Anda di halaman 1dari 21

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ALTERNATIF

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi


Pendidikan Anak Usia Dini
Dosen Pengampu: Dewi Khurun Aini, M.A

Disusun Oleh:
1. Septiani Karina Putri (2107016095)
2. Rohmi Alfiyah (2107016116)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat, karunia, serta kasih sayang-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pengembangan
Pendidikan Alternatif ini dengan sebaik mungkin.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Tentunya tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Khurun
Aini, M.A. selaku dosen mata kuliah Psikologi
Pendidikan Anak Usia Dini yang telah membimbing
kami selama ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun sebagai masukan dan
perbaikan pada makalah kami selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita
semua. Terima kasih.

Semarang, 21 May 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
BAB I.........................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang 1
B. Rumuan Masalah 2
C. Tujuan 3
BAB II........................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................
A. Latar Belakang Lahirnya Pendidikan Alternatif
4
B. Pengertian Pendidikan Alternatif 7
C. Tujuan Pendidikan Alternatif 9
D. Kategori Pendidikan Alternatif 10
E. Review Jurnal 13
BAB III......................................................................................................
PENUTUP.................................................................................................
A. Kesimpulan 15
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia, Pendidikan
merupakan suatu kunci yang sangat penting. Baik
buruknya sumber daya manusia (human
resources) tergantung dari pendidikan yang
diperolehnya. Jika pendidikan yang diperoleh
seseorang memiliki kualitas yang baik, maka
baik juga sumber daya manusia yang dimilikinya.
Oleh sebab itu desain pendidikan selayaknya
dipersiapkan secara matang sehingga hasil yang
dicapai pun memuaskan. Selain itu, kenyataan
yang ada di masyarakat menyebutkan bahwa
angka kemiskinan dan pengangguran sangat
tinggi. Keseluruhannya mewabah karena
mewabahnya kebodohan.
Prof. Dr. Djohar, MS. (2004)
menyebutkan bahwa pendidikan yang ada
sekarang adalah bentuk-bentuk pendidikan yang
dibuat sedemikian rupa sehingga lembaga
pendidikan adalah sekadar menarik minat
masyarakat untuk dijadkan sebagai pilihannya,
tanpa mengetahui isinya, dan perubahan apa yang
terjadi di dalamnya. Dari kecenderungan
tersebut, tampaknya lembaga pendidikan
manapun belum menunjukan adanya perubahan
sistem pendidikan yang berarti, kecuali sekadar
memperoleh siswa yang memiliki kualitas IQ
(intelectual quotion) yang relatif baik, tetapi
tanpa pengembangan potensi lain dari siswa.
Kriteria semacam itu yang sekarang menjadi
patokan kualitas lembaga pendidikan dan lebih
dari itu, sebagai patokan kelulusan siswa.
Selain hal tersebut di atas, kekeliruan
fatal dalam pendidikan bisa juga dilihat dari hal-
hal yang dianggap kecil namun sesungguhnya
berimplikasi besar bagi kesejahteraan warga
negara khusunya warga miskin dan desa
terpencil. Pendidikan alternatif dirasa mampu
memberikan jawaban atas problema yang
dihadapi sebagian masyarakat dalam hal
pendidikan. Hal tersebut dibuktikan dengan
banyaknya bermunculan lembaga pendidikan
alternatif di Indonesia.

B. Rumuan Masalah
1. Bagaimana latar belakang lahirnya pedidikan
alternatif?
2. Apa pengertian dari pendidikan alternatif?
3. Apa tujuan dari pendidikan alternatif?
4. Apa saja kategori pendidikan alternatif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya
pendidikan alternatif
2. Untuk memahami pengertian dari pendidikan
alternatif
3. Untuk mengetahui tujuan dari pendidikan
alternatif
4. Untuk mengetahui kategori pendidikan
alternatif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Pendidikan


Alternatif
Perjalanan pendidikan yang sudah cukup
panjang ternyata masih menghasilkan keadaan
yang belum diinginkan. Sistem persekolahan
yang ada selama ini baru dapat menghasilkan
genarasi yang lemah. Ciri-ciri orang lemah
tersebut di antaranya rendah daya inisiatif dan
kreatifitasnya, rendah rasa percaya diri, tidak
berdaya dan pada gilirannya tidak mampu hidup
mandiri. Jika sekolah hanya melahirkan orang-
orang lemah yang selalu ingin bergantung dan
tidak sanggup mandiri, maka dengan logika
sederhana, tidak mungkin ada orang, perusahaan,
atau bahkan negara sekalipun yang mau dan
mampu menampungnya. Oleh karena itu,
fenomena menumpuknya pengangguran
berpendidikan adalah konsekuensi yang memang
seimbang.
Di sisi lain, masyarakat mengeluh dengan
mahalnya biaya sekolah yang semakin meninggi.
Karena mereka menyadari bahwa sekolah itu
penting dan menganggap sekolah sebagai satu-
satunya tempat untuk membekali dan
menyiapkan anak menghadapi masa depan yang
lebih baik. Maka dengan segala daya dan upaya,
apapun dan bagaimanapun dipertaruhkan agar
bisa menyekolahkan anaknya dengan harapan
setelah lulus, mendapat ijazah dengan nilai baik
cukup sebagai modal untuk memperolah
pekerjaan dengan mendapat bayaran yang besar.
Akan tetapi yang sering terjadi adalah
sebaliknya. Sebagian besar justru merasa cemas
setelah lulus sekolah. Banyak orang yang
memiliki ijazah tetapi bingung bagaimana dan ke
mana menawarkan ijazahnya. Orang tua pun
bingung dan akhirnya cara apapun ditempuh
untuk mendapatkan keinginannya untuk hidup
baik.
Dunia pendidikan yang seperti demikian
dipastikan adalah sebab adanya ketidakberesan
yang mendasar dalam sistem pendidikan yang
ada. Pendidikan sebagaimana di sebutkan di atas
pada hakikatnya adalah manifestasi kehidupan.
Hidup adalah pendidikan itu sendiri dan
pendidikan adalah hidup itu sendiri. Pendidikan
adalah proses memanusiakan manusia. Eksistensi
manusia yang sebenarnya adalah ia merdeka dari
kekangan apapun. Kehidupan akan berkembang
dengan optimal manakala ada pemerdekaan. Hal
ini tidak bisa lepas dari pandangan bahwa fitrah
manusia adalah bebas dan merdeka, dan
menempatkan manusia sebagai pelaku atau
subjek serta bukanlah sebagai penderita atau
obyek. Begitu juga dengan pendidikan, ia akan
kehilangan ruhnya apabila tidak ada
pemerdekaan dalam prosesnya. Dapat dipastikan
bahwa hanya dengan pendidikan berkualitas
siswa dapat menjadi pribadi yang berkualitas.
Ukuran kualitas tentu bukan karena siswa
mempunyai nilai angka kuantitatif yang tinggi.
Menurut Sujono Samba, manusia berkualitas
adalah manakala seseorang sanggup
memecahakan permasalahan hidupnya, kreatif,
mandiri, beretika, dan terus semangat
mengembangkan pengetahuannya sehingga
merasa hidup sejahtera dan berguna bagi orang
lain. Sekolah yang pada dasarnya adalah sebagai
pelaksana kegiatan pendidikan, seolah-olah
berubah menjadi sebuah industri atau perusahaan
jasa, bukan lagi sebagai lembaga yang
mengupayakan pembangkitan dan pembangunan
kesadaran kritis. Keadaan ini telah mendorong
munculnya fenomena jual beli gelar, jual beli
ijazah dan lainnya. Lembaga pendidikan
kemudian alih fungsi menjadi lembaga bisnis.
Praktek bisnis pendidikan ini secara bertahap
akan menimbulkan diskriminasi terhadap tingkat
kemampuan ekonomi masyarakat. Kondisi ini
tentu kalau dibiarkan berlarut akan merusak
semua sendi kehidupan bangsa.
Dengan demikian apabila sekolah yang
diharapkan belum mampu menjalankan proses
pendidikan sebenarnya atau bahkan
membelenggu kreatifitas, menjauhkan dari
realitas, membingungkan, tentu harus dicarikan
solusinya. Belajar sesungguhnya dapat
dilaksanakan dengan baik oleh siapa pun, kapan
pun, di mana pun, dan dalam keadaan apa pun
dengan kemauan yang kuat untuk membangun
kompetensi diri. Dari sinilah sebagian
masyarakat mencoba dan membuktikan
kemampunnya dalam menangani permasalahan
tersebut dengan membangun sekolah alternatif.
Sekolah alternatif didesain sebagai solusi atas
buramnya pendidikan yang ada.

B. Pengertian Pendidikan Alternatif


Pada hakikatnya pendidikan merupakan
usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu
sendiri yaitu guna membudayakan manusia atau
untuk memuliakan manusia agar terlaksananya
pendidikan dengan baik dan tepat. Istilah
alternatif merujuk pada artian suatu pilihan,
cadangan, dan juga kemungkinan. Sehingga
dapat pula diartikan dengan suatu kemungkinan
yang dapat dijadikan sebuah pilihan atas suatu
persoalan. Jika istilah ini terlebih dahulu diawali
dengan “pendidikan”, maka mempunyai artian
pendidikan yang dapat dijadikan pilihan dalam
menempuh proses pendidikan. Hal ini
dikarenakan keberadaan pendidikan yang sudah
umum dikenal belum dapat memberikan
kebaikan nyata kepada masyarakat.
Istilah pendidikan alternatif merupakan
istilah generik dari berbagai program pendidikan
yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara
biasanya. Ia menjadi solusi alternatif pilihan
masyarakat dalam menempuh pendidikan.
Reimer Everest dalam School is Dead-an Eassy
on Alternatives in Edeucation menyebutkan
bahwa alasan utama mengapa dibutuhkan
sekolah alternatif atau alternatif-alternatif bagi
sekolah adalah karena sekolah yang ada selama
ini meniadakan jalan keluar bagi manusia dari
monopoli yang berlangsung dalam dunia
pendidikan selama ini.
Dikatakan alternatif karena selama ini
sistem pendidikan yang ada masih kurang
memberikan keleluasaan kepada siswa dalam
belajar. Misalnya, siswa tidak dapat menentukan
materi pembelajaran yang dilangsungkan,
padahal siswa lah yang mempunyai kebutuhan
untuk belajar. Siswa sangat khawatir dengan
evaluasi yang akan menentukan kelulusan atau
tidak lulus, adanya penyetaraan standar kelulusan
siswa, bertambah tingginya biaya sekolah, maka
pada pendidikan alternatif berlangsung dengan
fleksibel, siswa dapat menentukan materi
pembelajaran, siswa juga tidak khawatir dengan
evaluasi yang akan berujung dengan penstatusan
lulus atau tidak lulus, tinggal kelas atau naik
kelas, karena dalam pndidikan alternatif yang
ditekankan adalah bukan nilai atau status lulus
akan tetapi kemampuan siswa dalam dunia
praktis.

C. Tujuan Pendidikan Alternatif


Pendidikan alternatif dirasa mampu
memberikan jawaban atas permasalahan yang
dihadapi sebagian masyarakat dalam hal
pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
bermuculan lembaga-lembaga ataupun
kelompok-kelompok pendidikan yang sifatnya
alternatif. Pendidikan alternatif berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan penguasaan pengetahuan,
keterampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian fungsional.
Pendidikan alternatif bertujuan untuk
pendidikan sebagai sarana masa depan mampu
menghasilkan generasi yang sekaligus rasional,
kreatif dan bugar, selain berkembang emosinya.
Pendidikan alternatif menjadi solusi bagi
pendidikan yang diharapkan belum mampu
menjalankan proses pendidikan sebenarnya atau
bahkan membelenggu kreatifitas, menjauhkan
dari realitas, mengerdilkan idealisme, serta
membingungkan. Belajar sesungguhnya dapat
dilaksanakan dengan baik oleh siapa pun, kapan
pun, di mana pun, dan dalam keadaan apa pun
dengan keharusan berkemauan kuat untuk
membangun kompetensi diri. Dari sinilah
sebagian masyarakat mencoba dan membuktikan
kemampunnya dalam menangani problema
tersebut dengan membangun sekolah alternatif.

D. Kategori Pendidikan Alternatif


Menurut Jery Mintz (1994) pendidikan
alternatif dapat dikategorikan dalam empat
bentuk pengorganisasian, yaitu:
1. Sekolah publik pilihan
Sekolah publik adalah lembaga
pendidikan dengan biaya negara atau dalam
pengertian sehari-hari disebut sekolah negeri
yang menyelenggarakan program belajar dan
pembelajaran yang berbeda dengan program
regular atau konvensional, namun mengikuti
sejumlah aturan baku yang telah ditentukan.
Contoh sekolah publik pilihan
misalnya sekolah terbuka/korespondensi
(Jarak jauh). Kondisi saat sekarang adalah
SMP Terbuka, SMA terbuka, dan Universitas
Terbuka. Contoh lainnya misalnya sekolah
yang disebut sekolah magnet (magnet school)
atau sekolah bibit (seed school). Dischut
sekolah magnet karena sekolah itu
menawarkan program unggulan seperti dalam
hal olahraga, atau seni.
2. Lembaga pendidikan untuk siswa bermasalah
Lembaga Pendidikan untuk siswa
bermaalah merupakan sekolah khusus yang
kondisinya dibedakan dari sekolah biasa.
Pengertian "siswa bermasalah" disini meliputi
beberapa hal, antara lain:
a. Tinggal kelas karena lambat belajar
b. Nakal atau mengganggu lingkungan
c. Korban penyalahgunaan narkoba
d. Korban trauma dalam keluarga karena
masalah yang terjadi, seperti perceraian
orang tua, ekonomi, etnis/budaya. Hal ini
juga termasuk bagi anak suku terasing,
anak jalanan, dan gelandangan
e. Putus sekolah karena berbagai sebab
3. Lembaga pendidikan swasta
Lembaga Pendidikan swasta
merupakan sekolah yang dikelola oleh
individu atau tidak dikelola oleh pemerintah.
Sekolah ini memiliki jenis, bentuk dan
program yang sangat beragam, termasuk
program pendidikan bercirikan agama seperti
pesantren dan sekolah minggu, Lembaga
pendidikan untuk keterampilan fungsional
seperti kursus atau magang. Lembaga
pendidikan dengan program perawatan atau
pendidikan usia dini semisal penitipan anak,
kelompok bermain, dan taman kanak-kanak.
4. Pendidikan di rumah (home schooling)
Pendidikan di rumah atau home
schooling termasuk dalam kategori
pendidikan alternatif. Pendidikan ini adalah
pendidikan yang diselenggarakan oleh
keluarga sendiri terhadap anggota keluarga
yang masih berada dalam usia sekolah
dengan berbagai pertimbangan. Misalnya
seperti menjaga anak-anak dari kontaminasi
aliran atau falsafah hidup yang bertentangan
dengan tradisi keluarga, menjaga anak-anak
agar selamat dan aman dari pengaruh negatif
lingkungan, menyelamatkan anak-anak secara
fisik maupun mental dari kelompok
sebayanya, menghemat biaya pendidikan dan
berbagai alasan lainnya.

E. Review Jurnal
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh
Hayati (2011) yang berjudul Pesantren Sebagai
Alternatif Model Lembaga Pendidikan Kader
Bangsa menjelaskan bahwa pesantren merupakan
salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang
bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama
Islam, dan mengamalkannya sebagai pedoman
hidup keseharian, atau disebut tafaqquf fiddin,
dengan menekankan pentingnya moral dalam
hidup bermasyarakat (Mastuhu, 1994: 3). Yang
pada perkembangannya lembaga Pendidikan
pesantren masih diterima sebagai lembaga
pendidikan alternatif. Hal tersebut dikarenakan
lamanya waktu pertumbuhan dan perkembangan
Islam di Indonesia serta berhasilnya proses
dakwah.
Pondok pesantren merupakan lembaga
pendidikan Islam yang memiliki ciri khas
tersendiri. Bahkan lembaga pesantren dapat
dikatakan sebagai lembaga Islam tertua dalam
sejarah Indonesia yang memiliki peran besar
dalam proses keberlanjutan pendidikan nasional.
Sesuatu yang unik pada dunia pesantren ialah
begitu banyak variasi antara satu pesantren
dengan pesantren yang lain. Lembaga pendidikan
pesantren memiliki nilai lebih dibandingkan
dengan lembaga pendidikan yang lainnya yaitu
pesantren sebagai lembaga pendidikan yang
mengantarkan peserta didik menjadi cerdas
sekaligus berakhlak luhur serta memiliki
ketrampilan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya kondisi sekolah yang
diharapkan belum mampu menjalankan proses
pendidikan yang sebenarnya atau bahkan
membelenggu kreatifitas, menjauhkan dari
realitas, membingungkan, tentu harus dicarikan
solusinya. Belajar sesungguhnya dapat
dilaksanakan dengan baik oleh siapa pun, kapan
pun, di mana pun, dan dalam keadaan apa pun
dengan kemauan yang kuat untuk membangun
kompetensi diri. Dari sinilah sebagian
masyarakat mencoba dan membuktikan
kemampunnya dalam menangani permasalahan
tersebut dengan membangun sekolah alternatif.
Sekolah alternatif didesain sebagai solusi atas
buramnya pendidikan yang ada.
Istilah alternatif merujuk pada artian
suatu pilihan, cadangan, dan juga kemungkinan.
Sehingga dapat pula diartikan dengan suatu
kemungkinan yang dapat dijadikan sebuah
pilihan atas suatu persoalan. Jika istilah ini
terlebih dahulu diawali dengan “pendidikan”,
maka mempunyai artian pendidikan yang dapat
dijadikan pilihan dalam menempuh proses
pendidikan. Istilah pendidikan alternatif
merupakan istilah generik dari berbagai program
pendidikan yang dilakukan dengan cara berbeda
dari cara biasanya. Ia menjadi solusi alternatif
pilihan masyarakat dalam menempuh pendidikan.
Menurut Jery Mintz (1994) pendidikan
alternatif dapat dikategorikan dalam empat
bentuk pengorganisasian, diantaranya yaitu:
sekolah publik pilihan, lembaga pendidikan
untuk siswa bermasalah, lembaga pendidikan
swasta dan pendidikan di rumah atau home
schooling.

B. Saran
Demikianlah pembahasan kami mengenai
Pengembangan Pendidikan Alternatif. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi para pembaca. Kami
menyadari bahwa masih terdapat kesalahan
maupun kekeliruan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun
penulis harapkan sebagai masukkan agar dapat
menjadi evaluasi dalam pembuatan makalah
berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bisyri, M. (2008). Pengembangan pendidikan alternatif


di Indonesia: Studi kasus pendidikan
berbasis komunitas SLTP Alternatif
Qaryah Thayyibah Kalibening
Salatiga (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim).Damaihati, A. (2021).
Pendidikan Alternatif. Jurnal Teknologi
Pendidikan, (2)1.
Djohar, M. S. (2004). Membedah Pendidikan Alternatf
di Indonesia, Forum Mangunwijaya, Ibid.
Hlm: 150
Hayati, F. (2011). Pesantren: Suatu Alternatif Model
Lembaga Pendidikan Kader
Bangsa. Mimbar: Jurnal Sosial dan
Pembangunan, 27(2), 157-163.
Najamuddin, M. (2014). Pengembangan Pendidikan
Alternatif Di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Islam, (3)1.
Sumardi, I. S. (2005). Melawan stigma melalui
pendidikan alternatif. Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai