Anda di halaman 1dari 10

UAS MATA KULIAH Pengantar Psikolinguistik

KELAS Diksasindo 2019 Pengantar Psikolinguistik C


KELOMPOK 5
NAMA TIM 1. Nadhira Shafa Kirana (195110700111002)
2. R.A. Ega Fathma Fairuzi (195110700111017)
3. Della Yunia Amami (195110700111032)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN BONEKA TANGAN TERHADAP


KEMAMPUAN BERBICARA ANAK

Nadhira Shafa Kirana*1, R.A. Ega Fathma Fairuzi2, Della Yunia Amami3
1
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 3Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya
E-mail: *1 nadhirakirana@student.ub.ac.id , 2 egaafath@student.ub.ac.id , 3 dellayunia_@student.ub.ac.id

Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh penggunaan permainan boneka tangan terhadap
kemampuan berbicara anak. Penggunaan media permainan boneka tangan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berbicara anak sekaligus menambah kosakata yang akan diterima oleh anak
sehingga anak mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Karena diyakini bahwa
penggunaan media permainan boneka tangan dapat menstimulasi perkembangan kognitif dan bahasa
anak. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi pustaka (literatur) . Data akan dianalisis secara
kualitatif dengan memanfaatkan sumber-sumber literatur untuk menemukan bagaimana pengaruh
permainan boneka tangan terhadap kemampuan berbicara anak. Untuk mencapai hasil yang diharapkan,
permainan boneka tangan perlu dilakukan sesuai prosedur dengan menganalisis karakter anak.
Diharapkan dengan menerapkan permainan boneka tangan, kesulitan anak dapat teratasi
Kata kunci; Permainan boneka tangan, kemampuan berbicara, kajian psikolinguistik.

BAB.1 PENDAHULUAN

Kemampuan berbicara merupakan bagian dari empat aspek keterampilan berbahasa yang terdiri
dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Tarigan (2015:3), berbicara merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang didahului oleh keterampilan
menyimak, dan pada masa tersebutlah berbicara atau berujar dipelajari. Kemampuan berbicara merupakan
salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan
anak dalam berkomunikasi. Berbicara adalah bagian dari keterampilan berbahasa lisan lainnya adalah
menyimak. Kedua keterampilan ini memiliki keterkaitan. Peristiwa berbicara selalu diikuti dengan
kegiatan menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam peristiwa berbicara. Oleh karena itu,
berbicara dan menyimak adalah kegiatan berbahasa lisan yang saling melengkapi. Semakin terampil
seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pola pikirannya (Tarigan, 2015:11). Hal ini menyatakan
bahwasannya keterampilan berbicara sangat memengaruhi jalan pikir seseorang. Dengan menguasai
keterampilan berbicara, anak akan mampu menyampaikan pikiran, pendapat, dan perasannya sesuai
dengan konteks pembicaraan. Dalam pendidikan formal keterampilan berbicara dapat dikembangkan
melalui pembelajaran berbahasa. Mata pelajaran bahasa Indonesia ini bertujuan agar anak memiliki
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien, meningkatkan kemampuan intelektual, serta
meningkatkan kematangan emosional dan sosial.
Kendala yang dialami anak dalam kegiatan berbahasa salah satunya adalah kurangnya
keterampilan dalam berbicara, anak cenderung pasif dan takut untuk mengutarakan pikiran atau
gagasannya di depan umum. Dalam psikologi, kelancaran berbicara di depan umum dipengaruhi oleh
faktor harapan, faktor latihan dan pengalaman, faktor audiens, faktor kepercayaan diri, faktor penolakan,
faktor kelancaran bicara, faktor persiapan, faktor pengalaman yang kurang menyenangkan (Bayhaqi dkk,
2017). Dalam pembelajaran formal, pengajar perlu memberikan stimulus agar anak tertarik dan melatih
anak dalam meningkatkan kelancaran berbicara di depan umum sehingga anak akan mendapatkan
pengalaman yang baik. Keterampilan berbicara ini perlu dikembangkan juga agar dapat mengungkapkan
ide atau gagasan anak, sehingga diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan
kreatif pada anak.
Penggunaan berbagai media dalam pembelajaran keterampilan berbicara menjadi suatu pilihan
untuk memberikan stimulus dan cara baru agar anak merasa tertarik dan mudah dalam menangkap apa
yang mereka lihat dan dengar. Salah satu media yang digunakan dalam meningkatkan keterampilan
berbicara pada anak adalah permainan boneka tangan. Permainan boneka tangan merupakan sebuah
permainan yang menggunakan boneka tangan yang di dalam permainanan tersebut biasanya berisikan
penyampaian cerita. Dari penyampaian cerita tersebut diharapkan anak mampu memahami apa yang
mereka lihat dan dengarkan.
Rambu-rambu dalam memainkan boneka tangan sebelum memulai kegiatan bercerita: yaitu,
tanpa panggung (boneka cukup dua buah, cara memainkan boneka harus tepat jangan sampai lepas,
cerita yang dibawakan cukup, intonasi wajib diperhatikan, dan waktu saat bercerita.Cara menggunakan
boneka tangan saat kegiatan bercerita: yaitu, dengan memasukkan tangan ke dalam boneka kemudia jari
tangan bisa dijadikan pendukung gerakan tangan dan kepala boneka Boneka sebagai media cerita
memiliki banyak kelebihan dan keuntungan. Anak-anak pada umumnya menyukai boneka, sehingga
cerita yang dituturkan lewat boneka jelas akan mengundang minat dan perhatiannya. Anak juga dapat
terlibat dalam permainan boneka dan ikut untuk memainkan boneka. Hal ini berarti boneka bisa menjadi
pengalih perhatian sekaligus media untuk berekspresi atau menyatakan perasaannya. Bahkan boneka
bisa mendorong tumbuhnya fantasi atau imajinasi anak. Kelebihan menggunakan boneka tangan sebagai
media pembelajaran adalah sebagai berikut. 1). Efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan. 2)
Tidak memerlukan keterampilan yang rumit. 3) Dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak
dalam suasana gembira.
Dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh penggunaan permainan boneka tangan
dan mampu menjadi rujukan dalam penggunaan permainan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
pada anak. Selain itu, dengan menerapkan kegiatan permainan boneka tangan, diharapkan kesulitan anak
dalam berbicara dapat teratasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan
masalah dari penelitian yaitu, mengetahui permasalahan yang dialami anak usia dini dalam
berkomunikasi atau berbicara di depan umum dan memberikan solusi akan permasalahan tersebut
menggunakan media permainan boneka tangan.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Keterampilan Berbicara

Tarigan (dalam Firmansyah, 2017) mendefinisikan bahwa berbicara adalah kemampuan


mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pada dasarnya, keterampilan berbicara memiliki
hubungan erat dengan tiga keterampilan berbahasa lain, yakni keterampilan menyimak, keterampilan
membaca dan keterampilan menulis. Hubungan yang dimaksud yakni, proses-proses berpikir yang
mendasari bahasa Tarigan, 2008 (dalam Firmansyah, 2017).
Tujuan berbicara menurut Tarigan (dalam Permana, 2015) adalah (1) menghibur, (2)
menginformasikan, (3) menstimulus, (4) menyakinkan, dan (5) menggerakkan. Ellis (dalam Permana,
2016) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan
keterampilan berbicara yaitu (1) menirukan pembicaraan orang lain (khususnya guru), (2)
mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai, dan (3) mendekatkan atau menyejajarkan dua
bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru)
yang sudah benar.
Tujuan keterampilan berbicara di sekolah dasar yaitu untuk melatih anak agar terampil dalam
berbicara. Keterampilan berbicara anak dapat dilatih dengan cara memberi kesempatan kepada anak
untuk menyampaikan pendapat secara lisan. (Permana, 2015)
2.2 Teori Perkembangan Berbicara Anak Usia Dini

Perkembangan berbicara pada anak adalah usaha dalam meningkatkan kemampuan anak untuk
berkomunikasi secara lisan sesuai dengan situasi yang sebenarnya (Suhartono, 2005:122 (dalam
Madyawati, 2016). Sejak kecil anak akan dilatih dan dibimbing untuk berbicara dengan baik dan mampu
berpikir kritis dan logis. Dengan membimbing anak berbicara sejak dini, akan mampu mengungkapkan isi
hatinya secara lisan dengan lafal yang tepat, dapat memiliki perbendaharaan kata yang banyak dan
mampu menggunakan kalimat dengan baik untuk berkomunikasi secara lisan.
Jamaris Martini (2003:30) menyatakan bahwa tahap perkembangan berbicara anak terbagi
menjadi dua yaitu di antaranya:
a. Perkembangan reseptif, pada perkembangan ini anak melihat, mengamati, menjelajah, mengenal
objek, peristiwa, tempat agar dapat memahami dunia di sekitarnya
b. Perkembangan ekspresif, pada perkembangan ini anak sudah dapat mengutarakan keinginannya,
pendapatnya maupun penolakannya

Menurut Madyawati (2016:54) ada beberapa tahap perkembangan artikulasi diantaranya:

1. Bunyi Resonasi, hasil bunyi yang terjadi di dalam rongga mulut, tidak terlepas dari
perkembangan motoric bayi pada bagian rongga mulut. Bunyi yang paling umum yang dilakukan
bayi adalah bunyi batuk, tangis, dan bersin.
2. Bunyi Berdekut, pada usia dua bulan bayi telah mengembangkan otot untuk memulai dan
menghentikan gerakan secara baik, pada tahap ini suara tawa telah terdengar
3. Bunyi Bertleter, bunyi yang terus menerus tanpa tujuan biasanya dilakukan ketika bayi sudah
berumur 4-6 bulan
4. Bunyi Bertleter ulang, pada usia 6 bulan si anak akan mengucapkan konsonan yang mula-mula
dapat diucapkan adalah bunyi labial p, b, t, d dan bunyi j.
5. Bunyi Vokabel, di tahap ini anak sudah mulai berbicara dari suku kata ke kata lain dan anak
sudah mulai aktif untuk diajak berkomunikasi

Pada saat ini perkembangan anak meningkat secara pesat karena si ibu sering menggunakan
teknik untuk mengajak anak berkomunikasi. Baik itu menggunakan permainan ataupun dengan cara
becakap-cakap secara umum. Sehingga anak sudah mulai mengerti kapan giliran berbicara dan kapan
lawan bicaranya akan berbicara. Hal ini akan terus berlangsung sampai anak berusia empat atau lima
tahun.
2.3 Relevansi Media Boneka Tangan dengan Proses Berbicara Anak

Media boneka tangan merupakan alat peraga pembelajaran yang sederhana untuk membantu anak
berimajinasi sekaligus melatih kemampuan berbahasa. Boneka tangan terbuat dari potongan kain yang
dibentuk dalam berbagai karakter yang memiliki berbagai macam jenis sifat dan dimainkan dengan
menggunakan tangan dan digerakkan dengan jari-jari tangan (Suradinata dan Maharani, 2020).
Penerapan media boneka tangan dalam pembelajaran biasanya dilakukan dengan teknik
bercerita. Bercerita menggunakan boneka tangan sebagai alat bantu termasuk kegiatan pengajaran bahasa
komunikatif untuk melatih anak berekspresi, membantu interaksi komunikasi dalam memancing ide-ide
kreatif pada anak usia dini dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dan membuat anak lebih
berkonsentrasi pada cerita yang akan disampaikan sehingga dapat menghindari kebosanan pada anak
selama mendengarkan cerita (Kusdiyati dkk., 2010).
Pembelajaran menggunakan media boneka tangan dalam membantu meningkatkan keterampilan
berbicara masih dianggap relevan hingga saat ini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Putra (2021)
yaitu, menggunakan media boneka tangan dapat meningkatkan kejelasan dalam berkomunikasi pada
anak, penggunaan kosakata secara baik, bisa menggunakan kalimat, kecepatan berbicara secara baik
yang berguna untuk meningkatkan kemampuan dalam perkembangan bahasa dan berkomunikasi anak
mengalami gangguan atau hambata dalam keterlambatan serta mampu mengembangkan kemampuan
linguistic dalam kosakata pada anak yang menyenangkan dengan cara penyampaian materi pembelajaran
secara lisan dalam bentuk cerita yang disukai oleh anak dan permainan yang universal baik bagi anak
laki-laki maupun perempuan. Selain itu, media boneka tangan juga merupakan media permainan yang
dianggap efektif dalam menyampaikan stimulus untuk melatih dan mengembangkan kemampuan
kognitif dan mengasah daya imajinasi anak untuk membantu belajar berbahasa. Boneka tangan juga
dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak dalam suasana gembira, sehingga pembelajaran
yang berlangsung akan menyenangkan (Ustari dkk.,2018).

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan
adalah studi literatur atau studi pustaka (library research), yaitu mengumpulkan data atau karya tulis
ilmiah yang berkaitan dengan objek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan yang
akan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang akan ditelaah secara kritis dan mendalam terhadap
bahan-bahan literatur yang relevan. Prayitno (2017) menyatakan studi literasi adalah dengan mencari
referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan peneliti di tempat
penelitian.
Penelitian dengan menggunakan metode studi literatur dengan menelaah jurnal yang terkait
kemampuan berbicara anak. Hasil literatur ini akan digunakaan untuk mengidentifikasi pengaruh
permainan boneka tangan dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak. Studi literasi yang dilakukan
oleh peneliti yaitu dengan melakukan pencarian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa buku-
buku, artikel, jurnal ilmiah, video yang relevan dengan kasus atau permasalahan secara ringkasan.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan pendeketan studi pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah data penelitian. Pendekatan ini digunakan untuk mencari dasar pijakan untuk menemukan data
terkait kemampuan berbicara anak. Data yang digunakan bisa berasal dari textbook, journal, artikel ilmiah
dan literature terkait yang berisikan tentang konsep perihal kemampuan berbicara anak.
Teknik pengumpulan dimulai dengan mencari materi hasil penelitian yang sekuensi dan relevan
dengan penelitian ini. Selain itu, data juga dicari dengan memerhatikan tahun penelitian yang paling
mutakhir, kemudian selanjutnya mundur ke tahun yang lebih lama. Membaca abstrak dari setiap
penelitian lebih dahulu untuk memberikan penilaian perihal permasalahan yang diangkat oleh masing
masing data. Setelahnya mencatat bagian penting dan relevan untuk kepentingan penelitian. Sumber
penelitian juga penting untuk diberikan untuk mencegah unsur plagiasi.
3.3 Data dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian secondary research atau pemerolehan data sekunder
dengan menggunakan studi kepustakaan. Maka sumber data bersifat kepustakaan atau berasal dari
berbagai literature, di antaranya buku, artikel, jurnal ilmiah, surat kabar, dokumen pribadi, dan lain
sebagainya. Untuk lebih jelasnya, maka sumber data dalam penelitian dibagi menjadi sumber primer dan
sumber sekunder, dengan uraian sebagai berikut:
1. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber data pokok yang langsung dikumpulkan peneliti dari objek
penelitian. adapaun sumber primer dalam penelitian ini adalah buku yang menjadi objek dalam
penelitian ini, yakni buku berjudul Perkembangan Anak karya Elizabeth dan Hurlock. Peneliti
memilih buku ini karena buku ini memuat perkembangan anak yang salah satunya mengenai
pemerolehan bahasa pada anak di mana buku ini sangat membantu untuk menganalisis proses
perkembangan berbicara pada anak mulai dari bayi hingga dewasa.

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber data tambahan yang menunjang data pokok. Adapun
sumber sekunder pada penelitian ini adalah jurnal-jurnal yang mengkaji tentang permainan
boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak. Sumber-sumber yang masuk
sebagai sumber sekunder dijadikan sebagai pendukung data primer. Artinya sumber ini berposisi
sebagai pendukung buku prier untuk menguatkan konsep permainan boneka tangan untuk
meningkatkan kemampuan berbicara anak di dalam buku primer. Sumber data sekunder tersebut
adalah jurnal pendidikan mengenai Pengaruh Penggunaan Hand Puppet Terhadap Kemampuan
Berbahasa Anak Pra-Sekolah yang ditulis oleh Putra (2021). Buku Pengembangan Keterampilan
Berbicara Anak Usia Dini karya Soehartono, jurnal pendidikan mengenai Pengaruh Bercerita
Berbantuan Boneka Tangan Terhadap Kemampuan Berbicara Anak oleh Suradinata (2019) dan
beberapa buku lain yang mendukung tema penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
dan menggali sumber data yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Oleh karena sumber data
berupa data-data tertulis, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
teknik dokumentasi.
Menurut Arikunto (2010) teknik dokumentasi adalah suatu cara yang dilakukan dengan mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, prasasti, majalah,
notulen rapat, agenda dan sebagainya. Teknik dokumentasi berarti menggali suatu pemikiran ide ataupun
gagasan dalam bentuk tulisan atau dalam bentuk karya-karya lainnya Peneliti menggunakan teknik
dokumentasi karena jenis penelitian ini adalah penelitian studi literatur. Penelitian studi literatur adalah
penelitian yang sumber data empiris yang primer maupun sekunder berasal dari buku-biku, dokumen-
dokumen, jurnal, artikel ilmiah, dan literatur yang lain. Teknik dokumentasi digunakan untuk menggali
data dari sumber-sumber bacaan yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Data primer
berasal dari buku Perkembangan Anak karya Elizabeth dan Hurlock. Kemudia untuk pengumpulan data
penunjang diperoleh dengan menggali data dari sumber-sumber yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Dalam teknik dokumentasi ini, peneliti akan menerapkan beberapa langkah, yaitu sebagai
berikut:
1. Membaca sumber data primer maupun data sekunder
2. Membuat catatan yang berkaitan dengan penelitian dari sumber data primer maupun data
sekunder
3. Mengolah dan menganalisis catatan yang sudah terkumpul

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi intrumen atau alat penelitian adalah peneliti. Oleh
karena itu peneliti sebagai intrumen perlu di validasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan.
Validasi peneliti sebagai intrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif dan
penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data,
menafsirkan data, dan membuat kesimpulan hasil penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti
sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data menggali sumber data yang bersumber
dari data primer dan data sekunder dengan teknik dokumentasi akan diketahui kehadirannya melalui
kinerja yang dihasilkan.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dimulai dengan materi penelitian yang dikelompokkan menjadi paling
relevan, relevan dan cukup relevan. Tahun hasil penelitian juga penting untuk diperhatikan untuk
kemutkahiran data yang dihasilkan. Setelah menemukan penelitian yang paling mutakhir, maka bisa
beralih ke hasil penelitian yang ada ditahun lebih lama. Selanjutnya, peneliti membaca abstrak dari setiap
penelitian terdahulu untuk kemudian memberikan penilaian terhadap masalah yang diangkat oleh setiap
penelitian. Penilaian dilakukan untuk menilai apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang
hendak dibahas dalam penelitian.
Sumber wajib dicantumkan untuk mencegah adanya unsur plagiasi dalam daftar pustaka. Peneliti
juga bisa membuat catatan, informasi tambahan dan kutopan yang harus disusun secara sistematis.
Pembuatan catatan, informasi tambahan dan kutipan harus disusun secara sistematis untuk memudahkan
mencari data kembali jika suatu waktu diperlukan (Darmadi, 2011).

3.7 Keabsahan Penelitian


Pemeriksaan keabsahan data mengenai “Pengaruh Permainan Boneka Tangan Terhadap
Kemampuan Berbicara Anak” berdasarkan data yang sudah terkumpul, selanjutnya ditempuh beberapa
teknik keabsahan data yang meliputi: uji credibility (validitas interval) dan dependability (reliabilitas)
adapun perincian dari teknik diatas adalah sebagai berikut:
1. Uji Kredibilitas
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara yang dilakukan untuk menguji kredibilitas data
hasil penelitian yaitu:
a. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini merupakan pengecekan data dari berbagai
sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian, terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Namun, dalam penelitian ini
peneliti hanya menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi Sumber ini digunakan untuk
menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Untuk menguji kredibelitas data tentang “Pengaruh Permainan Boneka Tangan
Terhadap Kemampuan Berbicara Anak” maka pengumpulan dan pengujian data dilakukan
dengan pengecekan dari sumber primer dan sekunder. Data dari kedua sumber tersebut akan
dideskripsikan, dikategorisasikan berdasarkan pandangan yang sama maupun berbeda, dan
disimpulkan dengan
b. Mengambil data spesifik dari kedua sumber data tersebut.
Menggunakan Bahan Referensi Bahan referensi adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Untuk itu dalam penyusunan laporan,
peneliti menyertakan foto atau dokumen autentik sehingga hasil penelitian menjadi lebih dapat
dipercaya.
1. Uji Dependabilitas (reliabilitas)
Penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasikan
penelitian yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini dependebility dilakukan oleh auditor yang
independen atau dosen pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam
melakukan penelitian
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti menggunakan media bantu permainan boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara anak. Jenis penelitian ini ialah penelitian studi literatur dengan memanfaatkan bahan literasi
berupa buku, jurnal, artikel, surat kabar, dan materi penunjang lainnya untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh boneka tangan terhadap kemampuan berbicara pada anak. Berdasarkan hasil penelitian terdapat
permasalahan bahwa anak ketika ingin menyampaikan sesuatu atau pemikirannya kepada orang lain
masih terbata-bata dan masih sulit untuk dimengerti. Anak-anak yang tidak mengungkapkan
keinganannya dengan baik, sering mengulang kata-kata ketika ingin menceritakan sesuatu. Berdasarkan
hasil ini dapat disimpulkan sementara bahwa masih ada anak yang kurang dalam penguasaan kosakata
dan pelafalan ucapan. Sedangkan menurut (Suyanto, 2005) anak usia 4-5 tahun menghimpun kurang lebih
8000 kosakata, di samping menguasai semua bentuk dasar tata bahasa sehingga ketika anak
berkomunikasi dapat mudah dipahami dan diterima oleh orang lain.
Hasil penelitian mengenai bercerita dengan media permainan boneka tangan sudah memberikan
kenaikan dalam kosakata anak dan anak terkadang juga memakai kosakata tersebut untuk digunakan.
Contohnya ketika si pendongeng bercerita mengenai “Si Kancil yang Cerdik”. Setelah proses bercerita
selesai anak pun menggunakan kosakata tersebut ketika bercakap-cakap dengan teman sebaya. Salsabila
(dalam Midyawati, 2016) menegaskan bahwa melalui permainan boneka tangan dapat memberi manfaat
untuk mengembangkan dan meningkatkan efektivitas dalam mengembangkan penguasaan kosakata dan
kemampuan berbicara anak.
Kosakata dan kemampuan berbicara anak penting untuk ditingkatkan, mengingat anak akan
tumbuh dalam suatu lingkungan masyarakat dan berkomunikasi menggunakan lisan dan bercerita
merupakan salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Karena
bahwasannya aktivitas mendengarkan cerita yang dibacakan pada anak melalui media permainan boneka
tangan dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak.
Metode bercerita merupakan salah satu metode yang mampu meningkatkan kemampuan
berbicara anak, karena dengan bercerita anak mampu menceritakan kembali kepada teman ataupun
keluarga, terlebih ketika menggunakan alat bantu boneka tangan, anak akan lebih tertarik untuk
memelajarinya dan anak akan mampu mengungkpakan ide tentang cerita yang akan dibawakan atau
didengar dan melanjutkan cerita tersebut. Di samping itu, strategi bercerita dengan menggunakan boneka
tangan pada anak usia dini sangatlah penting. Melalui strategi ini, anak dapat mencurahkan berbagai ide
dan pengetahuan yang mereka miliki tanpa ada rasa takut untuk mengungkapkannya.
Beragamnya jenis boneka tangan yang tersedia saat ini juga mampu meningkatkan daya
kreatifitas anak. Anak akan terpacu dengan bentuk dan warna yang dimiliki oleh boneka tangan. Bentuk
yang beragam, warna dan corak yang mewakili berbagai tokoh akan mampu membuat anak berani
mengungkapkan cerita yang telah didengarnya. Bahkan, anak mampu membuat dan mengkreasikan cerita
dengan bantuan boneka tangan ini.
Suasana yang tercipta dari pembelajaran berbasis media boneka tangan juga akan baik untuk
mental anak. Pembelajaran akan terasa menyenangkan dan santai sehingga membantu untuk meningatkan
keterampilan dan kemampuan berbicara anak. Boneka tangan adalah boneka yang hanya terdiri dari
kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang akan
menutup lengan orang yang memainkannya (Ummul Khoir, 2014). Penggunaan media boneka tangan
memiliki berbagai pengaruh dan manfaat. Penggunaan media boneka tangan mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran keterampilan berbicara pada anak. Berbicara adalah salah satu keterampilan
penting dalam proses pembelajaran yang dilalui oleh anak. Keterampilan berbicara dan berkomunikasi
mampu dikembangkan melalui proses pembelajaran menggunakan media boneka tangan. Penggunaan
media boneka tangan juga mengasah keterampilan dan kreativitas anak. Daya imajinasi anak meningkat
setelah dipancing menggunakan media boneka tangan. Anak mampu menceritakan kembali dan
mengembangkan cerita dengan dibantu oleh boneka tangan tersebut. Selama proses belajar menggunakan
boneka tangan, anak juga berlatih bersosialisasi dan bekerja sama dengan teman sebaya. Selain itu,
selama proses pembelajaran aspek motorik adalah aspek yang penting. Penggunaan media boneka tangan
juga bisa meningkatkan kegiatan motorik anak dalam kelas.
Penggunaan media boneka tangan membuat daya tarik anak terhadap proses pembelajaran
meningkat. Sebelumnya, proses pembelajaran meningkatkan keterampilan berbicara anak hanya
menggunakan metode menceritakan ulang. Dengan menggunakan media boneka tangan, anak dapat lebih
aktif dan bersemangat. Meskipun kendala sebelumnya anak takut dan pasif dalam menyampaikan
argumentasi dan gagasan masing masing, penggunaan media boneka membuat anak lebih terbuka. Anak
dapat lebih percaya diri untuk berekspresi. Anak dibebaskan untuk menceritakan ulang cerita yang telah
dibaca dalam berbagai cara. Hal tersebut membuat anak semakin leluasa dalam berbicara dan bercerita.
Pengunaan media boneka tangan mempu menstimulus anak dalam rangka meningkatkan keterampilan
berbicara. Anak antusias dan menikmati proses pembelajaran menggunakan media boneka tangan.

BAB V. PENUTUP

Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah permasalahan yang dialami anak usia dini
dalam berkomunikasi atau berbicara di depan umum ialah anak-anak cenderung menyampaikan sesuatu
atau pemikirannya kepada orang lain masih terbata-bata dan masih sulit untuk dimengerti. Anak-anak
yang tidak mengungkapkan keinganannya dengan baik, sering mengulang kata-kata ketika ingin
menceritakan sesuatu. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan sementara bahwa masih ada anak yang
kurang dalam penguasaan kosakata dan pelafalan ucapan.
Untuk mengatasi permasalahan atau kendala tersebut, penelitian ini menggunakan media
permainan boneka tangan sebagai upaya meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia dini. Dalam
penelitian ini memperoleh hasil bahwa media permainan boneka tangan memberikan pengaruh kepada
kemampuan berbicara pada anak yaitu, memberikan kenaikan jumlah kosakata pada anak. Media
permainan boneka tangan ini juga dapat membuat anak lebih tertarik untuk mempelajarinya dan anak
akan mampu mengungkapakan ide tentang cerita yang akan dibawakan atau didengar dan melanjutkan
cerita tersebut.
Saran

Penelitian lanjut terkait peningkatan kemampuan berbicara pada anak diharapkan mampu
mengaplikasikan media permainan boneka tangan ini di dalam kelas secara langsung dengan
menggunakan metode penelitian kelas agar lebih meperkuat penelitian ini dan memperoleh data yang
lebih akurat.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta


Bayhaqi, A. Z., Murdiana, S., & Ridfah, A.(2017). Metode Expressive Writing Untuk Menurunkan
Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa. Psikoislamedia Jurnal Psikologi, 2(2) :
146-154.
Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Firmansyah, M. (2017). Model Pembelajaran Diskusi Berbasis Perilaku Berliterasi untuk Keterampilan
Berbicara. Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, 8(2), 199-125.

Hurlock, E.B. (2000). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga


Jamaris, Martini, (2003). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman kanak-kanak. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Khoir, U. (2014). Penggunaan Media Boneka dalam Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 2(3), 1-11.

Kusdiyati, S., Halimah, L., & Azlin, F. (2010). Pengaruh Pemberian Dongeng dengan Boneka Tangan
terhadap Kemampuan Berbahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(2).

Midyawati, L. (2016). Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Prenadamedia Group

Permana, E.P. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Boneka Kaus Kaki untuk Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Jurnal Profesi Pendidikan Dasar, 2(1),
133-140.

Prayitno, P. (2017). Permainan Matematika Suatu Daya Tarik bagi Peserta Didik. Jurnal Matematika dan
Pembelajaran, 5(1) : 101-111
Putra, Mujiono Sang. (2021). Pengaruh Penggunaan Hand Puppet Terhadap Kemampuan Berbahasa
Anak Pra-Sekolah. Jurnal Pendidikan, 9 (1) : 64 - 73
Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sulianto, J., Untari, M. F. A., & Yulianti, F. (2014). Media Boneka Tangan dalam Metode Berceritera
untuk Menanamkan Karakter Positif Kepada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, 15(2), 94-
104.

Suradinata dan Ega. (2019). Pengaruh Bercerita Berbantuan Media Boneka Tangan terhadap
Kemampuan Berbicara Anak. Journal on Early Childhood Education Research, 1(2) : 72-81.
Suyanto, S. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Hikayat Publishing
Tarigan, H,G. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. (2015). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Ustari, K. S., Sumantri, M., & Jayanta, I. N. L. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Dramatic Learning
Berbantuan Boneka Tangan terhadap Keterampilan Berbicara. Journal of Education
Technology, 2(4), 153-159.

Widyaning, H., Ruheana, L., & Dinar, W. (2017) Peningkatan Kemampuan Literasi Awal Anak
Prasekolah melalui Program Stimulasi. Jurnal Psikologi. 44(3), 177-184.

Anda mungkin juga menyukai