Anda di halaman 1dari 4

Nama Mahasiswa : Mesi Oktaviantika

Nim : 856818728

Tugas :1

Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus(PDGK4407)

Skor
No Tugas Tutorial Maksi
mal
Jelaskan penyebab munculnya ABK serta dampak munculnya
1 30
kebutuhan khusus bagi anak, keluarga dan masyarakat!
Jelaskan kebutuhan, hak dan kewajiban Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK), menurut anda apakah Hak ABK dibidang
2 40
pendidikan sudah terpenuhi oleh Pemerintah? Berikan alasan
anda!
Jelaskan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan ABK, kemudian

3 identifikasikan hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam 30


pelaksanaan pendekatan tersebut!

JAWABAN

1. Penyebab Munculnya ABK :


kebutuhan khusus muncul karena peserta didik memiliki kelainan yang mengakibatkan
dia memerlukan bantuan khusus dalam pembelajaran dan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab kelainan dapat dibagi menjadi tiga kategori
seperti berikut :
1. Penyebab Prenatal, yaitu penyebab yang beraksi sebelum kelahiran. Artinya, pada
waktu janin masih berada dalam kandungan, mungkin sang ibu terserang virus,
misalnya virus rubela, mengalami trauma atau salah minum obat, yang semuanya
ini berakibat bagi munculnya kelainan pada bayi. Berdasarkan penyebab ini, Anda
tentu dapat memahami kehati-hatian yang ditunjukkan oleh seorang calon ibu
selama masa kehamilan. Kehati-hatian ini merupakan satu usaha untuk mencegah
beraksinya berbagai penyebab yang memungkinkan terjadinya kelainan.
2. Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses
kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses
kelahiran dengan penyedotan (di-vacuum), pemberian oksigen yang terlampau lama
bagi anak yang lahir premature. Dari uraian ini Anda dapat menduga betapa
pentingnya proses kelahiran tersebut. Keteledoran yang kecil dapat berakibat fatal
bagi bayi. Misalnya, keterlambatan memberi oksigen, kecerobohan menggunakan
alat-alat atau kelebihan memberi oksigen akan mengundang munculnya kelainan
yang tentu saja akan mengagetkan orang tua bayi.
3. Penyebab Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya
kecelakaan, jatuh, atau kena penyakit tertentu. Penyebab ini tentu dapat dihindari
dengan cara berhati-hati, selalu menjaga kesehatan, serta menyiapkan lingkungan
yang kondusif bagi keluarga.

Berdasarkan masa terjadinya, penyebab kelainan dapat dikelompokkan berdasarkan


agen pembawa kelainan. Banyak jenis pengelompokan yang dibuat oleh berbagai
organisasi, namun pada dasarnya pengelompokan ini bertitik tolak dari jenis kelainan.
Misalnya, Tunagrahita dapat terjadi karena virus infeksi dan keracunan. Trauma,
gangguan metabolisme atau kekurangan gizi, serangan/gegar otak, kelainan kromosom,
dan pengaruh lingkungan atau karena bawaan (keturunan). Tunarungu dapat
disebabkan oleh keturunan, meningitis, influenza yang berkepanjangan, penyakit
gondok, campak, serta pengaruh lingkungan seperti perubahan tekanan udara yang
ekstrim, ada benda asing yang masuk dalam telinga, dan bunyi yang sangat keras.
Tunanetra, disebabkan oleh penggunaan obat yang salah/berlebihan selama hamil,
pemberian oksigen yang berlebihan pada bayi premature, kecelakaan, tumor, dan
penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah.

Secara umum kita dapat mengelompokkan pembawa kelainan karena keturunan,


virus, infeksi, trauma, penyakit tertentu, pengaruh lingkungan, kekurangan gizi, dan
kecelakaan. Bertolak dari pengelompokan ini, kita sebenarnya dapat mengelompokkan
penyebab kelainan menjadi dua kelompok, yaitu penyebab bawaan (keturunan) dan
penyebab yang didapat atau dapatan. Penyebab yang berasal dari keturunan atau
bawaan selalu diasosiasikan dengan keluarga atau orang tua ABK. Misalnya, untuk
tunarungu, tunagrahita, tunalaras atau berbakat sering dikaitkan dengan keluarga ABK.
Penyebab yang didapat atau dapatan, terjadi pada kelainan yang muncul dalam masa
hidup anak. Misalnya, kelainan terjadi karena kecelakaan, penyakit, infeksi, trauma,
dan pengaruh lingkungan.

Dampak kelainan bagi anak, keluarga, dan masyarakat bervariasi sesuai


dengan latar belakang budaya, pendidikan, dan status sosial ekonomi. Bagi anak,
kelainan akan mempengaruhi perkembangannya dan berdampak selama hidupnya.
Intensitas dampak ini dipengaruhi pula oleh jenis dan tingkat kelainan yang diderita,
serta masa munculnya kelainan. Bagi keluarga, dampak kelainan bervariasi, namun
pada umumnya keluarga merasa shock dan tidak siap menerima kelainan (khususnya
yang di bawah normal) yang diderita oleh anaknya. Adanya ABK dalam keluarga dan
masyarakat membuat keluarga dan masyarakat menyediakan layanan dan fasilitas yang
dibutuhkan oleh ABK tersebut.

2. Berikut ini Kebutuhan, Hak dan Kewajiban ABK :

Kebutuhan penyandang kelainan dapat dikelompok-kan menjadi 3 yaitu kebutuhan


fisik/kesehatan, kebutuhan sosial-emosional, dan kebutuhan pendidikan.
a. Kebutuhan fisik/kesehatan berkaitan dengan sarana/fasilitas yang dibutuhkan yang
berkaitan dengan kondisi fisik/kesehatan penyandang kelainan, seperti tongkat,
alat bantu dengar, lift atau jalan miring sebagai pengganti tangga dan pelayanan
kesehatan secara khusus.
b. Kebutuhan sosial emosional berkaitan dengan bantuan yang diperlukan oleh
penyandang kelainan dalam berinteraksi dengan lingkungan, terutama ketika
menghadapi masa-masa penting dalam hidup, seperti masa remaja, masa
perkawinan atau mempunyai bayi.
c. kebutuhan pendidikan berkaitan dengan bantuan pendidikan khusus yang
diperlukan sesuai dengan jenis kelainan.

Penyandang kelainan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama


dengan warga negara lainnya, yaitu hak untuk mendapat pendidikan, jaminan sosial,
menggunakan fasilitas umum, serta mendapat pekerjaan. Khusus untuk hak
mendapatkan pendidikan, konferensi dunia menerbitkan kerangka kerja yang antara
lain menekankan agar sekolah biasa siap menerima ABK dengan menyediakan
layanan pendidikan yang berfokus pada siswa. Para penyandang kelainan mempunyai
kewajiban mengikuti pendidikan dasar, menghormati hak orang lain, menaati
aturan/undang-undang yang berlaku, menjunjung tinggi bangsa dan negara, serta ikut
serta membela dan membangun bangsa dan negara.

Apakah Hak ABK dibidang pendidikan sudah terpenuhi oleh Pemerintah? Menurut
saya belum terpenuhi, Berikut ini penjelasannya :

Anak penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan anak
nondisabilitas dalam hal perlindungan, hak hidup, dan hak-hak lainnya dari keluarga,
lingkungan dan negara. Menurut saya, perkembangan pendidikan anak disabilitas di
Indonesia dapat dilihat melalui peran lembaga pendidikan yang sangat menunjang
tumbuh kembang anak dalam berolah sistem maupun cara bergaul dengan orang lain.
Selain itu, lembaga pendidikan tidak hanya sebagai wahana untuk mencari bekal ilmu
pengetahuan. Lembaga pendidikan juga dapat memberi pelatihan keterampilan atau
bekal untuk hidup yang diharapkan dapat bermanfaat di dalam masyarakat.
Kurangnya kesadaran keluarga akan pentingnya pendidikan juga mempengaruhi
partisipasi anak disabilitas untuk bersekolah. Orang tua memegang peranan penting
dalam keberhasilan pendidikan anak-anaknya dengan mendampingi anak-anak dalam
belajar sehingga anak-anak disabilitas tumbuh kepercayaan dirinya.

Selain keluarga, masyarakat dan pemerintah juga wajib mendukung anak


disabilitas untuk mendapatkan haknya di bidang pendidikan. Masih tingginya stigma
penyandang disabilitas di masyarakat menyebabkan minimnya ruang untuk
berkembang dan berpartisipasi. Sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap anak
penyandang disabilitas, antara lain orang tua belum terlibat secara penuh dalam
pendidikan bagi anak. Para orang tua perlu bijak membagi waktunya untuk bekerja
dan mengurus anak.
Selanjutnya paradigma masyarakat yang kurang kondusif, seperti cenderung
menyepelekan atau melecehkan ABK. ABK tidak dipercaya atau dianggap tidak
mampu untuk belajar.

Berikutnya sarana yang belum ramah difabel. Masih banyak terjadi kekerasan
yang menimpa difabel dalam ranah pendidikan baik dalam bentuk penolakan,
kekerasan, dan diskriminasi.Kemudian perlakuan diskriminatif dari pelaku
pendidikan. Anak-anak difabel tidak bisa sekolah karena jauh, tidak punya biaya,
kendala transportasi, tidak ada pendamping atau ditolak oleh pihak sekolah.

Apabila mengacu pada undang-undang, hak anak merupakan bagian dari hak asasi
manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah. Negara, pemerintah,
pemerintah daerah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan merupakan
hak setiap warga negara, tanpa ada pengecualian. Pendidikan adalah wadah bagi
setiap individu untuk berproses belajar dan mengembangkan kemampuan dan potensi
yang ada dalam diri setiap manusia. Setiap anak yang lahir di dunia siapapun dia
wajib untuk memperoleh pendidikan yang layak tanpa memandang berbagai
kekurangan yang dimilikinya.

3. Pendekatan kolaboratif dalam pelayanan pendidikan ABK yaitu suatu layanan


pendidikan terhadap ABK akan menjadi lebih efektif jika dilakukan oleh satu tim
yang berasal dari berbagai bidang keahlian, yang bekerja sama dalam memenuhi
kebutuhan ABK. Dalam menangani ABK yang ada di sekolah biasa, guru dapat
berkolaborasi dengan teman sejawat, kepala sekolah, dan orang tua siswa.

Hambatan- hambatannya dalam melaksanakan pendekatan kolaboratif adalah


kurangnya
atau perbedaan dalam pelatihan di antara berbagai disiplin ilmu. Perbedaan dalam
program persiapan profesional lintas disiplin dapat menghasilkan pengetahuan dan
pengalaman yang tidak proporsional dalam kolaborasi. Meskipun psikolog sekolah
dan
pendidik khusus kadang-kadang menerima pelatihan pra-tugas dalam pemecahan
masalah dan keterampilan komunikasi,guru kelas biasanya tidak. Sayangnya,
perbedaan filosofis dan kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pemecahan
masalah sering membatasi kemampuan guru untuk berpartisipasi penuh dalam
kemitraan kolaboratif.
Kemudian faktor penghambat lainnya yaitu faktor individu seperti karakter,
kompetensi dan komunikasi antar profesi. Kedua, faktor kelompok seperti
keterbatasan tenaga baik secara kuantitas maupun kualitas dan hierarki/senioritas).
Ketiga, faktor organisasi meliputi leadership, motivasi, kebijakan organisasi, fasilitas
pendukungdan SDM.

Anda mungkin juga menyukai