Anda di halaman 1dari 12

Kegiatan belajar 1

Konsep Dasar Gangguan Bahasa Perkembangan

A. Judul kegiatan belajar

Kegiatan belajar 1 membahas tentang definisi dan pegertian gangguan bahasa,


perkembangan terminologi gangguan bahasa, faktor resiko gangguan bahasa,
karateristik gangguan bahasa, faktor resiko terjadinya gangguan bahasa, epidemiologi
gangguan bahasa, Gangguan bahasa pada kondisi Afasia anak, SLI, ASD, TBI, LLD dll

B. Tujuan

Tujuan mata kuliah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang tentang
termonologi gangguan bahasa, faktor resiko gangguan bahasa, karateristik gangguan
bahasa, faktor resiko terjadinya gangguan bahasa, gangguan bahasa terjadi pada
kondisi, SLI, ASD, TBI, LLD dll

C. Pokok materi

Pokok materi pada kegiatan belajar 1 meliputi :


1. Definisi dan Pengertian gangguan bahasa
2. Terminologi gangguan bahasa
3. Faktor resiko gangguan bahasa
4. Karateristik gangguan bahasa
5. Faktor resiko terjadinya gangguan bahasa
6. Epidemiologi gangguan bahasa

B. Uraian materi

1. Definisi dan pengertian gangguan bahasa


Komunikasi adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk
berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut
terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan, bacaan dan
tanda atau simbol. Berbahasa itu sendiri merupakan proses yang kompleks dan
tidak terjadi begitu saja. Setiap individu berkomunikasi lewat bahasa memerlukan
suatu proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana bahasa
bisa digunakan untuk berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik
untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori tentang pemerolehan bahasa.
(Owens RE, 2001)
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak
dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan
untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui
bicara yang mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga
diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat
mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau
pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk
menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang
mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural
(ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang
berbeda beda. (Soetjiningsih)
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara
adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada
dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa
laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 –
10% pada anak sekolah. (Owens RE, 2001)
Penyebab keterlambatan bicara sangat banyak dan luas, gangguan
tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga
yang sulit untuk membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab
yang sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini
biasanya ringan dan hanya merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak.
Pada usia tertentu terutama setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila
keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka gangguan
tersebut harus lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan. (Owens RE,
2001)
Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik
kemungkinan pemulihan gangguan tersebut. Bila keterlambatan bicara tersebut
nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi pada anak
tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu
yang terlibat dalam penanganan anak. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang
tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak
yang merawat anak tersebut. (Soetjiningsih)
American Speech-Language Hearing Association Committee on Language
mendefinisikan bahasa sebagai : suatu sistem lambang konvensional yang
kompleks dan dinamis yang dipakai dalam berbagai cara berpikir dan
berkomunikasi. Salim P, Salim Y (1995)
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, bahasa didefinisikan sebagai : suatu
sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu anggota
masyarakat untuk bekerja bersama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
(Alwi H dkk, 2005). Kamus bahasa Inggris juga memberi definisi yang sama
tentang bahasa. Coplan, James)
Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah
pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara
dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam
suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Bahasa
reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang
didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara
simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik.(Alwi H dkk, 2005 dan
Coplan, James)
Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor
termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan
bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut
seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan
bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal”
(sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau
menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam
fungsinya untuk bicara dan makan.(Virginia W, 1997)
Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu
huruf sampai beberapa huruf, sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi
huruf tersebut sehingga menimbulkan kesan cara bicaranya seperti anak kecil.
Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas
suara.(Virginia W, 1997). Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk
kata-kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga
pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia
didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki
onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang).
Virginia W 1997 dan British medical journal 2000)
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan
atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu
bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti
lidah, bibir dan laring. Terdapat kecendrungan adanya riwayat gagap dalam
keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua
agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan
kepribadian anak. (Virginia W dan Kaplan 1997).

2. Terminologi Language Delay, Language disorders, dan Languag Diffeence


a. Language Delay
Language Delay adalah Kesulitan untuk memahami dan/atau
menggunakan bahasa lisan, tertulis dan/atau sistem simbolik lainnya.
Terminologi “delay” digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana anak
belajar dengan proses yang lebih lambat dari umumnya dan lambat laun
akan mampu mencapai kemampuan yang sesuai dengan anak-anak lain
seusianya (ASHA, 1993; Hedge, 2001).
b. Language Disorder
Language Disorder adalah Gangguan pemahaman dan/atau
penggunaan bahasa lisan, ulisan, dan/atau sistem simbolik lainnya.
Gangguan dapat meliputi:
1) Bentuk (fonologi, morfologi, sintaksis)
2) Isi (semantik) dan/atau
3) Fungsi dalam komunikasi (pragmatik) atau kombinasi dari ketiganya.
Terminologi “disorder” mengacu kepada suatu gangguan yang menetap
yang dapat disebabkan oleh kondisi klinis ataupun tidak
c. Language Difference
Language Difference adalah Bukan termasuk di dalam kategori
“gangguan” atau “keterlambatan”. Fenomena ini ada karena adanya
pengaruh sosiokultural yang meliputi perbedaan struktur linguistik dan
penggunaan bahasa yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
d. Late Bloomer
Late Bloomer adalah anak-anak yang pada usia 24 bulan tidak memiliki
50 kosakata ekspresif dan belum mulai mengkombinasikan 2 kata tetapi
mampu untuk mengejar ketinggalan mereka secara cepat di tahun-tahun
berikutnya. Mencakup 10-15% dari populasi anak dan 20-25% dari “Late
Bloomer” memiliki gangguan bahasa yang menetap sampai usia pra-sekolah
dan usia sekolah

3. Faktor – faktor gangguan bahasa perkembangan


Faktor-faktor yang meningkatkan resiko keterlambatan bicara pada anak-anak
usia 18-30 bulan akan menjadi gangguan bahasa menetap antara lain:
a. Bahasa Reseptif: Late bloomer memiliki kemampuan bahasa reseptif yang
sesuai dengan anak-anak seusianya
b. Penggunaan gestures: Anak-anak dengan penggunaan gesture yang lebih
banyak untuk berbagai tujuan komunikasi memiliki kemungkinan yang lebih
baik untuk dapat mengejar kemampuan bahasa anak-anak seusianya
c. Usia Diagnosa: Semakin kecil usia anak ketika didiagnosa, semakin positif
hasilnya.
d. Kemajuan Perkembangan Bahasa: Anak yang terlambat, walaupun
perkembangan bahasanya termasuk lambat, tetapi anak tersebut diharapkan
akan menambah kemampuan bahasanya dengan yang baru dengan setiap
bulannya

4. Karakteristik gangguan bahasa


a. Penguasaan dan penggunaan bahasa yang terbatas
b. Penggunaan sintaksis yang tidak sesuai
c. Komunikasi sosial yang tidak adekuat atau tidak sesuai konteks
d. Kemampuan komunikasi non-verbal yang terbatas
e. Kemampuan literasi yang terbatas

5. Faktor resiko terjadinya Language Disorders


a. Kondisi Pre-natal: penggunaan obat-obatan oleh ibu (termasuk alkohol dan
nikotin), infeksi yang diderita ibu selama kehamilan (rubella, herpes simplex,
HIV, dll.)
b. Kondisi Perinatal: proses melahirkan yang sangat lama, presentasi bayi yang
abnorm, kesulitan medis lain yang mempengaruhi kondisi bayi saat
melahirkan
c. Kondisi Neonatal: prematuritas, berat lahir yang sangat tinggu atau rendah,
kesulitan makan, infeksi, kondisi fisik atau sensori yang abnormal
d. Sindroma genetik (Down Syndrome, Fetal Alcohol Syndrome, Fragile X, dll.)
e. Riwayat keluarga dengan gangguan bahasa
f. Faktor lingkungan: kondisi sosial ekonomi yang sangat rendah, child
abuse/neglect
g. Kemampuan komunikasi pre-linguistik yang terbatas: tidak adanya kontak
mata, tidak adanya babbling, flat affect
h. Tidak merespon ketika diminta untuk menunjuk bagian tubuh
i. Tidak mampu mengikuti instruksi sederhana
j. Produksi kata pertama yang terlambat
k. Tidak adanya keinginan untuk “social play”
l. Penggunaan gesture yang berkurang atau sangat berlebih untuk tujuan
komunikasi
m. Kesulitan mempelajari suara-suara dalam bahasanya

6. Epidemiologi gangguan bahasa perkembangan


Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah.
Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan
keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16
tahun. (British medical journal 2006)
Pada anak-anak usia 5 tahun, 19% diidentifikasi memiliki gangguan bicara
dan bahasa (6,4% keterlambatan berbicara, 4,6% keterlambatan bicara dan
bahasa, dan 6% keterlambatan bahasa). Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun
dan 1% pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan
bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3-6% anak usia
sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan
pada usia prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut
penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden
gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi daripada anak dengan riwayat
sosial ekonomi menengah ke atas. (British medical journal 2006)
Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di Indonesia belum
pernah diteliti secara luas (Departemen Rehabilitasi Medik, 2006). Kendalanya
dalam menentukan kriteria keterlambatan perkembangan berbahasa. Data di
Departemen Rehabilitasi Medik RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah kunjungan
pasien anak terdapat 10,13% anak terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa.
Penelitian Wahjuni tahun 1998 di salah satu kelurahan di Jakarta Pusat
menemukan prevalensi keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214 anak yang
berusia bawah tiga tahun. .(Wahjuni S, 1998).

7. Types of Child Language Disorders


a. Specific Language Impairment
b. Language Learning Disability
c. Language problems associated with physical and sensory disabilities
1) Mental Retardation
2) Autism Spectrum Disorders
3) Brain Injury
b. Language problems related to physical and social-environmental factors
(Poverty (kemiskinan), Neglect/Abuse (terlantar), ADHD)

8. Gangguan Bahasa Pada Kondisi :


a. Afasia perkembangan
Afasia dan gangguan terkait pada anak-anak sebagai akibat dari
kerusakan di daerah bahasa yang timbul sebelum lahir, saat lahir atau
sesudah lahir. Lesi yang mempengaruhi area bahasa dapat disebabkan
oleh beberapa sebab seperti : anoksia (sejak lahir), rubella (terjadi pada ibu
sebelum lahir), Perdarahan otak (umumnya cedera lahir), radang otak,
meningitis, dan trauma dimasa kecil (Agranowitz .A 1975). Beberapa definisi
afasia perkembangan menurut beberapa ahli sebagai berikut ;
Afasia Perkembangan bersalal dari kata : A artinya tidak, Phasia/fasia
artinya bahasa, Perkembangan/development artinya suatu proses yang
berurutan dari permulaan, dari bawah, dari kecil, atau embrio ke jenjang
selanjutnya yang lebih kompleks, menuju kemasa dewasa. Childhod adalah
masa kanak-kanak. Jadi arti secara keseluruhan adalah ; anak-anak yang
tidak mampu berbahasa pada masa perkembangannya.
Afasia adalah salah satu jenis kelainan bahasa yang disebabkan oleh
adanya kerusakan pada pusat-pusat bahasa di Cortex serebri. Adanya lesi
dipusat bahasa menyebabkan klien mengalam kesulitan dan atau kehilangan
kemampuan dalam simbolisasi baik secara aktif/reseptif mapun
pasif/ekspresif. Kerusakan pada pusat-pusat tersebut secara kronologis
dapat dibedakan antara kerusakan yang dialami oleh anak-anak sehingga
mengakibatkan adanya kehilangan/keterlambatan bahasa yang disebut
afasia anak/afasia perkembangan, dan yang terjadi pada masa dewasa
disebut afasia dewasa. Afasia anak disebut dengan Childhood
aphasia/aphasia perkembangan yaitu apabila kelainan tersebut diperoleh
pada masa perkembangan, baik yang disebabkan kelainan bawaan maupun
kelainan yang didapat.
b. Specific Language Impairment
Keterbatasan fungsi bahasa yang sangat signifikan yang tidak dapat
disebabkan oleh karena keterbatasan di area pendengaran, struktur dan
fungsi oral, atau inteligensi (Leonard, 1987; Owens, 2001). Tidak ada
penyebab yang jelas untuk SLI dan sepertinya tidak mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh anatomi, fisik, ataupun intelektual (Owens, 2001). Anak-
anak dengan SLI lebih sering gagal dalam akademis dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya. Anak-anak dengan SLI memiliki skor performa
verbal yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan skor performa non-
verbal
c. Language Learning Disability
Terminologi yang mengacu kepada suatu gangguan yang
dimanifestasikan melalui kesulitan yang signifikan dalam proses akuisisi and
penggunaan kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis,
menganalisa, ataupun kemampuan matematika. (National Joint Committee
on Learning Disabilities, 1991). Gangguan ini merupakan gangguan yang
diasumsikan disebabkan oleh disfungsi sistem saraf pusat dan dapat terjadi
di segala usia. Gangguan penyerta dapat berupa gangguan self-regulatory,
persepsi-sosial, dan interaksi sosial.
Anak-anak dengan Learning Disability memiliki kapasitas intelektual
yang normal ataupun superior dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
Anak-anak dengan kesulitan untuk belajar dan menggunakan simbol
memiliki kondisi yang disebut dengan “Language-Learning Disability”
(Minuitti, 1991). Language-Learning Disability mencakup lebih dari 75%
Learning Disability. Gangguan bahasa pada LLD meliputi semua aspek
bahasa, verbal maupun tertulis
d. Mental Retardation
Anak-anak dengan retardasi mental memiliki kemampuan bahasa yang
berada di bawah rata-rata walaupun jika dibandingkan dengan anak-anak
dengan usia mental (mental age) yang sama (Owens, 2004). Walaupun
kemampuan ini dapat diatribusikan kepada kemampuan fungsi intelektual
yang rendah, tetapi hanya faktor ini tidak dapat menjelaskan fenomena yang
terjadi. Secara umum, anak-anak dibawah usia mental 10 tahun mengikuti
jalur/proses perkembangan yang serupa walaupun perkembangan bahasa
mereka lebih lambat, tetapi setelah usia mental mencapai 10
tahun,perbedaan perkembangan antara populasi ini dengan populasi umum
semakin terlihat (Owens, 2004)
Penggunaan bahasa pada anak dengan retardasi mental lebih
mengarah pada penggunaan bahasa dengan formasi yang lebih kekanakan
dan penggunaan bahasa yang berlebihan. Anak dengan retardasi mental
juga mengambil posisi yang lebih submisif sebagai lawan bicara dan tidak
mampu untuk mengklarifikasi apa yang ingin mereka sampaikan ketika
terjadi selisih paham
e. Autism Spectrum Disorders
Merupakan gangguan interaksi sosial 2 arah dengan perilaku,
ketertarikan, dan rutinitas aktifitas yang sangat terbatas (APA, 1996).
Gangguan komunikasi merupakan indikator pertama kemungkinan adanya
ASD. Gangguan bahasa dan bicara pada populasi ini meliputi echolalia,
mutism, ketidakmampuan untuk menggunakan konsep abstrak, dll. (Hulit &
Howard, 2002)
Lebih dari 50% anak-anak dengan ASD memiliki IQ dibawah 50,
sementara sisanya memiliki IQ 50-70 dan di atas 71 (Schreibman, 1988).
Prognostik akan lebih baik apabila anak-anak dengan ASD memiliki
nonverbal IQ di atas 70 dan mampu untuk berbicara dengan arti pada usia 5
tahun (Bauer, 1995)
f. Brain Injury
Meliputi gangguan yang disebabkan oleh terbenturnya kepala yang
dapat terjadi ketika anak jatuh atau terlibat dalam kecelakaan ataupun CVA.
Cedera kepala mempengaruhi fungsi intelektual umum, memori,
kemampuan psikososial, performa akademis, dan bahasa (Ewing Cobbs
et.al, 1985). Defisit kognitif meliputi persepsi, memory, penalaran, dan
kesulitan dengan problem solving. Kemampuan pragmatik adalah salah satu
kemampuan yang paling terganggu pada anak-anak dengan cedera kepala
yang dapat terlihat dari kemampuan mereka saat bercakap-cakap dan
bercerita. Pemahaman bahasa dan fungsi luhur juga dapat terganggu
(kemampuan mengartikan bahasa kiasan dan arti ganda).
Tetapi biasanya isi (semantik) terutama mengenai sesuatu yang
konkrit tidak terganggu, walaupun kesulitan dengan word retrieval, naming,
dan mendeskripsikan objek dapat terjadi. Begitu juga dengan bentuk bahasa
(language form), biasanya tidak terganggu.
g. Language problems related to physical and social-environmental factors
(Poverty (kemiskinan), Neglect/Abuse (terlantar), ADHD)
1) Kesulitan membaca dan menulis
2) Kesulitan dengan konsep temporal
3) Kesulitan dengan tugas-tugas sekolah
4) Kosakata yang rendah
5) Kemampuan morfosintaksis yang terlambat
6) Kemampuan verbalisasi yang kurang
7) Biasanya anak memiliki keterlambatan bahasa ekspresif dan reseptif
8) Mereka cenderung agresif/berteriak ketika berbicara
9) Bicaranya terbatas dan kemampuan bahasa verbal tidak berkembang
secara optimal
h. Language Problems Related to ADHD
Memiliki kesulitan dengan auditory processing dan kemampuan interaksi
sosial. Karakteristik meliputi:
1) Seringkali langsung menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan
2) Kesulitan untuk menyelesaikan instruksi yang diberikan
3) Seringkali terkesan tidak mendengarkan/berbicara berlebihan
4) Seringkali memotong pembicaraan
5) Kemampuan turn-taking yang tidak baik
6) Kesulitan untuk mendeskripsikan objek secara sistematis
7) Kesulitan dengan kemampuan bercerita
8) Menggunakan cara bicara yang sama terhadap figur-figur yang berbeda
9) Kesulitan menginterpretasikan komunikasi non-verbal

F. Rangkumen

Language Delay adalah Kesulitan untuk memahami dan/atau menggunakan


bahasa lisan, tertulis , dan/atau sistem simbolik lainnya. Terminologi “delay” digunakan
untuk menggambarkan kondisi dimana anak belajar dengan proses yang lebih lambat
dari umumnya dan lambat laun akan mampu mencapai kemampuan yang sesuai
dengan anak-anak lain seusianya (ASHA, 1993; Hedge, 2001). Language Disorder
adalah Gangguan pemahaman dan/atau penggunaan bahasa lisan, tulisan, dan/atau
sistem simbolik lainnya. Gangguan dapat meliputi 1). Bentuk (fonologi, morfologi,
sintaksiss, 2). Isi (semantik) dan/atau. 3). Fungsi dalam komunikasi (pragmatik) atau
kombinasi dari ketiganya. Language Difference adalah bukan termasuk di dalam
kategori “gangguan” atau “keterlambatan”. Fenomena ini ada karena adanya pengaruh
sosiokultural yang meliputi perbedaan struktur linguistik dan penggunaan bahasa yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial. “
Afasia Perkembangan bersalal dari kata : A artinya tidak, Phasia/fasia artinya
bahasa, Perkembangan/development artinya suatu proses yang berurutan dari
permulaan, dari bawah, dari kecil, atau embrio ke jenjang selanjutnya yang lebih
kompleks, menuju kemasa dewasa. Childhod adalah masa kanak-kanak. Jadi arti
secara keseluruhan adalah ; anak-anak yang tidak mampu berbahasa pada masa
perkembangannya. Faktor resiko gangguan bahasa adalah Kondisi Pre-natal:
penggunaan obat-obatan oleh ibu (termasuk alkohol dan nikotin), infeksi yang diderita
ibu selama kehamilan (rubella, herpes simplex, HIV, dll.). Kondisi Perinatal: proses
melahirkan yang sangat lama, presentasi bayi yang abnorm, kesulitan medis lain yang
mempengaruhi kondisi bayi saat melahirkan. Kondisi Neonatal: prematuritas, berat
lahir yang sangat tinggu atau rendah, kesulitan makan, infeksi, kondisi fisik atau
sensori yang abnormal

G. Referensi

Owens, Robert, E. (2004). Language Disorder 4th. USA : A Pearson Education


Company.
Rapin, Isabelle, MD.The New England Journal of Medicine337.2(Jul 10, 1997): 97-
104.Genetics & Environmental Business Week (Jun 7, 2012): 730.
http://puterakembara.org/archives
Buku “terminology of communication disorders”, Lucille Nicolosi

H. Latihan Soal

1. Apa Perbedaan antara Disorder, Delay, and Difference


2. Apa yang dimaksud late bloomer ?
3. Sebutkan faktor resiko gangguan bahasa
4. Sebutkan karakterisktik anak dengan Language Problem Related to
Neglect/Abuse
5. Sebitkan karakteristik anak dengan Language Problem Related to Poverty

I. Tugas

1. Carilah 1 jurnal internasional dengan tema gangguan bahasa pada anak-anak

2. Lakukan review jurnal yang anda temukan

3. Buatlah laporan review jurnal dalam bentuk makalah yag berisi

1. Definisi dan pengertian

2. Penyebab

3. Karakteristik

4. Klasifikasi

5. Diagnosis

6. Intervensi

7. Link video intervensi

Anda mungkin juga menyukai