NIM : 03020120059
1. Manusia dalam menguasai ilmu bahasa, komunikasi dan berinteraksi dengan manusia mengalami
banyak proses. Perkembangan (development) merupakan suatu proses yang pasti di alami oleh setiap
individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan
kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di
dalam diri manusia. Dalam menguasai ilmu bahasa yang pertama adalah kemampuan menguasai
kosa kata terlebih dahulu, baru setelah perbendaharaan kosa kata mereka sudah banyak maka mereka
mulai bisa merangkai kalimat dengan kosa kata yang mereka kuasai. Setelah mereka bagus dalam
berbicara maka akan dengan sendirinya menjalin interaksi yang baik dengan sekitarnya.
• usia 1 tahun 8 bulan one word utterance. Anak menggunakan suku kata yang terakhir saja
• usia tiga 3 tahun, anak belum mampu mengucapkan gugusan konsonan dengan sempurna.
Adapun usia 4 tahun, kalimatnya sudah semakin kompleks, anak mulai mengenal sesuatu yang abstrak
Anak mengenal makna sejak ia lahir menggunakan panca inderanya melalui pengamatan terhadap objek
di sekitarnya
Lalu menentukan maknanya untuk disimpan ke dalam kamus leksikannya (world knowledge)
• anak berangsur memperoleh kemampuan berbahasanya secara kumulatif kompleks dari lingkungannya
• dardjowijojo mengatakan bahwa ada ciri-ciri yang menandai anak sudah berbahasa dengan baik;
4. Belum ada kriteria tetap terkait makna dwibahasa, batasannya maupun tingkatannya sehingga
seseorang dapat disebut dwibahasawan
∞ Ada definisi ekstrim yang disampaikan oleh Haugen 1956. Dwibahasa adalah kemampuan
seseorang dalam memproduksi ujaran sempurna bermakna ke dalam bahasa lain
∞ Kemampuan berbahasa dwibahasawan condong kepada salah satu bahasa yang dominan saja ia
gunakan pada suatu komunitas
∞ Dwibahasa ada dua; (1) Compound Bilingualism yaitu hasil belajar dua bahasa dalam situasi yang
sama, misalnya seorang anak memperoleh bahasa A dari bapaknya dan bahasa B dari ibunya yang
saling berganti. (2) Coordinate Bilingualism yaitu hasil belajar bahasa dari situasi yang berbeda.
Misal, seorang anak berbahasa A di rumahnya, dan berbahasa B di sekolahnya.
∞ Untuk memudahkan pengukuran kedwibahasaan, perlu terlebih dahulu merincikan istilah-istilah
terkait dengannya. Misalnya bahasa ibu, bahasa daerah, bahasa asing, bahasa pertama dan bahasa
kedua. MacLaughin lebih condong memilih istilah bahasa pertama daripada bahasa ibu karena
mencerminkan sisi kronologis.
∞ Bahasa pertama anak bisa hilang sama sekali ketika ia meninggalkannya secara total dan beralih
menggunakan bahasa keduanya.
∞ Anak memperoleh kedwibahasaan dari orang tuanya secara simultan, dan dibatasi Laughin pada
usia 3 tahun dan sebelumnya yang disebut dengan bilingualis
∞ Lambert telah mengembangkan suatu alat untuk mengukur kedwibahasaan dengan mencatat hal-
hal berikut (Mar’at, 2005:92).
1) Waktu reaksi seseorang terhadap dua bahasa. Bila kecepatan reaksinya sama, maka dianggap
sebagai dwibahasaan. Misalnya, dalam menjawab pertanyaan yang sama, tetapi dalam bahasa
yang berbeda.
2) Kecepatan reaksi dapat diukur pula dari bagaimana seseorang melaksanakan perintah-
perintah yang diberikan dalam bahasa yang berbeda
3) Kemampuan seseorang melengkapkan suatu perkataan. Misalnya, kepada subjek diberikan
kata-kata yang tidak sempurna kemudian ia harus menyempurnakannya.
4) Mengukur kecenderungan (preferences) pengucapan secara spontan. Dalam hal ini kepada
subjek diberikan suatu perkataan yang sama tulisannya, tetapi berbeda pengucapan dalam
dua bahasa. Misalnya, tulisan “nation” harus dibaca dan spontan oleh dwibahasawan Inggris-
Perancis. Kemudian dilihat apa yang diucapkannya, “nesian” (Inggris) atau “nesjan” (Perancis).
∞ Dwibahasawan memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi daripada monolingualis. Hasil penelitian
Lambert tersebut dengan mengontrol faktor sosial-ekonomi membantah anggapan negatif
masyarakat sebelumnya
∞ Hasil penelitian Lambert lainnya yaitu dengan obyek anak 10 tahun di Canada menyatakan bahwa
dwibahasa berpengaruh positif terhadap perkembangan kognitif anak karena dengannya ia
memiliki kesatuan fleksibilitas dalam tugas-tugas berpikir yang berbeda yang menuntut adanya
orisinalitas dan daya temu
Kedwibahasaan menurut Mackey dan Fishman (Chaer & Agustina, 2004: 84) menyatakan bahwa
kedwibahasaan diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya
dengan orang lain secara bergantian. Maka dari itu, penggunaan lebih dari satu bahasa penutur harus
dapat menguasai bahasa tersebut. Jadi, dwibahasa pada anak adalah kemampuan anak untuk
menguasai atau menuturkanlebih dari satu bahasa. Beberapa kendala yang terjadi adalah sedikit
tertinggal dalam perbendaharaan kata atau languange delay dan juga penggunaan bahasa yang
campur aduk dalam kehidupan sehari hari. Keterlambatan berbicara atau speech delay bukan
disebabkan oleh dwibahasa yang diterapkan oleh orangtua, melainkan karena kondisi-kondisi
berikut:
Speech delay dapat mengindikasikan adanya masalah dengan mulut, lidah, atau langit-langit. Pada kasus,
ankyloglossia (tongue-tie), lidah terhubung ke dasar mulut, sehingga Si Kecil sulit membuat suara-suara
tertentu, terutama D, L, R, S, T, Z, dan th. Kondisi ini juga membuat bayi sulit menyusui.
Apraxia juga adalah gangguan fisik yang dapat membuat bayi sulit untuk membentuk suara dalam urutan
yang tepat untuk membentuk kata-kata. Namun, gangguan ini tidak memengaruhi komunikasi nonverbal
atau pemahaman bahasanya.
Balita yang tidak dapat mendengar dengan baik kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam membentuk
kata-kata. Salah satu tanda gangguan pendengaran adalah si kecil tidak merespons ketika kamu memanggil
namanya, tetapi akan merespon ketika kamu menggunakan gerakan. Namun, gejala gangguan pendengaran
mungkin terlihat sangat samar. Terkadang, keterlambatan bicara atau bahasa adalah satu-satunya gejala
gangguan pendengaran yang terlihat.
Kurang Stimulasi
Lingkungan memainkan peran penting dalam perkembangan berbicara dan bahasa anak. Pengabaian dan
kurangnya stimulasi verbal dapat membuat anak mengalami keterlambatan perkembangan.
Masalah bicara dan bahasa sangat sering terlihat pada anak dengan gangguan spektrum autisme.
Masalah Neurologis
Gangguan neurologis tertentu dapat memengaruhi otot yang diperlukan untuk berbicara. Contoh masalah
neurologis, antara lain cerebral palsy, cedera otak traumatis, atau distrofi otot. Pada kasus cerebral palsy,
keterlambatan berbicara juga bisa dipengaruhi oleh gangguan pendengaran atau kelainan perkembangan
lainnya.
Cacat Intelektual
Speech delay juga bisa terjadi karena cacat intelektual. Bila bayi tidak kunjung berbicara, hal ini mungkin
lebih ke masalah kognitif daripada ketidakmampuan untuk membentuk kata-kata.
5. Mereka akan mempunyai kehidupan berbahasa normal seperti yang lainnya namun dengan
proses yang mungkin sedikit lebih lama. Tapi, bukan berarti tidak mungkin bagi anak yang
telat usia ini untuk tidak menguasai bahasa di usia yang terhitung terlambat itu. Dengan
mengalami proses yang sama dengan yang dialami anak anak yang belajar mulai usia dini,
mereka juga akan memulai mengumpulkan perbendaharaan kata dengan menyimak, lalu
menerapkan dalam pembicaraan ketika perbendaharaan mereka sudah cukup banyak, dan
berarti bukan tidak mungkin bagi mereka untuk mempunyai kehidupan berbahasa normal.