Anda di halaman 1dari 9

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

PENGGUNAAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA GAMBAR


DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN
SIKAP MANDIRI ANAK KELOMPOK A
TK NEGERI PEMBINA BANGLI
TAHUN AJARAN 2012/2013

Ni Made Sri Astuti Nugraha, A.A. Istri Ngurah Marhaeni, Nyoman Tika,

Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana


Universitas Pendidikan Ganesha
e-mail: sriastutinugraha@yahoo.com; marhaeni@pasca.undiksha.ac.id; nyomantika@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan peningkatan


kemampuan berbahasa dan sikap mandiri anak melalui penggunaan metode bercerita
dengan media gambar. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok A TK Negeri Pembina
Bangli. Subjek penelitian berjumlah 20 orang anak. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan bersiklus. Metode pengumpulan data
yang digunakan metode observasi dengan instrumen kemampuan berbahasa dan sikap
mandiri, analisis data dilakukan dilakukan secara deskriptif dengan kriteria ketuntasan
DGDODK • Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus,hasil penelitian menunjukkan akhir siklus
I kemampuan berbahasa anak yang mencapai ketuntasan sebanyak 45%,meningkat
diakhir siklus II 99%, dan sikap mandiri siklus I mencapai ketuntasan sebanyak 40%,
meningkat di akhir siklus II mencapai 90%. Ini berarti kegiatan pembelajaran
menggunakan metode bercerita dengan media gambar secara signifikan dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa dan sikap mandiri anak sesuai indikator yang
diharapkan.

Kata Kunci: Metode Bercerita, Media Gambar, Kemampuan Berbahasa, Sikap Mandiri

ABSTRACT

This study DLPHG DW DQDO\]LQJ DQG GHVFULELQJ WKH NLQGHUJDUWHQ VWXGHQWV¶ ODQJXDJH DELOLW\
and self independence by using pictures supporting story-telling method. It was carried
out in Group A in TK Negeri Pembina Bangli. The respondents were 20 students. The
research method used was classroom action research that was conducted in cycles. The
data were collected through observation method by using language ability and self-
independence instruments. To analyze the data, the researcher used descriptive
technique, and thH VWDQGDUG RI PLQLPXP FRPSOHWHQHVV RI PDVWHU\ OHDUQLQJ ZDV • 7KH
research was conducted in two cycles. At the end of the first cycle, it revealed that the
VWXGHQWV¶ ODQJXDJH DELOLW\ WKDW DFKLHYHG WKH PLQLPXP FRPSOHWHQHVV ZDV DQG LW
improved to be 99% at the end of the second cycle. Moreover, at the end of the first
F\FOH LW VKRZHG WKDW WKH SHUFHQWDJH RI VWXGHQWV¶ VHOI- independence that reached the
minimum completeness was 40% and it also improved to be 90% at the end of the
second cycle. In conclusion, the findings of the study indicated that the use of pictures
supporting story-WHOOLQJ PHWKRG VLJQLILFDQWO\ HQKDQFHG WKH NLQGHUJDUWHQ VWXGHQWV¶
language ability and the self- independence.

Keywords: Pictures, Story Telling Method, Language Ability, Self ± Independence.

1
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

Pendahuluan pikiran, perasaan serta sikap (Akhadiah,


Taman Kanak-Kanak adalah dkk, 2000: 2).
pendidikan anak usia dini jalur formal yang Pengajaran bahasa Indonesia
menyelenggarakan pendidikan anak usia pada hakikatnya merupakan salah satu
4-6 tahun. Usia tersebut merupakan masa sarana mengupayakan pembina-an dan
emas (golden age) bagi anak dalam pengem bangan bahasa Indonesia secara
menerima berbagai upaya pengembangan terarah. Pengajaran bahasa di TK memiliki
seluruh potensi dirinya. Masa tersebut arti dan peran penting dalam membentuk
adalah masa terjadinya kematangan kebiasaan, sikap, dan kemampuan dasar
funngsi fisik dan psikis yang merespons yang diperlu kan anak serta membantu
stimulasi yang diberikan oleh lingkungan anak mengembangkan keterampilan ber-
untuk mendasari pengembangan bahasa yang dimiliki. Keterampilan ber
kemampu-an dasar yaitu: berbahasa, bahasa tersebut meliputi empat aspek
kognitif, fisik/ motorik dan sikap mandiri yaitu: menyimak, berbicara, membaca,
anak (PermendiknasNomor 58, 2009) dan menulis (Tarigan, 2008).
Pada anak, istilah ke-mandirian Kemampuan berbicara adalah
umumnya dikaitkan dengan kemampu an kemampu an mengucapkan bunyi-bunyi
untuk melakukan segala sesuatu-nya arti kulasi atau kata-kata untuk
sendiri. Apakah itu memakai baju sendiri, mengekspresikan, menyatakan atau
menalikan sepatunya sendiri, makan menyampaikan pikiran, gagasan, dan
sendiri, dan melakukan hal-hal yang perasaan (Tarigan, 2008: 16). Kegiat- an
sederhana sendiri tanpa harus tergantung berbicara dalam kehidupan sehari-hari
pada bantuan orang lain Yusuf, Syamsu merupakan suatu kebutuhan manusia
(2009). sebagai makhluk sosial untuk melakukan
Sikap mandiri anak harus dibina komunikasi dengan orang lain. Kegiatan
sejak usia dini, seandainya sikap mandiri bercerita merupakan bagian dari
anak ditanamkan setelah anak besar, kemampuan berbicara. Kegiatan bercerita
sikap mandiri itu akan menjadi tidak utuh. memiliki beberapa manfaat bagi siswa
Secara alamiah anak sudah mempunyai yaitu dapat memperkaya kosa-kata,
dorongan untuk mandiri atas dirinya memperbaiki kalimat serta melatih
sendiri. Mereka terkadang lebih senang keberanian anak dalam berkomunikasi.
untuk biasa mengurus dirinya sendiri dari Bercerita juga dapat didefinisikan sebagai
pada dilayani. Sayangnya orang tua peng-hubung sebuah cerita kepada satu
sering menghambat keinginannya dan atau lebih pendengar melalui suara dan
dorongan untuk menjadi mandiri. Sikap gerakan (Santosa, 2009).
mandiri yang diajar kan pada anak sejak Bercerita adalah seni meng-
dini akan membuatnya, dapat mengatur gunakan bahasa, vokalisasi, dan atau
waktu kegiatannya sendiri dan membuat gerakan fisik dan isyarat untuk meng-
anak terbiasa me nolong orang lain serta ungkapkan unsur-unsur dan gambaran
lebih bisa menghargai orang lain. Oleh dari sebuah cerita kepada sesuatu yang
karena itu sikap mandiri pada anak sangat spesifik, kehidupan penonton. Untuk itu,
di-perlukan karena dengan kemandirian, agar cerita tersebut dapat didengar
anak bisa menjadi lebih bertanggung dengan baik oleh pendengar selain suara
jawab dalam memenuhi kebutuhannya atau vokal diperlukan pula media untuk
.(Sidharto&Izzaty,2004). mendukung pencerita dalam melakukan
Selain mengembangkan sikap gerakan saat ber-cerita. Media dapat
mandiri anak pengembangan kemam- digunakan sebagai penghubung atau
puan berbahasa anak juga perlu di- pembawa pesan dari sumber pesan
kembangkan karena kemampuan ber- kepada penerima pesan. Anitah (2009:
bahasa pada dasarnya merupakan 123) menyata-NDQ ³0HGLD PHUXSDNDQ
rangkaian bunyi yang melambangkan bentuk jamak dari kata medium, yang
berarti sesuatu yang terletak di tengah

2
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

(antara dua pihak atau kutub) atau suatu anak sudah akan dapat men-dengarkan
DODW´ 'HQJDQ NDWD ODLQ PHGLD GLMDGLNDQ bunyi-bunyian yang dihasil- kan oleh
sebagai perantara atau penghubung apapun yang ada di sekitar-nya. Hal ini
antara dua pihak, yaitu sumber pesan dimulai dari ketika anak baru lahir, apa
dengan penerima pesan atau informasi. yang didengarkan tidak dapat langsung
Dalam pembelajaran bercerita dikenali. Ada proses pengenal an
seharusnya guru tidak memakai cara yang terhadap apa, dan siapa yang
monoton hanya menyuruh anak berdiri di mengeluarkan bunyi, ini akan menjadi luar
depan kelas untuk bercerita atau biasa, terasah dengan baik di sepanjang
mendengarkan cerita dari guru tanpa ada hidup anak sehingga anak dapat
pesan lain, tanpa ada variasi dalam membedakan siapa atau apa yang
pembelajaran. Hal tersebut dapat mengeluarkan bebunyian itu. Hal ini
menyebabkan anak kurang tertarik pada diperolehnya sebagai bentuk peniruan
proses pem-belajaran dan hanya akan bunyi bahasa (Depdiknas, 2006).
menimbul kan kejenuhan serta kebosanan Melihat pentingnya perkem-
dalam diri anak karena pembelajaran lebih bangan berbahasa pada anak, maka
banyak didominasi guru tanpa melibat kan pemerintah merancang kurikulum TK yang
anak secara aktif. Selain itu, terkadang mengarahkan agar para guru TK dapat
anak masih kurang berani ketika tampil di memotivasi anak, agar anak sejak dini
depan kelas sehingga keterampilan mampu mendengarkan dan berbahasa
bercerita yang dimiliki anak menjadi secara baik dan benar, serta senang
rendah. Untuk mem-permudah anak belajar menulis meskipun masih dalam
dalam menerima pem-belajaran dan bentuk gambar-gambar atau simbul-
menarik minat anak untuk mendengarkan simbul yang dapat meng-ekspresikan
cerita guru se-hingga kemampuan minat dan kemampuan-nya. Tetapi pada
berbahasa anak menjadi meningkat. kenyataannya peng-ajaran bahasa saat ini
Kemampuan berbahasa me-miliki kurang men-dapat perhataian.
peran sentral dalam per-kembangan Ketidak puasan guru belakang an
intelektual, sosial, dan emosional anak, ini muncul terhadap kemampuan
dan merupakan penunjang keberhasilan berbahasa dan sikap mandiri anak yang
dalam mem-pelajari semua bidang studi ditunjukkan anak kurang optimal.
pada pen-didikan lebih tinggi. Pelajaran berbahasa kurang ditangani
Pembelajaran bahasa diharapkan secara sungguh-sungguh yang meng-
membantu peserta didik mengenal dirinya, akibatkan kemampuan berbahasa anak
budayanya, dan budaya orang lain, menjadi kurang memadai. Pengajaran
mengemuka kan gagasan dan perasaan, berbahasapun masih didominasi oleh
berparti-sipasi dalam masyarakat yang aspek-aspek pengetah uan. Anak lebih
meng-gunakan bahasa tersebut, dan banyak belajar tentang bahasa, bukan
menemukan serta menggunakan ke belajar berbahasa sehingga kemampuan
mampuan analitis dan imaginatif yang ada anak untuk me nyusun sebuah kalimat
dalam dirinya (Siskandar, 2003). sederhana belum memadai. Dasar utama
Kemampuan berbahasa di TK ber bahasa adalah melalui peng alaman-
diarahkan untuk meningkatkan ke- pengalaman berkomunika si yang kaya.
mampuan anak untuk berkomunikasi Pengalaman-pengalaman yang kaya itu
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan akan menunjang faktor-faktor bahasa
benar. Dalam berbahasa, ada empat yang lain yaitu: mendengar kan, berbicara,
kemampuan berbahasa, yaitu membaca, dan menulis (Slamet, 2007).
kemampuan mendengar, berbicara, Berdasarklan permasalahan yang
membaca, dan menulis. Sesuai dengan diuraian di atas, jelas terlihat harapan-
perkembangan mental anak, maka pada harapan yang diinginkan dalam
usia TK anak hanya dituntut untuk mampu pembelajaran di TK terutama dalam
mendengar dan berbicara secara baik dan peningkatan kemampuan ber-bahasa dan
benar sesuai dengan perkembangan usia- sikap mandiri anak, tetapi kenyataan atau
nya. Pada kemampuan mendengar kan,

2
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

realita yang terjadi pada pembelajaran di sikap mandiri anak akan menjadi me-
TK saat ini belum sesuai harapan. ningkat.
Begitu juga halnya dengan Penelitian ini dilakukan untuk
kegiatan bercerita dengan media gambar menunjukkan bukti secara ilmiah yang
jarang diberikan, sehingga anak kurang didukung oleh data emperis tentang
tertarik untuk mengikuti pembelajaran, keunggulan dari metode dan media
karena kegiatan bersifat menotun, begitu pembelajaran.
juga guru jarang mengajak anak anak
bercerita karena tidak terbiasa, guru
merasa sulit membawakan cerita,
sehingga lebih baik guru mengajak anak-
anak ber-hitung, menulis dan Metode Penelitian
mengajarkan membaca awal. Metode pengumpulan data adalah
Pengetahuan guru didalam bercerita suatu cara yang digunakan untuk
sangat kurang dan minim. Padahal mendapatkan sejumlah data yang
kegiatan bercerita merupakan kegiatan diperlukan dalam penelitian. Dalam
yang menyenang-kan anak apalagi penelitian ini metode pengum pulan
didukung oleh media yang menarik. datanya adalah dengan metode observasi
Demikian pula kenyataannya pada untuk mengetahui secara rinci tentang
kelompok A TK Negeri Pembina Bangli, kejadian-kejadian yang berlangsung
sikap mandiri dan kemampuan berbahasa sehingga data diperoleh akan akurat dan
anak secara umum masih rendah. relevan. Penelitian ini merupakan
Dengan demikian apabila sikap penelitian tindakan kelas yang
mandiri dan kemampuan berbahasa anak dilaksanakan 2 siklus. Metode
ini mengalami masalah, dan tidak pengumpulan data yang digunakan
ditangani secara serius, tentu akan metode observasi dengan instrumen
berdampak pada tujuan pendidikan yang kemampuan berbahasa dan sikap mandiri,
lain yaitu tidak dapat mengem-bangkan analisis data dilakukan secara deskripsi
berbagai potensi anak. Supaya sikap GDQ DQDOLVLV GHQJDQ NULWHULD NHWXQWDVDQ •
mandiri dan kemampuan ber-bahasa anak 65 Penelitian ini dilaksanakan di
berkembang sesuai dengan aspek-aspek Kelompok A TK Negeri Pembina Bangli.
perkembangan anak, maka pemilihan Subjek penelitian berjumlah 20 orang
metode pem-belajaran yang paling tepat anak.
dalam pengembangan sikap mandiri dan
kemampuan berbahasa anak di TK adalah
dengan menerapkan metode bercerita. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Karena metode bercerita merupakan Hasil penelitian menunjukkan
salah satu metode pem-belajaran yang bahwa penerapan metode bercerita
memberkan peng-alaman belajar bagi dengan media gambar dapat mening-
anak TK dengan membawakan cerita katkan kemampuan berbahasa anak dan
kepada anak secara lisan. (Depdiknas, sikap mandiri anak pada kelompok A TK
2007: 32). Negeri Pembina Bangli. Hal ini
Berdasarkan uraian di atas penulis disebabkan karena bagi anak usia TK
merasa tertarik untuk meng-angkat dalam mendengarkan cerita yang menarik dan
suatu penelitian tindakan dengan judul dibantu dengan gambar-gambar sesuai
´Penggunaan Metode Bercerita Dengan dengan cerita yang diceritakan merupakan
Media Gambar Dalam Upaya kegiatan yang menyenang-kan, apalagi
Meningkatkan Kemam-puan Berbahasa gambar yang dipakai media oleh guru
dan Sikap Mandiri Anak Kelompok A TK dalam bercerita adalah gambar-gambar
Negeri Pembina Bangli Tahun Ajaran yang berwarna dan diambil dari buku-buku
2012/2013. Dengan menerapkan metode cerita dan gamnbar yang dipilih oleh guru
bercerita media gambar, kegiatan sendiri. Kegiatan bercerita dengan media
pembelajaran akan menjadi menarik gambar memberi pengalaman belajar
sehingga kemampuan berbahasa dan yang sangat lengkap yaitu untuk berlatih

3
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

mendengarkan cerita yang diceritakan media gambar dapat memberikan solusi


oleh guru, melatih peng-lihatan untuk bagi guru yang ingin meningkat kan
melihat gambar yang ditampilkan oleh kinerjanya.
guru, serta melatih daya ingat anak untuk Hasil penelitian menunjukkan
mengingat gambar-gambar yang bahwa penerapan metode bercerita
diperlihatkan sehingga cepat meresap di dengan media gambar dapat me-
pikiran anak. Melalui mendengar, melihat, ningkatkan kemampuan berbahasa dan
anak memperoleh bermacam informasi sikap mandiri anak pada kelompok A TK
tentang pengetahuan, nilai dan sikap Negeri Pembina Bangli.
mandiri yang diperankan oleh tokoh dalam Dari hasil analisis selain meningkatkan
cerita, anak mampun memetik ikmahnya kemampuan berbahasa, hasil analisis
untuk dihayati dan diterap kan dalam awal refleksi nilai rata-rata kemam- puan
kehidupan sehari-hari melalui pesan moral berbahasa anak juga mampu-
yang disampaikan oleh guru saat meningkatkan aspek kemampuan anak
bercerita. didalam mengungkapkan bahasa dengan
Kegiatan pembelajaran dengan nilai rata-rata 40.30 dengan klasifikasi
menggunakan metode bercerita dengan kurang, kemampuan anak didalam
media gambar memberikan pengalaman menerima bahasa 41.51 dengan
belajar yang unik dan menarik perasaan, klasifikasi kurang, sedangkan aspek
membangkitkan semangat dan keaksaraan 40.14 dengan klasifikasi
menimbulkan kesenang an tersendiri, kurang. Akhir siklus I kemampuan anak
maka kegiatan bercerita memungkinkan didalam meng-ungkapkan bahasa 56.66
pengembangan aspek kemampuan anak dengan klasifikasi cukup, kemampuan
didalam meng-ungkapkan bahasa, anak didalam menerima bahasa 56.47
mampu memah-ami bahasa, dan dengan klasifikasi cukup, aspek
keaksaraan. Begitu juga pada aspek sikap keaksaraan 58.09 dengan klasifikasi
mandiri anak yaitu memiliki sikap percaya cukup. Akhir siklus II pada aspek
diri, sikap disiplin, dan sikap bertanngung kemampuan anak didalam meng-
jawab yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh ungkapkan bahasa 76.66 dengan
dalam cerita melalui media gambar. klasifikasi sangat baik, kemampuan anak
Dari hasil pelaksanaan tindak-an didalam menerima bahasa 76.33 dengan
menggunakan meode bercerita dengan klasifikasi sangat baik, aspek keaksaraan
media gambar dalam kegiatan 77.65 dengan klasifikasi sangat baik.
pembelajaran, diperoleh masukan pada Sedangkan nilai rata-rata awal refleksi
hal-hal sebagai berikut: 1) Peng-gunaan adalah 41.31 dengan klasifikasi kurang,
metode bercerita dengan media gambar akhir siklus I dengan nilai rata-rata 57.07
ini, dalam menerapan nya memerlukan dengan klasifikasi cukup dan akhir siklus II
kesabaran, ketekun-an dan kerja keras dengan nilai rata-rata 76.54 dengan
serta komitmen yang tinggi bagi seorang klasifikasi sangat baik.
guru, 2) Peneliti memerlukan persiapan Dengan demikian kegiatan
yang matang, terutama dalam pembelajaran dengan menggunakan
menyiapkan media gambar, sarana dan metode bercerita dengan media gambar
prasarana yang dibutuhkan sesuai cerita dapat meningkatkan kemampu an
yang akan diceritakan, 3) Memerlukan berbahasa anak karena metode bercerita
motivasi yang kuat dari seorang guru dengan media gambar dapat memberikan
untuk memulai metode ini. Perlu dilakukan pengalaman belajar yang unik dan mampu
pembinaan dan pemantapan terhadap menarik perasaan anak, serta mampu
para guru agar memiliki kemauan dan membangkitkan semangat dan
kemampuan dalam menerapkan metode menimbulkan kesenang an tersendiri,
bercerita dengan media gambar, dan maka kegiatan bercerita dengan media
berusaha mem-buat gambar sendiri dan gambar dapat mening-katkan kemampuan
menampilkan gambar sesuai karakter berbahasa anak dengan aspek
anak yang mudah dimengerti oleh anak, kemampuan meng-ungkapkan bahasa,
4) Peng-gunaan metode bercerita dengan mampu memah-ami bahasa, dan

4
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

keaksaraan. Begitu juga pada aspek sikap secara nyata. Dengan demikian
mandiri anak yaitu memiliki sikap percaya penggunaan metode bercerita dengan
diri, sikap disiplin, dan sikap bertanngung media gambar dapat meningkat kan
jawab yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh kemampuan berbahasa anak kelompok A
dalam cerita melalui media gambar. TK Negeri Pembina Bangli.
Keberhasilan penelitian ini juga Penggunaan metode bercerita
didukung oleh penelitian dari Dwi dengan media gambar juga dapat
Yunitasari (2009) dengan judul meningkatkan sikap mandiri anak
SHQHOLWLDQQ\D ³Pembelajaran Kemampuan kelompok A TK Negeri Pembina Bangli,
Menyimak dengan Metode Bercerita di TK dari 20 orang jumlah anak dari refleksi
Pertiwi Genjahan Kecamatan Jiken awal atau sebelum tindakan sikap mandiri
.DEXSDWHQ %ORUD ´ 3HQHOLWLDQ LQL PHUXSD anak dengan klasifikasi baik 3 orang anak
kan penelitian tindakan kelas yang (15%), cukup 7 orang anak (35%), dan
dilakukan di TK Pertiwi Genjahan, Blora. kurang 10 orang anak (50%), akhir siklus I
Hasil penelitian ini menemukan bahwa anak dengan klasifikasi baik 8 orang
kemampuan menyimak anak dapat (40%) cukup 12 orang (60%) dan tidak
meningkat, setelah diterapkan metode ada anak dengan klasifikasi kurang. Dan
bercerita dalam pengajaran. Selain akhir siklus II anak dengan klasifikasi
kemampuan menyimak, ke-aktifan anak sangat baik 13 orang (60%) baik 8 orang
juga meningkat setelah diterapkan metode (40%) tidak ada anak dengan klasifikasi
bercerita dalam pengajaran di TK. cukup dan kurang.
Implikasi dan relevan si dengan penelitian Dari hasil analisis, selain
ini adalah bahwa dengan adanya meningkatkan sikap mandiri anak, juga
peningkatan kemampu an menyimak anak terjadi peningkatan pada aspek sikap
melalui penerapan metode bercerita, percaya diri anak ini terbukti hasil analisis
maka diasumsikan bahwa melalui awal refleksi sebelum tindakan dengan
penerapan metode ber-cerita secara nilai rata-rata 40.09 dengan klasifikasi
umum akan mampu meningkatkan kurang, akhir siklus I sengan nialai rata-
kemampuan berbahasa anak. Karena rata 54.99 dengan klasifikasi cukup, akhir
kemampuan menyimak merupakan salah siklus II yaitu 77.77 dengan klasifikasi
satu aspek dari kemampuan berbahasa sangat baik. Pada aspek sikap disiplin
selain kemam puan berbicara yang sebelum tindakan 41.16 dengan klasifikasi
dituntut pada pengajaran di TK. kurang, akhir siklus I yaitu 56.10 dengan
Keberhasilan penelitian ini juga klasifikasi cukup, akhir siklus II yaitu 76.65
didukung oleh penelitian dari Nurul dengan klasifikasi sangat baik. Sedang
Octavia (2011) dalam Jurnal penelitian kan pada aspek sikap ber-tangung jawab
PAUDIA Volume 1, No.1, tahun 2011, awal refleksi 40.05 dengan klasifikasi
dengan judul penelitian analisis kemam kurang, 56.10 diakhir siklus I dengan
puan penguasaan kosa kata baru pada klasifikasi cukup, 76.65 diakhir siklus II
anak POS PAUD Mutiara Semarang dengan klasifikasi sangat baik. Pada
melalui metode bercerita. Penelitian yang aspek sikap ber tanggung jawab sebelum
dilakukan ini merupakan peneliti an jenis tindakan kegiatan awal refleksi yaitu 43.05
kualitatif yang difokuskan pada satu dengan klasifikasi kurang, 52.77 dengan
fenomena saja yang akan ditelaah secara klasifikasi cukup pada akhir siklus I
mendalam. Dengan demikian melalui sedangkan 78.33 dengan klasifikasi
implementasi metode bercerita dapat sangat baik pada akhir siklus II.
meningkatkan kemampuan ber-bahasa Sedangkan hasil analisis dari awal
anak. refleksi nilai rata-rata sikap mandiri anak
Jadi penggunaan metode bercerita 41.10 dengan klasifikasi kurang, 54.64
dengan media gambar dalam pengajaran pada akhir siklus I dengan klasifikasi
di TK, menunjukkan bahwa secara empirik cukup, dan akhir siklus II yaitu 77.58
kemampuan berbahasa anak dapat dengan klasifikasi sangat baik.
meningkat setelah diterap kan metode Penggunaan metode ber-cerita dapat
bercerita dengan media gambar terbukti meningkatkan sikap man-diri anak karena

5
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

dapat memberikan pengalaman belajar anak secara lisan. Dengan metode


yang unik dan mampu menarik perasaan bercerita anak-anak akan kembali pada
anak, serta mampu membangkitkan dunia kehidupannya yang penuh suka
semangat dan menimbulkan kesenangan cita, karena menimbulkan perasaan alami
tersendiri, maka kegiatan bercerita mereka seperti gembira, lucu, dan
dengan media gambar dapat mengasyikkan. Dunia kehidupan anak-
meningkatkan sikap mandiri anak pada anak itu dapat berkaitan dengan
aspek memiliki sikap percaya diri, sikap lingkungan keluarga, sekolah, dan luar
disiplin, dan sikap bertanngung jawab sekolah, yang bersifat unik dan menarik,
yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh dalam yang menggetarkan perasaan anak, dan
cerita melalui media gambar. memotivasi anak untuk mendengarkan
Pemanfaatan akan media gambar cerita itu sampai tuntas, sehingga mampu
akan sangat penting baik bagi guru mengambil pesan-pesan moral yang
maupun anak, karena media mem punyai disampaikan oleh guru saat ber-cerita,
fungsi penting dalam pendidikan antara dan mampu memotivasi anak agar
lain yaitu sebagai media instruksional mampu memiliki sikap mandiri.
edukatif sangat dipenga-ruhi oleh ruang, Keberhasilan penelitian ini juga
waktu, pendengaran serta sarana dan didukung oleh penelitian dari Riati (2010)
prasarana yang teredia, disamping itu sifat GHQJDQ MXGXO SHQHOLWLDQQ\D ³3HQJDUXK
dari media instruksional edukatif. Fungsi Pembelajaran Kontekstual dan Sikap
media pembelajaran menyampaikan Kemandirian Anak Terhadap Kreativitas
imformasi dalam proses belajar mengajar, Anak Kelompok B TK Ganda Kerta
mem-perjelas informasi pada waktu tatap .XPDUD 'HQSDVDU´ Penelitian ini
muka dalam proses belajar mengajar. merupakan penelitian eksperimen yaitu
Dengan menggunakan media intruksi- membandingkan model pembelajaran
onal edukatif secara tepat, dapat kontekstual dengan pembelajaran
menimbulkan semangat yang lesu langsung dalam kegiatan pembelajaran
menjadi bergairah, pelajaran yang yang dapat meningkatkan kreativitas anak
langsung menjadi lebih hidup, mudah dengan dipengaruhi oleh sikap
dicerna dan tahan lama dalam menyerap kemandirian anak. Hasil penelitian ini
pesan-pesan. menemukan bahwa kreativitas anak yang
Dengan demikian gambar menjadi mengikuti kegiatan dengan model
media pembelajaran yang utama dalam pembelajaran kontekstual lebih tinggi
meningkatkan sikap mandiri anak. daripada anak yang mengikuti pelajaran
Pemilihan metode ber cerita didalam dengan model pembelajaran langsung,
kegiatan pembelajaran dapat menarik pada sikap mandiri tinggi anak yang
minat anak didalam mendengarkan cerita mengikuti pembelajaran dengan model
yang diceritakan oleh guru dengan media pembelajaran kontekstual lebih tinggi
gambar, anak dapat mengayati dan daripada anak yang mengikuti pelajaran
peran-peran yang ada pada gambar yang dengan model pembelajaran langsung
diceritakan, melalui perbuatan, sedangkan pada anak yang sikap mandiri
menunjukkan sikap-sikap bahwa dengan rendah terjadi sebaliknya. Terdapat
menggunakan metode bercerita dengan pengaruh interaksi antara model
media gambar sebagai sumber belajar pembelajaran dengan sikap mandiri
dan sumber cerita akan dapat meningkat terhadap kreativitas anak .
kan sikap mandiri anak. Implikasi dari penelitian ini adalah:
Pengembangan sikap mandiri ini model pembelajaran kontekstu-al
akan mudah berkembang bagi anak TK merupakan salah satu alternatif model
asalkan guru pintar memilih metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
pengajaran. Metode yang sangat cocok kreativitas, model pem-belajaran
diterapkan adalah metode bercerita. kontekstual dan model pembelajaran
Metode bercerita merupakan salah satu langsung dalam penerap-annya harus
pemberian pengalaman belajar bagi anak mempertimbangkan sikap mandiri anak.
TK dengan membawakan cerita kepada

6
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

Berdasarkan uraian di atas, meng-gunakan metode bercerita dengan


tampak bahwa terjadi peningkatan media gambar secara signifikan dapat
kemampuan berbahasa dan sikap mandiri meningkatkan kemampuan berbahasa
anak melalui penggunaan metode dan sikap mandiri anak sesuai indikator
bercerita dengan media gambar pada yang diharapkan. Selain itu terjadi juga
anak kelompok A TK Negeri Pembina peningkatan pada aspek mengungkapkan
Bangli. Jadi pengguna an metode bahasa, menerima bahasa dan
bercerita dengan media gambar dalam keaksaraan secara signifikan.
pengajaran di TK, menunjukkan bahwa Jadi penggunaan metode ber-
secara empirik sikap mandiri anak dapat cerita dengan media gambar dalam
berkembang setelah diterapkan metode kegiatan pengajaran di TK, menunjuk kan
bercerita dengan media gambar terbukti bahwa secara empirik dapat
secara nyata. Dengan demikian meningkatkan kemampuan bahasa dan
penggunaan metode bercerita dengan sikap mandiri anak terbukti secara nyata
media gambar dapat meningkatkan sikap pada anak kelompok A TK Negeri
mandiri anak kelompok A TK Negeri Pembina Bangli. Dengan demikian
Pembina Bangli. hipotesis tindakan dapat teruji dan
terjawab.

Penutup Daftar Pustaka


Sikap mandiri adalah suatu Akhadiah M.K.S. Arsjad, M.G., Ridwan,
sikap individu yang diperoleh secara S.H., Zulfahnur, & Mukti. 2000.
kumulatif selama perkembangan, Bahasa Indonesia 1. Jakarta:
dimana individu akan terus belajar Departemen Pendidikan dan
untuk bersikap mandiri dalam Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pem-
menghadapi berbagai situasi lingkung an,
binaan Tenaga Kependidikan.
sehingga individu pada akhirnya akan
Depdiknas. 2006a. Petunjuk Pelaksana an
mampu berfikir dan bertindak sendiri
Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
dengan kemandiriannya Tjandraningtyas,
Proyek Pengadaan Sarana dan
(dalam Riati, 2010).
Prasarana Peningkat an Mutu
Sedangkan perkembangan
Dikmenum.
bahasa di TK diarahkan untuk
-------------.2006b. Petunjuk Teknis
meningkatkan kemampuan anak untuk
Penyelenggaraan Pendidikan Anak
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
Usia Dini (PAUD). Jakarta: Badan
secara sederhana dengan baik dan benar.
Litbang Depdik-nas
Sesuai dengan perkembangan mental dan
Depdiknas. 2007. Panduan Pengelolaan
kognitif anak, maka pada usia TK anak
Taman Kanak-Kanak. Jakarta :
hanya dituntut untuk mampu
Badan Litbang Depdiknas
mendengarkan dan berbicara secara baik
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
dan benar sesuai dengan perkembangan
No.58. 2009. Standar Pendidik-an
usianya. Dasar utama berbahasa adalah
Anak Usia Dini: Jakarta.
melalui pengalaman-pengalaman
Santosa, P, dkk. 2009. Materi dan
berkomunikasi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Sesuai analisis hasil tindakan dan
SD. Jakarta: Universitas Terbuka
pembahasan seperti yang telah
Sidharto, Suryati., Izzaty, Rita Eka. 2007.
dipaparkan pada bagian sebelumnya,
Pengembangan Kebiasaan Positif.
maka ada beberapa hal sebagai berikut.
Yogyakarta: Pusat Penelitian Anak
Dalam penelitian ini ditemukan
Usia Dini. Jurnal Cakrawala
ketuntasan peningkatan kemampuan
Kependidik-an. Vol.9. No. 1 Maret
berbahasa akhir siklus I mencapai 45%,
2011:1-8
meningkat diakhir siklus II 99%, dan sikap
Siskandar. 2003. Kurikulim Berbasis
mandiri akhir siklus I men-capai ketuntasan
Kompetensi Untuk Anak Usia Dini,
40%, meningkat diakhir siklus II mencapai
Buletin PADU, Jurnal Ilmiah Anak
90%. Ini berarti kegiatan pembelajaran

7
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

Dini Usia, Menu Pembelajaran


PADU, vol.2.No.01.April 2003.
Slamet. 2007. Dasar-Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat
Publishing.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi
Perkembangan Anak Dan Remaja.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai