Anda di halaman 1dari 9

ISSN: 2476 - 9363 (print) dan 2476 - 9363 (online)

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2021

STIMULASI KETERAMPILAN BAHASA RESEPTIF ANAK


MELALUI KEGIATAN MENDENGARKAN CERITA DI TK
MIFTAHUL ULUM PANDAWANGI MALANG

Diana Ulfah1 & Endah Umiasih2


12
TK Miftahul Ulum Pandawangi Malang, Jawa Timur
Email: damayantipurnamasari@gmail.com

Abstract:
Early childhood education is the initial foundation of all aspects of development that children have,
one of which is language development. Language development is a very important aspect, especially
in the ability to read. Receptive language is a child's ability to understand, hear and listen to
information or understand meaning. Receptive language skills of children aged 3-6 years become
the basis for expressing emotions, messages, socializing, and learning to the next stage of
development. This study is to find out the children's receptive language skills through storytelling
activities. This study is a class action study. The results of this study showed that there was an
increase in the children's receptive language skills in the second cycle of listening to pictorial stories
from 13 children. In listening activities there are 2 children developing as expected, 11 children
develop very well. In the retelling activity there are 4 children developing as expected, 9 children
develop very well.
Keywords: Receptive language skills; Storytelling activities

Abstrak:
Pendidikan anak usia dini merupakan pondasi awal seluruh aspek perkembangan yang dimiliki anak,
salah satunya yakni perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa adalah aspek yang sangat penting
khususnya pada kemampuan baca tulis. Bahasa reseptif adalah kemampuan anak untuk memahami,
mendengar serta menyimak sebuah informasi atau memahami makna. Kemampuan bahasa reseptif
anak usia 3-6 tahun menjadi dasar untuk mengungkapkan emosi, pesan, bersosialisasi, dan belajar
ketahap perkembangan berikutnya. Penelitian ini untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif anak
melalui kegiatan bercerita. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan bahasa reseptif anak pada siklus kedua yaitu
kegiatan mendengarkan cerita bergambar dari 13 anak. Pada kegiatan menyimak terdapat 2 anak
berkembang sesuai harapan (BSH), 11 anak berkembang sangat baik (BSB). Pada kegiatan
menceritakan kembali terdapat 4 anak berkembang sesuai harapan (BSH), 9 anak berkembang sangat
baik (BSB).
Kata Kunci: Kemampuan bahasa reseptif; Kegiatan bercerita

Artikel dengan akses terbuka dibawah licenci Creative


Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International
License. (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/).
Received: Desember 2021, Accepted: Januari 2022, Published:
Januari 2022
Diana Ulfah & Endang Umiasih; Peningkatan Kemampuan Bahasa Rese… 63

PENDAHULUAN
Menurut Papalia (2015) menyatakan bahwa Pertumbuhan dan perkembangan anak
berkembang di berbagai aspek, yakni perkembangan fisik (tubuh, otak, sensorik, dan
keterampilan motorik), perkembangan sosial emosional, perkembangan kognitif atau
intelegensi (belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa). Tumbuh kembang anak
merupakan bagian dari peningkatan kuantitas dan kualitas suatu individu. Salah satunya
adalah perkembangan bahasa. Menurut Arnianti (2019) bahasa merupakan hal penting
dalam kehidupan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi antar individu. Bahasa
merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dengan adanya kemampuan berbahasa, anak dapat
mengungkapkan ide, pikiran, perasaan atau informasi kepada orang lain dengan adanya
kemampuan berbahasa juga dapat membantu anak dalam mengungkapkan ekspresi,
menyampaikan pendapatnya serta mampu meningkatkan kemampuan anak dalam
melakukan komunikasi dan memaksimalkan kemampuan yang ada dalam dirinya.
Kemampuan bahasa merupakan suatu hal yang penting, bahasa merupakan alat
untuk berkomunikasi dengan teman atau orang-orang disekitarnya. Bahasa merupakan
bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan serta dapat berkomunikasi
dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan
kebutuhan, pikiran dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempuyai
makna hal ini dijelaskan Khosibah dan Dimyati, (2021).
Kemampuan bahasa dapat distimulasi melalui suatu kegiatan atau permainan untuk
dapat menstimulus kemampuan menyimak dan membaca anak. Perkembangan bahasa
reseptif anak perlu dikembangakan agar anak dapat memperoleh informasi dengan baik.
Untuk itu diperlukan stimulasi agar kemampuan bahasa reseptif anak dapat berkembang.
Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu melalui kegiatan bermain. Permainan bahasa
dapat dilakukan karena pada hakikatnya bermain merupakan kebutuhan utama bagi anak.
Permainan bahasa yang dapat dilakukan untuk menstimulasi kemampuan bahasa reseptif
anak diantaranya simak-ulang ucap, simak-kerjakan, simak-terka, bisik berantai dan
bercerita dengan alat peraga tak langsung. Hasil penelitian Tika (2021) menyatakan bahwa
stimulus melalui metode mendengarkan cerita akan membuat anak usia dini lebih mudah
mengembangkan kemampuan bahasa reseptifnya.
Hasil Observasi di Kelompok B TK Miftahul Ulum, ditemukan masalah yaitu:
pada kegiatan mendengarkan cerita, dari 18 anak didik pada kelompok B terdapat 10 anak
diantaranya tidak dapat memberikan pendapat, belum mampu berbahasa dengan lancar
sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa anak masih kurang.
Permasalahan ini banyak terjadi seperti kurang mampu menyampaikan cerita dengan baik,
metode yang digunakan juga terkadang terlalu monoton, sehingga kurang menarik
perhatian anak didik dalam memahami isi cerita yang ada, dalam hal ini anak didik
seringkali kurang mendapat perhatian dari guru dalam mengungkapkan sebuah perasaan
atau idenya, sehingga kemampuan bahasa yang di miliki oleh anak tidak berkembang
secara optimal. Melihat permasalahan yang telah dikemukakan diatas Peneliti melakukan
refleksi untuk mengatasi masalah tersebut. Alternatif yang diajukan yaitu meningkatkan
kemampuan bahasa reseptif anak kelompok B melalui kegiatan mendengarkan cerita di TK
Miftahul Ulum.
Keterampilan bahasa memungkinkan anak-anak untuk memahami kata, kalimat,
cerita, dan aturan. Adapun fungsi bahasa, yaitu sebagai alat untuk mengungkapkan
perasaan dan pikiran kepada orang lain hal ini dikemukakan oleh Susanto (2016). Bahasa
reseptif menjadi sangat penting karena pemahaman bahasa untuk komunikasi yang sukses.
Kemampuan memahami bahasa pada masa kanak-kanak menjadi dasar bagi anak
mempelajari tahap perkembangan bahasa, seperti membaca dan kegiatan belajar. Kesulitan
64 |TEMATIK, Januari 2022, Volume 7, Nomor 2, Halaman 62- 70

pemerolehan bahasa ini dapat menyebabkan kesulitan memperhatikan dan mendengarkan,


bahkan masalah perilaku, seperti ketidakmampuan anak untuk merespon pertanyaan dan
permintaan dengan tepat.
Menurut Permendikbud No.137 Tahun 2014 (2014) dalam lampiran I
mencantumkan beberapa poin lingkup perkembangan yaitu: memahami beberapa perintah
secara bersamaan; mengulang kalimat yang lebih kompleks; memahami aturan dalam suatu
permainan; dan senang dan menghargai bacaan. Kemampuan menyimak adalah suatu
proses mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi
atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan.
Menceritakan kembali merupakan kemampuan berbahasa lisan dengan menyampaikan
informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang
disampaikan secara lisan dari kegiatan mendengarkan cerita. Kemampuan Bahasa reseptif
dapat distimulasi melalui berbagai permainan yang beragam salah satunya adalah melalui
kegiatan bercerita. Bercerita pada kegiatan belajar anak usia dini menurut Elena (1996),
merupakan upaya menstimulasi pengembangan keterampilan berbahasa secara lisan,
berfikir logis, dan memaknai nilai-nilai yang terdapat dalam cerita. Vygotsky menjelaskan
terdapat delapan jenis permainan untuk menstimulasi perkembangan anak usia dini, salah
satunya adalah bercerita. Menurut Solehuddin, (2010), menjelaskan bahwa bercerita adalah
suatu kegiatan yang dapat melibatkan anak secara mental dengan demikian bercerita dapat
digunakan sebagai suatu metode pembelajaran yang membantu guru dalam melibatkan
anak secara mental.
Perlakukan (treatment) dengan menerapkan metode mendongeng, dimana anak-
anak menunjukkan antusiasme dengan mendengarkan setiap cerita yang diceritakan.
Setelah anak mendengar cerita, penilaian kemampuan mendengarkan. Berdasarkan hasil
perhitungan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai probabilitas (signifikan) data
setelah pengujian adalah 0,000. Karena nilai signifikansinya adalah 0,000 dan lt; 0,05 maka
H0 dihilangkan. Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh terhadap keterampilan
menyimak ketika menggunakan metode bercerita. Oleh karena itu, metode mendongeng
dapat digunakan oleh guru sebagai acuan dalam proses pembelajaran khususnya dalam
kegiatan menyimak hal ini dikemukakan oleh JR et al, (2018). Bercerita memiliki tujuan
dimana dalam menstimulus aspek perkembangan anak. Menurut Dhieni (2007),
mengungkapkan bahwa tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun merupakan cara agar anak
bisa mendengarkan, memahami kata/kalimat dengan tepat terrhadap apa yg disampaikan
orang lain, anak bisa bertanya jika tidak memahaminya, anak bisa menjawab pertanyaan,
selanjutnya bisa melatih daya konsentrasi, mendengarkan, menciptakan pemahaman,
menyampaikan apa yg dipahaminya dan mengekspresikan apa yg didengarkan dan
diceritakannya, memahami pesan moral berdasarkan isi cerita yang didengarkan,
diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya oleh orang lain.
Menurut Fauziddin (2014), kegiatan bercerita bisa mensugesti pola pikir dan
wawasan berpikir anak terutama pada aspek sosial emosional anak. Manfaat bercerita bagi
anak sebagai berikut: mengajarkan perilaku taat sesuai ajaran yang berlaku, memahami
perbuatan terpuji dan tercela, mempersiapkan menjadi makhluk sosial pada masyarakat,
meningkatkan kemampuan berimajinasi secara logis dan sistematis. Mampu beradaptasi
diri dan lingkungannya, dan menciptakan akhlak mulia sesuai ajaran Islam. Berdasarkan
pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa manfaat metode mendongeng merupakan melatih
kemampuan daya serap/menangkap anak usia dini, menaruh pengalaman belajar, bagi anak
buat melatih menyimak dan mendengarkan cerita yg dibawakan sang guru, membantu
perkembangan bahasa anak berkomunikasi secara aktif dan efisien. Lantaran melalui cerita
anak bisa membuatkan kemampuan berbahasa dan memperoleh sejumlah pengetahuan
sosial, moral dan kepercayaan buat dihayati dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari, dan
Diana Ulfah & Endang Umiasih; Peningkatan Kemampuan Bahasa Rese… 65

membuatkan daya pikir dan khayalan akan lebih gampang sebagai akibatnya bisa
memperluas wawasan dan cara pandang anak.
Berikut tips dan trik bercerita dijelaskan oleh Moeslichatoen (2004) yaitu: Pilih
buku/cerita yang menarik sinkron usia anak, Jika itu buku bergambar, sebaiknya anak bisa
melihat holistik gambar berdasarkan cerita tersebut, perbanyak kontak mata saat bercerita,
menciptakan penekanan anak terjaga sampai cerita selesai, Membacakan cerita
menggunakan intonasi yang baik, mimik dan ekspresif. Pergunakan gestur tubuh untuk
menarik perhatian anak, Jika satu cerita telah terselesaikan dibacakan, bacakan sekali lagi
menggunakan menyisipi pertanyaan-pertanyaan gampang buat melatih dan memastikan
bahwa anak sudah tahu isi cerita menggunakan baik, Selalu bahagia hati menjawab
pertanyaan anak, lantaran ini mengindikasikan butir hati Anda mengalami proses
pembelajaran terhadap sesuatu yg baru. Pemilihan metode bercerita pula berdasarkan
dalam temuan penelitian Amalia (2019) bahwa menggunakan banyaknya anak menyimak
cerita maka akan menambah perbendaharaan kosa istilah yg dimiliki sang anak. Dengan
banyaknya perbendaharaan kosa istilah dalam anak, maka anak akan gampang buat
berkomunikasi dan bercerita pada orang lain. Anak yang mempunyai kosa kata yang
kurang maka akan sulit bagi anak buat mengutarakan apa yg beliau nikmati dan pikirkan.

METODOLOGI
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar terhadap kemampuan bahasa reseptif anak
didik. Subyek penelitian ini adalah anak kelompok B berjumlah 13 anak dengan
menggunakan desain penelitian yang mengacu pada model Kemmis dan M.C. Taggart
terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan
dokumentasi untuk mencatat perkembangan keterampilan siswa dalam pelaksanaan
kegiatan bercerita. Untuk efektivitas kegiatan pembelajaran, digunakan analisis data
menggunakan penilaian berikut uji persentase: P = n/N x 100%. Hasil penelitian ini
mengacu pada perubahan aktivitas anak didik dalam belajar dan capaian perkembangan
bahasa ekspresif untuk usia 5-6 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan Siklus 1
Pelaksanaan treatment pada tahap awal guru seperti biasa mengkondisikan anak
didik pada pembelajaran yang kondusif dengan cara berbaris, memberi salam, berdoa,
mengabsen, dan dilanjutkan dengan apersepsi kemudian menjelaskan materi pembelajaran
yaitu mendengarkan cerita bergambar sesuai dengan rancangan siklus 1, anak didudukkan
membentuk lingkaran sehingga perhatian anak didik lebih terfokus kepada kegiatan
mendengarkan cerita bergambar. Kemudian memperlihatkan buku bergambar lalu
memperkenalkan judul buku, penulis, dan memulai menceritakan buku bergambar dengan
posisi buku bergambar menghadap kepada anak, mulai menceritakan isi buku bergambar,
setelah kegiatan mendengarkan cerita bergambar selesai. Anak diminta untuk menceritakan
kembali isi cerita yang didengarnya, memotivaanak dengan mengadakan tanya jawab
supaya kegiatan pembelajaran menjadi hidup anak aktif dan ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran, guru bersama anak membahas hasil pembelajaran, menyimpulkan
materi, sebagai tindak lanjut guru memberikan pesan moral kepada anak sebagai
pemahaman supaya anak rajin belajar dirumah.
66 |TEMATIK, Januari 2022, Volume 7, Nomor 2, Halaman 62- 70

Hasil Observasi Siklus 1


Pada Siklus 1 hari 1 di kegiatan mendengarkan cerita bergambar dari 13 anak. Pada
kegiatan menyimak 8 anak yang belum berkembang (BB) dan 5 anak mulai berkembang
(MB). Pada kegiatan menceritakan kembali 9 anak yang belum berkembang (BB) dan 4
anak mulai berkembang (MB). Pada Siklus 1 hari 2 di kegiatan mendengarkan cerita
bergambar dari 13 anak. Pada kegiatan menyimak 6 anak yang belum berkembang (BB) 5
anak mulai berkembang (MB) 2 anak berkembang sesuai harapan (BSH). Pada kegiatan
menceritakan kembali 6 anak yang belum berkembang (BB) 6 anak mulai berkembang
(MB) 1 anak berkembang sesuai harapan (BSH). Pada Siklus 1 hari 3 di kegiatan
mendengarkan cerita bergambar dari 13 anak. Pada kegiatan menyimak 5 anak yang belum
berkembang (BB) 5 anak mulai berkembang (MB) 3 anak berkembang sesuai harapan
(BSH). Pada kegiatan menceritakan kembali 5 anak yang belum berkembang (BB) 6 anak
mulai berkembang (MB) 2 anak berkembang sesuai harapan (BSH)
Pada Siklus 1 hari 4 di kegiatan mendengarkan cerita bergambar dari 13 anak. Pada
kegiatan menyimak 4 anak yang belum berkembang (BB) 5 anak mulai berkembang (MB)
4 anak berkembang sesuai harapan (BSH). Pada kegiatan menceritakan kembali 5 anak
yang belum berkembang (BB) 4 anak mulai berkembang (MB) 4 anak berkembang sesuai
harapan (BSH). Pada Siklus 1 hari 5 di kegiatan mendengarkan cerita bergambar dari 13
anak. Pada kegiatan menyimak 3 anak yang belum berkembang (BB) 3 anak mulai
berkembang (MB) 7 anak berkembang sesuai harapan (BSH). Pada kegiatan menceritakan
kembali 4 anak yang belum berkembang (BB) 4 anak mulai berkembang (MB) 5 anak
berkembang sesuai harapan (BSH).
Refleksi Siklus 1
Berdasarkan refleksi analisis data observasi pada siklus 1 masih terdapat beberapa
aspek kategori cukup dan kurang, maka guru harus melakukan perbaikan-perbaikan pada
setiap aspek antara lain reka anak terhadap proses pengembangan, terlihat anak masih
kurang konsentrasi dan tidak antusias dalam pembelajaran, masih ada beberapa anak yang
belum dapat memaparkan isi dari cerita tersebut. Secara keseluruhan kelemahan yang guru
lakukan adalah kurang menguasai isi cerita, kurang interaktif dalam membacakan cerita,
media yang digunakan belum membantu dalam proses pengembangan, secara keseluruhan
kelebihan guru dalam kegiatan pengembangan, guru mampu menguasai kelas, guru mampu
menenangkan siswa yang ribut. Hal-hal unik yang ditemui dalam kegiatan pengembangan
yaitu ada anak yang terlihat tidak memusatkan perhatian namun dapat memberikan
tanggapan terhadap cerita yang dibacakan, ada pula anak yang terlihat memusatkan
perhatiannya namun ketika diminta berpendapat anak belum dapat memberikan
tanggapannya.
Perencanaan Siklus2
Perencanaan pada siklus 2 diawali dengan melihat hasil penelitian dari siklus 1
kemudian peneliti kembali menetapkan tanggal penelitian untuk siklus 2, dimana
pelaksanaan siklus 2. Dalam 1 siklus terdapat 5 hari penelitian. Kemudian membuat
perencanaan pembelajaran atau RPPH. Terdapat 5 kegiatan inti yang berkonsentrasi pada
kegiatan mendengarkan buku cerita bergambar seri. Peneliti menyiapkan beberapa buku
bergambar seri yang sesuai untuk kelompok B pada siklus 2 peneliti untuk mengganti
media dari buku bergambar menjadi gambar seri. Tujuannya agar anak lebih fokus dalam
proses pembelajaran.
Pelaksanaan Siklus 2
Pada tahap awal, guru mengkondisikan anak didik pada pembelajaran yang kondusif
dengan cara berbaris, memberi salam, berdoa, mengabsen, dan dilanjutkan dengan
apersepsi kemudian menjelaskan materi pembelajaran yaitu mendengarkan cerita
bergambar seri sesuai dengan rancangan siklus 2, anak didudukan membentuk melingkar
Diana Ulfah & Endang Umiasih; Peningkatan Kemampuan Bahasa Rese… 67

sehingga perhatian anak didik lebih terfokus kepada kegiatan mendengarkan cerita
bergambar. Kemudian memperlihatkan buku bergambar lalu memperkenalkan judul buku,
penulis, dan memulai menceritakan buku bergambar seri dengan posisi buku bergambar
seri menghadap kepada anak, mulai menceritakan isi buku bergambar, seri setelah kegiatan
mendengarkan cerita bergambar seri selesai. Anak diminta untuk menceritakan kembali isi
cerita bergambar seri yang didengarnya, memotivasi anak dengan mengadakan tanya jawab
supaya kegiatan pembelajran menjadi aktif dan anak ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran, guru bersama anak membahas hasil pembelajaran, menyimpulkan materi
secara bersama-sama, sebagai tindak lanjut guru memberikan pesan moral kepada anak
sebagai pemahaman supaya anak rajin belajar dirumah.
Hasil Observasi Siklus 2
Pada Siklus 2 hari 1 di kegiatan mendengarkan cerita bergambar dari 13 anak. Pada
kegiatan menyimak 6 anak mulai berkembang (MB) 6 anak berkembang sesuai harapan
(BSH) 1 anak berkembang sangat baik (BSB). Pada kegiatan menceritakan kembali 8 anak
mulai berkembang (MB) 4 anak berkembang sesuai harapan (BSH) 1 anak berkembang
sangat baik (BSB). Pada Siklus 2 hari 2 di kegiatan mendengarkan cerita bergambar dari
13 anak. Pada kegiatan menyimak 4 anak mulai berkembang (MB) 7 anak berkembang
sesuai harapan (BSH) 2 anak berkembang sangat baik (BSB). Pada kegiatan menceritakan
kembali 6 anak mulai berkembang (MB) 5 anak berkembang sesuai harapan (BSH) 2 anak
berkembang sangat baik (BSB). Pada Siklus 2 hari 3 di kegiatan mendengarkan cerita
bergambar dari 13 anak. Pada kegiatan menyimak 4 anak mulai berkembang (MB) 2 anak
berkembang sesuai harapan (BSH) 7 anak berkembang sangat baik (BSB). Pada kegiatan
menceritakan kembali 4 anak mulai berkembang (MB) 4 anak berkembang sesuai harapan
(BSH) 5 anak berkembang sangat baik (BSB).
Pada Siklus 2 hari 4 di kegiatan mendengarkan cerita bergambar dari 13 anak. Pada
kegiatan menyimak 5 anak berkembang sesuai harapan (BSH) 8 anak berkembang sangat
baik (BSB). Pada kegiatan menceritakan kembali 6 anak berkembang sesuai harapan (BSH)
7 anak berkembang sangat baik (BSB). Pada Siklus 2 hari 5 di kegiatan mendengarkan
cerita bergambar dari 13 anak. Pada kegiatan menyimak 2 anak berkembang sesuai harapan
(BSH) 11 anak berkembang sangat baik (BSB). Pada kegiatan menceritakan kembali 4
anak berkembang sesuai harapan (BSH) 9 anak berkembang sangat baik (BSB).
Refleksi Siklus 2
Berdasarkan refleksi analisis data observasi pada siklus 2 terdapat beberapa aspek kategori
baik dan berkembang, adapun beberapa aspek yang mengalami pengembangan antara lain
reaksi anak terhadap proses pengembangan, terlihat anak mulai fokus dan konsentrasi serta
antusias dalam pembelajaran. Anak dapat memaparkan isi cerita, secara keseluruhan
kelemahan yang guru lakukan sudah berkurang. Terlihat dari hasil anak-anak sudah mampu
menceritakan isi cerita. Secara keseluruhan kelebihan guru dalam kegiatan pengembangan,
guru mampu menguasai kelas, guru mampu menenangkan siswa yang ribut, guru
menguasai isi cerita dan interaktif dalam membacakan cerita. Hal-hal unik yang ditemui
dalam kegiatan pengembangan yaitu ada anak yang terlihat tidak memusatkan perhatian
namun dapat memberikan tanggapan terhadap cerita yang dibacakan. Ada pula anak yang
terlihat memusatkan perhatiannya namun ketika diminta berpendapat anak belum dapat
memberikan tanggapannya. Setelah melakukan refleksi ini agar dapat meningkatkan
kualitas kegiatan pengembangan dan mempertahankan hasil yang telah didapatkan pada
siklus 2 ini.
68 |TEMATIK, Januari 2022, Volume 7, Nomor 2, Halaman 62- 70

Pembahasan pada siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan bahwa kemampuan bahasa


reseptif anak melalui kegiatan mendengarkan cerita bergambar pada kelompok B TK
Miftahul Ulum Tahun 2021 mengalami peningkatan kemampuan bahasa reseptif pada anak
saat mendengarkan cerita bergambar, sebagian besar 10 dari 13 anak belum mampu
mengemukakan pendapatnya. Pada refleksi awal pada siklus 1 beberapa anak sudah mulai
berkembang ada peningkatan yang terjadi dibandingkan pada refleksi sebelumnya,
beberapa di antaranya sudah ada yang berkembang dengan baik begitupun pada indikator
kedua yaitu menceritakan kembali pada siklus 1 hanya beberapa anak yang mampu
berkembang sangat baik, namun setelah menyelesaikan siklus ke dua anak kelompok B
pada TK Miftahul Ulum mengalami peningkatan yang tadinya mulai berkembang, di sesi
akhir 3 anak yang berkembang sesuai harapan dan 10 anak sudah berkembang sangat baik.
Berbahasa tidak dapat dipisahkan dengan berbicara dan berpikir. Secara tidak
disadari, ketika orang berbicara selalu menggunakan pengetahuan bahasanya dan
pikirannya. Tanpa hal tersebut, ungkapan yang terlahir adalah ucapan yang berada di luar
pemikirannya atau bahkan ucapan yang salah. Bentuk kesalahan dalam berbicara pada anak
mempunyai latar belakang dan alasan yang tidak selalu sama antara anak yang satu dengan
anak yang lain. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari luar
dan dari dalam diri anak. Dari mana pun asalnya faktor tersebut, guru sebagai orang yang
berada di lingkungan anak ketika anak bersekolah hendaklah mampu dan mau menjadi
pengarah, pembimbing, penyejuk, dan model bagi anak, agar mereka mampu dan terampil
berbicara dengan kemampuan bahasanya (Zubaedah, 2004). Memperdengarkan cerita
kepada anak selain dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak, juga dapat
menstimulasi aspek perkembangan yang lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Kurniaman (2018) di kelas awal sekolah dengan strategi bercerita dapat meningkatkan
keterampilan menyimak anak serta memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai
moral, dan keagamaan kepada anak untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan
dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor yang dimiliki
oleh anak, serta dapat melatih daya serap anak, melatih daya pikir anak dan melatih daya
konsentrasi anak selain itu anak juga cenderung lebih menyukai pembelajaran yang
berbasis cerita.
Menurut Ersan (2020), menyimpulkan bahwa kemampuan bahasa reseptif anak
meningkat maka tingkat agresi fisik dan relasinya akan menurun. Sebagian besar aktivitas
memerlukan pemahaman bahasa yang baik, hal ini juga dapat mempersulit anak usia dini
untuk mengakses kurikulum atau terlibat dalam kegiatan dan tugas akademis di pendidikan
anak usia dini (PAUD). Dalam usaha meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak usia
dini perlu memiliki bimbingan dan aktifitas mendukung. Aktivitas mendukung
perkembangan bahasa reseptif dapat dilakukan di lingkungan terdekat anak seperti rumah
atau pendidikan anak usia dini (jika sudah bersekolah). Rumah atau keluarga di dalamnya
memiliki peranan penting dalam meningkatkan bahasa reseptif dikarenakan salah satu
karakteristik anak adalah meniru sehingga ketika orang dewasa berbicara, anak akan
mengamati bagaimana pelafalannya hal ini dijelaskan oleh Alam dan Lestari (2019).
Bahasa yang pertama kali didengar oleh anak adalah bahasa ibu dan aktivitas harian anak
akan mengamati kebiasaan ibu sehingga akan menambah kosakata anak.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Beaty (2013), bahwa kemajuan perkembangan
bahasa anak dari masa praproduksi ke masa transisi produksi. Anak yang baru memasuki
lingkungan sekolah sebagai lingkungan baru pada awalnya hanya mampu menjadi
pendengar dan memberikan respon dengan terdiam karena pada masa praproduksi anak
lebih berkonsentrasi pada apa yang sedang dikatakan dari pada mengatakan sesuatu.
Namun melalui metode bercerita dapat menstimulasi anak agar memberikan respon aktif
berupa jawaban yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang anak peroleh.
Diana Ulfah & Endang Umiasih; Peningkatan Kemampuan Bahasa Rese… 69

Selain itu, model komunikasi guru yang baik turut mempengaruhi cara anak bercerita.
Dalam akhir permainan, anak akan diberi kesempatan untuk bercerita tentang pengalaman
bermainnya.
Interaksi guru-anak berkualitas tinggi di lingkungan pembelajaran awal telah dianggap
sebagai kontributor utama untuk perkembangan bahasa dan kognitif awal anak-anak di
Cina. Dalam penelitian ini tersebut, efek kualitas interaksi guru anak pra sekolah dalam
jangka waktu yang panjang akan memberikan dampak perkembangan kosakata dan bahasa
reseptif anak (Yang et al., 2021). Hal senada juga dikemukakan Rusniah (2017) bahwa
peran guru dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak adalah sebagai fasilitator
untuk memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan lewat cerita-cerita yang
disampaikan. Selain itu guru berperan dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran serta
mengobservasi perubahan perilaku dari kegiatan belajar yang sedang berlangsung.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan penelitian terdapat perubahan yang terjadi pada
kemampuan bahasa reseptif anak melalui kegiatan mendengarkan cerita bergambar yan
dilaksanakan pada kelompok B di TK Miftahul Ulum. Hasil belajar anak di siklus 1 anak
mengalami penurunan, terdapat beberapa anak berada pada kategori belum berkembang
dan mulai berkembang. Pada siklus kedua jumlah anak mengalami peningkatan
perkembangan anak berada pada kategori mulai berkembang, berkembang sangat baik,
berkembang sesuai harapan. Pada umumnya kemampuan bahasa reseptif anak pada
kelompok B TK Miftahul Ulum mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini terlihat
dari keterlibatan anak secara langsung dalam berbagai kegiatan, sehingga hal ini menambah
motivaanak lebih aktif. Adapun saran dalam peneltian yaitu guru diharapkan membuat
suasana kelas nyaman agar anak lebih fokus dalam kegiatan mendengarkan cerita sebelum
memasuki tahap kegiatan inti, untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak serta
bagi pendidik di TK TK Miftahul Ulum dapat menerapkan kegiatan mendengarkan cerita
bergambar.

DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. K., dan Lestari, R. H. (2019). Pengembangan Kemampuan Bahasa Reseptif Anak
Usia Dini dalam Memperkenalkan Bahasa Inggris melalui Flash Card. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 284.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i1.301
Amalia, E. R. (2019). Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Dengan
Metode Bercerita. https://doi.org/10.31219/OSF.IO/KR5FW
Anas Sudjiono. (2002). Pengantar Statistic Pendidikan. Rineka Cipta.
Arnianti. (2019). Teori Perkembangan Bahasa Anak. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial,
1(1), 139–152.
Beaty, J. (2013). Observasi Perkembangan Anak Usia Dini Edisi Ketujuh. PT Fajar
Interpratama Mandiri.
Dhieni, N. dkk. (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Universitas Terbuka.
Elena, B. dan L. j D. (1996). Tools of Mind. Upper Saddle River.
Enny Zubaedah. (2004). Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Dan Teknik
Pengembangan Di Sekolah. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3(3), 459–479.
70 |TEMATIK, Januari 2022, Volume 7, Nomor 2, Halaman 62- 70

https://doi.org/10.21831/cp.v3i3.7600
Ersan, C. (2020). Early Language Development and Child Aggression. World Journal of
Education, 10(1), 1. https://doi.org/10.5430/wje.v10n1p1
Fauziddin, M. (2014). Pembelajaran Paud. PT Remaja Rosdakarya.
JR, R. R., Luthfi, A., dan Fauziddin, M. (2018). Pengaruh Metode Bercerita terhadap
Kemampuan Menyimak pada Anak Usia Dini. Aulad : Journal on Early Childhood,
1(1), 39–51. https://doi.org/10.31004/aulad.v1i1.5
Khosibah, S. A., dan Dimyati, D. (2021). Bahasa Reseptif Anak Usia 3-6 Tahun di
Indonesia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1860–1869.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1015
Kurniaman, O., dan Huda, M. N. (2018). Penerapan Strategi Bercerita Untuk
Meningkatkan Keterampilan Menyimak Siswa Kelas Iii Sd Muhamadiyah 6
Pekanbaru. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(2), 249.
https://doi.org/10.33578/jpfkip.v7i2.6284
M. Moeslichatoen. (2004). Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak. Rineka Cipta.
Papalia. (2015). Human Development (Psikologi Perkembangan).
Permendikbud. (2014). Standar Nasional Penilian PAUD No. 137. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Rusniah, R. (2017). Meningkatkan Perkembangan Bahasa Indonesia Anak Usia Dini
Melalui Penggunaan Metode Bercerita Pada Kelompok a Di Tk Malahayati Neuhen
Tahun Pelajaran 2015/2016. JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1),
114. https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1445
Solehuddin. (2010). memfasilitasi perkembangan berfiki dan kreatif anak usia dini. Jurnal
Pendidikan Indonesia.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian "Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta.
Susanto, H. (2016). Membangun Budaya Literasi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Menghadapi Era MEA. JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia),
1(1), 12. https://doi.org/10.26737/jp-bsi.v1i1.70
Tika, D. Dela. (2021). Permainan Bahasa Untuk Stimulasi Kemampuan Bahasa Reseptif
Anak Usia Dini. TEMATIK: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Anak Usia
Dini, 7(1), 1. https://doi.org/10.26858/tematik.v7i1.15355
Yang, N., Shi, J., Lu, J., dan Huang, Y. (2021). Language Development in Early Childhood:
Quality of Teacher-Child Interaction and Children’s Receptive Vocabulary
Competency. Frontiers in Psychology, 12, 2755. https://doi.org/10.3389/
FPSYG.2021.649680/BIBTEX

Anda mungkin juga menyukai