Ni Made Sri Astuti Nugraha, A.A. Istri Ngurah Marhaeni, Nyoman Tika,
ABSTRAK
Kata Kunci: Metode Bercerita, Media Gambar, Kemampuan Berbahasa, Sikap Mandiri
ABSTRACT
This study DLPHG DW DQDO\]LQJ DQG GHVFULELQJ WKH NLQGHUJDUWHQ VWXGHQWV¶ ODQJXDJH DELOLW\
and self independence by using pictures supporting story-telling method. It was carried
out in Group A in TK Negeri Pembina Bangli. The respondents were 20 students. The
research method used was classroom action research that was conducted in cycles. The
data were collected through observation method by using language ability and self-
independence instruments. To analyze the data, the researcher used descriptive
technique, and thH VWDQGDUG RI PLQLPXP FRPSOHWHQHVV RI PDVWHU\ OHDUQLQJ ZDV • 7KH
research was conducted in two cycles. At the end of the first cycle, it revealed that the
VWXGHQWV¶ ODQJXDJH DELOLW\ WKDW DFKLHYHG WKH PLQLPXP FRPSOHWHQHVV ZDV DQG LW
improved to be 99% at the end of the second cycle. Moreover, at the end of the first
F\FOH LW VKRZHG WKDW WKH SHUFHQWDJH RI VWXGHQWV¶ VHOI- independence that reached the
minimum completeness was 40% and it also improved to be 90% at the end of the
second cycle. In conclusion, the findings of the study indicated that the use of pictures
supporting story-WHOOLQJ PHWKRG VLJQLILFDQWO\ HQKDQFHG WKH NLQGHUJDUWHQ VWXGHQWV¶
language ability and the self- independence.
1
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
2
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
(antara dua pihak atau kutub) atau suatu anak sudah akan dapat men-dengarkan
DODW´ 'HQJDQ NDWD ODLQ PHGLD GLMDGLNDQ bunyi-bunyian yang dihasil- kan oleh
sebagai perantara atau penghubung apapun yang ada di sekitar-nya. Hal ini
antara dua pihak, yaitu sumber pesan dimulai dari ketika anak baru lahir, apa
dengan penerima pesan atau informasi. yang didengarkan tidak dapat langsung
Dalam pembelajaran bercerita dikenali. Ada proses pengenal an
seharusnya guru tidak memakai cara yang terhadap apa, dan siapa yang
monoton hanya menyuruh anak berdiri di mengeluarkan bunyi, ini akan menjadi luar
depan kelas untuk bercerita atau biasa, terasah dengan baik di sepanjang
mendengarkan cerita dari guru tanpa ada hidup anak sehingga anak dapat
pesan lain, tanpa ada variasi dalam membedakan siapa atau apa yang
pembelajaran. Hal tersebut dapat mengeluarkan bebunyian itu. Hal ini
menyebabkan anak kurang tertarik pada diperolehnya sebagai bentuk peniruan
proses pem-belajaran dan hanya akan bunyi bahasa (Depdiknas, 2006).
menimbul kan kejenuhan serta kebosanan Melihat pentingnya perkem-
dalam diri anak karena pembelajaran lebih bangan berbahasa pada anak, maka
banyak didominasi guru tanpa melibat kan pemerintah merancang kurikulum TK yang
anak secara aktif. Selain itu, terkadang mengarahkan agar para guru TK dapat
anak masih kurang berani ketika tampil di memotivasi anak, agar anak sejak dini
depan kelas sehingga keterampilan mampu mendengarkan dan berbahasa
bercerita yang dimiliki anak menjadi secara baik dan benar, serta senang
rendah. Untuk mem-permudah anak belajar menulis meskipun masih dalam
dalam menerima pem-belajaran dan bentuk gambar-gambar atau simbul-
menarik minat anak untuk mendengarkan simbul yang dapat meng-ekspresikan
cerita guru se-hingga kemampuan minat dan kemampuan-nya. Tetapi pada
berbahasa anak menjadi meningkat. kenyataannya peng-ajaran bahasa saat ini
Kemampuan berbahasa me-miliki kurang men-dapat perhataian.
peran sentral dalam per-kembangan Ketidak puasan guru belakang an
intelektual, sosial, dan emosional anak, ini muncul terhadap kemampuan
dan merupakan penunjang keberhasilan berbahasa dan sikap mandiri anak yang
dalam mem-pelajari semua bidang studi ditunjukkan anak kurang optimal.
pada pen-didikan lebih tinggi. Pelajaran berbahasa kurang ditangani
Pembelajaran bahasa diharapkan secara sungguh-sungguh yang meng-
membantu peserta didik mengenal dirinya, akibatkan kemampuan berbahasa anak
budayanya, dan budaya orang lain, menjadi kurang memadai. Pengajaran
mengemuka kan gagasan dan perasaan, berbahasapun masih didominasi oleh
berparti-sipasi dalam masyarakat yang aspek-aspek pengetah uan. Anak lebih
meng-gunakan bahasa tersebut, dan banyak belajar tentang bahasa, bukan
menemukan serta menggunakan ke belajar berbahasa sehingga kemampuan
mampuan analitis dan imaginatif yang ada anak untuk me nyusun sebuah kalimat
dalam dirinya (Siskandar, 2003). sederhana belum memadai. Dasar utama
Kemampuan berbahasa di TK ber bahasa adalah melalui peng alaman-
diarahkan untuk meningkatkan ke- pengalaman berkomunika si yang kaya.
mampuan anak untuk berkomunikasi Pengalaman-pengalaman yang kaya itu
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan akan menunjang faktor-faktor bahasa
benar. Dalam berbahasa, ada empat yang lain yaitu: mendengar kan, berbicara,
kemampuan berbahasa, yaitu membaca, dan menulis (Slamet, 2007).
kemampuan mendengar, berbicara, Berdasarklan permasalahan yang
membaca, dan menulis. Sesuai dengan diuraian di atas, jelas terlihat harapan-
perkembangan mental anak, maka pada harapan yang diinginkan dalam
usia TK anak hanya dituntut untuk mampu pembelajaran di TK terutama dalam
mendengar dan berbicara secara baik dan peningkatan kemampuan ber-bahasa dan
benar sesuai dengan perkembangan usia- sikap mandiri anak, tetapi kenyataan atau
nya. Pada kemampuan mendengar kan,
2
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
realita yang terjadi pada pembelajaran di sikap mandiri anak akan menjadi me-
TK saat ini belum sesuai harapan. ningkat.
Begitu juga halnya dengan Penelitian ini dilakukan untuk
kegiatan bercerita dengan media gambar menunjukkan bukti secara ilmiah yang
jarang diberikan, sehingga anak kurang didukung oleh data emperis tentang
tertarik untuk mengikuti pembelajaran, keunggulan dari metode dan media
karena kegiatan bersifat menotun, begitu pembelajaran.
juga guru jarang mengajak anak anak
bercerita karena tidak terbiasa, guru
merasa sulit membawakan cerita,
sehingga lebih baik guru mengajak anak-
anak ber-hitung, menulis dan Metode Penelitian
mengajarkan membaca awal. Metode pengumpulan data adalah
Pengetahuan guru didalam bercerita suatu cara yang digunakan untuk
sangat kurang dan minim. Padahal mendapatkan sejumlah data yang
kegiatan bercerita merupakan kegiatan diperlukan dalam penelitian. Dalam
yang menyenang-kan anak apalagi penelitian ini metode pengum pulan
didukung oleh media yang menarik. datanya adalah dengan metode observasi
Demikian pula kenyataannya pada untuk mengetahui secara rinci tentang
kelompok A TK Negeri Pembina Bangli, kejadian-kejadian yang berlangsung
sikap mandiri dan kemampuan berbahasa sehingga data diperoleh akan akurat dan
anak secara umum masih rendah. relevan. Penelitian ini merupakan
Dengan demikian apabila sikap penelitian tindakan kelas yang
mandiri dan kemampuan berbahasa anak dilaksanakan 2 siklus. Metode
ini mengalami masalah, dan tidak pengumpulan data yang digunakan
ditangani secara serius, tentu akan metode observasi dengan instrumen
berdampak pada tujuan pendidikan yang kemampuan berbahasa dan sikap mandiri,
lain yaitu tidak dapat mengem-bangkan analisis data dilakukan secara deskripsi
berbagai potensi anak. Supaya sikap GDQ DQDOLVLV GHQJDQ NULWHULD NHWXQWDVDQ •
mandiri dan kemampuan ber-bahasa anak 65 Penelitian ini dilaksanakan di
berkembang sesuai dengan aspek-aspek Kelompok A TK Negeri Pembina Bangli.
perkembangan anak, maka pemilihan Subjek penelitian berjumlah 20 orang
metode pem-belajaran yang paling tepat anak.
dalam pengembangan sikap mandiri dan
kemampuan berbahasa anak di TK adalah
dengan menerapkan metode bercerita. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Karena metode bercerita merupakan Hasil penelitian menunjukkan
salah satu metode pem-belajaran yang bahwa penerapan metode bercerita
memberkan peng-alaman belajar bagi dengan media gambar dapat mening-
anak TK dengan membawakan cerita katkan kemampuan berbahasa anak dan
kepada anak secara lisan. (Depdiknas, sikap mandiri anak pada kelompok A TK
2007: 32). Negeri Pembina Bangli. Hal ini
Berdasarkan uraian di atas penulis disebabkan karena bagi anak usia TK
merasa tertarik untuk meng-angkat dalam mendengarkan cerita yang menarik dan
suatu penelitian tindakan dengan judul dibantu dengan gambar-gambar sesuai
´Penggunaan Metode Bercerita Dengan dengan cerita yang diceritakan merupakan
Media Gambar Dalam Upaya kegiatan yang menyenang-kan, apalagi
Meningkatkan Kemam-puan Berbahasa gambar yang dipakai media oleh guru
dan Sikap Mandiri Anak Kelompok A TK dalam bercerita adalah gambar-gambar
Negeri Pembina Bangli Tahun Ajaran yang berwarna dan diambil dari buku-buku
2012/2013. Dengan menerapkan metode cerita dan gamnbar yang dipilih oleh guru
bercerita media gambar, kegiatan sendiri. Kegiatan bercerita dengan media
pembelajaran akan menjadi menarik gambar memberi pengalaman belajar
sehingga kemampuan berbahasa dan yang sangat lengkap yaitu untuk berlatih
3
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
4
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
keaksaraan. Begitu juga pada aspek sikap secara nyata. Dengan demikian
mandiri anak yaitu memiliki sikap percaya penggunaan metode bercerita dengan
diri, sikap disiplin, dan sikap bertanngung media gambar dapat meningkat kan
jawab yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh kemampuan berbahasa anak kelompok A
dalam cerita melalui media gambar. TK Negeri Pembina Bangli.
Keberhasilan penelitian ini juga Penggunaan metode bercerita
didukung oleh penelitian dari Dwi dengan media gambar juga dapat
Yunitasari (2009) dengan judul meningkatkan sikap mandiri anak
SHQHOLWLDQQ\D ³Pembelajaran Kemampuan kelompok A TK Negeri Pembina Bangli,
Menyimak dengan Metode Bercerita di TK dari 20 orang jumlah anak dari refleksi
Pertiwi Genjahan Kecamatan Jiken awal atau sebelum tindakan sikap mandiri
.DEXSDWHQ %ORUD ´ 3HQHOLWLDQ LQL PHUXSD anak dengan klasifikasi baik 3 orang anak
kan penelitian tindakan kelas yang (15%), cukup 7 orang anak (35%), dan
dilakukan di TK Pertiwi Genjahan, Blora. kurang 10 orang anak (50%), akhir siklus I
Hasil penelitian ini menemukan bahwa anak dengan klasifikasi baik 8 orang
kemampuan menyimak anak dapat (40%) cukup 12 orang (60%) dan tidak
meningkat, setelah diterapkan metode ada anak dengan klasifikasi kurang. Dan
bercerita dalam pengajaran. Selain akhir siklus II anak dengan klasifikasi
kemampuan menyimak, ke-aktifan anak sangat baik 13 orang (60%) baik 8 orang
juga meningkat setelah diterapkan metode (40%) tidak ada anak dengan klasifikasi
bercerita dalam pengajaran di TK. cukup dan kurang.
Implikasi dan relevan si dengan penelitian Dari hasil analisis, selain
ini adalah bahwa dengan adanya meningkatkan sikap mandiri anak, juga
peningkatan kemampu an menyimak anak terjadi peningkatan pada aspek sikap
melalui penerapan metode bercerita, percaya diri anak ini terbukti hasil analisis
maka diasumsikan bahwa melalui awal refleksi sebelum tindakan dengan
penerapan metode ber-cerita secara nilai rata-rata 40.09 dengan klasifikasi
umum akan mampu meningkatkan kurang, akhir siklus I sengan nialai rata-
kemampuan berbahasa anak. Karena rata 54.99 dengan klasifikasi cukup, akhir
kemampuan menyimak merupakan salah siklus II yaitu 77.77 dengan klasifikasi
satu aspek dari kemampuan berbahasa sangat baik. Pada aspek sikap disiplin
selain kemam puan berbicara yang sebelum tindakan 41.16 dengan klasifikasi
dituntut pada pengajaran di TK. kurang, akhir siklus I yaitu 56.10 dengan
Keberhasilan penelitian ini juga klasifikasi cukup, akhir siklus II yaitu 76.65
didukung oleh penelitian dari Nurul dengan klasifikasi sangat baik. Sedang
Octavia (2011) dalam Jurnal penelitian kan pada aspek sikap ber-tangung jawab
PAUDIA Volume 1, No.1, tahun 2011, awal refleksi 40.05 dengan klasifikasi
dengan judul penelitian analisis kemam kurang, 56.10 diakhir siklus I dengan
puan penguasaan kosa kata baru pada klasifikasi cukup, 76.65 diakhir siklus II
anak POS PAUD Mutiara Semarang dengan klasifikasi sangat baik. Pada
melalui metode bercerita. Penelitian yang aspek sikap ber tanggung jawab sebelum
dilakukan ini merupakan peneliti an jenis tindakan kegiatan awal refleksi yaitu 43.05
kualitatif yang difokuskan pada satu dengan klasifikasi kurang, 52.77 dengan
fenomena saja yang akan ditelaah secara klasifikasi cukup pada akhir siklus I
mendalam. Dengan demikian melalui sedangkan 78.33 dengan klasifikasi
implementasi metode bercerita dapat sangat baik pada akhir siklus II.
meningkatkan kemampuan ber-bahasa Sedangkan hasil analisis dari awal
anak. refleksi nilai rata-rata sikap mandiri anak
Jadi penggunaan metode bercerita 41.10 dengan klasifikasi kurang, 54.64
dengan media gambar dalam pengajaran pada akhir siklus I dengan klasifikasi
di TK, menunjukkan bahwa secara empirik cukup, dan akhir siklus II yaitu 77.58
kemampuan berbahasa anak dapat dengan klasifikasi sangat baik.
meningkat setelah diterap kan metode Penggunaan metode ber-cerita dapat
bercerita dengan media gambar terbukti meningkatkan sikap man-diri anak karena
5
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
6
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
7
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)