Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

“OBYEK PENDIDIKAN”

OLEH:
NAMA : KORENA VERA KUSAINI
NIM : 190104140
SEMESTER/KELAS : II/F

JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2020

21
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karna atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas kelompok dan tidak lupa kita kirimkan salam dan shalawat
kepada junjunga kita Nabi besar Muhammad SWA.
Besar harapan kami,semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua dan besar pula harapan kami kepada
siapapun yang mempunyai saran maupun keritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah-makalah kami berikutnya.

Mataram, Juni 2020

penulis

22
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B..Rumusan Masalah.....................................................................1
C..Tujuan.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................2
A. Deskripsi tentang peran dan tugas peserta didik sebagai objek
pendidikan.................................................................................2
B. Telaah dan analisis tentang peserta didik dari penapsiran dari
ayat-ayat berikut ......................................................................2
a. Surah al-syu’ra (26) :214
b. Surah at-taubah (9) :122
c. Surah an-nissa (4) :170
BAB III PENUTUP......................................................................6
A. Kesimpulan...............................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dari manusia menuju
sebuah proses memanusiakan manusia, yang tidak dapat terlepas
dari peran seorang pendidik. Pendidik dan peserta didik
merupakan dua hal bagai sisi mata uang yang tidak bisa
lepas satu sama lain. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
para pendidik memiliki tanggung jawab yang berat karena tidak
hanya bertanggung jawab kepada wali murid tapi juga kepada
Allah SWT.
Pendidikan Islam memandang peserta didik berperan
sebagai objek dalam prosesnya. Sehingga, peserta didik harus
mengetahui kewajiban dan tugasnya agar dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Oleh karena itu agar proses pendidikan
berhasil maka antara pendidik dan peserta didik harus bisa saling
memahami dengan segala karakteristik masing-masing. Selain itu,
dalam perspektif pendidikan Islam syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik adalah menguasai ilmu dalam
mengajar anak didiknya dengan cara yang profesional, sabar, dan
tercapainya kebaikan di dunia dan di akhirat.
Tetapi tantangan sering kali muncul baik dari pendidik,
peserta didik, orang tua, lingkungan maupun masyarakat.
Sehingga, semua pihak atau stakeholder sebagai pelaku dalam
pendidikan, perlu mengkaji kembali hakikat pendidik maupun
peserta didik dalam pendidikan Islam.
Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan,
baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang
harus dipenuhi. Diantara kebutuhan tersebut adalah; kebutuhan

24
biologis, kasih sayang, rasa aman, harga diri, realisasi diri, dan
lain.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertia objyek pendidikan?
2. Bagaimana penjelasan ayat al-quran mengenai obyeek
pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep objek pendidikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana tafsir ayat al-quran mengenai objek
pendidikan.

25
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi tentang peran dan tugas peserta didik sebagai obyek
pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha sadar dari manusia menuju sebuah
proses memanusiakan manusia, yang tidak dapat terlepas dari peran
seorang pendidik. Pendidik dan peserta didik merupakan dua hal bagai
sisi mata uang yang tidak bisa lepas satu sama lain. Dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, para pendidik memiliki tanggung jawab yang berat
karena tidak hanya bertanggung jawab kepada wali murid tapi juga
kepada Allah SWT. Pendidikan Islam memandang peserta didik berperan
sebagai objek sekaligus subjek dalam prosesnya. Sehingga, peserta didik
harus mengetahui kewajiban dan tugasnya agar dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Oleh karena itu agar proses pendidikan berhasil maka
antara pendidik dan peserta didik harus bisa saling memahami dengan
segala karakteristik masing-masing. Selain itu, dalam perspektif
pendidikan Islam syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik
adalah menguasai ilmu dalam mengajar anak didiknya dengan cara yang
profesional, sabar, dan tercapainya kebaikan di dunia dan di akhirat.
Tetapi tantangan sering kali muncul baik dari pendidik, peserta didik,
orang tua, lingkungan maupun masyarakat. Sehingga, semua pihak atau
stakeholder sebagai pelaku dalam pendidikan, perlu mengkaji kembali
hakikat pendidik maupun peserta didik dalam pendidikan Islam.
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk
mengembangkan potensi manusia baik fisik maupun non fisik serta
sebuah proses memanusiakan manusia. Sedangkan Pendidikan
Islam menurut Abuddin Nata adalah upaya membimbing,
mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara
sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama
sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yaitu Al Qur’an dan Hadits.
26
Dalam proses pendidikan, tidak akan terlepas dari seorang
pendidik dan peserta didik. Pendidik dan peserta didik bagaikan dua
sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Berbicara pendidik, tentu tidak bisa lepas dari peserta didik
sebagai student center. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, para
pendidik memiliki tanggung jawab yang berat karena tidak hanya
bertanggung jawab kepada wali murid tetapi juga kepada Allah
SWT. Ilmu pengetahuan adalah amanah Allah Swt. yang harus
disampaikan, maka syarat bagi pendidik menurut ajaran Al-Qur’an
adalah menyampaikan amanah tersebut. Selain itu, dalam perspektif
pendidikan Islam syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik adalah

27
menguasai ilmu dalam mengajar anak didiknya dengan cara yang profesional,

sabar, dan tercapainya kebaikan di dunia dan di akhirat.11

Sedangkan berbicara tentang peserta didik, dengan berpijak pada


paradigma “belajar sepanjang masa” maka istilah yang tepat untuk menyebut
individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik. Peserta
didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi
juga pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya khusus bagi
individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga
mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan
formal), tapi
juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti majelis taklim, paguyuban, dan
sebagainya.2

Dalam pandangan modern, peserta didik harus diperlakukan


sebagai subyek pendidikan, dengan cara melibatkan mereka dalam
memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar sehingga tidak hanya
dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan. Sama halnya dengan
pandangan diatas, peserta didik dalam pendidikan Islam merupakan individu
atau manusia yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,
psikologis, sosial dan religious dalam mengarungi kehidupan didunia dan di
akhirat kelak. Defenisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik
merupakan individu yang belum dewasa, sehingga memerlukan orang lain
untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam
keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, anak-anak penduduk adalah
peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat beragama menjadi peserta
didik ruhaniawan dalam
suatu agama3

1
Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 77.

2
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2008), hal. 103.

3
Basri, Hasan, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Abadi, 1994), hal. 97.
Dalam sistem pendidikan Islam, peserta didik merupakan salah satu
komponen pendidikan. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Tetapi, pada hakikatnya semua manusia adalah peserta didik.
Sebab, pada hakikatnya, semua manusia adalah makhluk yang senantiasa berada
dalam proses perkembangan menuju kesempurnaan, atau suatu tingkatan yang
dipandang sempurna, dan proses itu berlangsung sepanjang hayat.
Tetapi dalam kehidupan sehari-hari baik didalam keluarga, masyarakat
ataupun dunia pendidikan, sering kita jumpai kekerasan terhadap anak-anak atau
peserta didik. Perilaku kekerasan semakin hari semakin nampak dan sungguh

menggangu kehidupan. Para

pendidik atau orang tua yang melakukan kekerasan terhadap anak-anak atau peserta
didik4

B. Telaah dan analisis tentang peserta didik dari penapsiran dari ayat-ayat
berikut
- Surah al-asyura :214
- Surah at-taubah :122
- Surah an-nisa :170

 Surah al-asyura :214


‫يرتَكَ اأْل َ ْق َربِين‬
َ ‫ر ع َِش‬Sْ ‫َوأَ ْن ِذ‬
“Dan berilah peringatkan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”

Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat ilmu pengetahuan, adanya tujuan


pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran dan tentunya terdapat objek
pendidikan pula melainkan segala usaha penanaman (Internalisasi ) nilai-nilai islam
kedalam diripun diperlukan, dan harus ditanamkan yang namanya Pendidikan.

4
Basri, Hasan, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Abadi, 1994), hal. 44.
Pendidikan pun dalam islam menggunakan beberapa istilah, yaitu tarbiyah, ta’lim,
ta’dib, dan tazkiyah.
Kata ilmu dalam bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan
dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek ilmu pengetahuan dan juga
objek pendiidkan. Setiap pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum
subjek dituntun perananya memahami objek..
Dalam pendidikan dan pembelajaran, secara epistimologi menurut Islam
dikenal tiga macam bentuk penelaahan.
Pertama Telaah atas sumber pokok ajaran islam yaitu AlQuran dan hadist, Kedua
telaah hasil pemikiran dalam penelitian para ulama dan pakar, dan yang Ketiga
adalah telaah atas bentuk perilaku ummat islam yang merupakan refleksi keyakinan
terhadap ajaran yang disesuaikan dengan ruang dan waktu.
Setelah Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. menghindari
kemusyrikan, yang tujuan utamanya adalah semua yang berpotensi disentuh oleh
kemusyrikan, kini ayat 214 berpesan lagi kepada beliau bahwa : Hindarilah segala
yang daoat mengundang murka ALLAH, dan berilah peringatan kepada kerabat-
kerabatmu yang terdekat tanpa pilih kasih. Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan
hiburan ALLAH kepada nabi Muhammad yang telah dikecewakan oleh dikap
kaumnya dalam menanggapi dakwah yang disampaikannya dengan mengatakan
memang demikian sikap orang-orang musyrik itu terhadap dakwah yang
disampaikan kepada mereka.pada ayat ini diterangkan bahwa Rosullulloh
diperintahkan untuk menyampaikan dakwah kepada kerabat-kerabatnya yang
terdekat.

 Surah at-taubah :122

Artinya:Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya”
Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut
perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa
pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan
penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada
Allah SWT dan menegakkan sendi-sendi Islam karena perjuangan yang
menggunakan
pedang itu sendiri tidak disyariatkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar
dalam mengamankan jalannya da‟wah Islamiyah tersebut serta agar tidak
dipermainkan oleh tangan-tangan orang kafir dan munafik.5
Perang pada dasarnya bukanlah fardu ‘ain yang wajib dilaksanakan setiap orang,
namun fardu kifayah; apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain.
Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul Saw sendiri keluar dan mengerahkan kaum
mu‟min menuju medan perang 6
Bahkan ayat ini menyebutkan kewajiban mencari ilmu dan mengajarkannya. Oleh
sebab itu, golongan di antara mereka tidak semua berangkat jihad atau perang, namun
sebagian golongan berangkat untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.
Artinya, tujuan utama
dari orang-orang yang mendalami agama tersebut adalah untuk membimbing,
mengajari dan memberikan peringatan kepada kaumnya agar mengamalkan apa
yang mereka ketahui. Sehingga mereka tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum
agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap mu‟min7
Semuanya itu, dengan harapan supaya mereka takut kepada Allah SWT dan
mampu menyebarkan pada seluruh
umat manusia. Jadi, semata bukan bertujuan supaya memperoleh kepemimpinan dan
kedudukan yang tinggi serta mengungguli orang- orang lain, atau bertujuan
memperoleh harta dan meniru orang dzalim
5
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshori al-Qurtubi, al-Jami’ Li Ahkam al- Quran Jilid 10 (Kairo: Maktabah al-Shafa,
2005),

6
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Bairut Turki, Dar Al-Fikr,
1974, 47 – 48
7
Asy-Syaikh Thanthawi Jauhari, al-Jawahir Fi Tafsiril Qur’anil ‘Adzim, Mesir, Musthafa Al-Yabiy Al-Halbiy Wa Auladihi,
1350, 172
serta para penindas maupun dalam persaingan di antara sesama mereka.

 Surah an-nisa : 170


ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
‫ض‬ ِّ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ُك ُم ال َّرسُو ُل بِ ْال َح‬
َّ ‫ا فِي‬SS‫إِ َّن هَّلِل ِ َم‬Sَ‫رُوا ف‬Sُ‫رًا لَ ُك ْم َوإِ ْن تَ ْكف‬Sْ‫ق ِم ْن َربِّ ُك ْم فَآ َ ِمنُوا خَ ي‬
ِ ‫ َما َوا‬S‫الس‬
)170 :‫َو َكانَ هَّللا ُ َعلِي ًما َح ِكي ًما (النساء‬

Artinya :“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul


(Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhan
(Pembimbing dan Pemelihara) kamu, maka berimanlah kamu, itulah yang
lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan
Allah sedikitpun), karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu
adalah kepunyaan Allah dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (QS. An-Nisa’: 170)

Dalam ayat ini Allah menyeru kepada manusia untuk beriman, sebab sudah
ada Rosul (Nabi Muhammad SAW) yang diutus untuk membawa syari’at yang
benar.
Dalam tafsir disebutkan bahwa lafadz An Naas pada saat turunnya ayat
adalah kepada ahli kafir Mekah. Adapun manusia, karena adanya kesamaan jenis,
ukhuwah basyariyyah, maka dakwah dan tarbiyah kepada non muslim pun harus
tetap dilakukan, tentunya dengan jalan yang baik.
Nabi SAW bersabda:”Dari Abdullah Ibn ’Amr Ibn Al Ash ra. Berkata,
sesungguhnya Nabi SAW besabda: Sampaikanlah dariku walau satu ayat.....” (HR.
Bukhori).
Kesimpulan: Maka manusia baik yang muslim maupun non muslim merupakan
objek dakwah dan tarbiyah. Namun disini perlu diluruskan, bahwa proses dakwah
dan tarbiyah tidak harus dengan kekerasan dan perang, tetapi dengan jalan yang
hikmah, mauidzoh hasanah, dan argumen yang bertanggung jawab.
Setelah Allah s.w.t. mengkritik ahlul kitab -Yahudi dan Nashrani- dan
membantah tuduhan-tuduhan mereka dalam ayat-ayat sebelumnya, maka dalam
ayat 170 ini Allah s.w.t. menasehati seluruh umat manusia dan memerintahkan
mereka agar beriman, karena argument yang ada telah jelas. Tidak ada alasan lagi
untuk berpaling darinya. Sebagaimana diketahui, bahwa kaum yahudi dahulu kala
senantiasa menunggu-nunggu datangnya al-masih (Isa) dan seorang Nabi, yaitu
Nabi Muhammad s.a.w. Bahkan mereka mengirimkan para pendeta dan ahli imu
merka untuk bertanya pada Nabi Yahya a.s., apakah ia merupakan al-masih yang
disebut dalam Taurat, ataukah Nabi akhir zaman. Namun Yahya menjawab
“tidak”. Dengan turunnya ayat di atas, sesungguhnya pertanyaan-pertanyaan kaum
Yahudi telah terjawab, bahwa yang mereka nantikan selama ini sebagaimana
disebutkan dalam Taurat dan Injil, adalah Nabi Muhammad s.a.w. yang telah hadir
di hadapan mereka. Oleh karenanya, seharusnya mereka beriman padanya, karena
iman itulah yang akan menyucikan mereka dari segala kotoran dan najis, dan
keimanan itulah yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan abadi.
BAB III
PENTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam merupakan upaya membimbing, mengarahkan,
dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar
terbina suatu kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yaitu Al
Qur’an dan Hadits. Dalam proses pendidikan, tidak akan terlepas dari seorang
pendidik dan peserta didik karena pendidik adalah orang yang bertanggung
jawab membimbing dan mencerdaskan kehidupan peserta didik. Dalam Islam
hakikat pendidik itu ada 4 yaitu; Allah SWT, Nabi Muhammad SAW,
Orangtua dan Pendidik/pengajar. Sedangkan hakikat peserta didik adalah
semua manusia dan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan menjadi manusia yang mempunyai
ilmu, iman-takwa serta berakhlak mulia sehingga mampu menjalankan
fungsinya sebagai pengabdi/beribadah kepada Allah dan sebagai khalifah. Oleh
karena itu agar seorang pendidik berhasil dalam proses pendidikan, maka ia
harus memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya begitu juga
sebaliknya , peserta didik dalam, mencari ilmu juga harus memiliki etika .dan
akhlak serta akidah yang baik kepada allah swt
Pendidikan dalam Islam sangat diperhatikan. Demikian ini,
terbukti dalam al Qur‟an yang banyak sekali membahas mengenai konsep dan
prinsip pendidikan. Salah satunya termuat dalam al Qur‟an surat at Taubah
ayat 122. Menurut sebuah riwayat dijelaskan bahwa; diriwayatkan dari
Abdullah bin Ubaid bin Amir, berkata: karena betapa semangatnya orang-orang
mukmin untuk berjihad, maka ketika diutus oleh Rasulullah saw. untuk
berjihad, mereka semua keluar (pergi berjihad) dan meninggalkan Rasulullah
saw. di Madinah sendirian, lalu
2
turunlah ayat ini .
Berangkat dari sini, dapat diketahui bahwa pada dasarnya pendalaman ilmu itu
tidak kalah pentingnya dengan jihad atau perang melawan musuh-musuh Allah SWT.
.
DAFTAR PUSTAKA

Abrasy (al)M. Athiyah. Al-Tarbiyah al-Islamiyah. terj. Bustami A. Gani dan


Djohar Bakry, Jakarta: Bulan Bintang. 1968.
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta:
Aditya media, 1992
Attas, (al) Naquib. Konsep Pendidikan dalam Islam. Bandung: Mizan.
1988
Ashfahany,(al) al-Raghib. Mu’jam Mufradat li Alfadz al-Qur’an. Bairut:
Daār al-Fikr. t.t.
Baidan, Nasirudin. Metodologi Penafsiran Alquran. Yogyakarta: Pustaka
Belajar. 2005.
Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta:
Departemen Agama, 2009
Dawud, Abu. Sunan Abu Dawud no.3641, tt.
Faisal,Yusuf Amir. Reorientasi pendidikan Islam. Jakarta : Gema Insani
Press. 1995
Jalal, Abdul Fattah. Min al-Usuli al-Tarbawiyah fi al-Islam. Mesir: Darul
Kutub Misriyah. 1977
Jauhari, Asy-Syaikh Thanthawi. Al-Jawahir Fi Tafsiril Qur’anil ‘Adzim.
Mesir, Musthafa
Khadr,Muhammad Zaki Muhammad. Mu’jam Kalimat al-Qur’an al-
Karim, Juz 12. 2005.

Maraghi (al) Ahmad Musthofa. Tafsir Al-Maraghi, Bairut Turki, Dar Al- Fikr.
1974
Muhammad, Abu Abdillah. bin Ahmad al-Anshori al-Qurtubi. al-
Jami’ Li Ahkam Al-Quran Jilid 10. Kairo: Maktabah al-Shafa. 2005

Yunus, Mahmud. Tafsir Al-Qur’anul Karim. Chai Chee Road Singapore.


Basheer Ahamed. 1979
Zuhairini, et. al. Filsafat pendidikan Islam, Jakarta : Bina Aksara, 1995

Anda mungkin juga menyukai