6. Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah
menuju pelajaran yang sukar atau dari ilmu yang fardu ‘ain menuju ilmu yang fardu
kifayah
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya
sehingga peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengtahuan secara mendalam. Dalam
konteks ini spesialisasi jurusan diperlukan agar peserta didik memiliki keahlian dan
kompetensi khusus.
8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari sehingga
mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu masalah.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai makhluk
Allah SWT sebelum memasuki ilmu duniawi.
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu yang
bemanfaat dapat membahagiakan, menyejahterakan, serta memberi keselamatan
hidup dunia akhirat.
11. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang
sakit terhadap dokternya, mengikuti segala prosedur dan metode mazhab yang
diajarkan oleh pendidik-pendidik umumnya, serta diperkenankan bagi peserta didik
untuk mengikuti kesenian yang baik.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebagaimana telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi
kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
Kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi yaitu: kebutuhan fisik,
kebutuhan sosial, kebutuhan untuk mendapatkan status, kebutuhan mandiri,
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan ingin disayangi dan dicintai, kebutuhan
untuk curhat, kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup.
Karakteristik peserta didik diantaranya: peserta didik bukan miniatur orang
dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak
boleh dilaksanakan dengan orang dewasa, peserta didik memiliki kebutuhan dan
menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin, peserta didik
memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, peserta didik
merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang dimungkinkan
dapat aktif, kreatif, serta produktif, peserta didik mengikuti periode-periode
perkembangan tertentu dalam mempunyai pola perkembangan serta tempo dan
iramanya.
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan islam yaitu: belajar
dengan niat ibadah dalam rangaka taqarrub kepada Allah SWT, mengurangi
kecendrungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi, bersikap tawaddlu’
dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidiknya,
menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, mempelajari
ilmu-ilmu yang terpuji baik untuk ukhrawi maupun duniawi sertameninggalkan
ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah), belajar dengan bertahap, belajar ilmu
sampai tuntas, mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari,

9
memprioritaskan ilmu diniyah, mengenal nilai-nilai pragmatis, peserta didik harus
tunduk pada nasihat pendidik.

B. Saran
    Dalam prosesnya peran dari pendidik, orang tua, teman dan lingkungan sekitar
sangat penting untuk perkembangan peserta didik. Karena komponen tersebut
memiliki andil yang esar dalam mengetahui potensi, kompetensi dan kemampuan
peserta didik. Pendidik harus bisa melihat potensi peserta didik disekolah lewat
proses pembelajaran. Orang tua harus dapat berkomunikasi dan berkoordinasi
dengan baik dalam memecahkan masalah sert mengembangkan potensi siswa
selama ada dilingkungan keluarga. Dan peran teman sekitar harus mampu
memberikan pengaruh positif kepada peserta didik agar aspek kognitif, sfekti, dan
psikomotorik dapak berkembang dengan baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008).


Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarat : PT. Rineka Cipta, 2006).
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya,  2008).
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991).
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009).
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008).
Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah : Bahrun Abu Bakar
Ihsan Zubaidi, (Bandung : Irsyad Baitus salam, 2008).
M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Mutiara, 1982).
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Kalam Mulia, Jakarta, 2006).
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis da
Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers,2002).
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010).
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995).
https://misbakhudinmunir.wordpress.com/2010/07/14/peserta-didik-dalam-
pendidikan-islam
https://www.silabus.web.id/pengertian-peserta-didik/

http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/03/teori-kebutuhan-untuk-
berprestasi.html#:~:text=Kebutuhan%20untuk%20berprestasi%2C%20menurut
%20McClelland,daripada%20kegiatan%20yang%20dilaksanakan%20sebelumnya

11

Anda mungkin juga menyukai