Anda di halaman 1dari 72

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI

MENGHINDARI AKHLAK MADZMUMAH DAN


MEMBIASAKAN
AKHLAK MAHMUDAH MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING
PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2023/2024

Oleh:
Syaiful Ali Nurdin

PPG DALJAB
i
UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2023

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah
Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah- Nya kepada
penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan tugas PenelitianTindakan Kelas
(PTK) ini dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Materi Menghindari Akhlak
Madzmumah Dan Membiasakan Akhlak Mahmudah Melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2
Karanganyar Tahun Pelajaran 2023/2024
Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung
Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu
setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat
manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini pun tidak akan
terselesaikan tanpa bantuan dariberbagai pihak yang telah berkenan membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Sardiyo, M.Pd selaku Kepala SMA N 2 Karanganyar, yang
telah memberikan ijin dan arahan kepada penulis dalam penyusunan PTK
ini
2. Keluarga Besar SMA Negeri 2 Karanganyar, teman-teman guru,
karyawan dan para siswa yang telah memberikan motivasi dan
membantu memberikan keterangan selama penulis mengadakan
penelitian sehingga selesainya PTK ini.
3. Orang tua dan istri tercinta yang tiada henti memberikan seuntai doa
kepada penulis. Terimakasih untuk segala do’a dan dukungan yang telah
diberikan.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telahbanyak
membantu penulis hingga dapat menyelesaikan penyusunan PTK ini.

iii
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penuliskhususnya, serta para pembaca
pada umumnya. Aamiin.

Karanganyar, 1 Desember 2023

Syaiful Ali Nurdin

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii
MOTTO.............................................................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULLUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................
B. Identifikasi Masalah .................................................................................
C. Batasan Masalah .......................................................................................
D. Rumusan Masalah .....................................................................................
E. Tujuan Penelitian........................................................................................
F. Manfaat Penelitian .....................................................................................
G. Kajian Pustaka Terdahulu .........................................................................
BAB II .LANDASAN TEORI
A. Model Problem Based Learning (PBL) .....................................................
1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)..............................................
2. Karakteristik Problem Based Learning (PBL) .........................................
3. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) ..................................
4. Komponen-komponen Problem Based Learning (PBL)...........................
5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL) ..................
B. Hasil Belajar ...............................................................................................
1. Pengertian Hasil Belajar ..........................................................................
2. Faktor-faktor yang Mempengarauhi Hasil Belajar.................................
3. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar ........................................................................
4. Kriteria Pengukuran Hasil Belajar............................................................
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam....................................................

4
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.......................................................
2. Akhlak Madzmumah dan Akhlal Mahmudah .........................................
D. Penelitian Relevan......................................................................................
E. Hipotesis Tindakan ....................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian......................................................................
B. Variabel Penelitian ...............................................................................
C. Rancangan Tindakan ...........................................................................
D. Subjek dan Objek Penelitian ...............................................................
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan .........................................................
F. Sumber Data..........................................................................................
G. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................
H. Teknik Analisa Data .............................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Siklus I ..................................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................
C. Siklus II ................................................................................................
D. Pembahasan ..........................................................................................
E. Siklus III ...............................................................................................
F. Pembahasan ..........................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulam .........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pada zaman modern ini, beberapa syariat Islam semakin jarang
diamalkan dan mulai banyak manusia yang menyibukkan diri dengan
kesenangan duniawi. Hal tersebut salah satunya disebabkan kecanggihan
teknologi yang disalahgunakan dan akhirnya menimbulkan dampak negatif
terhadap manusia. Untuk mengatasi fenoemna tersebut, sangat diperlukan
akhlak dalam kehidupan manusia. Dalam ajaran Islam, akhlak merupakan
sesuatu yang sangat berarti. Manusia yang mempunyai akhlak mulia
tentunya akan mendapatkan kebaikan di dunia maupun di akhirat kelak
DIBERI SUMBER RUJUKAN KR ADA TEORI DR AKHLAK
misal: (Omar, 2005).
Dalam kitab suci Al-Qur’an banyak sekali ajaran-ajaran yang
berhubungan dengan akhlak. Entah perintah untuk melaksanakan sesuatu
yang baik ataupun larangan untuk menjauhi sesuatu yang buruk. Hal ini
menunjukkan bahwa sangat pentingnya akhlak dalam ajaran islam. Menurut
al-Ghazali, akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang
menimbulkan macam-macam perbuatan antara baik atau buruk, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan jangka panjang; sehingga dengan
mudahnya seseorang melakukan sesuatu. Akhlak bukanlah suatu perbuatan
atau kekuatan, melainkan suatu keadaan jiwa yang berbentuk bathiniah.
Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak merupakan keadaan jiwa yang membawa
dampak bagi seseorang untuk bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
Akhlak tidak bersifat logis ataupun dorongan nafsu (DIBERI SUMBER
RUJUKAN KR ADA TEORI DR AKHLAK).
Secara umum, akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhlak yang baik
(mahmudah) dan akhlak yang buruk (mazmumah). Akhlak mahmudah
adalah segala perbuatan atau tindakan yang terpuji dan mempunyai
kelebihan (fadlilah). Sedangkan, akhlak mazmumah ialah segala perbuatan
atau tindakan yang tidak terpuji (tercela). Akhlak yang baik tidak sekadar
diberikan kepada sesama manusia saja, tetapi kepada seluruh sesama
makhluk Allah Swt. yang diciptakan di alam semesta ini. Akhlak yang
buruk dapat
6
menciptakan dampak negatif dan berakibat kerusakan baik bagi diri sendiri
maupun orang lain (DIBERI SUMBER RUJUKAN KR ADA TEORI DR
AKHLAK).
Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan
pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru
memiliki cara atau tekhnik mengajar yang baik dan mampu memilih model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran
yang akan disampaikan agar prestasi belajar dan keterampilan yang
diperoleh peserta didik mampu meningkat secara terus-menerus.
Dalam mata pelajaran pendidikan agama islam kelas X, salah satu
materi yang diajarkan adalah akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah
(Perilaku ghadab, kontrol diri dan berani membela kebenaran). Pada materi
ini salah satu aspek yang diharapkan adalah peserta didik dapat
meningkatkan pemahamnnya pada ketentuan akhlak madzmumah dan
akhlak mahmudah, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga dengan berperilaku sesuai dengan syariat islam, maka akan
terintegrasi dengan sikap akhlakul kharimah yang akan dimiliki peserta
didik.
Perilaku remaja zaman sekarang, terlebih siswa SMA masih jauh
tergolong dari sikap sopan santun. Banyak factor yang mempengaruhi diusia
mereka yang sedang berkembang, aturan atau tata tertib dalam lembaga
pendidikan dibuat untuk meminimalisir perilaku-perilaku yang
menyimpang, Di SMA Negeri 2 Karanganyar ini, lebih fokusnya masih ada
beberapa penyimpangan karena kuran pengertiannya siswa terhadap aturan
yang ada. Maka dari itu untuk menyadarkan peserta didik di sekolah perlu
diberikan pemahaman dengan berbagai model pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi akhlak madzmumah
dan akhlak mahmudah, dimana model pembelajaran Problem Base Learning
(PBL) dirasa cocok dalam memberikan pemahaman tentang berpakaian
sesuai syariat islam kepada peserta didik (DIBERI SUMBER RUJUKAN
KR ADA SEBAGAI SOLUSI SALTRENATIF YG TEPAT
BERDASRAKAN PENELITIAN TERDAHULU) (ziplin, 20.....
Berdasarkan penjelasan di atas, masih rendahnya hasil test
pengetahuan peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam
pada materi Akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah, dimana peserta

7
didik yang memiliki nilai minimal batas KKM (75) dan dikatakan tuntas
adalah

8
hanya 14 orang atau sebesar 43,75%. Sedangkan peserta didik yang
memiliki nilai dibawah KKM lebih banyak yaitu 22 orang atau sebesar
56,25%. BERDSRAKAN HASIL ANALSIS NILAI ULANGAN HARIAN
TRSEBUT MENUNJUKKAN BLM TERCAPAINYA HASIL BELAJAR
PSRTA DIDIK. HASIL BELAJAR MERUPAKAN HAL PENTNG TUK
MENCAPAI TUJUAN PEMBELAJARAN. SALAH SATU SOLUSI
ALTERNATIF TUK MENGATASI PERMASLAHAN TERSBEUT
ADALAH MODEL PEMBELAJARAN PBL.
Model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) adalah
merupakan model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan
nyata dalam kehidupan sehari-hari perserta didik (bersifat kontektual)
sehingga merangsang peserta didik untuk belajar (DIBERI SUMBER
RUJUKAN KR ADA TEORI DR PBL). Berdasarkan uraian di atas, maka
perlu dilakukan suatu tindakan berupa penerapan model pembelajaran
Problem Base Learning (PBL) untuk memaksimalkan pemahaman peserta
didik pada materi akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan
Hasil Belajar Materi Menghindari Akhlak Madzmumah Dan Membiasakan
Akhlak Mahmudah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran
2023/2024”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasar latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengidentifikasi


masalah sebagai berikut :
1. Masih rendahnya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi-
materi Pendidikan Agama Islam yang telah disampaikan oleh guru,
HAL INI BERDAMPAK TERHADAP Rendahnya hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada
materi akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah
2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan sehingga pada
proses belajar mengajar KARENA dominasi guru sangat tinggi,
sedangkan partisipasi peserta didik sangat rendah sehingga
pembelajaran cenderung searah dan klasikal
9
3. Kurangnya keseriusan, kesadaran dan keberanian peserta didik untuk
bertanya di depan kelas YG MENUNJUKKN KURANGNYA
PEMAHAMAN SISWA

10
C. BATASAN MASALAH
Agar Peneliti ini lebih efektif, terarah dan dapat dikaji maka perlu pembatasan masalah.
Dalam penelitian ini difokuskan pada kelas X dan mengambil sampel 1 kelas yang
berjumlah 36 siswa. Dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
menggunakan capaian pembelajaran peserta didik menganalisis manfaat
menghindari akhlak mażmūmah; membuat karya yang mengandung konten
manfaat menghindari sikap mażmūmah; meyakini bahwa akhlak mażmūmah
adalah larangan dan akhlak maḥmūdah adalah perintah agama; serta
membiasakan diri untuk menghindari akhlak mażmūmah dan menampilkan
akhlak maḥmūdah dalam kehidupan sehari-hari.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebagaimana telah
dikemukakan di atas, maka penulis dapat menyususn suatu rumusan
masalah yaitu:
1. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) pada pembelajaran pendidikan agama islam dengan
materi akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah kelas X di SMA
Negeri 2 Karanganyar ?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran
pendidikan agama islam dengan materi akhlak madzmumah dan
akhlak mahmudah kelas X di SMA Negeri 2 Karanganyar dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) ?

E. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada yaitu:
1. Mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada pembelajaran pendidikan agama islam
dengan materi akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah kelas X di
SMA Negeri 2 Karanganyar
2. Menganalisis peningkatan hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran pendidikan agama islam dengan materi akhlak

11
madzmumah dan akhlak mahmudah kelas X di SMA Negeri 2
Karanganyar dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Base Learning (PBL)

12
F. MANFAAT PENELITIAN
Dengan penelitian ini hasil yang diharapkan dapat bermanfaat baik
secara teoritis maupun praktis. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretik
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan
yang bermanfaat bagi penerapan teori dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada materi akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah
untuk menambah wawasan keilmuan pendidikan khususnya tentang
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam
meningkatkan hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
a. Bagi Peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan peserta didik
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terutama pada materi
akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah serta sebagai motivasi
dalam proses belajar peserta didik
b. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan untuk pengembangan kualitas
pembelajaran dan meningkatkan profesionalisme guru dalam
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
c. Bagi Lembaga Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan mutu
belajar peserta didik dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA
Negeri 2 Karanganyar
d. Bagi Penulis
Dengan melaksanakan PTK, dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
sebagai sarana untuk menerapkan pengalaman belajar yang telah di
peroleh.

13
G. KAJIAN PUSTAKA TERDAHULU
1. Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran akidah akhlak melalui metode Role Playing pada siswa kelas
X MIA Semester II di Madrasah Aliyah Darul Falah Pringsurat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
Akidah Akhlak materi akhlak terpuji dan akhlak tercela pada siswa
kelas X MIA Madrasah Aliyah Darul Falah Pringsurat Tahun Pelajaran
2017/2018 dengan menggunakan metode Role Playing. Penerapan
metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Penelitian dilakukan dengan 2 siklus yang setiap
siklusnya terdapat 4 tahapan yaitu perencanaa, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Subjek penelitian adalah seluruh ssiswa kelas X MIA MA
Darul Falah Pringsurat, sebanyak 18 siswa. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan lembar observasi, soal tes dan dokumentasi.
Berdasarkan analisis hasil tes dan observasi yang sudah dilakukan
peneliti memperoleh kesimpulan bahwa terdapat peningkatan kegiatan
belajar dan aktivitas siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat pada
setiap siklusnya. Hasil nilai pra siklus 3 (16,67%)siswa tuntas dengan
nilai rata-rata 59,33%. Siklus I 10 (55,56%) siswa tuntas dengan nilai
rata-rata 72,22%. Siklus II 16 (88,89%) siswa tuntas dengan nilai rata-
rata 81,83%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode Role Playing dapat meningkatkan hasil
belajar Akidah Akhlak pada siswa kelas X MIA Semseter II MA Darul
Falah Pringsurat tahun pelajaran 2017/2018.
2. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri Asembagus
yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar kimia peserta didik
kelas X.9 SMA Negeri 1 Asembagus semester genap tahun pelajaran
2022/2023 melalui pengunaan model problem based learning.
Penelitian ini dirancang dalam dua siklus, setiap siklus dengan
tahapan; perencanaan, tindakan, pengamatan dan penilaian, dan
refleksi. Hasil penelitian pada siklus-1 aspek pengetahuan sebagai
berikut : (1) nilai terendah 60,00 dan nilai tertinggi 88,00, (2) rata-rata

14
kelas 77,09, dan (3) peserta didik yang tuntas 81,81% dan yang tidak
tuntas 18,18%. Aspek keterampilan sebagai berikut: (1) nilai terendah
66,00 dan nilai tertinggi 88,00, (2) rata-rata kelas 77,03, dan (3)
peserta didik yang tuntas 78,79%, dan yang tidak tuntas 21,21%. Hasil
penelitian pada siklus-2 aspek pengetahuan sebagai berikut : (1) nilai
terendah 64,00 dan nilai tertinggi 92,00, (2) rata-rata kelas 79,06, dan
(3) peserta didik yang tuntas 90,09% dan yang tidak tuntas 9,09%.
Aspek keterampilan sebagai berikut : (1) nilai terendah 69,00 dan nilai
tertinggi 90,00, (2) rata-rata kelas 80,03, dan (3) peserta didik yang
tuntas 90,91% dan yang tidak tuntas 12,12%. Berdasarkan hasil
analisis belajar tersebut, disimpulkan bahwa penggunaan
model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar
belajar kimia peserta didik kelas X.9 SMA Negeri 1 Asembagus
semester genap tahun pelajaran 2022/2023

15
16

BAB II
LANDASAN TEORI

A. MODEL PROBLEM BASED LEARNING


1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)
Proses pembelajaran dikelas biasanya dilengkapi dengan beberapa
komponen pembelajaran, salah satunya dengan model pembelajaran.
Dimana model pembelajaran merupakan bungkus atas bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Model
pembelajaran merujuk kepada wujud atau aplikasi dari suatu teori yang
biasanya diikuti dengan adanya strategi, media, metode, dan teknik
dalam proses pembelajaran sehingga menjadi bentuk praktis untuk
dilaksanakan. Pendidik dalam melaksanakan pembelajaran di tuntut
untuk dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat
setiap peserta didik untuk secara aktif terlibat dalam pengalaman
belajarnya. Melalui proses ini peserta didik akan mengalami
perkembangan tahapan demi tahapan hingga menjadi utuh baik pada
aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
Problem Based Learning (PBL) mampu mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik secara optimal dan mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif.
Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan,
artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan
efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan
proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan
peserta didik berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan
pada diri peserta didik. Suatu model pembelajaran yang baik memiliki
beberapa karakteristik, yaitu: “ memiliki prosedur ilmiah, hasil belajar
yang spesifik, kejelasan lingkungan belajar, kriteria hasil belajar, dan

16
17

proses pembelajaran yang jelas.” Suatu model pembelajaran dapat


memberikan beberapa manfaat. Pertama, memberikan pedoman bagi
guru dan peserta didik bagaimana proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Kedua, membantu dalam pengembangan kurikulum bagi
kelas dan mata pelajaran lain. Ketiga, membantu dalam memilih media
dan sumber. Keempat, membantu meningkatkan efektifitas
pembelajaran.
Hampir semua model pembelajaran digunakan untuk pengembangan
kemampuan berfikir(kognitif), afektif dan psikomotor tahap menengah
dan tinggi dapat digunakan dalam pembelajaran kompetensi umum-
akademik. Dalam pemilihan dan penggunaannya sudah tentu disesuaikan
dengan tahap perkembangan peserta didik, sifat mata pelajaran, serta
dukungan sarana, fasilitas belajar serta lingkungan sekitar. Model
pembelajaran yang diutamakan, selain menekankan pengembangan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor tahap tinggi, juga
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
Pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan
guru/dosen menciptakan situasi agar peserta didik belajar. Tujuan utama
pembelajaran atau pengajaran adalah agar peserta didik belajar. Mengajar
dan belajar merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.
Bagaimanapun baiknya guru/dosen mengajar, apabila tidak terjadi proses
belajar pada para peserta didik, maka pengajarannya tidak baik, tidak
berhasil. Sebaliknya, meskipun cara atau metode yang digunakan
guru/dosen sangat sederhana, tetapi sudah mendorong para peserta didik
banyak belajar, pengajaran tersebut cukup berhasil.
Melalui proses belajar-mengajar tersebut terjadi perubahan,
perkembangan, kemajuan baik dalam aspek fisik, intelek, sosial-emosi
maupun sikap dan nilai. Makin besar atau makin tinggi atau makin
banyak perubahan atau perkembangan tersebut dapat dicapai oleh peserta
didik, maka makin baiklah proses belajar. Proses belajar mengajar disini
adalah dalam rangka pendidikan semua aktifitas dan perubahan atau
perkembangan mengarah kepada lebih baik. Perkembangan yang kearah
tidak baik, itu bukan pendidikan.

17
18

2. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) adalah merupakan model
pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam
kehidupan sehari-hari perserta didik (bersifat kontektual) sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based learning (PBL)
menantang “peserta didik untuk belajar”, bekerja secara berkelompok
untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin
tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada
peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi
yang berkenan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Beberapa karakteristik dalam pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia
nyata yang tidak terstruktur.
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspektif)
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki peserta didik,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaan nya,
dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang ensensial
dalam PBL
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif
h. Pengembangan keterampilan Inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi
dari sebuah permasalahan
i. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrase dari
proses belajar
j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman peserta didik dan
proses belajar

18
19

3. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)


a. Mengorientasi peserta didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan aktivitas- aktivitas yang akan dilakukan. Tahapan
ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa
yang harus dilakukan oleh peserta didik serta dijelaskan bagaimana
guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting
untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam
pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu
dilakukan dalam proses ini, yaitu:
1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah
besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana
menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi
siswa yang mandiri.
2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai
jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau
kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali
bertentangan.
3) Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta
didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap
membantu, sedangkan peserta didik harus berusaha untuk
bekerja mandiri atau dengan temannya.
4) Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik didorong
untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka. Semua peserta
didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan
dan menyampaikan ide-ide mereka.
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) juga mendorong peserta
didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu

19
20

guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk


kelompok-kelompok peserta didik, masing-masing kelompok akan
memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Setelah peserta
didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar, selanjutnya guru menetapkan subtopik-subtopik
yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning (PBL).
Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik
penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan
karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen,
berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.
Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat
penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun
aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi
permasalahan.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil
karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis,
namun bisa berupa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah
dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari
situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian
multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat
berpikir peserta didik.
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning
(PBL). Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik
menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.

4. Komponen-Komponen Problem Based Learning (PBL)

Komponen-komponen pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


dikemukakan oleh Arends, diantaranya adalah:

20
21

a. Permasalahan autentik. Model pembelajaran Problem Based


Learning (PBL) mengorganisasikan masalah nyata yang penting
secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan
jawaban yang sederhana.
b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar
berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif
keilmuan.
c. Pengamatan autentik. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan solusi
yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan
menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat
prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan
eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
Dari kompenen-kompenen diatas peserta didik dituntut untuk
berfikir secara struktural dan belajar menggunakan sumber dari
berbagai perspektif ilmu memecahkan permasalahan yang nyata

5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)

Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran


Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya:

a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk


lebih memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik
serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru
bagi peserta didik.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
peserta didik.
d. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
peserta didik Disamping kelebihannya, model ini juga mempunyai
kekurangan, yaitu:
a) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit

21
22

untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk


mencoba.
b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui Problem Based
Learning (PBL) membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka
tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Adapun analisis penulis setelah melihat keunggulan dan kelemahan


dari penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat
disimpulkan bahwa kelemahan yang terdapat pada model Problem
Based Learning (PBL) ini dapat teratasi dengan adanya peran aktif guru
dalam memotivasi peserta didik serta persiapan waktu yang efektif dan
efisien.

B. TINJAUAN HASIL BELAJAR


1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar
memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu “ definisi ini
memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk
mencapai kepandaian atau ilmu. Dengan belajar manusia menjadi tahu,
memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.
Menurut morgan dan kawan-kawan (1986) yang menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi
sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar ada tiga
macam yakni:
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita.

22
23

Sedangkan Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah


yakni :

a. Ranah kognitif
b. Ranah afektif
c. Ranah psikomotoris.
2. Ciri-ciri tes hasil belajar
a. Valid: Sebuah tes dikatakan telah memiliki validitas, apabilates
tersebut dengan secara tepat, dan benar telah dapat
mengungkapkan atau mengukur yang seharusnya diungkap atau
diukur lewat tes tersebut.
b. Reliabel: Ciri kedua dari tes hasil belajar yang baik adalah
bahwa hasil belajar tersebut telah memiliki reliabilitas atau
bersifat reliabel. Dinyatakan riabel apabila hasil-hasil
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut
secara berulang kali pada subyek yang sama.
c. Obyektif: Ciri ketiga dari tes hasil belajar yang baik adalah tes
hasil belajar tersebut bersifat obyektif. Bahan pelajaran yang
telah diberikan atau diperintahkan untuk dipelajari oleh peserta
didik itulah yang dijadikan acuan dalam pembuatan atau
penyusunan tes hasil belajar.
d. Praktis: Bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes hasil
belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah karena tes itu:
(a) bersifat sederhana (tidak banyak menggunakan peralatan)(b)
lengkap, dalam arti bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan
petunjuk mengenai cara mengerjakannya, kunci jawabannya dan
pedoman skoring serta penentuan nilainya. Bersifat ekonomis
mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut tidak
memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga dan
biaya yang banyak. berdasarkan hal tersebut, ada ayat Al-qur’an
yang menjelaskan:
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar peserta didik sebagaimana yang

23
24

diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang


mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah:
a. Faktor row input (faktor murid itu sendiri) dimana setiap anak
memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam: (1) kondisi fisiologis,
(2) Kondisi psikologis.
b. Faktor environmental input (faktor lingkungan), baik itu lingkungan
alami ataupun lingkunagn sosial.
c. Faktor instrumental input, antaralain kurikulum, program/bahan
pengajaran, sarana dan fasilitas, guru (tenaga pengajar)
Selanjutnya Ahmadi dan Supriyono memaparkan bahwa faktor
pertama merupakan faktor dari dalam, dan faktor kedua dan ketiga
disebut sebagai faktor dari luar, yang secara lengkap dipaparkan sebagai
berikut:
a. Faktor dari luar
1) Faktor environmental input (lingkungan)
Lingkungan fisik termasuk di dalamnya adalah suhu, kelembaban,
kepengapan udara dan sebgainya. Belajar pada keadaan udara yang
segar, akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan
udara yang panas dan pengap.
2) Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan
penggunaannya sesuai dengan prestasi belajar yang diharapkan
dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan
belajar yang telah dirancang.
b. Faktor dari dalam
1) Kondisi fisiologis anak
Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan
sebagianya akan sangat membantu dalam proses dan prestasi
belajar. Demikian pula dengan kondisi panca indera, terutama
indera penglihatan dan pendengaran tidak kalah penting dalam
mempengaruhi proses dan prestasi belajar.
2) Kondisi psikologis

24
25

a) Minat
Minat sangat mempengaruhi proses dan prestasi belajar.
Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia
tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam
mempelajari hal tersebut. Sebaliknya kalau seseorang
mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharpkan
akan lebih baik.
b) Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan besar dalam menetukan
berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau
mengikuti sesuatu program pendidikan.
c) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap
prestasi belajar sesorang. Belajar pada bidang yang sesuai
dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya
usaha itu.
d) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong
sesorang untuk melakukan sesuatu. Jajdi motivasi belajar adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.
e) Kemampuan-kemampuan kognitif
Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti
juga tujuan belajar melipuri tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotor, namun tidak dapat
diingkari bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih
diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat dismpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat berasal
dari dalam diri peserta didik yaitu kondisi fisiplogis dan kondisi
psikologis maupun dari luar diri peserta didik yaitu faktor
lingkungan dan faktor instrumental.
4. Kriteria Pengukuran Hasil Belajar

25
26

Pada prinsipnya, cerita pengukuran hasil belajar yang ideal meliputi


segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar peserta didik. Namun demikian, pengukuran perubahan
tingkah laku seluruh ranah ini, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit.
Hal ini di sebabkan perubahan hasil belajar ini yang bersifat intangible (
tak dapat diraba). Oleh karena yang dapat dilakukan oleh seorang guru
dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan tingkah terjadi sebagai
hasil belajar peserta didik, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun
yang berdimensi.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
sebagai mana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar
indikator (penunjuk adanya hasil tertentu) dikaitan dengan jenis hasil
yang hendak diungkapkan atau diukur. Selanjutnya agar pemahaman kita
lebih mendalam mengenai kunci pokok tersebut dan untuk memudahkan
dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi yang di pandang tepat, relibel,
dan valid, dibawah ini Surya dan Barlaw menyajikan sebuah tabel
panjang yang dikutip oleh muhibbin Syah dengan penyesuaian
seperlunya.

Tabel 2.1 Indikator Penilaian

Ranah/ jenis Prestasi Indikator Cara evaluasi

26
27

A. Ranah Cipta (Kognitif)


1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 1. Tes lisan
2. Dapat membandingkan 2. Tes tertulis

3. Dapat menghubungkan 3. Observasi

2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan 1. Tes lisan

2. Dapat menunjukkan kembali 2. Tes tertulis


3. Observasi

3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan 1. Tes lisan


2. Dapat mendefinisikan dengan 2. Tes tertulis
lisan sendiri 3. Observasi

4. Penerapan 1. Dapat memberikan contoh


1. Tes lisan
2. Dapat menggunakan secara tepat
2. Tes tertulis

5. Analisis (Pemeriksaan 1. Tes lisan


1. Dapat menguraikan
dan pemilihan secara 2. Tes pemberian
teliti) 2. Dapat menggunakan secara
3. Observasi
tepat

6. Sintesis (membuat 1. Tes lisan


1. Dapat menghubungkan
panduan baru dan 2. Tes pemberian
2. Dapat menyimpulkan
utuh)
Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)

27
28

B. Ranah Afektif
1. Penerimaan 1. Menunjukan sikap menerima 1. Tes tertulis
2. Menunjukan sikap menolak 2. Tes skala sikap
3. Observasi

2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi/ 1. Tes skala sikap


terlibat 2. Pemberian
2. Kesediaan memanfaatkan tugas
3. Observasi

3. Apresiasi(sika 1. Menganggap penting dan 1. Tes sakal sikap


p menghargai) bermanfaat 2. Pemberian
2. Menganggap indah dan tugas
harmonis 3. Observasi
3. Mengagumi

4. Internalisasi (pendalam) 1. Mengakui dan meyakini 1. Tes skala sikap


2. Mengingkari 2. Pemberian
tugas
3. Observasi

5. Karakterisasi 1. Melembagakan atau 1. Tes skala sikap


(pengayaan) meniadakan 2. Observasi
2.Menjelma dalam pribadi dan
perilaku sehari-hari

28
29

C. Ranah Psikomotorik
1. Keterampilan bergerak 1. Mengkoordinasikan gerak mata, 1. Observasi
dan bertindak tangan, kaki, dan anggota tubuh 2. Tes tindakan
lainnya

2. Kecakapan ekspresi 1. Mengucapkan 1. Tes lisan


verbal dan non verbal 2. Membuat mimic dan gerak 2. Observasi
jasmani 3. Tes tindakan

Menurut Mubbin syah kriteria pengukuran prestasi belajar


didasarkan pada perkembangan yang dimiliki oleh peserta didik yang
meliputi:
a. Perkembangan motoric (motor development), yakni proses
perkembangan progresif dan berhubungan dengan aneka ragam
keterampilan fisik anak (motor skill)
b. Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni
perkembangan fungsi intelektual atau pross perkembangan
kemampuan kecerdasan otak anak.
c. Perkembangan social dan moral (social and moral development),
yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan
perubahan – perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek
atau orang lain, baik sebagai kelompok.
Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar
merupakan sebuah tolak ukur atas pembelajaran. Apabila merujuk pada
operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila
diikuti ciri-ciri:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi belajar tinggi, baik individu maupun kelompok
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus telah
dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok
c. Terjadi proses pemahaman materi yang secara sekuensial
mengantarkan materi berikutnya
Saiful bahri jamara mengemukakan ada beberapa indikator-indikator

29
30

yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan belajar dalam peserta didik,
yaitu:
a. Anak didik menguasai bahan pelajaran yang telah dipelajari
b. Anak didik menguasai teknik dan cara mempelajari bahan pelajaran
c. Waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pengajaran relatif
lebih singkat
d. Teknik dan cara belajar yang telah dikuasai dapat dipergunakan untuk
mempelajari bahan pelajaran lain yang serupa
e. Anak didik dapat mempelajari bahan pengajaran lain secara sendiri
f. Timbul motivasi intrinsik (dorongan dari dalam diri anak didik) untuk
belajar lebih lanjut
g. Tumbuh kebiasaan peserta didik untuk selalu mempersiapkan
diri dalam menghadapi kegiatan di sekolah
h. Peserta didik terampil memecahkan masalah yang dihadapi
i. Tumbuh kebiasaan peserta didik untuk selalu mempersiapkan
diri dalam menghadapi kegiatan sekolah
j. Kesediaan peserta didik untuk menerima pandangan orang lain dan
memberikan pendapat atau komentar terhadap gagasan orang lain.
Dengan demikian hasil belajar pendidikan agama islam diukur
melalui beberapa aspek yaitu dari segi kuantitas dalam bentuk hasil atau
nilai yang diperoleh sehingga kemampuan peserta didik yang dimiliki
dari hasil belajarnya itu dapat dijadikan bekal untuk menuju masa
depannya.
Melalui pengukuran prestasi itu dapat ditetapkan bagaimana
kualifikasi prestasi yang dicapai peserta didik baik peseorangan maupun
secara keseluruhan. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkkat
keberhasilan (prestasi belajar) siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut ialah:
a. Norma skala angka dari 0 sampai 10
b. Norma skala angka dari 0 sampai 100
Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan
belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk
skala 0-100 adalah 55 atau 60, alhasil pada prinsip nya jika seseorang
siswa

30
31

mendapatkan nilai lebih dari batas minimal, ia dianggap telah memenuhi


target minimal keberhasilan belajar. Norma pengukuran ini dapat dilihat
pada tabel berikut

Tabel 2.2 Perbandingan Nilai Angka dan Huruf

Simbol Nilai Angka dan Huruf


Angka
Predikat
Skala 0-10 Skala 0-100
8-10 80-100 A Sangat baik
7-7,9 70-79 B Baik
6-6,9 60-69 C Cukup
5-5,9 50-59 D Kurang
0-4,9 0-49 E Gagal

C. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran
ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agamaIslam, sehingga PAI
merupakan bagian yang terdapat dalam ajaran agama Islam. Ditinjau dari
segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang
menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata
pelajaran lain yang bertujuan untuk pengembangan moral dan
kepribadian peserta didik. Semua mata pelajaran yang memiliki tujuan
tersebut harus siring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
mata pelajaran PAI.

Diberikannya mata pelajaran PAI bertujuan untuk terbentukya


peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT berbudi
pekerti yang luhur (berakhlak mulia), dan memiliki pengetahuan yang
cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi islam
lainnya, sehingga dapat dijadikan bakal untuk mepelajari berbagai bidang
ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh
negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.
PAI menjadi

31
32

mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat


menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan
bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut
sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
ditengahtengah masyarakat.

Pendidikan agama islam merupakan usaha sadar yang dilakukan


penddik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Karakteristik pendidikan Islamdiantaranya adalah:
pertama, pendidikan Islam adalah penekanan pencarian ilmu
pengetahuan, penguasaan, dan pengembangan atas dasar ibadah kepada
Allah SWT. Kedua, pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang,
berkembang dalam suatu kepribadian. Setiap pencari ilmu dipandang
sebagai makhluk Tuhan yang dihormati dan disantuni. Ketiga,
pengalaman ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan
dan masyarakat
2. Akhlak Madzmumah dan akhlak mahmudah
Setiap manusia terlahir dengan fitrah dan sifat masing-masing. Ada
yang terlahir dengan sifat yang tenang, santun, mudah beradaptasi dan
ramah kepada setiap orang. Ada juga yang memiliki sifat bawaan
pemurung, pendiam, mudah marah, mudah tersinggung dan lain
sebagainya. Di sekitar kita, orang yang mudah tersinggung dan mudah
marah sering disebut dengan temperamental yaitu kondisi di mana
amarah seseorang dapat meningkat dengan cepat dan apabila kondisi
seperti itu dibiarkan terus-menerus, maka tentu akan berpengaruh
terhadap aktivitas dan sosialisasi mereka dengan lingkungan di
sekitarnya. Sifat temperamental yang tidak dikendalikan dan tidak
diupayakan untuk dirubah ibarat menyimpan bom waktu, karena akan
berpotensi untuk mendatangkan masalah dari waktu ke waktu. Oleh
karena itulah baik dalam Al-Qur`an maupun hadis banyak sekali dalil
yang melarang seorang mukmin untuk memiliki sifat pemarah dan
temperamental, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi orang lain,

32
33

pada kehidupan di dunia hingga kehidupan di akhirat.


Sehingga seorang mukmin harus bekerja keras untuk menahan
amarahnya agar terhindar dari hal-hal yang merugikan, sebagaimana
sabda Rasulullah Saw. berikut ini: Dari Abu Hurairah RA berkata,
seorang laki-laki berkata kepada Nabi Saw. “Berilah aku wasiat” Beliau
menjawab “Janganlah engkau marah”. Lelaki itu mengulang-ulang
permintaannya (namun) Nabi Saw. (selalu) menjawab, “Janganlah
engkau marah” (H.R. Bukhari)
Sebaliknya seorang mukmin harus mampu menjaga dan mengontrol
dirinya. Godaan setan untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh
agama, datang silih berganti menguji keimanan dan kemampuan kita
untuk mengendalikan diri setiap hari. Apabila kita tidak mampu
mengontrol diri, dan mengikuti bisikan dan godaan untuk melakukan hal-
hal yang terlarang tersebut, maka tentu saja kita akan terjerumus ke
dalamnya, namun apabila kita mampu mengontrol diri dengan baik maka
kita akan terhindar dari hal- hal yang dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain. Seorang muslim juga harus memiliki sifat berani
membela kebenaran. Berani yang harus dilakukan oleh seorang muslim
adalah keberanian yang berlandaskan kepada kebenaran dan dilakukan
dengan penuh pertimbangan serta perhitungan semata-mata untuk
mengharapkan rida Allah Swt.
a. Menghindarkan Diri dari Sifat Temperamental (Ghadhab)
1. Definisi Sifat Temperamental (Ghadhab)
Temperamental atau sifat mudah marah dalam bahasa Arab berasal dari
kata ghadhab, dari kata dasar ghadhiba– yaghdhibu–ghadhaban.
Menurut istilah, ghadhab berarti sifat seseorang yang mudah marah
karena tidak senang dengan perlakuan atau perbuatan orang lain. Sifat
amarah, selalu mendorong manusia untuk bertingkah laku buruk.
Menurut Sayyid Muhammad Nuh dalam kitab ‘Afatun ‘ala at-Thariq
marah adalah perubahan emosional yang menimbulkan penyerangan
dan penyiksaan guna melampiaskan dan mengobati apa yang ada di
dalam hati. Sedangkan dalam perspektif ilmu tasawuf, Imam An-
Nawawi menyebutkan bahwa marah adalah tekanan nafsu dari hati
yang

33
34

mengalirkan darah pada bagian wajah yang mengakibatkan kebencian


kepada seseorang. Lawan kata dari sifat ghadhab adalah rida atau
menerima dengan senang hati dan al-hilm atau murah hati, tidak cepat
marah. Ghadhab sering dikiaskan seperti nyala api yang terpendam di
dalam hati, sehingga orang yang sedang dalam keadaan marah,
wajahnya akan memerah seperti api yang menyala. Sifat ghadhab
harus dihindari, karena sifat ghadhab tidak akan pernah menyelesaikan
masalah, justru sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Seorang
muslim harus senantiasa bersabar dan berusaha menahan amarahnya.
Imam Al-Ghazali mengatakan, bahwa orang yang bersabar adalah
orang yang sanggup bertahan menghadapi rasa sakit serta sanggup
memikul beban atas sesuatu yang tidak disukainya. Rasulullah Saw.
bersabda sebagai berikut: Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. bahwa
Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang kuat, bukanlah orang yang
menang berkelahi, namun orang kuat adalah orang yang mampu
menguasai dirinya ketika ia sedang marah”. (H.R. Bukhari dan
Muslim)
2. Penyebab Sifat Temperamental (Ghadhab)
Marah (ghadhab) adalah situasi yang normal dan manusiawi karena ia
merupakan sifat yang melekat pada tabiat seseorang. Namun seorang
mukmin harus berusaha mengendalikan sifat marah tersebut dan
berlatih dengan cara menjauhi sebab-sebab yang dapat menimbulkan
kemarahan dan jangan mendekati hal-hal yang mengarah pada situasi
yang dapat memancingnya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui dan
mengenali hal-hal yang dapat menyebabkan kemarahan.

b. Definisi Kontrol Diri


1. Pengertian Kontrol diri
Dalam Islam disebut dengan mujahaddah an-nafs. Secara bahasa
mujahaddah an-nafs terdiri dari dua kata yaitu mujahaddah yang
berarti bersungguh-sungguh, dan an-nafs yang berarti jiwa, nafsu atau
diri. Sehingga pengertian dari mujahadddah an-nafs atau kontrol diri
adalah upaya sungguh-sungguh untuk mengendalikan diri atau
menahan nafsu

34
35

yang melanggar hukum-hukum Allah Swt. Lawan kata dari


mujahaddah an-nafs adalah ittiba’ul hawa atau mengikuti hawa nafsu.
Kontrol diri identik dengan kemampuan untuk menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan perilaku seseorang menjadi
lebih positif. Kontrol diri juga berperan untuk menahan tingkah laku
yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, karena orang yang
memiliki kontrol diri yang baik, cenderung akan patuh dan mengikuti
peraturan yang ada di mana pun ia berada, serta mampu menekan atau
menahan tingkah laku yang bersifat impulsif atau sekehendak hatinya.
Kontrol diri akan membuat seseorang mampu menahan reaksi yang
bersifat negatif terhadap sesuatu dan mengarahkannya menjadi reaksi
yang lebih positif. Semakin tinggi kemampuan kontrol diri seseorang,
maka akan semakin rendah tingkat agresifitasnya terhadap sesuatu, dan
begitu pun sebaliknya. Rasulullah Saw. bersabda sebagaimana yang
diriwayatkan dalam hadis riwayat Muslim berikut ini,Abdullah bin
Mas’ud r.a. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Apakah yang kamu
sebut dengan orang yang perkasa (kuat) di antara kamu?” Jawab kami:
“orang yang mampu merobohkan lawannya”. Jawab Nabi: “bukan itu
orang yang perkasa, melainkan seseorang yang mampu menguasai
dirinya pada saat ia marah” (H.R. Muslim)
2. Implementasi Sikap Kontrol Diri dalam Kehidupan
Sebagai makhluk sosial, interaksi antara satu individu dengan individu
yang lain tentu saja akan berjalan baik apabila dilandasi dengan nilai-
nilai dan ajaran Islam. Sehingga dalam relasi sosial antara satu
individu degan individu yang lain, seorang mukmin harus senantiasa
mampu mengembangkan sikap kontrol diri agar senantiasa tercipta
suasana yang nyaman, aman, saling menghormati dan menghargai satu
sama lain. Berikut ini adalah cara untuk menerapkan dan
mengimplementasikan sikap kontrol diri dalam kehidupan sehari-hari
yaitu:
1) Memikirkan risiko dan akibat dari setiap perbuatan
2) Bersabar dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan

35
36

3) Memperbanyak zikir kepada Allah Swt.

c. Berani Membela Kebenaran


1. Pengertian Berani
Dalam Islam sering disebut dengan istilah syaja’ah. Menurut bahasa
syaja’ah berarti berani atau gagah. Sedangkan arti syaja’ah menurut
istilah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela
kebenaran dengan cara yang ksatria dan terpuji. Syaja’ah merupakan
suasana bathiniah seseorang yang direalisasikan dalam sikap lahiriah
untuk berani mengambil tindakan dengan penuh keyakinan dan siap
dengan segala risikonya. Keputusan untuk berani mengambil tindakan
ini harus dilandaskan pada kebenaran dan keadilan, sesuai dengan
norma agama, adat istiadat maupun hukum positif yang berlaku, agar
mendapatkan rida dari Allah Swt. Lawan kata dari syaja’ah adalah
jubun (yang artinya penakut), yaitu sifat yang cenderung lemah dan
pengecut. Sedangkan apabila keberanian yang bersifat berlebihan dan
cenderung keras kepala, keras hati dan membabi-buta maka disebut
tahawwur (yang artinya nekat).
2. Implementasi Sikap Berani Membela Kebenaran dalam Kehidupan
Adapun implementasi dari sikap berani membela kebenaran dalam
kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dalam perilaku sebagai berikut
:
1) Berani menghadapi musuh di medan pertempuran (jihad fii
sabiilillah)
2) Berani mengatakan kebenaran
3) Berani menyimpan dan menjaga rahasia
4) Memiliki daya tahan tubuh yang kuat
5) Mampu mengendalikan hawa nafsu
6) Berani mengakui kesalahan

36
37

D. PENELITIAN RELEVAN
Riset-riset terdahulu menunjukkan berbagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi berpakaian sesuai
dengan syariat islam dengan menggunakan berbagai model
pembelajaran salah satunya Saidah (2022) “ Penerapan Model Resitasi
Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Berpakaian Sesuai Syariat
Islam Siswa Kelas X”. Ada juga yang menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) salah satunya adalah
Karimulla, Mohammad ( 2017). “Upaya Memaksimalkan Pemahaman
Siswa Pada Ketentuan Berpakaian Sesuai Dengan Syariat Islam
Dengan Menerapkan Metode Resitasi Dan Diskusi Pada Siswa Kelas
X. Ips 3 Sman I Tanjung Palas Tahun Pelajaran 2017/2018”.
Penulis bermaksud mengikuti peneliti sebelumnya yaitu
Karimulla, Mohammad (2017) dalam menggunakan model
pembelajaran Problem Base Learning (PBL) karena menurut penulis
salah satu teknik pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik adalah menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) .

E. HIPOTESIS TINDAKAN

H0= TIDAK TERDAPAT PENGARUH MODEL PBL THP


HASIL BELAJAR SISWA
H1= TERDAPAT PENGARUH MODEL PBL THP HASIL
BELAJAR SISWA
Pemilihan metode, strategi dan model pembelajaran yang tepat
merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan pembaharuan
inovasi atau perubahan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu
alternatif model pembelajaran yang diterapkan pendidik untuk
mencapai aspek-aspek pemahaman konsep, aktifitas dalam berfikir,
pemecahan masalah dan sebagainya.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan


model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam belajar
terutama dalam memecahkan suatu masalah, membangun kesadaran

37
38
dalam bekerja sama, aktif dalam bertukar fikiran dengan sesamanya
dalam memahami materi. Pembelajaran pendidikan agama Islam

38
39

dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dapat


meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan adanya kerja
kelompok akan membantu siswa dalam memahami materi terutama
siswa yang daya tangkapnya lemah. Berarti tugas guru dalam mengajar
PAI menjadi ringan dan pencapaian ketuntasan belajar dapat tercapai
karena adanya kerja sama yang saling membantu mempermudah
pemahaman materi bagi siswa yang kesulitan memahami.

Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based


Learning (PBL) maka peserta didik akan selalu terlibat secara
langsung dalam pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan peserta
didik untuk memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran, materi
yang dibahas akan selalu teringat oleh peserta didik dan konsep yang
harus dikuasai oleh peserta didik akan mudah diterima. Berikut adalah
gambaran pemikiran peneliti:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

39
40

Penjelasan: Pada kondisi awal guru belum menerapkam model


pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Berdasarkan
pengamatan, siswa kelas X-E8 dalam pembelajaran pendidikan agama
islam pada materi akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah hasil
belajar peserta didik masih banyak yang mendapatkan nilai dibawah
KKM, disebabkan karena kurangnya antusias peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran dengan baik dan bersungguh-sungguh. Oleh
karena itu, dilakukan tindakan yaitu menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran.
Pada siklus I dilakukan pembelajaran Problem Based Learning
(PBL). Kemudian dilakukan pada siklus II dengan menerapkan
kembali model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Kondisi
yang diharapkan yaitu dengan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis tindakan
yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut: “jika model
pembelajaran diterapkan, maka hasil belajar peserta didik pada
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi akhlak madzmumah
dan akhlak mahmudah kelas X-E8 SMA Negeri 2 Karanganyar
meningkat”.

40
41

BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN SIFAT PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian tindakan kelas


(classroom research). Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah upaya
yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.
Suharsimi menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata yang
tergabung didalamnya, yakni: Penelitian + Tindakan + Kelas, dengan paparan
sebagai berikut:

1. Penelitian-kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan


metedologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti;

2. Tindakan – sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan


tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan;

3. Kelas – dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah kelas
adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran dari seorang guru.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera


dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam
sebuah kelas.

B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007)

41
42

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas (independent variabel) atau variabel X adalah
variabel yang dipandang sebagai penyebab munculnya variabel terikat yang
diduga sebagai akibatnya. Sedangkan variabel terikat (dependent variabel)
atau variabel Y adalah variabel (akibat) yang dipradugakan, yang bervariasi
mengikuti perubahan dari variabel-variabel bebas. Umumnya merupakan
kondisi yang ingin kita ungkapkan dan jelaskan (Kerlinger, 1992)
1. Variabel Bebas (Independent) : Model Pembelajatan Problem Based
Learning (PBL) (X)
2. Variabel Terikat (Dependent) : Hasil Belajar peserta didik pada
materi akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah (Y)

C. RANCANGAN TINDAKAN
Secara umum, penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri atas beberapa
siklus atau pengulangan dari siklus. Setiap setiap siklus terdiri dari empat
langkah, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan, (3) pengamatan/observasi;
dan (4) refleksi.
Keempat tahapan tersebut merupakan unsur yang membentuk sebuah
siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun. Sehingga bentuk penelitian
tindakan kelas tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi berupa
rangkaian kegiatan yang akan kembali ke bentuk asal, yaitu siklus.
Alur model penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut.

42
43

1. Perencanaan (Planing)
a. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi
dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik (menetukan
pokok bahasan, mengembangkan skenario pembelajaran)
b. Membuat Modul Ajar
c. Membuat lembar kerja Peserta Didik (LKPD)
d. Membuat instrument yang digunakan dalam PTK
e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran

2. Pelaksanaan tindakan (Action)


Tahap ini meliputi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
yang dilakukan berdasarkan Modul Ajar yang telah dibuat disertai
dengan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya,
yaitu kartu soal dan jawaban, dan instrumen penelitian, yaitu tes hasil
belajar siklus I dan II, lembar observasi belajar siswa. Pelaksanaan
tindakan pada siklus satu ini dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan,
antara lain sebagai berikut.
a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario.
b. Menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran.
c. Peserta didik diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan
terhadap materi yang diajarkan.
d. Melakukan pengamatan.
3. Pengamatan (Observation)
Tahap observasi dilakukan selama proses pembelajaran
kelompok berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan dengan cara
mengisi lembar observasi. Juga observasi keterlaksanaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dinilai langsung
oleh teman guru sebaya.
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada
tahap observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Hasil analisis

43
44

siklus pertama inilah yang dijadikan acuan penulis untuk


merencanakan siklus kedua.
a. Hal-hal yang belum berhasil ditindak lanjuti, sedangkan yang
sudah baik dipertahankan atau ditingkatkan, sehingga hasil yang
dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan
hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya.
b. Melakukan analisis data yang telah terkumpul dalam tahap pengamatan
c. Selanjutnya diteliti mana kelemahan dan kelebihan masing-
masing peserta didik dan selanjutnya melakukan perbaikan pada
siklus selanjutnya.

D. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN


1. Subjek Penelitian
Penentuan subjek dan objek adalah usaha penentuan sumber data,
artinya dari mana data penelitian dapat di peroleh. Adapun subjek
dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X-E8 SMA Negeri 2
Karanganyar yang berjumlah 36 orang.
2. Objek penelitian
Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam Materi Akhlak Madzmumah dan akhlak
mahmudah Kelas X.

E. KRITERIA KEBERHASILAN TINDAKAN


Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian Tindakan ini apabila:
1. Peserta didik memperoleh peningkatan nilai berdasar Kategorisasi
perolehan nilai N- gain score dapat ditentukan berdasarkan nilai N-
gain maupun dari nilai N-gain dalam bentuk persen (%).
2. Lebih dari 50% peserta didik yang memperoleh peningkatan nilai

F. SUMBER DATA

Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu

44
45

pengamatan, dapat berupa angka, lambang atau sifat. Menurut Webster


New World Dictionary, pengertian data adalah things known or
assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau
dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti).
Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan.
Data bisa juga didefinisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai
yang diperoleh dari pengamatan (obsevasi) suatu objek. Data yang baik
adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu
dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran
tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.
1. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari
mana data tersebut dapat diperoleh dan memiliki informasi kejelasan
tentang bagaimana mengambil data tersebut dan bagaimana data
tersebut diolah. Sumber data merupakan subjek dari mana data dapat
diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer dan
sekunder. Sumber data primer yaitu informan (orang) yang dapat
memberikan informasi tentang data penelitian. Informan dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas X-E8 SMA Negeri 2
Karanganyar yang terdiri dari 36 peserta didik. Hal ini menjadi
pertimbangan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peserta
didik dalam pembelajaran yang diberikan dengan diterapkannya
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dalam pembelajaran Pendidikaan Agama Islam dengan materi akhlak
madzmumah dan akhlak mahmudah. Sumber data sekunder yaitu
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Sumber data

45
46

tersebut adalah data hasil belajar yang dikumpulkan, data pendukung


dalam penelitian ini adalah data dari Kepala Sekolah, Wali kelas dan
administrasi SMA Negeri 2 Karanganyar.
2. Data
Data adalah catatan fakta-fakta atau keterangan yang akan diolah
dalam kegiatan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data-data yang dapat menggambarkan keberhasilan dan
ketidakberhasilan penelitian. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Skor hasil pekerjaan secara individu dan kelompok pada latihan soal-
soal.
b. Lembar Penilaian diri peserta didik yang berkaitan dengan materi
akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah
c. Hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan oleh teman
sejawat guru untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
d. Lembar penilaian dari rangkaian kegiatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran selama diskusi kelompok

G. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA


1. Tes
Tes adalah suatu cara mengumpulkan data dengan memberikan
tes kepada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan tes hasil belajar, yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dalam kurun waktu
tertentu. Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa dengan melihat nilai yang diperoleh
siswa melalui tes tersebut. Dalam penelitian ini tes yang diberikan
kepada peserta didik ada dua macam, yaitu :
a. Pre test
yaitu bentuk tes yang diberikan sebelum dimulainya proses

46
47

pengajaran. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana


penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang akan
diajarkan.
b. Post test
yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan
pengajaran. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana pencapaian peserta didik terhadap bahan pengajaran setelah
melalui kegiatan belajar. Adapun untuk instrumen tes
sebagaimana terlampir.

2. Lembar Observasi
Penilaian observasi disini adalah observasi keterlaksanaannya
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL).

H. TEKNIK ANALISIS DATA (N-gain) DARI Hake (1998)


Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
analisis data kualitatif model mengalir dari Miles dan Huberman yang
meliputi tiga hal, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan
melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstrasian data mentah
menjadi data yang lebih bermakna. Dengan pereduksian data maka
akan lebih memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mempermudah peneliti untuk membuat kesimpulan
dari hasil penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan menyusun secara naratif
sekumpulan infromasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi,

47
48

sehingga dapat memungkinkan penarikan kesimpulan dan


pengambilan tindakan. Data yang sudah terorganisir ini kemudian
dideskripsikan guna memperoleh bentuk nyata dari responden
sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang
tertarik dengan penelitian yang dilakukan.
3. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap penarikan kesimpulan ini kegiatan yang dilakukan
adalah memberikan kesimpulan terhadap data-data dari hasil
penelitian yang telah dilaksanakan. Kesimpulan dalam penelitian ini
merupakan hasil temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan tersebut dapat berupa deskripsi yang merupakan gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah
dilaksanakan penelitian menjadi lebih jelas. Jika hasil dari
kesimpulan yang diperoleh kurang kuat maka perlu adanya verifikasi.
Adapun normalized gain atau N-gain score dapat kita hitung
dengan berpedoman pada rumus di bawah ini:

Keterangn : Skor ideal adalah nilai maksimal (tertinggi) yang


dapat diperoleh Kategorisasi perolehan nilai N-gain score
dapat ditentukan berdasarkan nilai N-gain
maupun dari nilai N-gain dalam bentuk persen (%). Adapun
pembagian kategori perolehan nilai N-gain dapat kita lihat pada table
berikut:

Sementara, pembagian kategori perolehan N-gain dalam bentuk


persen dapat mengacu pada gambar table di bawah ini:

48
49

Catatan : kita boleh memilih salah satu dari kedua ketentuan tentang
kategori atau kriteria perolehan nilai N-gain score di atas.

49
50

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil data yang penulis dapatkan di lapangan dengan


melakukan observasi dan serta dokumentasi maka gambaran tentang penerapan
hasil pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pesera Didik Pada Materi Akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan peserta didik kelas X SMA
Negeri 2 Karanganyar dapat penulis jelaskan bahwa dalam penerapan model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sudah berjalan dengan tahapan–
tahapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
A. SIKLUS 1

Siklus I membagi pertemuan menjadi 4 langkah yaitu perencanaan,


pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus I dilakukan dengan membahas
perencanaan pelaksanaan tindakan atau skenario pembelajaran dan
berbagai persiapan pembelajaran di antaranya pembuatan Modul Ajar
untuk kompetensi dasar, melakukan pemahaman tentang Akhlak
madzmumah dan akhlak mahmudah dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), materi pelajaran, dan
postest, menyiapkan instrument penelitian. Selain itu, juga dilakukan
pengelompokkan siswa yang di bagi menjadi 3 kelompok dengan
masing-masing jumlah kelompok 10-12 orang.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan berdasarkan Modul ajar yang telah disusun
pada perencanaan. Pada pertemuan siklus I ini aspek yang diajarkan
adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi yang
akan diajarkan adalah tentang Akhlak madzmumah dan akhlak
mahmudah (ghadab, Mujahadah an-nafs, dan Syaja’ah), dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

50
51

Adapun pelaksanaan tindakan siklus 1 dapat dijabarkan sebagai


berikut:
a. Pendahuluan, diawal pembelajaran terlebih dahulu guru memulai
dengan mengucapkan salam dan siswa menjawab salam dari guru
dilanjutkan dengan Doa pembuka, menyiapkan peserta didik,
kemudian guru menanyakan kabar dan mengabsen peserta didik,
kemudian guru menanyakan kepada peserta didik siapa yang tidak
hadir. Peserta didik menjawab semua hadir. Kemudian dilanjutkan
dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada materi pembelajaran tentang Akhlak madzmumah
dan akhlak mahmudah (ghadab, Mujahadah an-nafs, dan
Syaja’ah), serta menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
b. Kegiatan Inti, dalam kegiatan inti ini, guru melanjutkan dengan
memberikan stimulation kepada peserta didik dengan memberi
beberapa pertanyaan yang kemudian tanya jawab seputar
permasalahan pada pertanyaan tersebut. Kemudian guru
menyampaikan dan menjelaskan materi yang akan diajarkan
secara singkat, dan peserta didik memperhatikan penjelasan dari
guru. Setelah menjelaskan materi yang singkat, guru langsung
membagi siswa menjadi 3 kelompok masing- masing 10-12
peserta.

Tabel 4.1
Pembagian Kelompok Proses Pembelajaran

KELOMPOK 1 1. Adib Kurniawan


2. Affan Ardiansyah
3. Ahmad Al Muzadhit
4. Alya Navadia
5. Annisa Nur Fadilah
6. Aprillio Bintang Pradana Putra
7. Caissa Mastra Fikriansyah Widjaya
8. Deffi Nur Hidayati
9. Desti Nugraheni
10. Elma Reja Prawesti
11. Faidatul Kasanah
12. Fajar Algif Purnama

51
52

KELOMPOK 2 1. Farel Jalu Anakku


2. Hanif Imansyah
3. Ilham Muhammad Ridwan
4. Khalifia Sheza Azzahra
5. Kristy Mahanani
6. Lysandra Vella Arghiana
7. Methi Saputri
8. Mohammad Dhafa Athallah
9. Muhammad Alnara Raysza
10. Nabila Agustina Zara Amelia
11. Naswa Khairunnisa
12. Nurlita Retno Prabaningrum
KELOMPOK 3 1. Priangga Argaseta
2. Rahma Hasna Fauzziyah
3. Raihan Akbar Fadhillah
4. Rendy Nugroho Ardiyanto
5. Rokhan Purboningrum
6. Sefira Astrit Ayu Ulaika
7. Shafrya Nur Febrianty
8. Syahrul Aliya Fattahillah
9. Tasya Aulia Zahra
10. Vindy Antika Sari
11. Wahab Maulana Al Ubaidah
12. Zulaikha Hindun Ar Rokhmah

Adapun dalam menyusun kelompok guru membagi peserta


didik berdasar urutan absensi yaitu setiap kelompok ada siswa
yang memilki kemampuan yang lebih dan kurang, yaitu
berdasarkan pertemuan sebelumnya.
Setelah kelompok tersusun, kemudian guru menjelaskan
prosedur/tata cara belajar Problem based learning (PBL) dalam
tim atau kelompok. Guru membagikan LKPD yang harus di
kerjakan oleh masing-masing kelompok.
Peserta didik berdiskusi untuk memahami dan menganalisis
kasus/masalah yang ada di LKPD dan diskusi dengan anggota
kelompoknya. Pada saat proses diskusi terlihat masih banyak
peserta didik yang belum ikut berpartisipasi dalam mengerjakan
soal diskusi tersebut. Peserta didik masih ada yang mengobrol
dengan

52
53

temannya sedangkan menyerahkan pengerjaan tugas diskusi


tersebut kepada ketua kelompoknya.
Kemudian hasil diskusi yang telah dikerjakan setiap
kelompok dipresentasikan di depan kelas dengan materi, ketua
kelompok bertanggung jawab atas anggotanya saat presentasi
berlangsung. Kemudian setiap kelompok diberikan kesempatan
bertanya di depan kelas, kelompok lain diperbolehkan
memberikan pendapat atau saran terkait tentang materi yang
disampaikan.
c. Penutup, guru bersama dengan peserta didik menyimpulkan hasil
kerja yang diperoleh peserta didik, melakukan evaluasi dan
refleksi, serta memberikan soal postest sebagai evaluasi materi
yang telah disampaikan. Di akhir pertemuan guru menyampaikan
materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, kemudian
guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama-sama dengan di
akhiri dengan salam.

3. Observasi
Pada tahap ini dengan melakukan pengamatan keterlaksanaannya
model pembelajaran Probem Based Learning (PBL) dengan lembar
observasi, pengamatan dilakukan oleh teman guru sejawat. Adapun
hasil observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Penyampaian tujuan dan pemberian motivasi
Pada siklus 1 guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu agar
siswa dapat memahami pengertian Akhlak madzmumah dan
akhlak mahmudah (ghadab, Mujahadah an-nafs, dan Syaja’ah),
dan memotivasi siswa betapa pentingnya bagi kita untuk
mempelajari matari tentang pengertian Akhlak madzmumah dan
akhlak mahmudah (ghadab, Mujahadah an-nafs, dan Syaja’ah).
b. Penyajian/informasi
Pada hasil observasi pada siklus I ini dalam penyampaian materi
sudah melakukan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL), hanya saja masih ada beberapa kekurangan yang harus
diperbaiki pada pembelajaran berikutnya.

53
54

c. Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok


belajar Pada tahap pengorganisasian ini masih banyak peserta didik
kurang paham dengan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL), sehingga ketika guru memberikan tugas masing-
masing kelompok untuk didiskusikan secara bersama- sama, masih
banyak peserta didik yang terlihat bingung dan malu-malu saat
bergabung dalam kelompoknya.
d. Membimbing kelompok berdiskusi
Dari hasil observasi pada siklus I, guru aktif dalam membimbing
dan mengarahkan peserta didik dalam kelompok belajar bersama,
membimbing dan mengontrol peserta didik dalam kelompok
belajar.
e. Evaluasi
Evaluasi pada siklus I untuk menentukan tingkat keberhasilan
pada siklus I. Dalam evaluasi ini guru memberikan soal pilihan
ganda sebanyak 10 butir soal pilihan ganda, dengan menggunakan
google form agar bisa dikerjakan peserta didik secara masing-
masing.
5. Refleksi
Refleksi pada siklus I ini secara umum pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I ini telah terlaksana dengan cukup baik,
meskipun masih kurang memuaskan karena peserta didik yang masih
malu-malu dan belum aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi pada saat pelaksanaan diskusi


kelompok peserta ddik masih banyak yang kurang memahami tata
cara belajar klompok dan masih bingung dalam melakukan kelompok
belajar bersama dan terlihat haya beberapa siswa saja yang berdiskusi
dalam masing-masing kelompok dan yang lainnya ada yang diam
saja dan ada pula yang bercanda. Hasil catatan lapangan, hasil belajar
siswa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) siklus I.

54
55

Tabel 4.2
Hasil Observasi Keterlaksanaannya
Pembelajaran Model Problem
Based Learning (PBL) siklus 1

Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Merumuskan Tujuan Pembelajaran 
2 Memilih metode yang tepat 
3 Memilih media yang tepat 
4 Menyusun alat evaluasi/penilaian 
5 Membuka pelajaran 
6 Memotivasi siswa 
7 Menjelaskan materi 
8 Penguasaan materi 
9 Menuntun peserta didik 
dalam mengerjakan LKPD
10 Penguasaan kelas 
Penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
a. Membuat masalah pada LKPD
b. Membentuk peserta didik ke dalam
11 
kelompok
c. Mengarahkan peserta
didik dalam diskusi
kelompok
d. Mengarahkan peserta didik agar
dapat memecahkan masalah pada
LPKD
12 Menutup pengajaran 
Jumlah 21 20
Skor Total 41

Berdasarkan data dari hasil observasi pada siklus 1 terkait


penggunaan model pembelaajaran Problem Based Learning (PBL),
dengan nilai maksimal 48, didapatkan nilai hasil observasi adalah 41
atau sebesar 85%. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) sudah diterapkan, hanya saja masih
banyak kekurangan-kekurangan yang masih harus diperbaiki

55
Tabel 4.3
Hasil Belajar Siswa Siklus 1

Nilai N-
Post- Sko N-
No Nama Peserta Didik Gain
Pretes Postes Pre r Gain
Score
Idea Score Persen
l
1 Adib Kurniawan 75 85 10 100 0,40 40%
2 Affan Ardiansyah 65 70 5 100 0,14 14%
3 Ahmad Al Muzadhit 79 84 5 100 0,16 16%
4 Alya Navadia 80 85 5 100 0,25 25%
5 Annisa Nur Fadilah 70 73 3 100 0,10 10%
6 Aprillio Bintang P.P 71 80 9 100 0,31 31%
7 Caissa Mastra F.W 74 79 5 100 0,19 19%
8 Deffi Nur Hidayati 81 85 4 100 0,21 21%
9 Desti Nugraheni 70 73 3 100 0,10 10%
10 Elma Reja Prawesti 83 88 5 100 0,29 29%
11 Faidatul Kasanah 68 72 4 100 0,13 13%
12 Fajar Algif Purnama 79 85 6 100 0,28 28%
13 Farel Jalu Anakku 80 86 6 100 0,30 30%
14 Hanif Imansyah 74 81 7 100 0,27 27%
15 Ilham Muhammad Ridwan 80 85 5 100 0,25 25%
16 Khalifia Sheza Azzahra 66 74 8 100 0,24 24%
17 Kristy Mahanani 74 80 6 100 0,23 23%
18 Lysandra Vella Arghiana 60 70 10 100 0,25 25%
19 Methi Saputri 68 74 6 100 0,19 19%
20 Mohammad Dhafa Athallah 60 70 10 100 0,25 25%
21 Muhammad Alnara Raysza 80 87 7 100 0,35 35%
22 Nabila Agustina Zara A 80 86 6 100 0,30 30%
23 Naswa Khairunnisa 67 73 6 100 0,18 18%
24 Nurlita Retno Prabaningrum 72 77 5 100 0,18 18%
25 Priangga Argaseta 85 88 3 100 0,20 20%
26 Rahma Hasna Fauzziyah 72 76 4 100 0,14 14%
27 Raihan Akbar Fadhillah 79 87 8 100 0,38 38%
28 Rendy Nugroho Ardiyanto 71 77 6 100 0,20 20%
29 Rokhan Purboningrum 82 87 5 100 0,28 28%
30 Sefira Astrit Ayu Ulaika 72 82 10 100 0,35 35%
31 Shafrya Nur Febrianty 82 89 6 100 0,33 33%
32 Syahrul Aliya Fattahillah 74 89 15 100 0,57 57%
33 Tasya Aulia Zahra 82 87 5 100 0,28 28%
34 Vindy Antika Sari 72 82 10 100 0,35 35%
35 Wahab Maulana Al Ubaidah 82 89 6 100 0,33 33%
36 Zulaikha Hindun A 74 89 15 100 0,57 57%

56
Berdasarkan data dari hasil post test pada siklus I, terdapat peserta
didik yang mencapai ketuntasan terdapat 27 peserta didik dengan
presentase 75%, sedangakan peserta didik hasil belajarnya belum tuntas
mencapai 9 peserta didik dengan presentase 25%. Sedangkan hasil pretes
peserta didik, terdapat peserta didik yang mencapai ketuntasan terdapat 16
peserta didik dengan presentase 44,4%, sedangkan peserta didik yang
tidak tuntas mencapai 20 peserta didik dengan prentase 55,5%. Dengan
demikian, penerapan Problem Based Learning (PBL) pada siklus I hasil
belajar peserta didik terdapat peningkatan dari sebelum pelaksanaan, yaitu:
siswa yang mencapai ketuntasan pada hasil pretes mencapai 44,4%, dan
ketuntasan pada hasil postest siklus I mencapai 75% terhadap peningkatan
30,6%. Sedangakan peserta didik yang belum mencapai ketuntasan
menurun 30,5%. Dengan demikian, dilihat dari nilai postest setelah
mengikuti pembelajaran dengan penerapan Problem Based Learning
(PBL) menunjukan bahwa siklus I sudah mengalami peningkatan dari
pembelajaran sebelum menggunakan dengan penerapan metode Problem
Based Learning (PBL), namun masih banyak peserta didik yang belum
mengauasai materi pembelajaran dan hasil belajarnya masih di bawah
Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) yang ditentukan.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, pada siklus II akan dilakukan
perbaikan dengan rencana tindakan sebagai berikut:
1) Mempertahankan kinerja guru yang sudah baik di siklus I untuk
tetap dilakukan pada di siklus II
2) Mengoptimalisasikan proses pembelajaran dengan memahami
kembali langkah- langkah dalam penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
3) Mengatur waktu dan materi yang akan disampaikan
4) Meningkatkan pembimbingan dan pengawasan pada saat peserta
didik melakukan diskusi dalam kelompok

5) Memotivasi peserta didik agar biasa kerja sama dengan baik


pada saat kerja kelompok

57
Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan mengacu kepada
hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan dan mendapat hasil bahwa
terdapat peningkatan terhadap hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Akhlak Madzmumah
dan akhlak mahmudah setelah diterapkannya model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL). Hal ini terbukti dari peningkatan hasil
belajar peserta didik setelah proses belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL),
meskipun peningkatannya tidak terlalu signifikan. Peningkatan hasil
belajar dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4
Peningkatan Hasil Belajar

PRESENTASE
HASIL SISWA PRETES SIKLUS 1 SIKLUS II
Tuntas 44,4% 75% -
Belum Tuntas 55,5% 25% -

GRAFIK PENINGKATAN HASIL


80,00% BELAJAR
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%

PRETEST POSTEST

TUNTASBELUM TUNTAS

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang
tuntas pada siklus I 75% meningkat 30,6%, dan diperlukan siklus II
sebagai penguatan hasil penelitian yang dilaksanakan.

58
B. SIKLUS II

Sebagaimana pada siklus I, pada siklus ini terbagi menjadi 4


langkah yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi.

1. Perencanaan
Sebagaimana pada siklus I sebelum pelaksanaan proses pembelajaran
pada siklus II terlebih dahulu guru mempersiapkan modul ajar,
membuat lembar kerja siswa, menyusun alat evaluasi pembelajaran .
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada pertemuan siklus II ini materi yang akan diajarkan adalah
menjelaskan akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah
a) Pendahuluan, diawal pembelajaran terlebih dahulu guru memulai
dengan mengucap salam dan siswa menjawab dari guru
dilanjutkan dengan doa pembuka dan memberikan motivasi,
kemudian guru menanyakan kabar dan mengabsen siswa
kemudian guru menanyakan kepada peserta didik siapa yang tidak
hadir. Peserta didik menjawab masuk semua. Kemudian
dilanjutkan dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai pada materi pembelajaran tentang akhlak madzmumah
dan akhlak mahmudah dan menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai.
b) Kegiatan inti, dalam kegiatan inti ini di siklus II, guru melanjutkan
dengan menyampaikan dan menjelaskan materi yang akan
diajarkan secara singkat dan peserta didik memperhatikan
penjelasan dari guru. Setelah menjelaskan materi secara singkat
guru langsung memerintahkan kepada peserta didik untuk
membentuk kelompok seperti pada siklus I, dan membagi LKPD
pada masing-masing kelompok sesuai materi yang telah
ditentukan. Sebelum berdiskusi, Peserta didik membaca
permasalahan yang diberikan sesuai materi. Setelah itu peserta didik
bertanya jawab tentang permasalahan tersebut. Setelah itu guru
memperintahkan kepada setiap kelompok untuk mengumpulkan bacaan
dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok, memahami materi
dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan, setiap kelompok

59
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain di
perbolehkan memberikan pendapat atau saran terkait tentang materi
yang di sampaikan
c) Setelah kelompok 1, 2, dan 3 selesai mempresentasikan hasil
diskusi, guru beserta peserta didik melakukan evaluasi dan refleksi
dari hasil pembelajaran, selanjutnya peserta didik diberikan soal
postes melalui google form agar dikerjakan masing- masing,
kemudian guru mengingatkan dan memottivasi kepada peserta
didik agar selalu belajar lebih giat karena sebentar lagi akan di
adakan Penilaian Sumatif. Pertemuan terakhir pada siklus II di
tutup dengan doa penutup secara bersama-sama dan salam.
3. Observasi
Dari hasil observasi pada siklus II diperoleh hasil bahwa proses
belajar mengajar pada siklus II sudah berjalan dengan baik dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
yang telak dilaksanakan lebih baik dan kekurangan-kekurangan pada
siklus I sudah diperbaiki sesuai dengan tahapan penerapan model
Problem Based Learning (PBL).
4. Refleksi
Setelah melaksanakan 2 kali pertemuan ternyata banyak
perubahan. Peserta didik sudah mulai aktif dalam menyampaikan
pendapat, sudah biasa belajar bersama ketika belajar kelompok dan
pada saat diskusi peserta didik sudah tidak malu-malu untuk
menyampaikan submateri yang mereka pegang masing-masing,
meskipun masih perlu diarahkan. Hasil belajar peserta didik sudah
semakin meningkat jauh lebih bagus dibandingkan sebelumnya dan
model pembelajaran ini peserta didik dapat memecahkan masalah
dalam materi, artinya tanpa peserta didik sadari mereka juga belajar
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun tidak
dapat dipungkiri masih ada kekurangan-kekurangan, namun
pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) ini sudah dapat berjalan baik.

60
Hasil catatan lapangan, hasil belajar siswa dengan penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siklus II.

Tabel 4.5
Hasil Observasi Keterlaksanaannya
Pembelajaran Model Problem
Based Learning (PBL) siklus II
Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Merumuskan Tujuan Pembelajaran 
2 Memilih metode yang tepat 
3 Memilih media yang tepat 
4 Menyusun alat evaluasi/penilaian 
5 Membuka pelajaran 
6 Memotivasi siswa 
7 Menjelaskan materi 
8 Penguasaan materi 
9 Menuntun peserta didik dalam mengerjakan LKPD 
10 Penguasaan kelas 
Penggunaan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
e. Membuat masalah pada LKPD
f. Membentuk peserta didik ke dalam kelompok
11 
g. Mengarahkan peserta didik dalam
diskusi kelompok
h. Mengarahkan peserta didik
agar dapat memecahkan
masalah
pada LPKD
12 Menutup pengajaran 
Jumlah 9 36
Skor Total 45

Berdasarkan data dari hasil observasi pada siklus 1 terkait


penggunaan model pembelaajaran Problem Based Learning (PBL),
dengan nilai maksimal 48, didapatkan nilai hasil observasi adalah 45
atau sebesar 93,75%. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) sudah diterapkan dengan lebih baik
dari siklus sebelumnya walaupun belum 100% sempurna.

61
Tabel 4.6
Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II

Nilai N-
Post- Sko N-
No Nama Peserta Didik Gain
Pretes Postes Pre r Gain
Score
Idea Score Persen
l
1 Adib Kurniawan 75 95 20 100 0,80 80%
2 Affan Ardiansyah 65 74 9 100 0,26 26%
3 Ahmad Al Muzadhit 79 87 8 100 0,38 38%
4 Alya Navadia 80 88 8 100 0,40 40%
5 Annisa Nur Fadilah 70 81 11 100 0,37 37%
6 Aprillio Bintang P.P 71 87 16 100 0,55 55%
7 Caissa Mastra F.W 74 90 16 100 0,61 61%
8 Deffi Nur Hidayati 81 94 13 100 0,68 68%
9 Desti Nugraheni 70 85 15 100 0,50 50%
10 Elma Reja Prawesti 83 92 9 100 0,53 53%
11 Faidatul Kasanah 68 82 22 100 0,69 69%
12 Fajar Algif Purnama 79 92 13 100 0,62 62%
13 Farel Jalu Anakku 80 93 13 100 0,65 65%
14 Hanif Imansyah 74 85 11 100 0,42 42%
15 Ilham Muhammad R 80 90 10 100 0,50 50%
16 Khalifia Sheza Azzahra 66 87 21 100 0,62 62%
17 Kristy Mahanani 74 85 11 100 0,42 42%
18 Lysandra Vella A 60 74 14 100 0,35 35%
19 Methi Saputri 68 80 12 100 0,38 38%
20 Mohammad Dhafa A 60 74 14 100 0,35 35%
21 Muhammad Alnara R 80 90 10 100 0,50 50%
22 Nabila Agustina Zara A 80 91 11 100 0,55 55%
23 Naswa Khairunnisa 67 88 21 100 0,63 63%
24 Nurlita Retno P 72 85 13 100 0,46 46%
25 Priangga Argaseta 85 92 8 100 0,53 53%
26 Rahma Hasna F 72 88 16 100 0,57 57%
27 Raihan Akbar Fadhillah 79 93 14 100 0,67 67%
28 Rendy Nugroho A 71 89 18 100 0,62 62%
29 Rokhan Purboningrum 82 90 8 100 0,44 44%
30 Sefira Astrit Ayu U 72 89 17 100 0,60 60%
31 Shafrya Nur Febrianty 82 92 10 100 0,56 56%
32 Syahrul Aliya F 74 91 17 100 0,65 65%
33 Tasya Aulia Zahra 82 90 8 100 0,44 44%
34 Vindy Antika Sari 72 89 17 100 0,60 60%
35 Wahab Maulana A 82 92 10 100 0,56 56%
36 Zulaikha Hindun A 74 91 17 100 0,65 65%

62
54
Berdasarkan data dari hasil pre test pada siklus I, terdapat peserta
didik yang mencapai ketuntasan terdapat 16 siswa dengan presentase
44,4 %, sedangkan peserta didik yang hasil belajarnya belum tuntas
mencapai 20 siswa dengan presentase 55,5%, sedangkan hasil post
test peserta didik mencapai ketuntasan terdapat 27 siswa dengan
presentase 75%, Sedangkan peserta didik yang belum tuntas
mencapai 9 siswa dengan presentase 25%. Dengan demikian,
penerapan model pembelajaran Problem Based learning (PBL) pada
siklus II hasil belajar siswa terdapat peningkatan sebelum
pelaksanaan, yaitu siswa mencapai ketuntasan dari hasil pretest
mencapai 44,4%, dan ketuntasan dari hasil post test siklus II
mencapai 91,6% terdapat peningkatan 47,22%, sedangkan siswa
yang belum mencapai ketuntasan pada hasil pre test 55,55%, dan
siswa yang belum mencapai ketuntasan pada hasil post test siklus II
mencapai 8,3% terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan
menurun sebesar 47,2%. hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran Problem based learning
(PBL) pada siklus II sudah mengalami peningkatan dari hasil siklus I,
meskipun masih terdapat beberapa siswa yang belum menguasai
materi pembelajaran sebelumnya dan hasilnya masih dibawah yang
telah ditentukan.
Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan mengacu
kepada hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan dan mendapat
hasil bahwa terdapat peningkatan terhadap hasil belajar peserta didik
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Akhlak
Madzmumah dan akhlak mahmudah setelah diterapkannya model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hal ini terbukti dari
peningkatan hasil belajar peserta didik setelah proses belajar
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL), meskipun peningkatannya tidak terlalu signifikan.
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

63
Tabel 4.7

Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model


Problem Based Learning (PBL) Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam pada materi Akhlak Madzmumah dan akhlak
mahmudah.

PRESENTASE
HASIL SISWA
PRETES SIKLUS 1 SIKLUS II
Tuntas 44,4 % 75% 91,6%
Belum Tuntas 55,5% 25% 8,3%

GRAFIK PENINGKATAN HASIL BELAJAR


100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%

PRETEST POSTEST 1 POSTEST 2

TUNTASBELUM TUNTAS

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang
tuntas pada siklus I 75% meningkat 30,6% Siklus II 91,6 %, meningkat
16,6%. Sedangkan hasil yang belum tuntas pada siklus I 25% menurun
30,5%, siklus II 8,3%, menurun 24,7%. Untuk memaksimalkan
penelitian tindakan kelas dengan Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran (KKTP) yang ditentukan maka perlu dilanjutkan ke siklus
III sebagai tahap penyempurnaan.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, pada siklus III akan
dilakukan perbaikan dengan rencana tindakan sebagai berikut:
1) Mempertahankan kinerja guru yang sudah baik di siklus II
untuk tetap dilakukan pada di siklus III

64
2) Mengoptimalisasikan proses pembelajaran dengan memahami
kembali langkah-langkah dalam penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
3) Mengatur waktu dan materi yang akan disampaikan
4) Meningkatkan pembimbingan dan pengawasan pada saat
peserta didik melakukan diskusi dalam kelompok
5) Memotivasi peserta didik secara intens kepada peserta didik
yang masih di bawah KKTP

C. SIKLUS III

Sebagaimana pada siklus II, pada siklus ini terbagi menjadi 4


langkah yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi.
Tabel 4.8
Hasil Observasi Keterlaksanaannya
Pembelajaran Model Problem
Based Learning (PBL) siklus III

Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Merumuskan Tujuan Pembelajaran 
2 Memilih metode yang tepat 
3 Memilih media yang tepat 
Menyusun alat evaluasi/penilaian 
5 Membuka pelajaran 
6 Memotivasi siswa 
7 Menjelaskan materi 
8 Penguasaan materi 
9 Menuntun peserta didik dalam mengerjakan LKPD 
10 Penguasaan kelas 

65
Penggunaan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
i. Membuat masalah pada LKPD
j. Membentuk peserta didik ke dalam kelompok
11 
k. Mengarahkan peserta didik dalam
diskusi kelompok
l. Mengarahkan peserta didik
agar dapat memecahkan
masalah
pada LPKD
12 Menutup pengajaran 
Jumlah 48
Skor Total 48

Berdasarkan data dari hasil observasi pada siklus 1 terkait


penggunaan model PB), didapatkan nilai hasil observasi adalah 48
atau sebesar 100%. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) sudah diterapkan.
Tabel 4.9
Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III

Nilai N-
Post- Sko N-
No Nama Peserta Didik Gain
Pretes Postes Pre r Gain
Score
Idea Score Persen
l
1 Adib Kurniawan 75 95 20 100 0,80 80%
2 Affan Ardiansyah 65 74 9 100 0,26 26%
3 Ahmad Al Muzadhit 79 87 8 100 0,38 38%
4 Alya Navadia 80 88 8 100 0,40 40%
5 Annisa Nur Fadilah 70 81 11 100 0,37 37%
6 Aprillio Bintang P.P 71 87 16 100 0,55 55%
7 Caissa Mastra F.W 74 90 16 100 0,61 61%
8 Deffi Nur Hidayati 81 94 13 100 0,68 68%
9 Desti Nugraheni 70 85 15 100 0,50 50%
10 Elma Reja Prawesti 83 92 9 100 0,53 53%
11 Faidatul Kasanah 68 82 22 100 0,69 69%
12 Fajar Algif Purnama 79 92 13 100 0,62 62%
13 Farel Jalu Anakku 80 93 13 100 0,65 65%
14 Hanif Imansyah 74 85 11 100 0,42 42%
15 Ilham Muhammad R 80 90 10 100 0,50 50%
16 Khalifia Sheza Azzahra 66 87 21 100 0,62 62%
17 Kristy Mahanani 74 85 11 100 0,42 42%
18 Lysandra Vella A 60 80 20 100 0,50 50%

66
19 Methi Saputri 68 80 12 100 0,38 38%
20 Mohammad Dhafa A 60 80 20 100 0,50 50%
21 Muhammad Alnara R 80 90 10 100 0,50 50%
22 Nabila Agustina Zara A 80 91 11 100 0,55 55%
23 Naswa Khairunnisa 67 88 21 100 0,63 63%
24 Nurlita Retno P 72 85 13 100 0,46 46%
25 Priangga Argaseta 85 92 8 100 0,53 53%
26 Rahma Hasna F 72 88 16 100 0,57 57%
27 Raihan Akbar Fadhillah 79 93 14 100 0,67 67%
28 Rendy Nugroho A 71 89 18 100 0,62 62%
29 Rokhan Purboningrum 82 90 8 100 0,44 44%
30 Sefira Astrit Ayu U 72 89 17 100 0,60 60%
31 Shafrya Nur Febrianty 82 92 10 100 0,56 56%
32 Syahrul Aliya F 74 91 17 100 0,65 65%
33 Tasya Aulia Zahra 82 90 8 100 0,44 44%
34 Vindy Antika Sari 72 89 17 100 0,60 60%
35 Wahab Maulana A 82 92 10 100 0,56 56%
36 Zulaikha Hindun A 74 91 17 100 0,65 65%

Berdasarkan data dari hasil pre test, terdapat peserta didik yang mencapai
ketuntasan terdapat 16 siswa dengan presentase 44,4 %, sedangkan peserta didik
yang hasil belajarnya belum tuntas mencapai 20 siswa dengan presentase 55,5%,
sedangkan hasil post test peserta didik pada siklus III mencapai ketuntasan
terdapat 35 siswa dengan presentase 97,2%, Sedangkan peserta didik yang belum
tuntas mencapai 1 siswa dengan presentase 2,7%.

Tabel 4.10
Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model
Problem Based Learning (PBL) Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam pada materi Akhlak Madzmumah dan akhlak
mahmudah.

PRESENTASE
HASIL SISWA
PRETES SIKLUS 1 SIKLUS II SIKLUS III
Tuntas 44,4 % 75 % 91,6% 97,2 %,
Belum Tuntas 55,5 % 25 % 8,3% 2,7 %

67
GRAFIK PENINGKATAN HASIL BELAJAR
120,00%

100,00%

80,00%

60,00%

40,00%

20,00%

0,00%

PRETEST POSTEST I POSTEST II POSTEST III

TUNTASBELUM TUNTAS

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang
tuntas pada siklus II 91,6% meningkat 16,6%, Siklus III 97,2%,
meningkat 5,6% dari siklus II. Sedangkan hasil yang belum tuntas pada
siklus II 8,3% menurun 16,7%, siklus III 2,7%, menurun 5,6% dari
siklus II.
Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan mengacu kepada
hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan dan mendapat hasil bahwa
terdapat peningkatan terhadap hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Akhlak Madzmumah
dan akhlak mahmudah setelah diterapkannya model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) secara bertahap dari siklus I sampai
siklus III. Berdasraka penelitian menunjukkan bahwa pbl eektif untuk
meningkatkan hasil belajar (Angrella, 2020). Pbl efektif karena ......
(Purwinda, 2020).

Ditambhkan TEORI MAUUN HASIL ENELITIAN YG RELEVAN, MISAL

68
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data membuktikan
bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada kelas X-
E8 di SMA Negeri 2 Karanganyar dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dengan melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL)
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi
menghindari akhlak madzmumah dan membiasakan akhlak mahmudah
pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran
2023/2024 dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hasil
belajar peserta didik dari siklus I dari nilai rata-rata post test hasil
belajar peserta didik yang mencapai ketuntasan baru 75% sedangkan
hasil belajar peserta didik yang tidak tuntas mencapai 25% dan pada
siklus II hasil belajar peserta didik yang mencapai ketuntasan 91,6%
sedangkan hasil belajar peserta didik yang belum tuntas 8,3% peneliti
sudah melihat adanya peningkatan pada siklus II. Pada siklus III
sebagai tahap memaksimalkan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
didapat hasil ketuntasan 97,2% dan yang belum tuntas 2,7%. Maka
dapat disimpulkan adanya peningkatan hasil belajar menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

B. SARAN
1. Bagi Guru
a. Dalam melaksanakan pembelajaran sebaiknya menggunakan
model pembelajaran dan metode pembelajaran yang bervariasi
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
b. Menggunakan pembelajaran dalam berkelompok dapat memberi
kesempatan lebih besar kepada peserta didik agar mereka
mengungkapkan pendapatnya sehingga peserta didik dapat ikut

69
berperan aktif dalam suatu proses pembelajaran.
c. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) agar dapat tercipta suasana belajar yang
menyenangkan, tidak membuat peserta didik yang tegang, dan
cepat jauh dalam mengikuti suatu proses pembelajaran
2. Bagi Siswa
a. Siswa perlu meningkatkan motivasi belajarnya terutama dalam
ulet menghadapi kesulitan, bekerja kelompok, mencari dan
memecahkan masalah pada soal-soal, melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan guru.
b. Jika ada pertanyaan yang diberikan guru, peserta didik
hendaknya melakukan diskusi dan tukar pendapat atau
informasi kepada teman sekelompoknya agar menghasilkan
suatu jawaban yang benar dari pertanyaan tersebut.

70
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal UNUJA,
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/trilogi/article/view/6
660
Karimulla, Mohammad ( 2017). Upaya Memaksimalkan Pemahaman
Siswa akhlak mahmudah dan menghindari akhlak
madzmumah. https://suaidinmath.wordpress.com
Kusnandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Perpus UIN Salatiga, http://e-repository.perpus.uinsalatiga.ac.id/4428/
Rahman, Taufiqur. 2018. Aplikasi Model-model Pembrlajaran Dalam
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Pilar Nusantara Cetakan 1

Said dan Nasikin HM. 2016. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kelas X. Jakarta : Erlangga
Sugiyono (2019). Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta
TAJDID:Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan,1(2),243-251.
https://doi.org/https://doi.org/10.52266/tadjid.v1i2.48

Yanto, M., & Syaripah, S. (2018). Penerapan Teori Sosial Dalam


Menumbuhkan Akhlak Anak Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Rejang Lebong. Terampil: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Dasar, 4(2), 65-85.

71

Anda mungkin juga menyukai