Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Segala hormat dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pendidikan Anak
Berkebutuha Khusus ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Makalah ini berisi tentang salah satu gangguan pada anak berkebutuhan khusus yaitu
anak Lamban Belajar (Slow Learner). Materi yang akan disampaikan kurang lebih mengenai
penyebab Slow Learner, ciri-ciri, tipe, pendampingan, terapi permainan, prevalensi DSM V.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaika tugas makalah ini, khususnya kepada :
1. Elisabeth Desiana Mayasari, M.A. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus.
2. Teman-teman satu kelompok
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Yogyakarta, 4 April 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hak semua orang dan kalangan. Semua orang berhak
mendapatkan pendidikan yang layak untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya
agar menjadi manusia yang utuh. Pendidikan untuk semua kelangan dapat diwujudkan
dengan menyelenggarakan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif memiliki jenjang
pendidikan yaitu pada anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTS),
pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK), dan perguruan tinggi. Pendidikan
inklusif merupakan sistem pendidikan yang mengakomodasi semua anak, baik normal
maupun anak berkebutuhan khusus di sekolah regular, dengan beragam karakteristik,
perkembangan dan kebutuhan anak untuk mengembangkan potensi anak secara optimal
(Sue Stubbs, 2002: 123).
Pendidikan inklusif di Indonesia semakin berkembang pesat. Perkembangan yang
pesat perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas layanan pendidikan untuk anak
normal dan anak berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah inklusi. Ada beberapa jenis
anak berkebutuhan khusus yang mendapat layanan pendidikan khusus di sekolah inklusi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Replublik Indonesia No. 70 Tahun
2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, siswa yang termasuk anak
berkebutuhan khusus meliputi: 1) anak tunanetra; 2)anak tunarungu; 3) anak tunawicara;
4)anak tunagrahita; 5) anak tunadaksa; 6) anak tunalaras; 7) anak berkesulitan belajar; 8)
anak lamban belajar (slow learners); 9) anak autis; 10) anak yang memiliki gangguan
motoric; 11) anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat
adiktif lainnya; 12) anak yang memiliki kelainan lainnya; dan 13) anak tunaganda.
Anak lamban belajar atau slow learners murapakan salah satu anak berkebutuhan
khusus yang membutuhkan layanan pendidikan khusus di sekolah inklusi. Anak lamban
belajar hamper dapat ditemukan di setiap sekolah inklusi. Ana Lisdiana (2012: 1)
menyatakan bahwa kurang lebih 14,1% anak termasuk anak lamban belajar. Jumlah ini
lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah kesuluruhan anak berkesulitan belajar,
anak tunagrahita, dan anak autis. Berdasarkan data Kementerian Sosial Republik
Indonesia (Yachya Hasyim 2013: 113), pada tahun 2011 jumlah anak berkebutuhan
khusus di Indonesia mencapai kurang lebih 7 juta orang atau sekitar 3% dari jumlah total
seluruh penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebagian besar termasuk anak lamban
belajar, autis, dan tunagrahita. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih
rinci terkait pengertian, karakteristik dan penyebabnya, serta untuk membantu calon
pendidik agar memahami cara menghadi anak yang mengalami gangguan lamban belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab anak slow learner?
2. Bagaimana karakteristik atau ciri-ciri anak slow learner?
3. Bagaimana tipe anak slow learner?
4. Bagaimana pendampingan anak slow learner?
5. Bagaimana terapi yang dapat digunakan untuk anak slow learner?
6. Bagaimana prevalensi DSM V anak slow learner?

C. Tujuan
1. Mengetahui penyebab anak slow learner.
2. Mengetahui karakteristik atau ciri-ciri anak slow learner.
3. Mengetahui tipe anak slow learner.
4. Mengetahui pendampingan anak slow learner.
5. Mengetahui terapi yang dapat digunakan untuk anak slow learner.
6. Mengetahui prevalensi DSM V anak slow learner.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Slow Learner


Slow learner adalah nama lain dari anak lamban belajar. Slow learner merupakan
anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal, tetapi tidak termasuk
anak tuna grahita (Fida Rahmantika Hadi.2016:36). Selain itu, menurut Wijaya dalam
jurnal Slow Learner: Bagaimana Memotivasinya dalam Belajar (Brigitta Erlita.2014:12)
mengatakan bahwa anak slow learner adalah anak yang kurang mampu menguasai
pengetahuan dalam batas waktu yang telah ditentukan. Kemampuan anak slow learner
dalam memahami simbol dan abstrak seperti bahasa, angka dan konsep-konsep sangat
terbatas dan kemampuan memahami situasi atau kondisi disekitarnya berada dibawah
rata-rata dibandingkan dengan anak seusianya (Reddy,2006) dalam Jurnal Kependidikan
(Brigitta Erlita.2014:12). Sehingga anak slow learner membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk dapat memahami suatu pelajaran saat belajar dibandingkan dengan teman
sebayanya yang memiliki taraf intelektual yang relatif sama. Hal ini menjelaskan bahwa
seorang anak yang slow learner memiliki pendampingan khusus dalam belajar. Namun,
hal ini berbeda antara murid lambat belajar dengan murid yang prestasi belajarnya rendah
(under acheiver). Menurut Mulyadi (2010:123) murid lambat belajar perkembangan atau
prestasi belajarnya lebih rendah dari rata-rata karena mempunyai kemampuan kecerdasan
yang lebih rendah dari rata-rata. Sedangkan murid yang berprestasi rendah (under
acheiver) prestasi belajarnya lebih rendah dari rata-rata, tetapi kemampuan
kecerdasannya normal atau mungkin lebih tinggi.

B. Penyebab Anak Slow Learner


G. L. Reddy, R. Ramas dan A. Kusuma (2006, hlm. 6-18) mengemukakan
beberapa faktor penyebab anak lamban belajar (slow learner) sebagai berikut:
a. Kemiskinan
Kemiskinan menciptakan kondisi dan kerentanan yang dapata menyebabkan anak
lambat belajar (slow learner). Misalnya, kemiskinan dapat menggangu kesehatan dan
mengutangi kemampuan belajar anak.

b. Kecerdasan orang tua dan jumlah anggota keluarga


Orang tua yang tidak berkesempatam mendapatkan pendidikan yang layak dan
jumlah keluarga yang terlalu besar dapat menyebabkan anak lamban belajar karena
orang tua cenderung kurang memperhatikan perkembangan intelektual anak, tidak
memiliki waktu belajar bersama anak, dan memiliki keterbatasan dalam memberikan
fasilitas belajar anak, sehingga anak sulit untuk belajar.
c. Faktor emosi
Anak lamban belajara (slow learner) mengalami masalah emosi yang berat dan
berkepanjangan yang mengahambat proses belajar anak. Masalah emosi ini
menyebabkan anak slow learner memiliki prestasi belajar rendah, hubungan
interpersonal yang buruk, dan pengendalian dirinya masih kurang.
d. Faktor Pribadi
Faktor pribadi juga menyebabkan anak slow learner meliputi:
a. Kelainan fisik
b. Kondisi tubuh yang terserang penyakit
c. Mengalami gangguan penglihatan, pendengaran , dan berbicara
d. Ketidakhadiran di sekolah
e. Kurang percaya diri.
Nani Triani dan Amir (2003, hlm. 4-10) juga menjelaskan lebih rinci tentang faktor-
faktor yang menyebabkan anak lamban belajar (slow learner), antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Prenatal (sebelum lahir) dan Genetik
Perkembangan seorang anak dimulai dari sejak pembuahan. Seluruh bawaan
biologis seorang anak yang berasal dari kedua orangtuanya, berupa kromosom yang
memecah menjadi partike; yang disebut gen. Kelainan dari kromosom dapat
menyebabkan kelainan fungsi-fungsi kecerdasan. Selain kromosom, juga disebabkan
adanya gangguan biokimia dalam tubuh. Kondisi jantung ibu yang kurang baik juga
menyebabkan transfer oksigen ke otak bayi menjadi kurang.
Kelahiran prematur juga dapat menyebabkan anak lamban belajar (slow learner)
karena organ tubuh bayi yang belum siap berfungsi secara maksimal sehingga proses
perkembangannya lambat.

2. Faktor Biologis Non Keturunan


a. Obat-obatan
Saat ibu hamil, tidak semua obat dapat diminum, karena ada bebrapa jenis obat
yang apabila diminum dapat merugikan janin. Begitu juga dengan ibu alkoholis,
penggunaan dosis yang berlebih dapat berpengaruh pada kemampuan memori
jangka pendek anak.
b. Keadaan gizi ibu yang buruk saat hamil
Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang baik selama proses kehamilannya.janin
akan dapat hidup dan berkembang dengan baik jika ibu yang mengandungnya
sehat. Bayi dalam kandungan akan mendapatkan makanan dari darah ibu melalui
tali pusar.
c. Radiasi sinar X
Radiasi sinar X dapat mengakibatkan bermacam gangguan pada otak dan sistem
tubuh lainnya. Radiasi sinar rawan terjadi saat usia kehamilan muda, kemudian
berkurang resikonya saat usia hamil tua.
d. Faktor Rhesus
Jika seorang pria Rh-positif menikah dengan wanita Rh-negatif, kadang-kadang
mengakibatkan keadaan yang kurang baik bagi keturunannya.
3. Faktor Natal
Kondisi kekurangan oksigen saat proses kelahiran karena proses persalinan yang
lama, dapat mengakibatkan transfer oksigen ke otak bayi terhambat. Oleh karena itu,
untuk antisipasi kondisi seperti ini maka ibu hamil yang yang pernah mempunyai
pengalaman seperti ini sebaiknya melakukan persalinan di rumah sakit.
4. Fakor Postnatal
Malnutrisi dan trauma fisik juga menjadi perhatian kita, begitu juga dengan
lingkungan yang dapat berperan juga sebagai penyebab terjadinya anak lamban
belajar (slow learner). Stimulasi yang salah, menyebabkan anak tidak dapat
berkembang secara optimal. Gen dapat dianggap sebagai kemampuan intelektual,
tetapi pengaruh lingkungan akan menentukan dimana letak IQ anak dalam rentang
tersebut

C. Karakteristik atau Ciri-ciri Anak Slow Learner


Menurut Mulyadi (2010: 123) adapun ciri-ciri lambat belajar yang diidentifikasikan
sebagai berikut.
a. Kemampuan kecerdasan rendah/di bawah rata-rata.
b. Perhatian dan konsentrasinya terbatas.
c. Terbatasnya kemampuan untuk menilai bahan-bahan pelajaran yang relevan.
d. Terbatasnya kemampuan untuk mengarahkan diri (self dirention).
e. Terbatasnya kemampuan mengabstraksi dan menggeneralisasi yang membutuhkan
pengalaman-pengalaman konkret.
f. Lambat dalam melihat dan menciptakan hubungan antara kata dan pengertian.
g. Sering mengalami kegagalan dalam mengenal kembali hal-hal yang telah dipelajari
dalam bahan dan situasi baru.
h. Waktu untuk mempelajari dan menerangkan pelajaran cukup lama. Akan tetapi,
tidak dapat bertahan lama dalam ingatannya. Cepat sekali melupakan apa yang
telah dipelajari.
i. Kurang mempunyai inisiatif.
j. Tidak dapat menciptakan dan memiliki pedoman kerja sendiri, serta kurang
memiliki kesanggupan untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang dibuat.
k. Kurang mempunyai daya cipta (kreativitas).
l. Tidak mempunyai kesanggupan untuk menguraikan, menganalisis atau
memecahkan suatu persoalan atau berpikir kritis.
m. Tidak mempunyai kesanggupan untuk menggunakan proses mental yang tinggi
(Herniyanto dan Triyono,Tanpa Tahun).
Menurut Cece Wijaya dalam Buku Diagnosis Kesulitan Belajar (Mulyadi.2010:
124-125) mengidentifikasikan ciri-ciri murid lambat belajar yang ditinjau dari segi proses
belajar mengajar sebagai berikut.
a. Mereka lambat di dalam mengamati dan mereaksi peristiwa yang terjadi pada
lingkungan.
b. Mereka jarang mengajukan pertanyaan dan kurang berkeinginan untuk mengikuti
jawabannya.
c. Mereka kurang memperlihatkan dan bahkan tidak menaruh perhatian terhadap apa
dan bagaimana pekerjaan itu dikerjakan.
d. Mereka banyak menggunakan daya ingatan (hapalan) daripada logika (reasoning).
e. Mereka tidak dapat menggunakan cara menghubungkan bagaimana pengetahuan
dengan pengetahuan lainnya dalam berpikir.
f. Mereka kurang lancar, tidak jelas dan tidak tepat dalam mengunakan bahasa.
g. Mereka banyak bergantung pada guru dan orang tua di dalam membuktikan ilmu
pengetahuan.
h. Mereka sangat lambat dalam memahami konsep-konsep abstrak.
i. Mereka memperoleh kesulitan di dalam mentransfer pengetahuan dari satu ladang
ke ladang lain.
j. Mereka lebih banyak mengambil jalan percobaan yang salah daripada
menggunakan logika dalam memecahkan masalah.
k. Mereka tidak sanggup membuat generalisasi dan mengambil kesimpulan.
l. Mereka miskin memiliki daya lekat (retensi) ingatan dalam segala bentuk kegiatan
belajar.
m. Mereka memperlihatkan kelemahan dalam tulisan maupun menggunakan kata-kata
mudah dan sederhana.
n. Mereka memiliki kelemahan didalam mengerjakan tugas-tugas belajar apalagi
tugas-tugas yang harus dikerjakan secara bebas (Cece Wijaya,2006).

D. Tipe Anak Slow Learner


Berikut merupakan tipe anak lamban belajar atau slow learner:
1. Anak-anak yang Membutuhkan Pembagian atau Pemisahan
Anak-anak yang berada dalam tipe ini menderita beberapa atau beberapa bentuk
retardasi belajar yang buruk dan keterbelakangan pendidikan karena kemampuan
mereka yang terbatas seperti perkembangan mental yang terbelakang ditambah
dengan beberapa kekurangan sosio-psikologis lainnya. Mereka membutuhkan
lebih banyak perhatian dan ketentuan untuk sekolah dan pendidikan mereka,
biasanya dalam bentuk sekolah khusus atau kelas khusus.
2. Anak-anak yang Melayani dalam Pengaturan Umum Terpadu
Sifat dan tingkat keterbelakangan belajar dan keterbelakangan akademik pada
anak-anak ini lebih sedikit dan dengan demikian, hal ini dapat ditangani dengan
benar dalam pengaturan umum terpadu sekolah kami yang ada. Keterbelakangan
mereka umumnya dibedakan dalam dua jenis - umum dan spesifik.

E. Pendampingan Anak Slow Learner


Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan
(BP3K) dalam buku Mulyadi (2010:128) secara umum terdapat beberapa kemungkinan
yang dapat membantu murid yang lambat belajar.
a. Pemberian informasi secara lisan
b. Pertemuan dengan orang tua
c. Sosiodrama
Konseling Individual (Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan (BP3K),1985).

Para pakar psikologi dan pendidikan telah merekomendasikan bermacam macam


program pendidikan untuk mengatasi masalah utama pada anak lamban belajar. Sebagian
besar tindakan berada pada lingkup guru. Efektivitas pada tindakan tertentu telah di
dirikan oleh para peneliti Sebuah sudut pandang pada program pendidikan yang
ditujukan bagi para siswa lamban belajar akan membuat para guru mengatasi para siswa
lamban belajar dengan sikap yang efektif. Dibawah ini merupakan upaya perbaikan yang
merupakan program pendidikan bagi para siswa lamban belajar.
1. Motivasi

Kata 'motivasi' digunakan untuk mendeskripsikan sebuah dorongan, kebutuhan


atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat di aplikasikan sebagai
sikap pada situasi yang kebih luas. Satu kegunaan dari konsep motivasi adalah
untuk mendeskripsikan sebuah dorongan umun untuk berjuang terhadap suatu
tujuan tertentu. Keberhasilan pada seorang guru bergantung pada bagaimana
diabsecara efektif memotivasi siswa-siswa untuk belajar. Pengalaman telah
memperlihatkan kita tentang kegagalan belahar sangat sering terjadi karena
kurangnya motivasi. Anak-anak diajari oleh seorang guru yang menggunakan
motif yang masuk di akal, secara individu akan lebih mengerti leboh cepat dan
lebih baik, walaupun metode yg digunakan itu salah. Anak lamban belajar
biasanya menunjukan sikap tidak peduli sebagai hasil dari pengalaman terdahulu
tentang kegagalan dan ketidak sukaan pada suatu subjek. Mereka seringnya hanya
melirik pada kata kata daripada meneliti satu persatu secara hati-hati, dengan hasil
bahwa kesalahan keseluruhan mereka adalah hasil dari menebak petunjuk yang
tidak jelas seperti inisial huruf atau persamaan yang dangkal. Etika seorang guru
berhasil memotivasi siswa-siswa, instruksi"nyabakan lebih efektif dan tujuan
pembelaharan dapat di capai. Seorang guru sebaiknya khawatir untuk tidak
mengecilkan hati para murid yg lamban belajar yang biasanya merasa frustasi.
Seorang guru sebaiknya membiarkan mereka mengerti bahwa mereka tidak di
abaikan oleh murid yang lain dan mereka sama berharganya seperti yang lain.
Ketika guru menunjukan tipe sikap positif seperti ini, semua teknik motivasi yang
digunakan guru akan berhasil dengan sukses. Ditambah lagi, motivasi tidak hanya
untuk menghasut perilaku dari murid lamban belajar tetapi juga mempengaruhi
perilaku yang sedang berlangsung. Motivasi membuat murid lamban belajar
berkeinginan besar untuk belajar dan mengaplikasika pada tugas.

2. Perhatian Individu
“Perhatian Inidvidu” merujuk pada perhatian yang diberikan guru untuk murid
tertentu. Dari semua murid, seorang yg lamban belajar merupakan seseorang yang
butuh perhatian dari guru. Perbedaan secara individu dari anak-anak harus sangat
di perhatikan dan anak yg individualis harus dihargai. Guru harus memiliki upaya
positif untuk memastikan ketidakmampuan yang spesifik pada murid yang
lamban belajar dan karena itu guru harus menyusun strategi khusus untuk
perbaikan yang sesuai dengan kebutuhan pada setiap anak yang lamban belajar.
Hal inji sangat penting bahwa guru yang menangani haru sangat baik dan
perhatiap terhadap murid lamban belajar. Tambahan bonus mungkin akan
diberikan kepada guru yang dipercayakan dengan tanggung jawab memberikan
instruksi untuk murid lamban belajar seperti yang pemerintah berikan terhadap
guru yang mengajar kelas special atau murid SC/ST. jika tindakan perbaikan
diberlakukan, lebih baik jika perhatian individu dapat diberikan kepada murid
belajar lamban pada kelas special yang secara efektif mempromosikan SDM yang
lebih baik.

3. Restorasi dan pengembangan kepercayaan diri


Murid belajar lamban merupakan anak terbelakan yang mempunyai, atau
mungkin sebelum dia masukk di dunia sekolah, mengalami pengalaman akan
kegagalan dan frustasi sebagai hasil dari kurangnya rasa percaya diri mereka.
Sering gagal dalam akademik, ditolak oleh murid lain, instruksi salah dan
kesalahan magement dari keluarga mempengaruhi gangguan emosi, perasaan
tidak mampu dan gangguan kepribadian serta perilaku. Para anak lamban belajar
merasa bahwa mereka berada pada lingkaran setan. Interaksi antara penyebab dan
gejala menjadi semakin dan semakin rumit serta sulit untuk diurai. Merusak
lingkaran setan ini menjadi satu hal yang paling penting dalam upaya perbaikan.
4. Kurikulum yang elastis
Pratt(1980) mengidentifikasi dua asumsi dasar yang menggaris bawahi
kurikulum:
a. Bahwa pengetahuan harus dicapai untuk keinginan diri sendiri
b. Bahwa kurikulum harus di desain untuk mempertemukan kebutuhan
mendesak dan kebutuhan jangka panjang dari siswa-siswa.
Kurikulum yang berpusat pada pengetahuan berfokus pada isi bidang studi,
sedangkan kurikulum yang berpusat pada kebutuhan mengasumsikan bahwa
kebutuhan manusia berfungsi sebagai
dasar kurikulum. Para guru seharusnya tidak terlalu menekankan teori dan abstrak
karena siswa lamban belajar tidak dapat memahami konsep abstrak dengan
mudahnya. Kapanpun terdapat konsep abstrak, para guru sebaiknya mecoba untuk
mengondusikan hubungan yang memungkinkan atau menunjukan kemungkinan
asosiasi sehingga para siswa lamban belajar dapat menangkap konsep dari abstrak
tersebut. Ketika terdapat presentasi konkrit dari konten pembelajaran, para siswa
lamban belajar mampu untuk memahaminya dengan lebih baik dan itu
mempengaruhi kapasitas belajar mereka dan tingkat belajar pada batas tertentu.

5. Instruksi untuk perbaikan


a. Rastogi dan narayana menyarankan jika kelas perbaikan atau kelas special
harus dikondisikan secara sistematis sesuai dengan arahan.
b. Konten pembelajaran harus sangat dengan hati hati di urutkan sesuai
kapasitas, kebutuhan, pendidikan, dan level pengalaman dari para siswa.
c. Pembelajaran singkat secara berkala harus di kenalkan daripada pembelajaran
jangka panjang setiap minggunya .
d. Para siswa lamban belajar mampu untuk menggapai ide konkrit daripada ide
abstrak. Oleh karena itu, harus ada banyak penggunaan alat bantu audio visual
dalam proses pengajaran yang bisa
memberikan pengalaman unik kepada siswa lamban belajar dalam konten
presentasi.
e. Para guru harus waspada terhadap fakta tentang sebuah pendekatan nyaman
pada pengajran perbaikan harus sangat kondusif.
f. Untuk membangun rasa ketertarikan akan kemampuan social dan rasa percaya
diri pada para siswa lamban belajar, dapat menggunakan seni, music dan
drama.
g. Para guru yang berurusan dengan para siswa lamban belajar harus
memperikan pentingnya latihan, drill, dan mengkaji ulang apapun yang
berhubungan dengan para siswa lamban belajar.
h. Dengan seudut pandang untuk memastikan kapasitas seseorang, kelas
perbaikan special harus dibentuk untuk para murid lamban belajar.
6. Lingkungan Sehat
Lingkungan sekolah haru sehat dan bebas untuk para siswa lamban belajar.
Banyak factor lingkungan dari waktu ke waktu sangat mempengaruhi terhadap
para lamban belajar. Factor lingkungan buruk harus ditangani secara memadai
atau dihilangkan sedini mungkin sehingga suasana yang menyenangkan dapat
tercipta untuk pembelajaran yang efektif bagi siswa lamban belajar.
7. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
Masalah fisik terkadang menjadi penyebab vital tentang factor yang
mempengaruhi lamban belajar. Kesehatan buruk dan malfungsi juga berefek pada
pembelajaran para siswa lamban belajar. Jika ada sebuah anomaly yand di deteksi
dan dengan tepat di diagnose, lalu seorang lamban belajar dapat menjadi seorang
pelajar normal setelah pengobatan perbaikan. Terdapatnya cek up medis secara
berkala, disana maka tidak aka nada kesempatan bagi guru untuk mendiagnosa
penyebab dari lamban belajar dan untuk memastikan obat yang mungkin.
8. Metode Pembelajaran yang Spesial
Bukti penelitian menunjukan bahwa metode special berikut ini akan sangat efetif
bagi para siswa lamban belajar
a. instruksi audio dan visual
b. menguasi strategi pembelajaran dengan extra instruksi korektif
c. instrusi modul
d. instruksi berbasis computer

F. Pravalensi DSM IV Anak Slow Learner


1. Gangguan Membaca (DSM-IV Kode: F81.0/315.000)
Gangguan yang sering terjadi pada gangguan belajar. Dari semua anak dengan
kesulitan belajar spesifik, 70%-80% memiliki defisit dalam membaca. Sebuah
ketidakmampuan membaca dapat mempengaruhi setiap bagian dari proses
membaca, termasuk kesulitan dengan pengenalan kata akurat atau fasih, atau
keduanya, tingkat membaca. Indikator umum dari membaca kecacatan termasuk
kesulitan dengan kesadaran fonemik kemampuan untuk memecah kata-kata
menjadi suara komponen mereka dan kesulitan .dengan pencocokan kombinasi
surat kepada suara tertentu.
2. Gangguan Matematika
Gangguan matematika dapat menyebabkan kesulitan seperti konsep-konsep
matematika pembelajaran (seperti kuantitas, nilai tempat, dan waktu), fakta
kesulitan menghafal matematika, angka kesulitan mengatur, dan memahami
bagaimana masalah diatur pada halaman. Gangguan matematika ini juga sering
disebut sebagai memiliki gangguan “akal nomor”.
3. Non ICD-10/DSM\
Ganguan belajar nonverbal adalah ketidakmampuan belajar nonverbal sering
terwujud dalam kecanggungan motorik, miskin keterampilan visual, hubungan
sosial bermasalah, kesulitan dengan matematika, dan kurangnya keterampilan
berorganisasi.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
1. Slow learner adalah nama lain dari anak lamban belajar. Slow learner merupakan anak
yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal, tetapi tidak termasuk anak tuna
grahita.
2. Penyebab slow learner menurut G. L. Reddy, R. Ramas dan A. Kusuma adalah
a. Kemiskinan
b. Kecerdasan orang tua dan jumlah anggota keluarga
c. Faktor emosi
d. Faktor Pribadi

Sedangkan menurut Nani Triani dan Amir penyebab slow learner adalah

a.Faktor Prenatal (sebelum lahir) dan Genetik


b. Faktor Biologis Non Keturunan
c.Faktor Natal
d. Fakor Postnatal
4. Karakteristik atau ciri-ciri anak slow learner menurut Mulyadi adalah sebagai berikut
a. Kemampuan kecerdasan rendah/di bawah rata-rata.
b. Perhatian dan konsentrasinya terbatas.
c. Terbatasnya kemampuan untuk menilai bahan-bahan pelajaran yang relevan.
d. Terbatasnya kemampuan untuk mengarahkan diri (self dirention).
e. Terbatasnya kemampuan mengabstraksi dan menggeneralisasi yang membutuhkan
pengalaman-pengalaman konkret.
f. Lambat dalam melihat dan menciptakan hubungan antara kata dan pengertian.
g. Sering mengalami kegagalan dalam mengenal kembali hal-hal yang telah dipelajari
dalam bahan dan situasi baru.
h. Waktu untuk mempelajari dan menerangkan pelajaran cukup lama. Akan tetapi, tidak
dapat bertahan lama dalam ingatannya. Cepat sekali melupakan apa yang telah
dipelajari.
i. Kurang mempunyai inisiatif.
j. Tidak dapat menciptakan dan memiliki pedoman kerja sendiri, serta kurang memiliki
kesanggupan untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang dibuat.
k. Kurang mempunyai daya cipta (kreativitas).
l. Tidak mempunyai kesanggupan untuk menguraikan, menganalisis atau memecahkan
suatu persoalan atau berpikir kritis.
m. Tidak mempunyai kesanggupan untuk menggunakan proses mental yang tinggi
(Herniyanto dan Triyono,Tanpa Tahun).
5. Berikut merupakan tipe anak lamban belajar atau slow learner:
a. Anak-anak yang Membutuhkan Pembagian atau Pemisahan
b. Anak-anak yang melayani dalam pengaturan umum terpadu
6. Pendampingan anak lamban belajar adalah dengan
a. Pemberian informasi secara lisan
b. Pertemuan dengan orang tua
c. Sosiodrama
Daftar Pustaka

Ana Lisdiana. (2012). “Prinsip Pengembangan Atensi pada Anak Lamban Belajar”.Modul
materi pokok program diklat kompetensi pengembangan fungsi kognisi pada anak
lamban belajar bagi guru di sekolah inklusi jenjang lanjut. Bandung: kementerian
pendidikan dan kebudayaan bedan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan
penjaminan mutu pendidikan (BPSDMP PMP) pusat pengembangan dan peberdayaan
pendidik dan tenaga kependidikan taman kanak-kanak dan pendidikan luar biasa
(PPPPTK TK dan PLB).
Brigitta Erlita Tri Anggadewi. 2014. Slow learner: Bagaimana Memotivasinya Dalam Belajar.
Jusnal Kependidikan Volume 27, Nomor 1.
Fida Rahmantika Hadi. 2016. Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Slow Learners
(Lamban Belajar). Premiere Educandum Volume 6, Nomor 1, Hlm 35-41
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70 Tahun 2009 Tentang
Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
Reddy, G. L., Ramar, R. Dan Kusuma, A. (2006). Slow Learner Their Psychology and
Instruction. New Delhi: Discovery Publishing House.
Stubbs, Sue. (2006). Pendidikan Inklusif Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber (Alih bahasa: Susi
Spetaviana R.). Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UPI.
Triani, N., & Amir (2003). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar (Slow
Learner). Jakarta: Luxima.
Yachya Hasyim. 2013. Pendidikan Inklusif di SMK negeri 2 malang. Jurnal kebijakan dan
pengembangan pendidikan Volume 1, Nomor 2, Juli 2013 Hlm. 112-121.
PETA KONSEP
SLOW LEARNER

1. Kemiskinan
2. Kecerdasan orang tua dan jumlah
Menurut G. L. Reddy, R. keluarga
Ramas dan A. Kusuma
3. Faktor emosi
4. Faktor pribadi

Penyebab 1. Faktor Prenatal (sebelum lahir) dan


Genetik
Menurut Nani Triani 2. Faktor Biologis Non Keturunan
dan Amir
3.Faktor Natal
4. Faktor Postnatal
Slow
Karakteristik
Learner (SL)

1. Membutuhkan Pembagian
atau Pemisahan
Tipe Anak SL
2. Melayani dalam Pengaturan
Umum Terpadu

Pendampingan

1. Gangguan Membaca
Prevalensi 2. Gangguan Matematika
3.Non ICD-10/DSM
ARTIKEL

MOTIVASI BELAJAR SEORANG


ANAK SLOW LEARNER

Francisca Shinta Aprilia Yanida (151414026)


Universitas Sanata Dharma
Alamat e-mail: franciscashintaaprilia@gmail.com

Abstrak: MOTIVASI BELAJAR SEORANG ANAK SLOW LEARNER. Tujuan penulisan


adalah mendeskripsikan pendampingan dan pemberian motivasi belajar untuk seorang anak slow
learner. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang
khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat peserta didik dalam
belajar. Motivasi belajar dibagi menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. motivasi intrinsik
sebagai motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya dari diri setiap individu. Motivasi
ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Anak-anak lamban
belajar perlu mendapatkan motivasi, terutama motivasi ekstrinsik yaitu dorongan dari orang-
menumbuhkan
orang terdekatnya, motivasi ekstrinsik ini dapat memicu atau motivasi instrinsik anak
lamban belajar.

Abstract: MOTIVATION LEARNS A SLOW LEARNER CHILDREN. The purpose of writing is to


describe mentoring and providing learning motivation for a slow learner child. Learning
motivation is a psychological factor that is non-intellectual. Its distinctive role is in terms of
growing passion, feeling good and the enthusiasm of students in learning. Learning motivation
is divided into intrinsic and extrinsic motivation. intrinsic motivation as motives that become
active or functioning of each individual. Extrinsic motivation is motivation that functions
because of external stimuli. Slow learning children need to get motivation, especially extrinsic
motivation that is encouragement from the people closest to them, extrinsic motivation can
trigger or foster intrinsic motivation in slow learning children.
Kata-kata kunci: slow learner, motivasi.

Heinich (1999) mengatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas pengembangan


pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan
lingkungannya sehingga dalam proses belajar diperlukan pemilihan, penyusunan dan
penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai dan melalui interaksi pemelajar dengan
lingkungannya. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja
oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang
tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan
sebagainya. Belajar adalah suatu proses perubahan individu yang berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya ke arah yang baik maupun tidak baik. Belajar setiap orang dapat dilakukan dengan
cara berbeda. Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis.
Tidak semua anak atau peserta didik dapat mencapai tujuan belajar dengan baik, atau dengan
kata lain tidak semua anak atau peserta didik dapat memperoleh perubahan tingkah laku
sebagaimana yang diharapkan. Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 240) menjelaskan bahwa
perkembangan belajar anak atau peserta didik tidak selalu lancar dan memberikan hasil yang
diharapkan. Terkadang anak atau peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan dalam
belajar. Salah satu yang mengalami kesulitan belajar ini ialah anak slow learner atau anak
lamban belajar.

Anak Slow Learner atau lamban belajar memiliki bakat atau IQ yang kurang dibanding
dengan anak atau peserta didik lainnya. Menurut Nana Triani (2016) anak slow learner atau
lamban belajar berada pada taraf perbatasan (borderline) dengan IQ 70 – 85. Anak slow learner
ialah salah satu anak yang memiliki kebutuhan yang khusus dalam layanan pendidikan di
sekolah. Anak slow learner terlihat seperti anak normal lainnya. Namun, hal yang membedakan
adalah kecerdasan intelektual dengan karakteristik seperti perhatian dan konsentrasi terbatas,
waktu untuk mempelajari dan menerangkan pelajaran membutuhkan waktu yang lama, lambat
dalam melihat dan menciptakan hubungan antara kata dan pengertian, terbatasnya kemampuan
untuk mengarahkan diri, terbatasnya kemampuan untuk mengabstraksi dan menggeneralisasi
yang membutuhkan pengalaman-pengalaman konkret, kurang mempunyai daya cipta, tidak
mempunyai kesanggupan untuk menguraikan, menganalisis atau memecahkan suatu persoalan
atau berpikir kritis, dan lain sebagainya, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Mulyadi (2010:
123).

Anak atau peserta didik berkebutuhan khusus seperti slow learner atau anak lamban
belajar ini harus mendapat perhatian dan pelayanan khusus dari lingkungan sekitarnya. Anak
slow learner atau lamban belajar ini harus diberi motivasi belajar lebih dibandingkan dengan
anak lainnya selain itu lingkungan sekitarnya juga harus mendukung. Anak slow learner dapat
menimbulkan perasaan cemas, perasaan cemas ini harus di atasi dengan praktis. Anak slow
learner memiliki bakat atau IQ yang kurang memadai dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya.
Keadaan ini dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya dan juga dapat berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan atau tidak
mendukung bagi dirinya. Siswa- siswa slow learner tidak hanya terbatas pada kemampuan
akademik, namun juga berkaitan dengan kemampuankemampuan yang lain seperti pada aspek
bahasa atau komunikasi, emosi, sosial atau moral.

Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya
rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada
hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Oemar Hamalik (2004) menjelaskan motivasi dapat
berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif diluar individu atau hadiah. Motivasi
adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat. Sedangkan
menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) mengatakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Menurut Sardiman (1986) menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan faktor psikis
yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat peserta didik dalam belajar. Sedangkan Agus Suprijono (2009:
163) bependapat bahwa motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah dan bertahan lama. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tentang pengertian motivasi,
maka dapat disimpulkan merupakan suatu dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan
sesuatu, dan juga sebagai pemberi arah dalam tingkah lakunya, salah satunya dorongan
seseorang untuk belajar.

Secara umum motivasi belajar dibagi menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Menurut
Sardiman (2007) mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya dari diri setiap individu. Motivasi intrinsik dapat berupa hasrat dan keinginan untuk
berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Motivasi ekstrinsik yaitu
motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat berupa
adanya penghargaan, lingkungan yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Anak-anak
lamban belajar perlu mendapatkan motivasi, terutama motivasi ekstrinsik yaitu dorongan dari
orang-orang terdekatnya, motivasi ekstrinsik ini dapat memicu atau menumbuhkan motivasi
instrinsik anak lamban belajar. Pemberian motivasi kepada anak slow learner dapat berpengaruh
untuk hasil belajar atau prestasi anak tersebut.

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Kebutuhan untuk menguasai ilmu mempengaruhi motivasi belajar slow learner yang diwujudkan
dalam tindakan, berupa: rajin mengikuti pelajaran, mau memperhatikan penjelasan guru dan
mengerjakan tugas, serta rajin belajar di rumah.

Daftar Pustaka

A.M. Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV.Rajawali

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Heinich, Robert, et al. 1999. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey:
Prentice Hall.

Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar
Khusus. Yogyakarta : Nuha Litera

Nana Syaodih Sukmadinata. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT


remaja Rosdakarya.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Suprijono Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka
Pelajar

Triani, Nani dan Amir. (2016). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar (Slow
Learner). Jakarata : PT Luxima Metro Media
ARTIKEL
LAYANAN GURU BAGI SISWA LAMBAN BELAJAR

Ajeng Yessa Carolina (151414033)


Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Email: yessa.carolina@gmail.com

ABSTRAK
Pembahasan ini bertujuan untuk mendeskripsikan layanan guru bagi siswa lamban belajar.
Aspek yang dibahas meliputi pemahaman guru dan pelaksanaan layanan guru bagi siswa.
Layanan guru bagi siswa lamban belajar yaitu, (1) pemahaman tentang siswa belum mendalam
tentang konsep ataupun karakteristik siswa lamban belajar; (2) pelaksanaan layanan bagi siswa
lamban belajar dalam hal modifikasi alokasi waktu pembelajaran, isi/materi dan metode
pembelajaran.
Kata Kunci: layanan guru, lamban belajar

PENDAHULUAN
Anak merupakan asset penting bangsa. Pengetahuan dan layanan yang tepat terhadap anak
dapat menjadi gerbang kesusksesan untuk anak. Akan tetapi sebaliknya, layanan yang kurang
tepat atau bahkan salah terhadap anak dapat berakibat fatal.
Anak-anak di sekolah, khususnya Sekolah Dasar merupakan siswa yang keberhasilan
belajarnya banyak dipengaruhi oleh layanan pendidikan yang diberikan guru. Setiap siswa adalah
unik, berbeda dari yang lain. Begitu juga dalam belajar. Ada siswa yang mudah menerima
pelajaran, ada juga yang sulit menerima pelajaran. Ada yang nilainya bagus tetapi ada juga yang
kurang bagus. Kesulitan dalam belajar itu wajar karena tidak mungkin jalan menuntut ilmu akan
mudah begitu saja. Akan tetapi, ada hambatan atau kesulitan yang harus dilewati.
Kesulitan belajar yang dijelaskan oleh Sugihartono adalah suatu gejala yang nampak pada
peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma
yang telah ditetapkan.[1] jadi, guru dalam proses pembelajaran tidak hanya menstrafer bahan
pelajaran kepada siswa tetapi juga bertanggung jawab atas perkembangan siswa. Guru harus
memperhatikan kemampuan siswa secara individual, agar dapat membantu perkembangan siswa
secara optimal.
Salah satu jenis permasalahan atau kesulitan belajar yang sering muncul di SD adalah
lamban belajar. Menurut Warkitri dkk. dalam buku Sugihartono, lamban belajar adalah kesulitan
belajar yang disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan
kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang
memiliki tingkat potensi intelektual sama.[1] Anak lamban belajar ini masuk dalam anak-anak
berkebutuhan khusus. Berdasarkan tes WISCH anak lamban belajar mempunyai IQ 70-90,
sedangkan anak tunagrahita kurang dari itu.[2] Secara garis besarnya siswa lamban belajar adalah
siswa yang memiliki kecerdasan dengan IQ yang terbilang rendah dan masih dapat mengikuti
kegiatan pemebajaran di kelas regular pada jenjang pendidikan dasar tetapi membutuhkan
bantuan yang intensif.
Ciri-ciri siswa lamaban belajar dan berprestasi rendah menurut Cece dikategorikan sebagai
berikut: (1) Fisik: anak lamban belajar mengalami kelemahan dalam pendengaran, penglihatan,
dan kesanggupan bicara; (2) Perkembangan Mental: anak lamban belajar mengalami cacat fisik
sebelum dan selama kelahiran yang membawa pengaruh pada perkembangan mental; (3)
Intelektual: anak yang lamban belajar memiliki IQ antara 70-90 pada umumnya dapat dididik
dengan system pengajaran yang sesuai. (4) Sosial: anak lamban belajar sulit akrab dengan orang
dan benda.[3] Ciri-ciri lain anak lamban belajar menurut Abdul, yaitu rata-rata prestasi belajarnya
rendah, menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman
seusianya, daya tangkap terhadap pelajaran lambat, pernah tidak naik kelas.[4]
Kebutuhan siswa lamban belajar dijelaskan oleh G. Lokanadha Reddy sebagai berikut: (1)
Kebutuhan rasa aman sangat penting bagi siswa lamban belajar karena dengan rasa aman
membuat siswa merasa senang dan penting bagi stabilitas emosi; (2) Kebutuhan menyayangi dan
disayangi juga perlu untuk meningkatkan interaksi dan transaksi social; (3) Kebutuhan untuk
diterima anak lain, hal ini penting diperhatikan bagi orang tua dan guru untuk memastikan bahwa
siswa tersebut diterima oleh teman-temannya agar perilaku dan emosi siswa lamban belajar
stabil; (4) Kebutuhan pengakuan dan percaya diri; (5) Kebutuhan kemandirian dan tanggung
jawab; (6) Kebutuhan pengalaman dan aktivitas baru.[5]
Dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas layanan pendidikan diberikan guru untuk
mengatasi berbagai masalah seperti gangguan psikologis, fisiologis, dan social yang dijumpai
pada anak-anak berkebutuhan khusus. Guru memiliki peran terpenting dalam hal ini saat
menghadapi siswa lamban belajar di sekolah. Oleh karena itu dalam pembahasan ini akan
dibahas terkait layanan guru bagi siswa lamban belajar di Sekolah Dasar.

PEMBAHASAN
Bagian ini akan dibahas terkait layanan guru bagi siswa lamban belajar di Sekolah Dasar.
Ditemukan suatu permasalahan bahwa siswa lamban belajar ini menempuh pendidikan di
sekolah regular. Dalam penyajian bahasan akan terbagi menjadi 2 bagian focus bahasan, yaitu:
(1) pengetahuan tentang siswa lamban belajar; (2) pelaksanaan layananan pendidikan guru pada
siswa.
1. Pemahaman tentang siswa lamban belajar
Pengetahuan tentang anak lamban belajar secara umum banyak orang awam termasuk
penulis belum paham sepenuhnya tentang konsep anak lamban belajar. penulis belum
pernah mengenal anak dengan kekurangan lamban belajar namun penulis sedikit tau ciri-
ciri dan karakteristik dari hal yang telah penulis pelajari. Sehingga penulis akan membahas
dengan landasan yang telah penulis sebutkan.
Dalam hal ini anak dengan lamban belajar harus diperlakukan khusus yang berbeda
dengan anak normal. Anak lamban belajar memiliki emosi yang tidak stabil sehingga saat
memperlakukan siswa dengan lamban belajar harus mengetahui prosedur dan cara
penangannya agar tidak mempengaruhi emosinya.
Anak normal dan anak lamban belajar berada di sekolah yang sama jelas berangkat
dari nol tentang pengetahuan. Terkadang anak lamban belajar ada yang belajar otodidak di
sekolah. Yang dimaksudkan otodidak adalah anak lamban belajar kurang dalam
menangkap hal baru sehingga tak banyak dijumpai pasti ada anak lamban belajar yang
belajar secara bertahap dan kuarng terstruktur.

2. Pelaksanaan layananan pendidikan pada siswa lamban belajar


Layanan pendidikan bagi siswa lamban belajar, yaitu perlunya memberikan
penambahan waktu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Beda halnya dengan
siswa lainnya siswa normal, hal ini dilakukan agar siswa dengan lamban belajar dapat tetap
mengikuti pembelajaran dengan baik. Jika ada latihan soal yang diberika guru dan harus
dikumpulkan saat itu juga, guru memberikan waktu tambahan pula seperti memberikan
dispensasi agar menyelesaikan dan dikumpulkan setelah pulang sekolah. Dengan demikian
pula siswa lamban belajar juga merasa lebih nyaman dan aman untuk kondisi emosinya.
Selain waktu, guru juga perlu memberikan materi pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi anak atau siswa yang mengalami lamban belajar. Guru memberikan ekstra
perhatian dan kesabaran dalam mengajar siswa lamban belajar. Saat pembelajaran
berlangsung guru perlu memeberikan pendampingan khusus seperti, menjelaskan ulang
kepada siswa lamban belajar secara individu agar siswa tersebut lebih memahami materi
yang diajarkan. Begitu pula dengan soal-soal yang diberikan harus sesuai dengan kondisi
siswa lamban belajar. Soal yang dibuat didesain sedemikian sehinggal agar siswa dapat
mengerjakan soal tersebut.
Guru yang pada umumnya melaksanakan pembelajaran menggunakan metode belajar
dalam penyampaian materi. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif agar siswa yang
lamban belajar juga dapat emngikuti pembelajaran dengan baik. Guru melakukan
pengulangan materi kepada siswa lamban belajar dengan maksud untuk mengaitkan materi
pelajaran yang disampaikan dan guru dapat menanyakan pula materi yang sedang dipelajari
untuk melihat pemahaman yang didapat siswa lamban belajar.
Menempatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang “tidak pernah gagal” (selalu
menghargai apapun hasil kerja siswa). Serta memberikan pemhaman konsep agar siswa
lamban belajar tidak hanya menghafalkan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya dalam mendeskripsikan layanan guru
pada siswa lamban belajar adalah sebagai berikut.
1. Pemahaman tentang siswa lamban belajar memang belum mendalam terkait konsep
ataupun karakteristik oleh penulis. Penulis juga mengetahui bahwa anak normal dan
anak lamban belajar berada di sekolah yang sama jelas berangkat dari nol tentang
pengetahuan. Sehingga semua anak perlu bimbingan dari guru terkhusus anak lamban
belajar.
2. Pelaksanaan layanan bagi siswa lamban belajar perlu adanya modifikasi alokasi waktu
tambahan dalam pembelajaran untuk siswa lamban belajar, modifikasi terhadap materi
pembelajar dan soal untuk menunjang kebutuhan siswa lamban belajar, dan
memodifikasi proses belajar-mengajar pada siswa lamban belajar.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
[2] Agus, dkk. Aha, Sekarang Aku Bisa! Panduan Pembelajaran Materi Pengurangan
Risiko Bencana untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: ASB Indonesia.
[3] Cece Wijaya. 2010. Pendidikan Remedial. Remaja Rosda Karya: Bandung.
[4] Abdul Salim Choiri, dkk. 2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Secara
Inklusif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
[5] G. Lokanadha Reddy. 2006. Slow Learners Their Psychology and Instruction.
Discovery Publishing Haouse.
ARTIKEL
PENDAMPINGAN BELAJAR YANG DIBUTUHKAN
ANAK SLOW LEARNER
Dewi Isabella Palma (171414044)
Universitas Sanata Dharma
Alamat e-mail: dewiisabella5@gmail.com
Abstrak: PENDAMPINGAN BELAJAR YANG DIBUTUHKAN ANAK SLOW
LEARNER. Tujuan penulisan adalah mendeskripsikan pendampingan belajar bagi anak slow
learner. Banyak orang tua yang tidak tau bahwa anaknya terindikasi slow learner. Sehingga
orang tua perlu mengetahui karakteristik, tipe dan pendampingan yang tepat bagi anak. Hal
ini tidak hanya ditujukan untuk orang tua, tetapi guru juga perlu mengetahui. Sebab, tidak
banyak orang tua yang mengetahui peran orang tua yang membantu sekolah inklusi dalam
keberhasilan belajar anak berkebutuhan khusus terutama slow learner. Sehingga guru perlu
memahami pendampingan anak slow learner agar dapat disosialisasikan dengan orang tua.
Abstract: LEARNING ASSISTANCE REQUIRED BY SLOW LEARNER CHILDREN. The
purpose of writing is describing learning mentoring for slow learner children. Many parents
do not know that his son is indicative of a slow learner. So parents need to know the
appropriate characteristics, types and mentoring for the child. It is not only aimed at
parents, but the teacher also needs to know. Because not many parents know the role of
parents who help schools of inclusion in the success of learning children with special needs
especially slow learner. So the teacher needs to understand the guidance of a slow learner
child in order to be socialized with parents.
Kata-kata kunci: slow learner, pendampingan belajar.

Pendidikan adalah hak bagi semua orang untuk dapat pengembangan potensi
kemanusiaan. Hal ini tercantum pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat 1 yang
menegaskan bahwa “setiap warga berhak mendapatkan pendidikan”. Selain itu, Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 5 ayat (1)
menegaskan “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu”. Sehingga semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak baik itu
pendidikan reguler maupun pendidikan inklusi. Indonesia telah menggalang pendidikan
inklusi bagi sekolah reguler. Sehingga pendidikan inklusi tidak hanya terdapat atau kita
jumpai pada sekolah khusus yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB). Pendidikan inklusi adalah
merupakan pendidikan yang mengakomodasikan semua anak baik normal maupun anak
berkebutuhan khusus di sekolah reguler dengan beragam karakteristik, perkembangan dan
kebutuhan anak untuk mengembangkan potensi anak secara optimal (Sue Stubbs,2002:123).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Replublik Indonesia No. 70 Tahun 2009
tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, siswa yang termasuk anak berkebutuhan
khusus meliputi: 1) anak tunanetra; 2)anak tunarungu; 3) anak tunawicara; 4)anak
tunagrahita; 5) anak tuna daksa; 6) anak tunalaras; 7) anak berkesulitan belajar; 8) anak
lamban belajar (slow learners); 9) anak autis; 10) anak yang memiliki gangguan motoric; 11)
anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya;
12) anak yang memiliki kelainan lainnya; dan 13) anak tuna ganda. Anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus atau memerlukan kebutuhan
khusus yang sesuai dengan perkembangan dan kelainan yang dialami anak.
Anak lamban belajar (slow learner) merupakan salah satu anak yang memiliki
kebutuhan yang khusus dalam layanan pendidikan di sekolah. Anak slow learner memiliki
kecerdasan intelektual dibawah rata-rata anak normal yaitu 70 – 90. Anak slow learner
terlihat seperti anak normal lainnya. Namun, hal yang membedakan adalah kecerdasan
intelektual dengan karakteristik seperti perhatian dan konsentrasi terbatas, waktu untuk
mempelajari dan menerangkan pelajaran membutuhkan waktu yang lama, lambat dalam
melihat dan menciptakan hubungan antara kata dan pengertian, terbatasnya kemampuan
untuk mengarahkan diri, terbatasnya kemampuan untuk mengabstraksi dan menggeneralisasi
yang membutuhkan pengalaman-pengalaman konkret, kurang mempunyai daya cipta, tidak
mempunyai kesanggupan untuk menguraikan, menganalisis atau memecahkan suatu
persoalan atau berpikir kritis, dan lain sebagainya (Mulyadi,2010:123). Adapun karakteristik
anak slow learner menurut Steven R. Shaw (2010: 15) dalam jurnal Analisis Proses
Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learner di Kelas
Inklusif SMP Negeri 7 Salatiga. yaitu ; a) memiliki kecerdasan dan prestasi akademik yang
rendah, tetapi berbeda dari anak dengan masalah kognisi atau berkesulitan belajar; b) anak
dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi ketika informasi disampaikan dalam bentuk
konkret, tetapi akan mengalami kesulitan mempelajari konsep dan pelajaran yang bersifat
abstrak; c) anak mengalami kesulitan kognitif dalam mengorganisasir materi baru dan
mengasimilasi informasi baru ke dalam informasi sebelumnya; d) anak membutuhkan
tambahan waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas, serta latihan tambahan untuk
mengembangkan keterampilan akademik yang setingkat dengan teman sebayanya. Maka
mata pelajaran matematika akan terlihat semakin sulit bagi siswa slow learner. Walaupun
anak slow learner memiliki kecerdasan intelektual 70-90, tidak semua anak memiliki
kecerdasan yang sama. Sehingga anak slow learner memiliki dua tipe yaitu anak yang
membutuhkan pembagian atau pemisahan dan anak yang melayani dalam pengaturan umum
terpadu. Anak yang membutuhkan pembagian atau pemisahan adalah anak yang menderita
beberapa bentuk retardasi belajar yang buruk dan keterbelakangan pendidikan yang
disebabkan kemampuan mereka yang terbatas seperti perkembangan mental, sosio-psikologis
lainnya yang kurang. Kemudian anak yang melayani dalam pengaturan umum terpadu
memiliki sifat dan tingkat keterbelakangan akademik atau belajar yang ringan. Sehinga masih
dapat ditangani dengan baik dalam pengaturan umum terpadu sekolah.
Pendampingan belajar yang dilakukan terhadap anak-anak slow learner tidak seperti
anak-anak normal. Walaupun secara fisik mereka terlihat seperti anak normal lainnya. Secara
psikologi mereka membutuhkan dukungan dan motivasi dari orang-orang di sekitar mereka
seperti guru dan orang tua. Hal ini disebabkan anak slow learner sering menunjukkan sikap
tidak peduli sebagai hasil dari pengalaman terdahulu tentang kegagalan dan ketidaksukaan
pada suatu objek. Seorang guru atau orang tua sebaiknya jangan mengecilkan hati mereka
karena kegagalan yang mereka lakukan dan khawatir terhadap anak karena mereka sering
merasa frustasi. Sehingga guru maupun orang tua memberikan perhatian yang berbeda antara
anak slow learner dengan anak lainnya. Agar anak paham bahwa ia tidak diabaikan dan sama
berharganya dengan yang lain. Situasi ini baik untuk memberikan motivasi kepada anak.
Kemudian, motivasi akan menghasut perilaku anak dan membuat anak memiliki rasa
keinginan yang besar untuk belajar dan mengaplikasikan tugas. Kemudian perhatian ini
menjadi alat bagi guru untuk mengetahui ketidakmampuan yang dimiliki siswa dan guru
dapat menyusun strategi khusus untuk perbaikan yang sesuai dengan kebutuhan anak slow
learner. Selain itu, anak slow learner perlu mengembangkan kepercayaan diri. Sebab,
pengalaman akan kegagalan dan frustasi, sering gagal dalam akademik dan sebagainya
membuat anak akan semakin tidak percaya diri. Oleh karena itu, guru dan orang tua dapat
mengubah rasa ketidakpercayaan diri anak sebagai upaya untuk perbaikan. Selain
pendampingan terfokuskan pada perbaikan anak slow learner, anak slow learner juga perlu
pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui faktor yang mempengarungi lamban
belajar.
Selain itu, kurikulum sekolah yang elastis menjadi hal yang dapat membantu
perbaikan anak slow learner. Kurikulum yang elastis mengubah pengetahuan harus dicapai
untuk keinginan diri sendiri dan untuk mempertemukan kebutuhan baik jangka pendek
maupun jangka panjang dari siswa. Kurikulum seperti ini akan membantu anak slow learner
untuk dapat memahami pengetahuan baik konsep maupun teori. Selanjutnya instruksi untuk
perbaikan. Perbaikan yang dilakukan berupa instruksi yang dapat dimengerti oleh anak slow
learner. Isi pembelajaran harus disesuaikan dengan kapasitas, kebutuhan dan level anak.
Karena anak slow learner mampu menggapai ide konkret, maka pembelajaran banyak
dibantu oleh alat-alat visual seperti seni, musik, atau drama yang dapat memberikan
pengalaman unik bagi anak slow learner. Kemudian guru harus memberikan latihan dan
mengkaji ulang apapun yang berhubungan dengan anak slow learner. Selain itu, lingkungan
yang sehat dapat membantu anak slow learner untuk mengembangakan perbaikan diri anak
karena suasana yang menyenangkan dapat tercipta untuk pembelajaran yang efektif.
Kemudian, proses pembelajaran bagi anak slow learner perlu diperhatikan pula.
Menurut hasil penelitian Alfian Nur Aziz, Sugiman, Ardhi Prabowo dalam jurnal Analisis
Proses Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learner di
Kelas Inklusif SMP Negeri 7 Salatiga, dalam perencanaan pembelajaran guru mata pelajaran
menggunakan model, pendekatan, media, sumber belajar dan metode pembelajaran yang
sama antara siswa reguler dengan siswa slow learner. Persamaan perencanaan pengajaran ini
diharapkan siswa reguler dapat menjadi mentor bagi siswa slow learner. Namun dalam
menyusun rencana pembelajaran, guru tidak hanya fokus pada siswa reguler, tetapi juga lebih
memfokuskan siswa slow learner dengan menyusun program pembelajaran individual (PPI)
yang benar-benar digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran bagi ABK serta dapat
memenuhi kebutuhan ABK itu sendiri. Pada proses pembelajaran siswa akan mengikuti
kegiatan pembelajaran bersama siswa reguler dengan waktu tertentu saja. Sehingga dalam
waktu tertentu siswa slow learner dapat diberikan pembelajaran khusus dengan beberapa
tahap, yaitu tahap prainstruksional (pendahuluan/kegiatan awal), tahap instruksional
(kegiatan inti), dan tahap penutup. Kemudian, sebagai evaluasi dan tindak lanjut setelah
pembelajaran, siswa akan diberikan bimbingan khusus dan evaluasi untuk mengetahui
perkembangan dan dapat didiskusikan dengan Guru Pendampingan Khusus (GPK).
Bimbingan yang dilakukan oleh GPK akan bergantung dari hasil evaluasi dari guru mata
pelajaran.

Salah satu anak slow learner yang berhasil karena pendampingan yang baik adalah
Martha, seorang pemilik bisnis kosmetik Martha Tilaar. Martha mengatakan bahwa ia divonis
sebagai anak lambat belajar. Martha sempat minder karena prestasi akademiknya dibawah
teman-teman kelas. Namun, keluarga dan ibu Martha selalu memotivasi dan memberikan
bekal dalam rupa kreativitas-kreativitas yang dapat menghasilkan uang. Hal ini yang
menjadikan ia sebagai pebisnis yang sukses (kompas,2012:
https://edukasi.kompas.com/read/2012/07/07/16530275/Anak.Lambat.Belajar.Bisa.Sukses.Ja
di.Pengusaha). Hal ini dapat menyakinkan bahwa anak slow learner membutuhkan banyak
motivasi dan dukungan serta hal-hal yang dapat menggali kreativitas anak dapat memperbaiki
diri anak menjadi lebih baik untuk masa depan.

Anak slow learner merupakan salah satu anak yang memerlukan pendampingan
khusus dalam belajar. Walaupun memiliki IQ dibawah anak normal lain, anak slow learner
dapat mengurangi kekurangan seperti tidak percaya diri, sulit memahami konsep abstrak, dan
lain sebagainya dengan pendampingan dari guru maupun orang tua. Pendampingan itu berupa
motivasi dan dukungan, memberikan perhatian individu, kurikulum yang elastis,
pengembangan kepercayaan diri, instruksi untuk perbaikan dan pemeriksaan secara berkala.
Namun, hal penting yang selalu menjadi sangat berdampak adalah motivasi dan dukungan
serta kurikulum yang elastis. Karena dengan motivasi dan dukungan, maka anak slow learner
akan membangkitkan rasa percaya diri dan penghargaan terhadap diri anak serta mengetahui
ketidakmampuan yang dimiliki anak. Selain itu, kurikulum yang elastis akan membantu guru
dalam menyusun strategi dan memenuhi kebutuhan anak slow learner dalam belajar.

Daftar Pustaka

Alfian Nur Aziz, Sugiman, Ardhi Prabowo. 2015. Analisis Proses Pembelajaran Matematika
pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learner di Kelas Inklusif SMP Negeri 7
Salatiga. Semarang: Universitas Negeri Semarang
(https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view/4168, diakses pada
tanggal 15 Mei 2019 pukul 15.15 WIB).

Brigitta Erlita Tri Anggadewi. 2014. Slow learner: Bagaimana Memotivasinya Dalam
Belajar. Jusnal Kependidikan Volume 27, Nomor 1
Fida Rahmantika Hadi. 2016. Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Slow Learners
(Lamban Belajar). Premiere Educandum Volume 6, Nomor 1, Hlm 35-41
Lince, Ester. 2012. Anak Lambat Belajar Bisa Sukses Jadi Pengusaha. Jakarta : Kompas.com
(https://edukasi.kompas.com/read/2012/07/07/16530275/Anak.Lambat.Belajar.Bisa.Su
kses.Jadi.Pengusaha, diakses pada tanggal 15 Mei 2019 pukul 15.00)
Triani, N., & Amir (2003). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar (Slow
Learner). Jakarta: Luxima.
Setiawan, Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Nuha Litera
Stubbs, Sue. (2006). Pendidikan Inklusif Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber (Alih bahasa:
Susi Spetaviana R.). Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UPI.
ARTIKEL
PERAN TEMAN
DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR
ANAK LAMBAN BELAJAR (SLOW LEARNER)
DI SENDANG GAYAMHARJO

Veronika Nervi Puspitaningrum


Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
email: veronikanervi@gmail.com

Abstrak: Tujuan penulisan adalah mendeskripsikan profil belajar dan kebutuhan belajar yang
terjadi pada anak slow learner di Sendang Gayamharjo. Subjek penulisan ini adalah anak
Sekolah Dasar. Sedangkan objek ini yang dinilai adalah proses belajar anak yaitu menulis,
membaca. Hasil penilaian ini antara lain anak yang merupakan teman dari anak slow learner
memberikan kertas dan bolpoin. Dalam pelaksanaan pembelajaran, teman menginstruksikan
pada anak slow learner untuk menuliskan beberapa huruf dan angka. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pembelajaran anak lamban belajar umumnya sama dengan anak lainnya.
Dalam pembelajaran yang dilakukan tidak sepenuhnya dalam akademik, tetapi anak lamban
belajar juga diajarkan keterampilan lainnya. Praktik yang dilakukan merupakan partisipasi
anak lamban belajar pada proses pembelajaran.

Kata kunci: anak lamban belajar (slow learner)

ROLE OF FRIENDS
IN INCREASING LEARNING PARTICIPATION
CHILDREN SLOW LEARN (SLOW LEARNER)
IN SENDANG, GAYAMHARJO

Abstract: The purpose of writing is to describe the learning profile and learning needs that
occur in slow learner children at Sendang Gayamharjo. This writing subject is an elementary
school child. While this object that is assessed is the child's learning process, namely writing,
reading. The results of this assessment include children who are friends of the slow learner
giving paper and ballpoint pens. In implementing learning, friends instruct the slow learner
child to write down some letters and numbers. The results of the analysis show that slow
learning of children is generally the same as other children. In learning that is done not
entirely in academics, but slow learning children are also taught other skills. The practice
carried out is the slow participation of children in learning in the learning process.

Keywords: slow learners

Pendidikan inklusif di Indonesia semakin berkembang pesat. Perkembangan yang


pesat perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas layanan pendidikan untuk anak normal
dan anak berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah inklusi. Ada beberapa jenis anak
berkebutuhan khusus yang mendapat layanan pendidikan khusus di sekolah inklusi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70 Tahun 2009
tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, siswa yang termasuk anak berkebutuhan
khusus meliputi: 1) anak tunanetra; 2)anak tunarungu; 3) anak tunawicara; 4)anak
tunagrahita; 5) anak tunadaksa; 6) anak tunalaras; 7) anak berkesulitan belajar; 8) anak
lamban belajar (slow learners); 9) anak autis; 10) anak yang memiliki gangguan motoric; 11)
anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya;
12) anak yang memiliki kelainan lainnya; dan 13) anak tunaganda.
Anak lamban belajar atau slow learners merupakan salah satu anak berkebutuhan
khusus yang membutuhkan layanan pendidikan khusus di sekolah inklusi. Anak lamban
belajar hampir dapat ditemukan di setiap sekolah inklusi. Ana Lisdiana (2012: 1) menyatakan
bahwa kurang lebih 14,1% anak termasuk anak lamban belajar. Jumlah ini lebih banyak jika
dibandingkan dengan jumlah kesuluruhan anak berkesulitan belajar, anak tunagrahita, dan
anak autis. Berdasarkan data Kementerian Sosial Republik Indonesia (Yachya Hasyim 2013:
113), pada tahun 2011 jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia mencapai kurang lebih
7 juta orang atau sekitar 3% dari jumlah total seluruh penduduk Indonesia. Dari jumlah
tersebut, sebagian besar termasuk anak lamban belajar, autis, dan tunagrahita. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih rinci terkait pengertian, karakteristik dan
penyebabnya, serta untuk membantu calon pendidik agar memahami cara menjadi anak yang
mengalami gangguan lamban belajar.
Slow learner adalah nama lain dari anak lamban belajar. Slow learner merupakan anak
yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal, tetapi tidak termasuk anak tuna
grahita (Fida Rahmantika Hadi.2016:36). Selain itu, menurut Wijaya dalam jurnal Slow
Learner: Bagaimana Memotivasinya dalam Belajar (Brigitta Erlita.2014:12) mengatakan
bahwa anak slow learner adalah anak yang kurang mampu menguasai pengetahuan dalam
batas waktu yang telah ditentukan. Kemampuan anak slow learner dalam memahami simbol
dan abstrak seperti bahasa, angka dan konsep-konsep sangat terbatas dan kemampuan
memahami situasi atau kondisi disekitarnya berada dibawah rata-rata dibandingkan dengan
anak seusianya (Reddy,2006) dalam Jurnal Kependidikan (Brigitta Erlita.2014:12). Sehingga
anak slow learner membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat memahami suatu
pelajaran saat belajar dibandingkan dengan teman sebayanya yang memiliki taraf intelektual
yang relatif sama. Hal ini menjelaskan bahwa seorang anak yang slow learner memiliki
pendampingan khusus dalam belajar. Namun, hal ini berbeda antara murid lambat belajar
dengan murid yang prestasi belajarnya rendah (under acheiver). Menurut Mulyadi
(2010:123) murid lambat belajar perkembangan atau prestasi belajarnya lebih rendah dari
rata-rata karena mempunyai kemampuan kecerdasan yang lebih rendah dari rata-rata.
Sedangkan murid yang berprestasi rendah (under acheiver) prestasi belajarnya lebih rendah
dari rata-rata, tetapi kemampuan kecerdasannya normal atau mungkin lebih tinggi.
Sebagai contoh anak yang mengalami slow learner, berdasarkan dari hasil pertemuan
yang telah dilakukan, diperoleh dari hasil observasi, anak slow learner pada umumnya pada
tingkat ini lancar dalam membaca dan menulis. Dalam belajar, teman dari anak ABK slow
learner memberikan peralatan menulis yaitu kertas dan bolpoin. Teman dari anak slow
learners menuliskan dan menyebutkan huruf dan angka yang ditulis, kemudian anak slow
learners menirukan yang dikatakan temannya dan yang ditulis. Untuk anak ABK slow
learners, teman dari anak slow learners memberikan praktik sederhana agar tidak cepat
bosan saat belajar. Hal ini diharapkan agar anak ABK slow learners tidak kesulitan dalam
belajar dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam pelaksanaan belajar bersama tersebut anak
ABK slow learners juga belajar untuk dapat cepat merespon apa yang dikatakan orang lain
dan dapat menjawabnya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal ini sedikit
demi sedikit membantu anak ABK slow learners dalam berinteraksi dengan teman-teman di
sekolah. Sedangkan praktik yang diberikan pada anak ABK slow learners yaitu praktik
mengkuncir rambut. Hal tesebut sederhana dilakukan berkaitan kehidupan sehari-hari.
Untuk anak ABK slow learners sendiri pada tahap belajar ini belum sepenuhnya siap
dan belum dapat fokus pada yang diajarkan. Sesungguhnya anak ABK slow learners ini lebih
suka praktik. Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa faktor atau kendala yang dialami
anak ABK slow learners selama belajar sulit untuk menanamkan konsep. Hal ini terjadi
karena anak ABK slow learners mempunyai daya ingat yang cukup rendah dan pengetahuan
yang kurang. Selain itu selama proses belajar ABK slow learners biasanya kurang percaya
diri dalam mengutarakan jawaban karena takut salah dan biasanya kurang fokus pada proses
belajar.
Anak lamban belajar di Sendang Gayamharjo mengikuti proses belajar sama seperti
anak lainnya. Meskipun sampai saat ini masih terdapat perdebatan terkait apakah sebaiknya
anak lamban belajar memperoleh pendidikan khusus atau memperoleh pendidikan di kelas
reguler, kajian dari beberapa literatur menunjukkan bahwa penempatan anak lamban belajar
di kelas reguler dapat meningkatkan kualitas pembelajaran untuk anak lamban belajar. Hasil
penelitian Chauhdary & Hussain (2012: 210) menunjukkan bahwa penempatan anak lamban
belajar di kelas reguler adalah strategi yang efektif dan membawa pengaruh positif tidak
hanya untuk anak lamban belajar, tetapi untuk kelas secara keseluruhan. Tantangan-tantangan
yang dihadapi anak lamban belajar di kelas reguler dapat meningkatkan prestasi akademis
anak lamban belajar. Agar pembelajaran di kelas reguler berjalan dengan efektif,
Peran penting seorang teman untuk mengajari anak ABK slow learners yang mungkn
takut untuk bertanya kepada guru, tetapi setelah belajar dengan teman sendiri tidak takut
untuk bertanya. Dengan memiliki hubungan positif ini, seorang teman dapat dapat
membangun keyakinan pada anak lamban belajar untuk sukses pada proses belajarnya.
Dalam konteks ini teman yang membantu anak ABK slow learners juga belajar memahami
anak ABK, dan mengetahui solusi untuk cara belajarnya. Anak lamban belajar membutuhkan
strategi pembelajaran khusus agar mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan
optimal, sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu bentuk umpan balik berupa penguatan
negatif untuk anak lamban belajar adalah melalui pernyataan verbal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Uno & Mohamad (2011: 25) yang menyatakan bahwa melalui penguatan negatif,
diharapkan perilaku siswa yang kurang sesuai atau tidak diharapkan tersebut akan
dihilangkan atau siswa tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Secara umum, dalam
memberikan penguatan negatif untuk anak lamban belajar, sehingga diharapkan tidak
menurunkan motivasi belajar anak lamban belajar dan tidak mematahkan semangat anak
lamban belajar.
SIMPULAN
Peran teman dalam meningkatkan partisipasi anak lamban belajar (slow learner) dapat dilihat
dari proses belajar anak lamban belajar. Strategi belajar anak lamban belajar umumnya sama
dengan anak normal lainnya. Teman sebaya memberikan pengaruh positif terhadap anak
lamban belajar (slow learner) karena melalui teman, anak lamban belajar tidak takut bertanya
tentang hal yang belum diketahui. Modifikasi yang diberikan pada anak lamban belajar
adanya praktik agar anak lamban belajar tidak bosan. Melalui modifikasi tersebut diharapkan
anak lamban belajar dapat mengikuti proses belajar dengan lebih bermakna dan bermanfaat,
meningkatkan kemampuan belajar dan meningkatkan prestasi akademis mereka.
DAFTAR PUSTAKA
CKO Repository (2016, 22 Maret). ANALISIS FAKTOR PENYEBAB ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS (SLOW LEARNER ATAU KETERLAMBATAN BELAJAR) PUTUS SEKOLAH DI
PAGERUNGAN BESAR KECAMATAN SAPEKEN SUMENEP MADURA. Dikutip 13 Mei 2019.
http://eprints.umm.ac.id/21285/
Anesti, Dian (2015, 8 September). Studi kasus tentang strategi guru dalam menangani anak
slow learner di SD Negeri Kembangan, Gresik. Dikutip (13 Mei 2019).
http://etheses.uin-malang.ac.id/1870/

Riadi Arifin (2017, 13 Mei) PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) TIPE SLOW LEARNERS. Dikutip 13 Mei 2019.
https://www.academia.edu/37002911/PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_PADA_ANAK_
BERKEBUTUHAN_KHUSUS_ABK_TIPE_SLOW_LEARNERS

Anda mungkin juga menyukai